Вы находитесь на странице: 1из 19

PENGELOLAAN SAMPAH

DI KABUPATEN TASIKMALAYA

LAPORAN

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan

Disusun Oleh
Kelas B-2014
Anggi Damayanti 144101063
Dewi Astuti N 144101058
Dewi Aulia Nurbani 144101062
Kemala Utami Pratiwi 144101050
Nely Miftahul H 144101053
Novy Novitasari 144101045
Sintia Laurena 144101054
Siti Mariyam ENR 144101057
Susan Susilawati 144101049
Veby Yunisa A 144101071
Yola Marlinda 144101078

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2017
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit
karena kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang
dapat ditimbulkan oleh sampah. Faktor yang menyebabkan
permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah
meningkatnya taraf hidup masyarakat yang tidak disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi
masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan dan
membuang sampah pada tempatnya (Slamet, 2009).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun
2008 yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan atau/proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan
menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga
maupun sampah sejenis sampah rumah tangga. Sedangkan
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh
dan berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan, dan
penanganan sampah.
Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi
masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan
karakteristik sampah yang semakin beragam. Dampak peningkatan
aktivitas manusia, lebih lanjut mengakibatkan bertambahnya sampah.
Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan
perkotaan karena pengelolaan persampahan yang kurang memadai.
Oleh karena itu, perlu dilaksanakan suatu cara untuk menangani
masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang selama ini
terjadi pada kota tidak menjadi masalah serius bagi warga
masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Sejalan dengan
itu, bahwa masalah persampahan telah mengakibatkan pencemaran
lingkungan secara berantai, seperti bau busuk yang mengganggu,
sumber penularan penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai yang dapat
mengakibatkan banjir. (Naatonis, 2010)
Salah satu permasalahan sampah yang cukup rumit adalah
permasalahan sampah pasar, sebab selain jumlahnya yang relatif
banyak, sampah pasar juga mempunyai problematik tersendiri.
Keadaan ini terjadi di pasar tradisional sebagai salah satu wadah
perekonomian sebagian besar masyarakat perkotaan. Aktivitas yang
ada baik itu jual beli antara pedagang dengan pengunjung atau
pembeli secara tidak langsung dapat menyebabkan adanya timbulan
sampah pada pasar tersebut setiap harinya.(Naatonis, 2010)
Tempat pengumpulan sampah yang terbuka dapat menjadikan
tempat perkembangbiakan kuman penyakit, yang akan menjadi
sumber infeksi. Dan tempat perkembangbiakannya vektor penyakit
yang dapat menularkan penyakit melalui makanan dan minuman,
serta ganguan estetika. Kondisi ini perlu dicermati agar tidak
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Pewadahan
sampah yang ada pada saat ini masih belum seragam, baik dari bentuk
dan kapasitas serta bahannya. Mulai dari Pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan dan pembuangan sementara hingga ke pembuangan
akhir dinilai masih perlu untuk dibenahi.
Berikut beberapa faktor penyebab penumpukan sampah yaitu:
1. Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya
tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.
2. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk
mengangkut sampah kurang efektif.
3. Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu
mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi
menjadi tumpukan sampah.
4. Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat
membusuk.
5. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah.
Masyarakat sering membuang sampah di sembarang tempat sebagai
jalan pintas.
6. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai
pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
7. Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai
pengolahan sampah secara tepat.
8. Manajemen sampah tidak efektif
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dari itu penulis ingin
mengetahui pengelolaan sampah di Kabupaten Tasikmalaya.

