Вы находитесь на странице: 1из 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

Penggunaan terapi cairan intravena merupakan salah satu tindakan medis yang
paling sering dilakukan didunia. Terapi cairan umumnya terbagi menjadi tiga
golongan yaitu cairan kristaloid, cairan koloid dan kombinasi dari kedua cairan
tersebut. Dari ketiga cairan tersebut, saat ini cairan kristaloid merupakan cairan
yang paling sering digunakan. Contoh populer dari cairan tersebut adalah normal
saline dan Ringers Lactat.1,2

Dalam beberapa keadaan tertentu seperti dalam perang, cairan koloid dan
hipertonik menjadi altenatif dalam penangan resusitasi pasien. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan koloid dalam meningkatkan volume plasma secara efisien. 1,2

Meskipun demikian, cairan koloid dan hipertonik memiliki beberapa kekurangan,


seperti masalah harga dan efek samping yang ditimbulkan. Oleh karena itu
sebagai dokter umum yang nantinya diharapkan sebagai ujung tombak
penanganan masalah kesehatan di Indonesia untuk mengetahui tentang cairan
koloid maupun cairan hipertonik.
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Cairan Koloid

2.1.1 Definisi

Cairan koloid adalah molekul yang memiliki berat jenis besar ditemukan pada
cairan intravaskular karena adanya tekenan onkotik. Cairan koloid menurut
pembentukannya terbagi menjadi dua yaitu natural colloids dan artificial colloids
contoh dari natural colloids adalah human albumin sedangkan contoh dari
artificial colloids adalah hydroxyethyl starch (HES), gelatin dan dextran.3

2.1.2 Karakteritik Koloid

Masing-masing jenis cairan koloid memiliki karakteristik yang berbeda-beda.


Berikut adalah karakteristik secara umum dari cairan koloid. 3

Berat Molekuler

Berat molekuler dari koloid akan mempengaruhi secara langsung persistensi


cairan intravaskuler. Namun pada artificial colloids yang merupakan polimer
memiliki variasi berat molekul. Sebagai contoh : Gelatin adalah koloid yang
paling kecil berat molekulnya. Sedangkan HES memiliki berat molekul yang
paling besar. 3

Osmolal dan Tekanan Onkotik

Hampir semua cairan osmotik memiliki osmolal yang normal. Namun cairan
koloid memiliki tekanan onkotik lebih tinggi daripada cairan kristaloid. 3

Waktu Paruh Plasma


3

Waktu paruh dari koloid bergantung pada berat jenis dari koloid, cara eliminasi,
dan fungsi dari organ eliminasi itu sendiri dimana mayoritas dieliminasi di ginjal.
Karena itu waktu paruh dari koloid bervariasi. 3

Ekspansi Volume Plasma

Ekspansi volume plasma dari koloid bergantung pada berat jenis molekul koloid.
Dimana persistensi intravaskular ditentukan juga oleh eliminasi koloid. Bila
dibandingkan dengan cairan kristaloid dengan pemberian dosis yag sama , cairan
koloid memiliki efek lebih baik dalam hal ekspansi plasma. Durasi dari ekspansi
volume bervariasi, gelatin dengan berat molekul paling rendah memiliki durasi
ekspansi volume paling pendek. 3

Komposisi Asam Basa

Albumin dan Gelatin memiliki pH yang sesuai dengan fisiologi, dimana cairan
yang lain memiliki kecendrungan pH yang bersifat asam. 3

Kandungan Elektrolit

Pada kristaloid, penggantian cairan supaya efektif membutuhkan sodium,


sedangkan pada koloid dikenal sebagai salt-free preparation, sebagai contoh
konsentrasi dari sodium di pertahankan dalam kadar yang rendah pada salt-poor
albumin. 3

Farmako-Ekonomi

Koloid lebih mahal dibandingkan dengan kristaloid, albumin merupakan koloid


yang termahal di eropa. Namun pertimbangan harga bukan semata-mata yang
perlu diperhatikan dalam mencapai target hemodinamik pasien. 3

