Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DASAR TEORI
Pada sistem proteksi tenaga listrik, ada beberapa persyaratan yang menjadi
standar kehandalan dari sistem proteksi itu sendiri, meliputi:
1. Selektivitas
Selektivitas suatu sistem proteksi tenaga listrik adalah kemampuan rele
proteksi untuk melakukan tripping secara tepat sesuai rencana yang telah
ditentukan pada saat mendesain sistem proteksi tersebut. Dalam pengertian lain,
selektivitas berarti rele harus mempunyai daya beda, sehingga mampu dengan
tepat memilih bagian yang terkena gangguan. Kemudian rele bertugas
mengamankan peralatan dengan cara mendeteksi adanya gangguan dan
memberikan perintah kepada pemutus tenaga (PMT) agar pemutus tenaga
membuka kontaknya sehingga hanya memutuskan pada daerah yang dekat dengan
gangguan. Sifat pemutusan yang selektif ini dikenal juga dengan sebutan
diskriminasi yang dapat dicapai dengan dua metoda, yaitu:
a. Sistem Tingkatan Waktu
Sistem proteksi pada zona yang berdekatan diatur untuk beroperasi dengan
tingkatan waktu operasi yang berbeda-beda melalui pengaturan urutan kerja
peralatan, sehingga pada saat terjadi gangguan, meski sejumlah peralatan
proteksi akan beroperasi merespon adanya gangguan, namun hanya
peralatan proteksi yang relevan dengan zona gangguan yang akan
menyelesaikan keseluruhan urutan proses pemutusan, sedangkan sistem lain
tidak akan menyelesaikan urutan pemutusannya dan akan kembali keposisi
awalnya.
Gambar 2.2 Sistem radial menguakan pemisahan berdasarkan waktu
Sumber : Hendra M.Yudha, 2008, Rele Proteksi Prinsip dan
Aplikasinya.
Dalam Gambar 2.2 diberikan ilustrasi penggunaan metode ini pada sebuah
sistem distribusi radial sederhana. PMT diletakkan pada B, C, D dan E yang
merupakan titik-titik awal dari suatu seksi atau awal dari titik injeksi setiap
seksi dari sebuah sistem tenaga. Masing-masing unit proteksi dilengkapi
dengan Rele arus lebih tipe definite time delay dimana operasi reley
diinisiasi oleh elemen time delay. Bila penyetelan elemen arus dilakukan
berdasarkan arus gangguan maka elemen ini tidak akan berperan dalam
menentukan pemisahan yang diinginkan. Karena alasan, Rele jenis ini
kerapkali dijelaskan sebagai Rele dengan independent definite time delay
relay karena waktu operasinya dalam pemakaiannya tidak tergantung pada
besar kecilnya level arus gangguan. Elemen time delay yang akan
menentukan pemisahan.
Relay pada B disetel dengan waktu tunda terkecil yang memungkinkan Fuse
yang terpasang disisi sekunder Transformator A bekerja lebih dahulu bila
gangguan yang terjadi disisi sekunder Transformator A. Tipikal besarnya
waktu tunda 0,25s sudah memadai. Jika gangguan terjadi dititik F, Rele
pada B akan beroperasi dalam 0,25s dan berdasarkan urutan operasinya,
PMT pada B akan membuka guna mengisolir gangguan sebelum Rele-Rele
pada C, D dan E mempunyai cukup waktu untuk nyelesaikan urutan
operasinya. Kelemahan utama dari pemisahan berdasarkan waktu ini adalah
bila gangguan terjadi dekat pada sumber tenaga, maka waktu operasi
pemutusan membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan arus gangguan
yang terjadi dalam level Mega Volt Ampere (MVA) tertinggi.
b. Sistem Unit
Dimungkinakan untuk mendesain sistem proteksi yang hanya akan
merespon kondisi gangguan yang berada dalam zona yang didefinisikan.
Proteksi seperti ini atau daerah proteksi ini dapat diterapkan dalam suatu
sistem tenaga elektrik, mengingat bahwa operasi sistem tidak dipengaruhi
oleh waktu, maka operasi sistem dapat lebih cepat. Proteksi Unit umumnya
dicapai dengan membandingkan besaran-besaran sistem dalam batasan
daerah operasi tertentu.