B. Pembahasan
1. Pengelola Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Tasikmalaya berada di
bawah tanggung jawab Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kebersihan
Pertamanan dan Pemadam Kebakaran Dinas Permukiman Tata Ruang
dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tasikmalaya, dengan kekuatan
personil sebanyak 39 orang, yang terdiri dari:
a. Kepala UPTD : 1 orang
b. Karyawan operasional : 10 orang
c. Armada sampah (sopir, pengangkut sampah, : 28 orang
penagih retribus, dan pemelihara taman)
Jumlah : 39 orang

2. Cakupan Pelayanan Kebersihan dan Timbunan Sampah


Secara umum, tingkat pelayanan pengelolaan persampahan di
Kabupaten Tasikmalaya masih rendah yaitu 30 % atau baru 10
kecamatan dari 39 kecamatan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya.
Sedangkan, 2 kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Bantarkalong dan
Kecamatan Karangnunggal, pengelolaan sampahnya dikerjasamakan
dengan pihak desa setempat dengan volume sampah yang terkelola
adalah 12 M3/hari. Sepuluh kecamatan yang mendapat pelayanan
kebersihan adalah Kecamatan Manonjaya, Kecamatan Singaparna,
Kecamatan Ciawi, Kecamatan Rajapolah, Kecamatan Cisayong,
Kecamatan Mangunreja, Kecamatan Sukarame, Kecamatan Jamanis,
sebagian Kecamatan Leuwisari, dan sebagian Kecamatan Padakembang.
Dari daftar kecamatan tersebut, yang termasuk WPU-Utara hanya 4
kecamatan dari 9 kecamatan yang ada di WPU-Utara, yaitu Kecamatan
Ciawi, Kecamatan Rajapolah, Kecamatan Cisayong, dan Kecamatan
Jamanis.
Dengan memperhatikan jumlah penduduk terlayani tahun 2015 dan
tingkat timbunan sampah 2,5 L/orang/hari, maka estimasi timbunan
sampah teoritis per hari di 9 kecamatan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Estimasi Timbunan Sampah Teoritis
Jumlah Estimasi
Tingkat
Penduduk Timbunan
No. Kecamatan Timbunan
(jiwa) Sampah
(L/orang/hari)
Terlayani (M3/hari)
1 Singaparna 61.889 2,5 154,72
2 Ciawi 58.350 2,5 145,88
3 Rajapolah 43.541 2,5 108,85
4 Cisayong 50.898 2,5 127,25
5 Mangunreja 35.354 2,5 88,39
6 Sukarame 39.059 2,5 97,65
7 Jamanis 33.036 2,5 82,59
Sebagian Leuwisari
8 17.886 2,5 44,72
(50%)
Sebagian
9 16.072 2,5 40,18
Padakembang (50%)
Jumlah 356.085 890,23
Sumber: CV. Buana Cipta Karya, 2015

Dari 9 kecamatan tersebut, yang merupakan WPU-Utara hanya 4


kecamatan, yaitu Kecamatan Ciawi, Kecamatan Rajapolah, Kecamatan
Cisayong, dan Kecamatan Jamanis. Hal ini harus diperhatikan agar
sampah dari seluruh Kecamatan dapat dikelola di kemudian hari.
3. Perkiraan Sampah Terangkut
Saat ini terdapat kurang lebih 18 TPS dan beberapa titik non-TPS
yang tersebar di 9 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, yang 4 dari 9
kecamatan tersebut merupakan kecamatan-kecamatan yang terletak di
WPU-Utara, dengan kapasitas masing-masing TPS 2 M3 dan non-TPS
yang bervariasi. Berikut ini adalah perkiraan jumlah sampah terangkut di
WPU-Utara Kabupaten Tasikmalaya:

Tabel 1.2
Perkiraan Timbunan Sampah dan Sampah Terangkut di Singaparna
Perkiraan
Terangkut
No. Kecamatan TPS Timbunan
(M3/hari)
(M3/hari)
Pasar Terminal 6
Pasar Pemda 6
Pasar Kudang 6
Jl. Raya Singaparna 12
Leuwi Tugu 4
1 Singaparna Kp. Cipeundeuy 5
Jl. H. Ruchyat 2
Depan SMAN 1 9
Sukamanah 2
Asrama Polisi 6
Cikedokan 1
Alun-alun Ciawi 4
2 Ciawi Jl. Perjuangan 1,5
Belakang Pasar Ciawi 16
Ujung Jl. Bedahan 1
3 Rajapolah
Pasar Rajapolah 12
4 Cisayong Container 6
5 Mangunreja Tersebar 6
Jumlah 105,5 21,1
Sumber: Mapping 3R Kota Singaparna, KNLH 2015
Tabel 1.3
Perkiraan Timbunan Sampah dan Sampah Terangkut
No. Kecamatan TPS Perkiraan Terangkut
Timbunan (M3/hari)
3
(M /hari)
1 Sukarame Tersebar 6
2 Jamanis Tersebar 5
3 Leuwisari Tersebar 4
4 Padakembang Tersebar 4
SUKARAME, JAMANIS, LEUWISARI, 19 5
PADAKEMBANG
Sumber: Data Primer, 2015

