Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Paru-paru mempunyai sumber suplai darah dari Arteria Bronkialis dan Arteria
pulmonalis. Arteria Bronkialis berasal dari Aorta torakalis dan berjalan sepanjang
dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara ke vena cava superior dan
mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena brochialis yang lebih kecil akan
pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2-3%
paru.
Arteri Pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena
pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutup
alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas
Letak ruang ventrikel kanan paling depan di dalam rongga dada yaitu tepat
2
depan ventrikel kiri dan medial atrium kiri. Berbentuk bulan sabit/setengah
bulatan berdinding tipis dengan tebal 4-5 mm yang disebabkan oleh tekanan di
Dinding anterior dan inferior disusun oleh serabut otot yaitu trabekula karnae
yang sering membentuk persilangan satu sama lain. otot ini di bagian apikal
berukuran besar yaitu trabecula septo marginal (moderator band). Ventrikel kanan
secara fungsional dapat dibagi dua alur ruang yaitu alur masuk ventrikel kanan
(Righ ventricular out flow tract) berbentuk tabung atau corong, berdinding licin
Alur masuk dan keluar dipisahkan oleh krista supra ventrikuler yang terletak tepat
2.3 Definisi
dari ventrikel kanan yang disebabkan oleh adanya gangguan primer dari system
3
disfungsi paru-paru dan jantung dalam cor pulmonal. Kelainan pada ventrikel
kanan yang disebabkan oleh adanya kelainan utama pada ventrikel kiri tidak
dianggap sebagai cor pulmonal, tetapi cor pulmonal dapat berkembang dan
pulmonal seringkali berlangsung kronis dengan progress yang lambat, onset akut
cor pulmonal dapat memburuk dengan komplikasi yang dapat mengancam jiwa.1,2
2.4 Epidemiologi
prevalensi yang tepat dari cor pulmonale sulit untuk ditentukan karena tidak
terjadi pada semua kasus PPOK, pemeriksaan fisik tidak sensitive untuk
sekitar 6-7 % dari seluruh kasus penyakit jantung dewasa di Amerika Serikat,
dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) karena bronchitis kronis dan
akibat adanya emboli paru massif. Tromboemboli paru akut adalah penyebab
paling sering dari cor pulmonale akut yang mengancam jiwa pada orang dewasa.
Terdapat sekitar 50.000 angka kematian di Amerika Serikat dalam setahun akibat
emboli paru dan sekitar setengahnya terjadi dalam satu jam pertama akibat gagal
jantung kanan.
tergantung pada prevalensi merokok, polusi udara, dan factor resiko lain untuk
4
2.5 Etiologi
- fibrosis paru
- penyakit fibrokistik
- Penyakit serebrovaskular
darah paru.
2.6 Patogenesis
5
Titik kritis dari rangkaian kejadian ini nampaknya terletak pada peningkatan
paru-paru adalah (1) vasokontriksi hipoksik dari pembuluh darah paru-paru dan
(2) obstruksi dan atau obliterasi anyaman vaskuler paru-paru. Mekanisme yang
hipercapnea, asidosis merupakan ciri khas PPOM bronchitis lanjut adalah contoh
yang paling baik. Hipoksia alveolar (jaringan) memberikan rangsangan yang lebih
sehingga timbul respon yang lebih kuat terhadap hipoksia akut. Asidosis,
dan peningkatan curah jantung yang dirangsang oleh hipoksia kronik dan
penyakit obstruktif, pembuluh darah paru-paru juga tertekan dari luar karena efek
mekanik dari volume paru-paru yang besar. Tetapi, peranan obstruksi dan
sampai tiga perempat dari anyaman vaskuler harus mengalami obstruksi atau
6
rusak sebelum terjadi peningkatan tekanan arteria paru-paru yang bermakna.
pulmonale.
fungsional dibagi menjadi empat derajat sesuai dengan keadaan klinis pasien
Klasifikasi Deskripsi
Derajat I Hipertensi pulmonal tanpa menyebabkan keterbatasan
aktivitas. Aktivitas sehari-hari tidak menyebabkan sesak
nafas, letih, nyeri dada, atau hampir pingsan.