2.1.3 Karakteristik Spesifik Koloid

Human Albumin Solutions


4

Albumin yang merupakan natural colloid berkontribusi sekitar 80 % terhadap


tekanan onkotik, namun pada beberapa kasus dimana terjadi peningkatan dari
permeabilitas kapiler, hubungan ini menjadi tidak jelas dikarenakan terdapat
substrat lain yang mampu memberikan efek terhadap tekanan onkotik.2,3

Albumin memiliki waktu paruh yang panjang (16 jam). Dimana ketika diberikan
terdapat 2 fase yang terlihat. Pertama, Fase albumin menembus membran kapiler
dari intravaskuler menuju ekstravaskuler, pada fase ini tergantung terhadap
transcappilary exchange rate. Mekanisme terjadinya perpindahan albumin masih
belum jelas, namun albumin menembus kapiler membran melalui pores dan
menggunakan transporter yaitu albondin. Fase kedua adalah fungsi dari fractional
degradation rate. 2,3

Peningkatan volume intravaskuler 500 mL setelah pemberian 100 Ml cairan


albumin 25 % teradi karena perpindahan cairan dari interstitial menuju plasma
karena terhadu peningkatan tekanan onkotik. 2,3

Albumin merupakan protein binding utama untuk substan endogenous maupun


exogenous. Pada beberapa kasus seperti hipoalbuminemia, obat obatan seperti
phenitoin yang berikatan secara kuat dengan albumin efek yang terjadi adalah
akan meningkatkan free fraction dari obat tersebut. Lain halnya pada ceftriaxone
hal ini akan memberikan benefit. 2,3

Albumin diketahui berpengaruh pada proses antioksidan. Albumin akan berikatan


dengan radikal bebas oksigen, mengubah menjadi grup thiol lalu memiliki peran
dalam modulasi substan-substan yang berperan pada reaksi oksidasi. 2,3

Efek samping albumin adalah mempengaruhi efek koagulasi dimana mampu


menurunkan agregasi dari platelet dan memberikan heparin like effect
memberikan efek pada antitrobin. Walaupun masih kontroversial, terdapat bukti
albumin dapat mempengaruhi mikrosirkulasi dengan mengubah permeabilitas
kapiler. Protein albumin karena tingginya berat molekul akan mampu memblok
pada membran kapiler. 2,3
5

Terdapat penelitian albumin memiliki peranan terhadap midulasi apoptosis pada


manusia, dengan proses modern transmisi penyakit infeksi jarang, dan albumin
memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Reaksi anafilaktik karena pemberian
albumin sekitar 1,5 % dari semua kasus.3

Hydroxyehyl starch solution

Starch merupakan derivat dari glikopektin yang telah dimodifikasi dengan


penambahan hydroxyethyl grup sehingga mencegah terjadinya degradasi oleh
endogenous amilase. HES memiliki sifat yang heterogen, sehingga membuat
kesulitan dalam mengklasifikasikannya. Berikut adalah karakteristik HES :

Konsentrasi HES terbagi menjadi dua yaitu rendah (6%) dan tinggi (10 %), rata-
rata berat molekul hes adalah rendah (70kDa, medium (200kDa) dan tinggi (450
kDa), derajat substitusi dari HES dibagi menjadi rendah (0,45-0,58) dan tinggi
(0,62-0,70) sedangkan C2/C6 rasio adalah rendah : <8 dan tinggi >8 .3

Derajat substitusi menunjukan adanya modifikasi dari substan asli yaitu


glikopektin dengan penambahan hydeoxyethyl grup, sehingga meningkatkan
derajat substitusi sehingga meningkatkan resistensi terhadap degradasi dan
memberikan efek semakin lama pada intravaskuler.

C2/C6 rasio menunjukan dimana substitusi itu terjadi pada molekul glukosa awal
dan pada rasio C2/C6 yang tinggi akan memberikan efek meningkatkan waktu
paruh sehingga semakin lama dalam darah.

