Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan terapi cairan intravena merupakan salah satu tindakan medis yang
paling sering dilakukan didunia. Terapi cairan umumnya terbagi menjadi tiga
golongan yaitu cairan kristaloid, cairan koloid dan kombinasi dari kedua cairan
tersebut. Dari ketiga cairan tersebut, saat ini cairan kristaloid merupakan cairan
yang paling sering digunakan. Contoh populer dari cairan tersebut adalah normal
saline dan Ringers Lactat.1,2
Dalam beberapa keadaan tertentu seperti dalam perang, cairan koloid dan
hipertonik menjadi altenatif dalam penangan resusitasi pasien. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan koloid dalam meningkatkan volume plasma secara efisien. 1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Cairan Koloid
2.1.1 Definisi
Cairan koloid adalah molekul yang memiliki berat jenis besar ditemukan pada
cairan intravaskular karena adanya tekenan onkotik. Cairan koloid menurut
pembentukannya terbagi menjadi dua yaitu natural colloids dan artificial colloids
contoh dari natural colloids adalah human albumin sedangkan contoh dari
artificial colloids adalah hydroxyethyl starch (HES), gelatin dan dextran.3
Berat Molekuler
Hampir semua cairan osmotik memiliki osmolal yang normal. Namun cairan
koloid memiliki tekanan onkotik lebih tinggi daripada cairan kristaloid. 3
Waktu paruh dari koloid bergantung pada berat jenis dari koloid, cara eliminasi,
dan fungsi dari organ eliminasi itu sendiri dimana mayoritas dieliminasi di ginjal.
Karena itu waktu paruh dari koloid bervariasi. 3
Ekspansi volume plasma dari koloid bergantung pada berat jenis molekul koloid.
Dimana persistensi intravaskular ditentukan juga oleh eliminasi koloid. Bila
dibandingkan dengan cairan kristaloid dengan pemberian dosis yag sama , cairan
koloid memiliki efek lebih baik dalam hal ekspansi plasma. Durasi dari ekspansi
volume bervariasi, gelatin dengan berat molekul paling rendah memiliki durasi
ekspansi volume paling pendek. 3
Albumin dan Gelatin memiliki pH yang sesuai dengan fisiologi, dimana cairan
yang lain memiliki kecendrungan pH yang bersifat asam. 3
Kandungan Elektrolit
Farmako-Ekonomi
Albumin memiliki waktu paruh yang panjang (16 jam). Dimana ketika diberikan
terdapat 2 fase yang terlihat. Pertama, Fase albumin menembus membran kapiler
dari intravaskuler menuju ekstravaskuler, pada fase ini tergantung terhadap
transcappilary exchange rate. Mekanisme terjadinya perpindahan albumin masih
belum jelas, namun albumin menembus kapiler membran melalui pores dan
menggunakan transporter yaitu albondin. Fase kedua adalah fungsi dari fractional
degradation rate. 2,3
Konsentrasi HES terbagi menjadi dua yaitu rendah (6%) dan tinggi (10 %), rata-
rata berat molekul hes adalah rendah (70kDa, medium (200kDa) dan tinggi (450
kDa), derajat substitusi dari HES dibagi menjadi rendah (0,45-0,58) dan tinggi
(0,62-0,70) sedangkan C2/C6 rasio adalah rendah : <8 dan tinggi >8 .3
C2/C6 rasio menunjukan dimana substitusi itu terjadi pada molekul glukosa awal
dan pada rasio C2/C6 yang tinggi akan memberikan efek meningkatkan waktu
paruh sehingga semakin lama dalam darah.
Waktu paruh HES selain bergantung pada berat molekul juga bergantung pada
akumulasi HES pada jaringan. Ginjal merupakan organ yang utama dalam
mengeliminasi HES walaupun terdapat endogenous enzim lain yang mampu
6
HES memberikan efek pada sistem koagulasi walaupun dalam dosis yang sesuai.