7
Hipertensi Pulmonal yang menyebabkan terjadinya gejala
pada saat apapun juga. Pasien memiliki tanda-tanda gagal
jantung kanan. Merasa sesak dan cepat letih atau keduanya
walaupun saat istirahat dan diperberat dengan aktivitas
fisik.
hipervolemia akibat adanya retensi air dan natrium, serta meningkatnya cardiac
output (Allegra et al.,2005). Ketika jantung kanan tidak lagi dapat melakukan
adaptasi dan kompensasi maka akhirnya timbul kegagalan jantung kanan yang
ditandai dengan adanya edema perifer. Jangka waktu terjadinya hipertropi atau
dilatasi ventrikel kanan maupun gagal jantung kanan pada masing-masing orang
1. Hipoventilasi alveoli
8
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, cor pulmonale dibagi menjadi 5
a) Fase: 1
Pada fase ini belum nampak gejala klinis yang jelas, selain ditemukannya
b) Fase: 2
napas, mengi, sesak napas ketika berjalan menanjak atau setelah banyak
memanjang, ronki basah dan kering, mengi. Letak diafragma rendah dan
c) Fase: 3
Pada fase ini nampak gejala hipoksemia yang lebih jelas. Didapatkan pula
d) Fase: 4
9
Ditandai dengan hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung kadang
somnolens. Pada keadaan yang berat dapat terjadi koma dan kehilangan
kesadaran.
e) Fase: 5
Pada fase ini nampak kelainan jantung, dan tekanan arteri pulmonal
10
2.7 Gambaran Klinis
Perlu dilakukan anamnesis yang teliti ada tidaknya penyakit paru yang
mendasari dan jenis kelainan paru seperti batuk kronik yang produktif, sesak nafas
waktu beraktifitas, nafas yang berbunyi, mudah fatig kelemahan. Pada fase awal
berupa pembesaran ventrikel kanan, tidak menimbulkan keluhan jadi lebih banyak
baru timbul bila sudah ada gagal jantung kanan misalnya edema dan nyeri parut
kanan atas. Infeksi paru sering mencetuskan gagal jantung, hipersekresi branchus,
edema alveolar, serta bronkospasme yang menurunkan ventilasi paru lalu timbul
Manifestasi klinis dari cor pulmonale biasanya tidak spesifik. Terutama pada
stadium awal penyakit, dan mungkin keliru karena disebabkan patologi paru yang
mendasari.
Gejala
batuk. Nyeri dada angina juga dapat terjadi dan mungkin karena iskemia ventrikel
kanan atau peregangan arteri pulmonalis. Berbagai gejala neurologis dapat dilihat
karena curah jantung menurun dan hipoksemia. Hemoptisis dapat terjadi karena
hemoptisis pada hipertensi pulmonal. Pasien mungkin mengeluh suara serak tapi
jarang karena kompresi saraf laring rekuren kiri oleh arteri paru melebar.
11
Pada tahap lanjut, kongesti hepar pasif sekunder untuk gagal ventrikel
kuadran kanan atas, dan jaundice. Selain itu, sinkop karena kelelahan, yang juga
vena atrium kanan, perifer, dan tekanan kapiler. Dengan meningkatkan gradien
Meskipun ini adalah penjelasan sederhana untuk edema perifer di cor pulmonale,
hipotesis lainnya menjelaskan gejala ini, terutama di sebagian kecil dari pasien
peningkatan tekanan atrium kanan. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dan
filtrasi natrium dan stimulasi arginin vasopressin (yang menurunkan ekskresi air
pengaturan ini dan bahkan mungkin memiliki peran untuk edema perifer pada
pasien dengan cor pulmonale yang memiliki tekanan atrium kanan meningkat.
Tanda
hipertensi paru, hipertrofi ventrikel kanan (RVH), dan kegagalan RV. Peningkatan
diameter dada, ada upaya pernafasan dengan retraksi dinding dada, distensi vena
12
Pada auskultasi paru-paru, mengi dan ronki mungkin terdengar sebagai
didengar dalam tahap awal. Sebuah murmur ejeksi sistolik ejeksi pada daerah
arteri pulmonal bisa terdengar dalam penyakit lanjut, bersama dengan murmur
regurgitasi diastolik paru. Temuan lain pada auskultasi dari sistem kardiovaskular
mungkin terdengar ketiga dan keempat dari murmur jantung sistolik dan
regurgitasi trikuspid.