Seperti albumin, HES memberikan efek peningkataan volume lebih baik


dibandigkan cairan kristaloid. HES lebih baik daripada dextran dalam hal
peningkatan volume dan setara dengan albumin karena pada HES terdapat pula
tekanan onkotik. 2,3

Waktu paruh HES selain bergantung pada berat molekul juga bergantung pada
akumulasi HES pada jaringan. Ginjal merupakan organ yang utama dalam
mengeliminasi HES walaupun terdapat endogenous enzim lain yang mampu
6

mengeliminasi HES, 70 % cairan yang masuk ke dalam tubuh akan dieliminasi


oleh ginjal dalam 8 hari sedangkan 90 % akan dieliminasi dalam 42 hari.3

Akumulasi dari HES juga terlihat pada retikuloendothelial sistem termasuk


jaringan subkutan sehingga adanya HES dalam jaringan subkutan memberikan
efek pruritus pada pasien yang diberikan cairan tersebut. 2,3

HES memberikan efek pada sistem koagulasi walaupun dalam dosis yang sesuai.
Efek tersebut berhubungan dengan berat jenis dari HES. HES berkontribusi
terhadap penurunan agregasi platelet, faktor VW, faktor VII, kekuatan dari clot
dan peningkatan dari protrobhin time maupun partial tromboplastin times. 2,3

HES memberikan efek terhadap fungsi ginjal dimana dalam sebuah penelitian
disebutkan terdapat peningkatan insiden gagal ginjal pada pasien sepsis yang
diberikan HES 6 %. Efek lain seperti reaksi anafilaktoid jarang dijumpai yaitu
sekitar 0,1%.3

Pentastarch memiliki berat molekul lebih kecil dibandingkan dengan HES dan
terdapat pemambahan hydroxyethil grup dalam kadar yang rendah. Cairan ini
terdapat dalam sediaan 6 % dan 10 % dimana rata-rata berat molekulnya adalah
254,000 kDa. Waktu paruh cairan ini adalah 5 jam dan seperti koloid lain nya
mamou menungkatkan intravaskuler volume lebih baik dibandingkan cairan infus
lainnya. 2,3

Cairan Gelatin

Gelatin merupakan derivat dari kolagen bovine dan tidak tersedia di amerika
utara, terdapat dua tipe yaitu urea-bridged dan bentukan succinylated. 3

Berat jenis dari gelatin yang rendah relatif memberikan efek yang lebih baik
dibandingkan albumin dan HS namun dalam peningkatan volume cairan hanya
bersifat sementara karena gelatin secara cepat dieliminasi oleh ginjal.3
7

Meskipun gelatin dilapokan tidak memberikan efek terhadap sistem koagulasi,


namun gelatin dilapokan mampu mempengaruhi pada kloting. Gelatin dapat
memberikan efek alergi daripada cairan lainnya. Reaksi anafilaktoid dijumpai
pada 0,345 % sedangkan reaksi anafilaktin lebih jarang. 2,3

Cairan Dextran

Cairan dextran dihasilkan oleh hidroksilasi dari polisakarida oleh bakteri.


Menghasilkan variasi dari berat jenis molekul. Merujuk pada rata-rata berat
molekul dextran terbagi menjadi dua yaitu dextran-40 dan 70. 3

Pemberian 500 ml dextran 40 dapat meningkatkan cairan intravaskuler sebanyak


750 Ml dalam 1 jam. Ginjal merupakan organ primer dalam mengeksresi dextran
walaupun terdapat porsi yang lebih kecil yaitu dieliminasi secara endogenous.
Molekul yang lebih kecil (14000-18000 kDa dapat secara cepat dieliminasi 15
menit sedangkan molekul yang lebh besar (55000 kDa) dapat bertahan berhari
hari. 40 % dari dextran 40 dan 70 % dari dextran 70 akan tetap ada dalam
sirkulasi dalam waktu 12 jam. 2,3