Metoda manapun yang digunakan harus selalu diingat bahwa selektifitas bukanlah
bagian dari desain rele, hal ini merupakan suatu fungsi penerapan koordinasi yang
benar antara CT dan rele dengan suatu pilihan penyetelan yang tepat dengan
mempertimbangkan beberapa hal, seperti arus gangguan, arus beban maksimum,
impedansi sistem dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.
2. Stabilitas
Stabilitas sistem proteksi biasanya terkait dengan skema unit proteksi,
yang dimaksudkan untuk mengambarkan kemampuan sistem proteksi tertentu
untuk tetap bertahan pada karakteristik kerjanya dan tidak terpengaruh faktor luar
di luar daerah proteksinya, misalnya pada arus beban lebih dan arus gangguan
lebih. Dengan kata lain, stabilitas dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan
untuk tetap konsisten hanya bekerja pada daerah proteksi di mana dia dirancang
tanpa terpengaruh oleh berbagai parameter luar yang tidak merupakan besaran
yang perlu diperhitungkan.
3. Kecepatan Operasi
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan
stabilitas operasi. Untuk memperkecil kerugian/kerusakan akibat gangguan, maka
bagian yang terganggu harus dilepaskan secepat mungkin dari bagian sistem
lainya. Keterlambatan melepaskan sistem yang terganggu dapat mengakibatkan
gangguan kestabilan pada sistem atau dapat merusak peralatan dan komponen
jaringan yang disebabkan oleh thermal stress. Waktu pembebasan gangguan yang
tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. (sumber : Makalah
Seminar Kerja Praktek Sistem Proteksi Generator Berbasis RCS-985 Pada PLTU
Pacitan)
4. Sensitivitas (kepekaan)
Sensitivitas adalah istilah yang sering dikaitkan dengan harga besaran
penggerak minimum, seperti level arus minimum, tegangan, daya dan besaran lain
dimana rele atau skema proteksi masih dapat bekerja dengan baik. Suatu rele
disebut sensitif bila parameter operasi utamanya rendah. Artinya, semakin rendah
besaran parameter penggerak maka perangkat tersebut dikatakan semakin sensitif.
Sehingga rele harus dapat bekerja dengan cepat ketika terjadinya gangguan.
Pada gambar 2.3 relay berfungsi sebagai elemen perasa atau pengukur
ketika adanya gangguan. Kemudian rele mengirim pesan atau perintah kepada
PMT agar melepas bagian sistem yang terganggu. Sedangkan trafo arus dan trafo
tegangan berfungsi sebagai perubah nilai besaran arus dan tegangan dari sirkuit
primer ke sirkuit sekunder relay.
2.2.1 Pemutus Tegangan (PMT)
PMT merupakan peralatan saklar/switching mekanis, yang mampu
menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta
mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus
beban dalam spesifik kondisi abnormal/gangguan seperti kondisi short circuit/
hubung singkat. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar
dapat melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut:
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban
maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus
tenaga itu sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri. Setiap
PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya
2.2.2 Trafo arus atau Current Transformer (CT)
CT yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran
arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer Tegangan Ekstra Tinggi (TET),
Tegangan Tinggi (TT) dan dan Tegangan Menengah (TM) yang berskala besar
dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran arus
yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
Generator adalah sebuah objek yang memiliki potensi bahaya yang sangat
banyak, untuk itu dibutuhkan atensi atau perhatian lebih dalam hal proteksi.
Potensi bahaya/masalah dalam Generator dapat dikelompokkan dalam dua
kategori, yaitu: 1). Gangguan internal dalam daerah proteksi, dan 2). Kondisi
sistem tidak normal dan atau operasi tidak normal.
1. Gangguan internal meliputi: gangguan fasa, gangguan tanah pada stator
dan daerah proteksi yang berhubungan, dan juga gangguan tanah pada
rotor (belitan medan)
2. Kondisi sistem dan atau operasi yang tidak normal, meliputi: kehilangan
eksitasi (kehilangan medan) atau eksitasi kurang, beban lebih, tegangan
lebih, frekuensi kurang atau lebih, arus tidak seimbang-fasa tunggal,
kehilangan penggerak mula, unit hubungan ketidak serempakan, Out-of
step (kehilangan sinkronisasi), Osilasi subsinkronisasi.