Efek tersebut berhubungan dengan berat jenis dari HES. HES berkontribusi
terhadap penurunan agregasi platelet, faktor VW, faktor VII, kekuatan dari clot
dan peningkatan dari protrobhin time maupun partial tromboplastin times. 2,3
HES memberikan efek terhadap fungsi ginjal dimana dalam sebuah penelitian
disebutkan terdapat peningkatan insiden gagal ginjal pada pasien sepsis yang
diberikan HES 6 %. Efek lain seperti reaksi anafilaktoid jarang dijumpai yaitu
sekitar 0,1%.3
Pentastarch memiliki berat molekul lebih kecil dibandingkan dengan HES dan
terdapat pemambahan hydroxyethil grup dalam kadar yang rendah. Cairan ini
terdapat dalam sediaan 6 % dan 10 % dimana rata-rata berat molekulnya adalah
254,000 kDa. Waktu paruh cairan ini adalah 5 jam dan seperti koloid lain nya
mamou menungkatkan intravaskuler volume lebih baik dibandingkan cairan infus
lainnya. 2,3
Cairan Gelatin
Gelatin merupakan derivat dari kolagen bovine dan tidak tersedia di amerika
utara, terdapat dua tipe yaitu urea-bridged dan bentukan succinylated. 3
Berat jenis dari gelatin yang rendah relatif memberikan efek yang lebih baik
dibandingkan albumin dan HS namun dalam peningkatan volume cairan hanya
bersifat sementara karena gelatin secara cepat dieliminasi oleh ginjal.3
7
Cairan Dextran
Reaksi alergi merupakan resiko utama yaiu 0,273 % pada pasien yang diberikan
dextran 70. 3
Koloid Kristaliod
Albumin
Koloid Kristaliod
Dextran
Mempengaruhi
koagulasi
Efek terhadap
fungsi ginjal
Reaksi Alergi
9
HES:
Albumin
Lebih lama Gelatin
Harga yang lebih mahal
pada tubuh
Efektifitas
Belum diketahui efek
Mempengaru terbatas
samping
hi koagulasi
Reaksi
Efek alergi
terhadap
fungsi ginjal
Penambahan Volume
Efek Koagulasi
Efek Imunologis
inflamasi. Respon terhadap hipoperfusi dan reperfusi jaringan adalah aktifasi dari
leukosit dengan cara mengeluarkan substan sitotoksik dan reaktif oksigen spesies
yang mampu merusak endothelial barrier, dan terjadi respon inflamasi karena
injury berkaitan dengan peranan dari hormon (seperti katekolamin,
adrenokortikotropik, kortisol dan glukagon) sitokin seperti tumor necrosis factor-
alfa, IL 6, IL 8 , IL 10 dan IL1-beta serta produk seluler lain seperti protease,
radikal bebas, eikosanoid, dan growth factor. 4
Penggunaan Pre-Hospital
Kondisi medan perang membuat keadaan pasien menjadi lebih buruk karena
waktu transportasi yang lama serta ketersediaan logistik medis yang kurang. Hal
12
ini berbeda bila dibandingkan pada resusitasi pasien non perang, kemungkinan
transportasi lebih cepat dan logistik lebih memadai. Selama ini kristaloid yaitu
1-2 L RL menjadi pilihan dalam menangani pasien yang mengalami perdarahan.
Dengan berkembangnya teknologi,sampai saat ini masih belum ada konsensus
mengenai melakukan resusitasi pasien pre hospital berkaitan dengan tipe,
volume,waktu menginisiasi serta jumlah cairan yang digunakan untuk resusitasi
Trauma Kepala
Pada pasien dengan trauma kepala akan semakin mudah timbul secondary injury
terutama akibat hipoksia dan hipotensi. Sawar darah otak normalnya bersifat
impermiabel terhadap sodium/garam. Perubahan kecil pada serum sodium akan
meningkatkan tekanan onkotik sehingga cairan akan berpindah dari kapiler otak,
sehingga penggunaan cairan kristaloid akan meningkatkan cairan otak yang
berpengaruh pada semakin meningkatnya tekanan intrakranial. Cairan hipertonik
akan menurunkan cairan otak sehingga menurunkan tekanan intracranial/
penelitian menunjukan saline 3 % menurunkan tekanan intrakranial secara
signigikan sedangkan saline 0,9 % tidak menimbulkan efek. 4
13
Pada pasien yang mengalami hipokia dan hipotensi akan menurunkan MAP,
turunnya MAP akan berdampak pada turun nya tekanan perfusi ke otak. Untuk
mencapai tekanan perfusi otak sebesar 70 mmHg diperlukan MAP yang berkisar
90-105 mmHg, penelitian menunjukan cairan hipertonik mampu mempertahankan
MAP diatas 60 mmHg. Selama ini terapi pada pasien trauma menggunakan
kristaloid dan koloid, namun seperti yang disebutkan diatas penggunaan kristaloid
sebagai terapi awal resusitasi memperburuk hemodinamik dari otak.4
Operasi Vaskuler
Luka Bakar
Pasien dengan luka bakar membutuhkan resusitasi cairan yang cepat dan tetap.
Menurut hukum parkland, tentara dengan berat badan 70 KG memiliki luka bakar
40 % membutuhkan 11200 cairan selama 24 jam pertama, dan setengah dari
cairan tersebut harus dimasukan dalam 8 jam pertama. Penggunaan cairan
14
Hipernatremia
dan kaluresis, sehingga tenaga medis perlu melakukan observasi elektrolit pada
pasien dengan pemberian cairan hipertonik. 4
Reaksi Anafilaktik
Efek samping yang dilaporkan pada pemberian cairan HS 7,5 % adalah adanya
sensasi rasa panas dan ditekan pada daerah infus, karena tingginya dari
osmolalitas HS 7,5 yaitu 2400 mOsm/kg H2O. Namun setelah pemberian cairan
dihentikan sensasi tersebut menghilang. 4
BAB III
KESIMPULAN
Cairan koloid secara umum lebih lama di intravaskuler dna menurunkan edema
bila dibandingkan dengan kristaloid namun disi lain koloid memberikan efek
samping seperti gangguan hemostatis, gangguan fungsi ginjal, dan reaksi alergi
sehingga perlu dipertimbangkan antara manfaat dan efek samping yang diberikan.