Dextran dapat mempengaruhi sistem koagulasi dalam beberapa cara. Mampu


menurunkan agregasi platelet dan menginisiasi fibrinolisis, menurunkan
fibrinogen dan menurunkan viskositas darah. Efek dextran ini menjadi alasan
penggunaan sebagai obat antikoagulan dalam mencegah fenomena
tromboembolism. Efek ini pula pemberian dextran harus memonitor perdarahan
bila memberikan cairan dextran. Selain sistem koagulasi dextran memberikan efek
pada ginjal yaitu adanya gagal ginjal khususnya pada pasien hipovolemik.

Reaksi alergi merupakan resiko utama yaiu 0,273 % pada pasien yang diberikan
dextran 70. 3

Bagan 1 : Keuntungan Cairan Koloid


8

Cairan Koloid :efektid


dalam pengganti
cairan

Koloid Kristaliod

Artifcial colloid Natural koloid Tidak ada Efek


samping
mudah eliminasi
!

Albumin

Toksitas lebih rendah


HES: Carrier dari Obat
Efektif Gelatin Anti oksidan
Mengubah Harga Antikoagulan efek
fungsi Dextran
Bagan 2: Kekurangan
endotelial
Cairan Koloid Modulasi Apotosi
Antikoagulan
Cairan Proteksi mikrosirkulasi
Koloid : biaya lebih
tinggi
efek samping

Koloid Kristaliod

Artifcial colloid Natural koloid volume ekspansi


terbatas
pembentukan edema
lebih pendek pada
!

Dextran

Mempengaruhi
koagulasi

Efek terhadap
fungsi ginjal

Reaksi Alergi
9

HES:
Albumin
Lebih lama Gelatin
Harga yang lebih mahal
pada tubuh
Efektifitas
Belum diketahui efek
Mempengaru terbatas
samping
hi koagulasi
Reaksi
Efek alergi
terhadap
fungsi ginjal

2.2 Cairan Hipertonik

Penggunaan cairan hipertonik awalnya dimulai pada pre-hospital, yaitu pada


medan perang, pada perang dunia ke II cairan hipertonik digunakan pada pasien
dengan luka tembak, kemudian semakin berkembang hingga pada saat ini cairan
hipertonik digunakan pada pasien luka bakar, sepsis , dan lain lain. 4

2.2.1 Mekanisme Cairan Hipertonik

Penambahan Volume

Penelitian tentang cairan hipertonik awalnya dilakukan pada percobaan hewan.


Velaso dkk menunjukan anjing yang mengalami anestesia dan terjadi perdarahan,
hingga tekanan darah mencapai 40 mmHg dan dipertahankan selama 30 menit
lalu diberikan cairan HS 7,5 % sebanyak 4mL/kg (10 % dari darah yang hilang)
secara cepat memperbaiki tekanan darah dan meningkatkan survival rate. Hal ini
menunjukan bahwa pemberian cairan hipertonik secara cepat mampu
meningkatkan volume plasma. Mekanisme peningkatan volume plasma terjadi
10

karena perpindahan cairan dari ekstravaskuler menuju ruang vaskuler karena


perbedaan derajat konsentrasi yang dihasilkan oleh cairan HS. Penelitian lain
menunjukan pemberian 250 Ml cairan HSD kepada pasien dengan berat badan 70
kg yang kehilangan darah sebanyak 2 liter mampu meningkatkan volume plasma
3-4 kali lipat yaitu paling sedikit 700 Ml. Sedangkan pada kristaloid untuk
memberikan efek peningkatan volume plasma dibutuhkan 3 L larutan RL hal ini
karena kristaloid secara cepat berpindah ke ruang intersital. Selain itu kristaloid
memberikan efek setelah resusitasi yaitu edema karena menggunakan cairan
dalam jumlah yang besar. 4