2.3.1. Hubungan hubungan generator
1. Terhubung lansung (satu atau beberapa) melaui PMT ke rel bus atau rel
daya. Biasanya pada hubungan ini generator terhubung Wyei, tetapi dapat
juga delta. Biasanya digunakan untuk Generator-Generator dengan kVA
dan MVA kecil, khususnya pada pembangkit air dan industri yang
memiliki pembangkit sendiri. Generator-Generator mungkin terhubung ke
pentanahan sistem tenaga secara langsung atau melalui isolasi hubungan
Delta dari Transformator.
Gambar 2.6. Unit generator terhubung lansung pada sebuah bus bersama
Sumber : Hendra M. Yudha, 2008, Rele Proteksi Prinsip dan
Aplikasinya.
2. Hubung unit, dimana Generator dihubungkan langsung ke Transformator
tanpa melalui Pemutus Tenaga seperti ditunjukkan pada Gambar 7-3.
Hubungan tipe ini sering digunakan untuk Generator ukuran besar.
Kebanyakan Generator terhubung Wyei, sedikit sekali yang terhubung
Delta. Hubungan ini dapat dilakukan untuk satu atau beberapa Generator
terpisah (cross-compound) yang digerakkan oleh suatu sistem penggerak
mula. Generator dapat pula dihubungkan ke sistem melalui sebuah
AutoTransformator.
Peran relay SCR ini adalah pengamanan bantu generator untuk mendeteksi
persyaratan sinkronisasi, jika persyaratan sinkron generator tidak terpenuhi maka
relay ini akan memberi sinyal berupa alarm, indikator lampu dan bila perlu
memberi perintah trip terhadap CB.
Relay ini bekerja jika terjadi pembebanan yang tidak seimbang dalam
sistem atau adanya gangguan satu fasa dan dua fasa pada sistem menyebabkan
generator tidak seimbang dan menimbulkan arus urutan negatif. Arus urutan
negatif yang berlebihan akan menginduksikan arus medan berfrekuensi rangkap
dengan arah yang berlawanan dengan putaran rotor. Hal ini akan menyebabkan
adanya pemanasan lebih dan kerusakan pada bagian-bagian konstruksi rotor.
Relay ini juga bekerja ketika terjadi overheat setempat yang diakibatkan
pemanasan pada stator diakibatkan oleh kerusakan laminasi dan kendornya
bagian-bagian didalam stator, seperti pada stator wedges dan ujung terminal
belitan.
I. Relay frekuensi
a. Bagi rele pengaman sangat penting untuk mengetahui keadaan tidak normal
dan kemudian mengamankannya dengan memperhatikan kemampuan untuk
kembali kekeadaan semula/normal secara otomatis.
b. Kemampuan selektif suatu keadaan normal harus segera kemabli kekeadaan
normalnya dengan cara pelepasan beban seminimum mungkin setelah
gangguan terjadi.
c. Kepekaan rele harus bekerja sedemikian telitinya sehingga pada keadaan
bagaimanapun kekeurangan pembangkit dapat dirasakan dan dengan
kecepatan kerja tertentu.
d. Waktu kerja. Dalam hal tertentu rele ini harus bekerja dalam waktu singkat
dan dalam keadaan lain rele dapat juga bekerja dalam waktu tertunda (time
day), yang mana semua ini ditentukan oleh keadaan sistem dan kecepatan
kerja alat-alat pada sistem tersebut.
J. Relay diferensial
Rele daya balik berfungsi untuk mendeteksi aliran daya balik aktif yang
masuk pada generator. Berubahnya aliran daya aktif pada arah generator akan
membuat generator menjadi motor, dikenal sebagai peristiwa motoring. Pengaruh
ini disebabkan oleh pengaruh rendahnya input daya dari prime mover.
Bila daya input ini tidak dapat mengatasi rugi-rugi daya yang ada maka
kekurangan daya dapat diperoleh dengan menyerap daya aktif dari jaringan.
Selama penguatan masih ada maka aliran daya aktif generator sama halnya
dengan saat generator bekerja sebagai motor, sehingga daya aktif masuk ke
generator dan daya reaktif dapat masuk atau keluar dari generator.
Peristiwa motoring ini dapat juga menimbulkan kerusakan lebih parah pada
turbin ketika aliran uap berhenti. Temperatur sudu-sudu akan naik akibat rugi
gesekan turbin dengan udara. Untuk itu di dalam turbin gas dan uap dilengkapi
sensor aliran dan temperatur yang dapat memberikan pesan pada rele untuk trip.