RVH ditandai oleh denyut kuat angkat di parasternal atau subxiphoid kiri.
sistemik.
ekstremitas bawah menunjukkan bukti pitting edema. Edema pada cor pulmonale
2 8 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
13
- Hematokrit untuk polycythemia, yang dapat merupakan konsekuensi dari
scleroderma
Rontgen Toraks
pulmonal dan atrium kanan yang menonjol. Kardiomegali sering tertutup oleh
hiper inflasi paru yang menekan diafragma sehingga jantung tampaknya normal
karena vertikal. Pembesaran ventrikel kanan lebih jelas pada posisi oblik atau
lateral. Selain itu didapatkan juga diafragma yang rendah dan datar serta ruang
udara retrosternal yang lebih besar, sehingga hipertrofi dan dilatasi ventrikel
14
Ekokardiografi
Dimensi ruang ventrikel kanan membesar, tapi struktur dan dimensi ventrikel
15
Kateterisasi jantung
Tekanan atrium kiri dan tekanan kapiler paru normal, menandakan bahwa
hipertensi pulmonal berasal dari prekapiler dan bukan berasal dari jantung kiri.
Pada kasus yang ringan, kelainan ini belum nyata. Penyakit jantung paru tidak
jarang disertai penyakit jantung koroner terlebih pada penyakit paru obstruksi
16
c. Rasio amplitude R/S di V1 lebih besar dari sadapan 1
inkomplet.
prekordial.
h. Gelombang QRS dengan voltase lebih rendah terutama pada PPOK karena
adanya hiperinflasi.
infark miokard.
2.9 Diagnosis
17
col pulmonal yakni bila keadaan pasien sedang stabil atau belum terjadi gagal
mitral.
pulmonal karena peninggian tekanan aorta yang relatif kecil (pada fase
bendungan vena
- Perikarditis konstriktifa
dapat dibedakan dengan test fungsi paru dan analisa gas darah
2.11 Penatalaksanaan
pada pasien PPOM. Pembatasan cairan yang masuk dan diuretik mengurangi
tanda-tanda yang timbul akibat gagal ventrikel kanan. Terapi anti koagulansia
kadang perlu trakeostomi untuk membantu aspirasi sekret dan mengurangi ruang
18
mati. Preventif yaitu berhenti merokok, olah raga bertahap dan teratur serta senam
proses patogenesis yang masih bisa ditangani secara langsung dan secara
dan asidosis.
diatas perlu diambil tindakan berikut (Humbert et al., 2004; Palevsky dan
Fishman, 1991):
b) Pemberian 02
Terapi 02 pada penderita cor pulmonale yang disebabkan oleh PPOK harus
berhati-hati oleh karena dapat mengakibatkan retensi CO2.. Oleh karena itu
19
d) Pemberian glikosida jantung (digoxin) pada pasien dengan gagal jantung
f) Flebotomi untuk mengurangi jumlah sel darah merah. Hal ini jarang
polisitemia.
2.12 Prognosis
angka kematian rata-rata 5 tahun sekitar 40-50%. Juga obstruksi vaskuler paru
penderita dengan hipertensi pulmonal obstruksi vaskuler kronik hanya hidup 2-3
20
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Eugene Braunwald : Heart Disease, Fourth edition, volume II, 1989, pp 1581-
1601.
II, PP 1155-1157.
Prof. dr. Sp.PD, ke : Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison, edisi 15,
dan 2, edisi 4, EGC, Jakarta, 1995, hal. 723-725 dan hal. 650.
22
10. Lily Ismodiati, Faisal Baras, Santoso K, Popy S : Buku Ajar Kardiologi,
11. Hill. N.S and Farber. W. Pulmonary Hypertension. N Engl J Med. 2008.
359;20.
Anthony S Fauci, Dennis L Kasper, edis bahasa Indonesia; Ahmad H. Asdie Prof.
dr. Sp.PD, ke : Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison, edisi 15, volume 3,
23