Efek Terhadap Jantung dan Vaskuler

Pemberian cairan hipertonik akann meningkatkan volume darah dimana akan


terjadi mobilisisasi cairan endotelial dan terjadi efek inotropic karena
peningkatan ion sodium yang membuat osmlolaritas mencapai 240-320 mmHg.
Peningkatan osmolaritas akan mengakibatkan peningkatan dari kontraksi
verktrikel. 4

Efek terhadap Ginjal

Pemberian cairan hipertonik akan memberikan efek peningkatan urine output


dimana hal ini berhubungan dengan natriusresis. 4

Efek Koagulasi

Efek hipertonik pada koagulasi sistem adalah peningkatan hemodilusi. Yang


terlihat adalah perpanjangan protrombin dan penurunan agregasi platelet ketika
terjadi delusi antara darah dengan HSD. 4

Efek Imunologis

Respon fisiologi terhadap trauma dan perdarahan adalah manifestasi dari


kompleks seluler dan kejadian molekuler. Pada sel inflamasi termasuk makrofag,
PMN sel dan limfosit akan ditarik pada daerah injury dan menghasilkan mediator
11

inflamasi. Respon terhadap hipoperfusi dan reperfusi jaringan adalah aktifasi dari
leukosit dengan cara mengeluarkan substan sitotoksik dan reaktif oksigen spesies
yang mampu merusak endothelial barrier, dan terjadi respon inflamasi karena
injury berkaitan dengan peranan dari hormon (seperti katekolamin,
adrenokortikotropik, kortisol dan glukagon) sitokin seperti tumor necrosis factor-
alfa, IL 6, IL 8 , IL 10 dan IL1-beta serta produk seluler lain seperti protease,
radikal bebas, eikosanoid, dan growth factor. 4

Pada pasien yang mengalami postraumatic immunosuppresion terlihat adanya


komplikasi seperti ARDS, sepsis, dan gagal organ. Terapi pada pasien ini biasanya
adalah pemberian antibiotik, ventilasi mekanik, dan terapi cairan dengan target
perbaikan oksigenasi, tekanan darah , dan urine output. Pada saat ini regimen
terapi cairan menggunakan cairan kristaloid dan koloid dalam jumlah besar.
Beberapa penelitian menunjukan kristaloid memberikan efek overload. Pemberian
0,9 % saline menyebabkan hiperchloremia dan penelitian menunjukan RL adalah
media inflamasi. 4

Penggunaan cairan hipertonik sendiri memberikan keuntungan dimana cairan


hipertonik secara in vitro meningkatkan fungsi T Cell dan meningkatkan fungsi
sel mediated imun secara in vivo. Kemampuan cairan hipertonik untuk
menstimulasi aktifitas sel T dalam proliferasi dan memperbaiki fungsi dari sel T
supresi karena HS menggantikan abundant sinyal untuk aktifasi dari sel T pada
pasien dengan fungsi imun yang menurun. Penelitian ini menunjukan bahwa
cairan hipertonik dapat menurunkan resiko septik pada pasien. 4

2.2.2 Penggunaan Klinis

Penggunaan Pre-Hospital

Kondisi medan perang membuat keadaan pasien menjadi lebih buruk karena
waktu transportasi yang lama serta ketersediaan logistik medis yang kurang. Hal
12

ini berbeda bila dibandingkan pada resusitasi pasien non perang, kemungkinan
transportasi lebih cepat dan logistik lebih memadai. Selama ini kristaloid yaitu
1-2 L RL menjadi pilihan dalam menangani pasien yang mengalami perdarahan.
Dengan berkembangnya teknologi,sampai saat ini masih belum ada konsensus
mengenai melakukan resusitasi pasien pre hospital berkaitan dengan tipe,
volume,waktu menginisiasi serta jumlah cairan yang digunakan untuk resusitasi