Akan tetapi pada generator juga dipasng rele daya balik yang berfungsi sebagai
cadangan bila pengaman di turbin gagal bekerja. Adapun single line diagram rele
daya balik adalah sebagai berikut :
Gambar 2.17 aplikasi relay daya balik pada generator/reverse power (32)
Sumber : https://wama201141.files.wordpress.com/proteksi sistem
tenaga
Relay arus lebih adalah suatu relay dimana bekerjanya berdasarkan adanya
kenaikkan arus yang melewati batasan nilai seting pada relei. Relay jenis ini
digunakan untuk mengamankan peralatan terhadap gangguan hubung singkat
antar fasa, hubung singkat satu fasa ke tanah dan beberapa hal dapat digunakan
sebagai pengaman beban lebih. Digunakan sebagai pengaman utama pada
jaringan distribusi dan sub transmisi sistem radial, sebagai pengaman cadangan
untuk generator, transformator daya dan saluran transmisi.
Relay arus lebih dapat dikelompkan menjadi : Rela arus lebih seketika, dan Rele
arus lebih waktu tertentu.
1. Rele arus lebih seketika
Relay arus lebih seketika adalah jenis relay arus lebih yang paling
sederhana dimana jangka waktu kerja relay yaitu mulai saat relay
mengalami pick-up (waktu kerja) sampai selesainya kerja relay sangat
singkat yakni sekitar 20 100 mili detik tanpa adanya penundaan waktu.
Bila terjadi gangguan maka harga arus beban I naik melebihi harga yang
diijinkan, maka harga lr juga akan naik. Bila naiknya harga arus ini
melebihi harga operasi dari relay, maka relay arus lebih seketika akan
bekerja. Kerja dari relay ini ditandai dengan bergeraknya kontaktor gerak
relay untuk menutup kontak. Dengan demikian, rangkaian pemutus/trip
akan tertutup. Mengingat pada rangkaian ini terdapat sumber arus searah,
maka pada kumparan pemutus akan dialiri arus searah yang selanjutnya
akan mengerjakan Kontak Pemutus sehingga bagian sistem yang harus
diamankan terbuka. Untuk mengetahui bahwa relay harus bekerja, maka
perlu dipasang suatu alarm.
a b
Gambar 2.18 Rele arus lebih seketika :
(a). Rangkaian rele arus lebih seketika; (b). Karateristik rele arus lebih
seketika
Sumber : Muhammad T. Alawiy, 2006, Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Keterangan :
R = Relay arus lebih seketika
CT = Transformator arus (Current transformer)
Ir = Arus yang melewati kumparan relay
I = Arus beban
BB = Bus-bar
TC = Kumparan pemutus (Triping Coil)
DC = Sumber arus searah
- = Polaritas negatif sumber arus searah
+ = Polaritas positif sumber arus searah
A = Tanda bahaya (Alarm
2. Relay arus lebih waktu tertentu
Relay arus lebih waktu tertentu adalah jenis relay arus lebih dimana
jangka waktu relay mulai waktu kerja (pick-up) sampai selesainya kerja
relay dapat diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak tergantung dari
besarnya arus yang mengerjakannya (tergantung dari besarnya arus
setting, melebihi arus setting maka waktu kerja relay ditentukan oleh
waktu settingnya).
a b
Gambar 2.19 Rele arus lebih waktu tertentu :
(a). Rangkaian rele arus lebih waktu tertentu ; (b). Karateristik
relearus lebih tertentu
sumber : Muhammad T. Alawiy, 2006, Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Pada gambar , sisa-sisa pembakaran batu bara akan dibuang melalui Ash
Silo. Abu yang berukuran lebih besar akan dibuah ke bawah (bottom Ash
Silo) yang diangkut menggunakan Bucket Conveyor. Sedanagkan abu
ringan yang berterbangan akan di isap oled ID Fan yang melalui kisi-kisi
suatu ESP (elektro static precipator) untuk menangkap debu sebelum di
buang ke stack (cerebong).
3. Water Treatment Plan (WTP)
Proses ini merupakan proses pengolahan air laut untuk menjadi air demin
yang digunakan dalam PLTU yang hasil uapannya baik digunakan untuk
memutar turbin. Air demin digunkan dalam PLTU untuk menghindari
korosi pada peralatan karena ada mineral yang terkandung dalam air. Air
demin merupkan air yang murni (bebas dari kandungan mineral).
4. Condansate and Feed Water System