Terdapat penelitian tentang cairan hipertonik berkembang dimana


membandingkan antara pemberian 250 ml bolus HS, kombinasi HSD dengan
pemberian 250 ml cairan isotonik. Hasilnya HSD memberikan benefit dalam
penanganan pasien dengan hipotensi yang berhubungan dengan traumatic injury.
Penggunaan cairan hipertonik di amerika sebagai cairan resusitasi pasien pre
hospital masih terbatas, namun hal ini berbeda pada negara-negara eropa. Austria
menggunakan HS sejak 1991, Austria dan Brazil merupakan negara yang pertama
menggunakan cairan hipertonik sebagai alat resusitasi pada pasien trauma berat
serta syok. Austria selama satu dekade memberikan 50.000 unit cairan dan tidak
memberikan efek samping yang berarti. Secara umum pemberian cairan
hipertonik pada pasien pre hospital adalah 250 mL. 4

Trauma Kepala

Pada pasien dengan trauma kepala akan semakin mudah timbul secondary injury
terutama akibat hipoksia dan hipotensi. Sawar darah otak normalnya bersifat
impermiabel terhadap sodium/garam. Perubahan kecil pada serum sodium akan
meningkatkan tekanan onkotik sehingga cairan akan berpindah dari kapiler otak,
sehingga penggunaan cairan kristaloid akan meningkatkan cairan otak yang
berpengaruh pada semakin meningkatnya tekanan intrakranial. Cairan hipertonik
akan menurunkan cairan otak sehingga menurunkan tekanan intracranial/
penelitian menunjukan saline 3 % menurunkan tekanan intrakranial secara
signigikan sedangkan saline 0,9 % tidak menimbulkan efek. 4
13

Pada pasien yang mengalami hipokia dan hipotensi akan menurunkan MAP,
turunnya MAP akan berdampak pada turun nya tekanan perfusi ke otak. Untuk
mencapai tekanan perfusi otak sebesar 70 mmHg diperlukan MAP yang berkisar
90-105 mmHg, penelitian menunjukan cairan hipertonik mampu mempertahankan
MAP diatas 60 mmHg. Selama ini terapi pada pasien trauma menggunakan
kristaloid dan koloid, namun seperti yang disebutkan diatas penggunaan kristaloid
sebagai terapi awal resusitasi memperburuk hemodinamik dari otak.4

Operasi Vaskuler

Operasi aorta dengan metode clamping artery berhubungan dengan perubahan


dari volume darah serta perubahan hemodinamik lainnya ketika clamp dilepas.
Pada operasi HS 7,2 dan HS 7,5 dikombinasikan dengan hetastarch dan dextran
telah digunakan untuk mengantisiapasi perubahan hemodinamik. Terdapat
beberapa studi menunjukan cairan hiperonik memberi efek pada perubahan
cairan, pulmonary cappilary wedge pressure (PCWP), tekanan arteri pulmoner
akan memperbaiki tekanan darah , transportasi oksigen serta menurunkan
resistensi perifer. Parameter yang paling mudah dinilai adalah PCWP, target
PCWP sebelum clamp dilepas adalah 13-18 mmHg, untuk mencapai itu
diperlukan titrasi dari cairan hipertonik selama 20 menit sebelum clamp dilepas. 4

Operasi Pembuluh Darah Koroner

Cairan hipertonik diketahui memiliki kemampuan meningkatkan volume darah


secara signifikan dibandingkan cairan kristaloid. 4

Luka Bakar

Pasien dengan luka bakar membutuhkan resusitasi cairan yang cepat dan tetap.
Menurut hukum parkland, tentara dengan berat badan 70 KG memiliki luka bakar
40 % membutuhkan 11200 cairan selama 24 jam pertama, dan setengah dari
cairan tersebut harus dimasukan dalam 8 jam pertama. Penggunaan cairan
14

hipertonik dapat menjadi alternatif dimana pemberian 250 Ml cairan HS selama


dua sampai empat jam akan mempertahankan volume plasma. 4

2.3.3 Efek Samping

Dosis dan Cara Pemberian

Cairan hipertonik didesain untuk menggantikan cairan isotonik dalam jumlah


besar sehingga mudah dibawa. Dosis standar cairan hipertonik adalah 4mL/Kg
atau 250 Ml, dosis ini sebenernya dikarenakan alasan lebih praktis dalam
membawa. Penelitian terbaru menunjukan peningkatan survival time pada hewan
yang diberikan dosis 4-11,5 mL/Kg dibandingkan dengan dosis dibawahnya.
Meskipun penggunaan dosis 4mL/Kg atas alasan efektifitas dalam membawa,
sebenernya ada alasan lain seperti meminimalisir efek samping yaitu iritasi
pembuluh darah vaskuler, hipernatremia serta gangguan neurologis. 4

Rekomendasi pemberian cairan hipertonik awalnya adalah rapid infusion yaitu


selama 2-4 menit, namun pemberian secara cepat akan menimbukan eksaserbasi
perdarahan yang tidak terkontrol, sehingga saat ini kecepatan pemberian dikurangi
dari 2-4 menit menjadi 5-10 menit. 4

Pemberian melalui intra osseous telah direkomendasikan dikalangan militer dan


penelitian pada hewan menunjukan efektifitas dari pemberian dextran melalui IO.
Namun, laporan terbaru menunjukan adanya soft tissue dan nekrosis tulang
beberapa jam setelah pemberian melalui IO. 4

Hipernatremia

Hipernatremia sering muncul pada pemberian cairan hipertonik, level


hipernatremia diatas 165 mmol namun data menunjukan tidak ada efek lain/
manifestasi klinis yang ditimbulkan. Penggunaan cairan hipertonik akan
meningkatkan osmolaritas sebanyak 9-12 mmHg lalu kembali normal setelah 4-6
jam. Efek lain yang timbul adalah peningkatan diuresis, peningkatan natriuresis
15

dan kaluresis, sehingga tenaga medis perlu melakukan observasi elektrolit pada
pasien dengan pemberian cairan hipertonik. 4

Reaksi Anafilaktik

Pemberian HSD dicurigai dapat memberikan reaksi anafilaktik karena terdapat


konsentrasi dextran dalam cairan tersebut. Pemberian cairan dextran pada pasien
dengan hipersensitif terhadap immunoglobulin G mengakibatkan pembentukan
imun kompleks yang mengaktivasi reaksi anafilaktik. Penggunaan hapten dextran
sebagai upaya profilaksis telah dilakukan sebelum pasien diberikan cairan
dextran. 4

Efek Samping Lainnya

Efek samping yang dilaporkan pada pemberian cairan HS 7,5 % adalah adanya
sensasi rasa panas dan ditekan pada daerah infus, karena tingginya dari
osmolalitas HS 7,5 yaitu 2400 mOsm/kg H2O. Namun setelah pemberian cairan
dihentikan sensasi tersebut menghilang. 4

Penggunaan HS dengan dosis 4Ml/Kg selain menimbulkan sensasi diatas juga


memberikan rasa panas di dada, dan naik daerah tenggorok serta rasa nyeri
kepala. Dampak ini akan menghilang setelah pemberian cairan isotonik. 4
16

BAB III

KESIMPULAN

Cairan koloid secara umum lebih lama di intravaskuler dna menurunkan edema
bila dibandingkan dengan kristaloid namun disi lain koloid memberikan efek
samping seperti gangguan hemostatis, gangguan fungsi ginjal, dan reaksi alergi
sehingga perlu dipertimbangkan antara manfaat dan efek samping yang diberikan.

Penggunaan cairan hipertonik awalnya dilakukan pada pasien perang, sekarang


negara-negara eropa menggunakan cairan hipertonik pada kondisi pre hospital,
dan juga diberikan pada pasien-pasien di rumah sakit.

Вам также может понравиться

  • Karsinoma Vulva
    Karsinoma Vulva
    Документ9 страниц
    Karsinoma Vulva
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ4 страницы
    Daftar Pustaka
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Документ2 страницы
    Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Julianto Julai
    50% (2)
  • Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Документ2 страницы
    Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Julianto Julai
    50% (2)
  • Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Документ2 страницы
    Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Julianto Julai
    50% (2)
  • Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Документ2 страницы
    Kalkulator Intrinsik Nilai Saham Teguh
    Julianto Julai
    50% (2)
  • 3 PB
    3 PB
    Документ12 страниц
    3 PB
    Bettt
    Оценок пока нет
  • Nutri Si Normal 2012
    Nutri Si Normal 2012
    Документ52 страницы
    Nutri Si Normal 2012
    _herdiana
    Оценок пока нет
  • Pedoman Tatalaksana Epilepsi 2014 (Perdossi)
    Pedoman Tatalaksana Epilepsi 2014 (Perdossi)
    Документ96 страниц
    Pedoman Tatalaksana Epilepsi 2014 (Perdossi)
    Mega Silfia Zulfi
    91% (33)
  • Pedoman Tatalksana Dislipidemia
    Pedoman Tatalksana Dislipidemia
    Документ76 страниц
    Pedoman Tatalksana Dislipidemia
    Gideon Abdi Tombokan
    100% (1)
  • Transfusi Darah PDF
    Transfusi Darah PDF
    Документ30 страниц
    Transfusi Darah PDF
    JabbarTapiheru
    Оценок пока нет
  • OE Difuse
    OE Difuse
    Документ23 страницы
    OE Difuse
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • 178 501 1 PB
    178 501 1 PB
    Документ27 страниц
    178 501 1 PB
    Reani Zulfa
    Оценок пока нет
  • PC TB
    PC TB
    Документ110 страниц
    PC TB
    Yayuk Abay Tambunan
    Оценок пока нет
  • Neuro Anesthesia
    Neuro Anesthesia
    Документ18 страниц
    Neuro Anesthesia
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • COVER
    COVER
    Документ2 страницы
    COVER
    Candra Yogiswara
    0% (1)
  • Responsi Bronkopneumonia
    Responsi Bronkopneumonia
    Документ35 страниц
    Responsi Bronkopneumonia
    Pande Doddy Haryadi
    Оценок пока нет
  • Terapi Cairan
    Terapi Cairan
    Документ35 страниц
    Terapi Cairan
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • Bali Profil 2015
    Bali Profil 2015
    Документ270 страниц
    Bali Profil 2015
    Hartotok Vipnet
    Оценок пока нет
  • SNH I II Dafpus Lampiran
    SNH I II Dafpus Lampiran
    Документ27 страниц
    SNH I II Dafpus Lampiran
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • NSAID
    NSAID
    Документ21 страница
    NSAID
    titaamalinda28
    20% (5)
  • Jurnal Fix Radiologi
    Jurnal Fix Radiologi
    Документ25 страниц
    Jurnal Fix Radiologi
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • Sensitisasi Perifer Dan Sentralll
    Sensitisasi Perifer Dan Sentralll
    Документ3 страницы
    Sensitisasi Perifer Dan Sentralll
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • Lengkap BronkoPneumonia Anak
    Lengkap BronkoPneumonia Anak
    Документ34 страницы
    Lengkap BronkoPneumonia Anak
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • 4 Tinjauan Pustaka Hepatobilier
    4 Tinjauan Pustaka Hepatobilier
    Документ23 страницы
    4 Tinjauan Pustaka Hepatobilier
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • Bab I, Ii
    Bab I, Ii
    Документ16 страниц
    Bab I, Ii
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • Bab I, Ii
    Bab I, Ii
    Документ16 страниц
    Bab I, Ii
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет
  • Rangkuman Penyakit Mata
    Rangkuman Penyakit Mata
    Документ11 страниц
    Rangkuman Penyakit Mata
    Candra Yogiswara
    100% (1)
  • Uremic Encephalopathy
    Uremic Encephalopathy
    Документ14 страниц
    Uremic Encephalopathy
    Candra Yogiswara
    Оценок пока нет