Dari uraian di atas, maka dapat diperkirakan bahwa timbunan


sampah yang terangkut ke TPA Nangkaleah adalah 35 M3/hari.

4. Mekanisme Penanganan Sampah


Mekanisme penanganan sampah di Kabupaten Tasikmalaya masih
menganut paradigma lama pengelolaan sampah, yaitu sistem Kumpul
Angkut Buang yang dapat digambarkan dari alur sebagai berikut:

Sumber Stasiun
Sampah Pewadahan Pengumpulan Transfer Pengangkutan TPA
TPS

Perumahan Kantong Plastik Gerobag Truk Dump


Perdagangan Bin/Tong sampah Truk
Pasar Keranjang
Perkantoran Kontainer
Taman
Tempat Umum
Jalan

Terdapat 3 lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di


Kabupaten Tasikmalaya, yaitu:
a. TPA Nangkaleah yang terletak di Desa Maragajaya, Kecamatan
Mangunreja, WPU-Tengah
b. TPA Nangkaleah yang terletak di Desa Sukasukur, Kecamatan
Mangunreja, WPU-Tengah
c. TPA Guranteng yang terletak di Desa Guranteng, Kecamatan
Pagerageung, WPU-Utara
Dari ketiga TPA tersebut, TPA yang beroperasi saat ini hanya TPA
Nangkaleah, di WPU-Tengah Kabupaten Tasikmalaya. Untuk TPA
Guranteng yang terletak di wilayah studi, tidak dioperasikan karena
kondisi topografi TPA yang tidak memungkinkan, sedangkan untuk TPA
Nangkaelah pada saat ini dalah kondisi belum dioperasikan. Peletakan
TPA WPU-Utara merupakan keputusan yang kurang tepat karena
memang Desa Guranteng merupakan desa dengan topografi berbukit
curam dan lagi sulit diakses karena tidak dilalui kendaraan umum dan
memiliki jalan yang berbukit dan berlubang. Selain itu, alat angkut
sampah sendiri sampai saat ini masih didominasi oleh gerobak sampah.
Jadi sangat tidak memungkinkan mengangkut sampah ke Desa
Guranteng karena hanya akan meningkatkan biaya angkut.
TPA Nangkaleah sendiri berada di perbukitan lemah sekitar 20 Km
Barat dari Kota Tasikmalaya. Berada di Kecamatan Mangunreja sebagai
pusat Pemerintahan Kabupaten Tasikmlaya. Terletak pada posisi
4o1010 4o3000 LS dan 98o3700 98o4500 BT. TPA
Nangkaleah sudah beroperasi selama 23 tahun, dengan sistem
operasional Opne Dumping dan mempunyai sisa umur TPA 3 tahun
lagi. Luas areal TPA Nangkaleah adalah 3,4 Ha dengan status
kepemilikan lahan milik Pemerintah Kabupaten Tasikmlaya. Area 3,4 Ha
tersebut sekitar 2 Ha dipergunakan untuk area penumbunan sampah
dan sisanya untuk fasilitas TPA lainnya. Volume sampah yang masuk ke
TPA Nangkaleah berasal dari rumah tangga, pasar, kantor, sekolah, dll.
Volume sampah tersebut diangkut dengan kendaraan dumptruck dengan
kapasitas 8 M3/hari sebanyak 4 unit dengan ritasi rata-rata per kendaraan
sebanyak satu kali sehari. Berikut ini adalah rincian alat angkut yang
tersedia:
Tabel 1.4
Tabel Rincian Alat Angkut Sampah
Jenis Alat Kapasitas per Masih Beroperasi
No. Jumlah Ritasi
Angkut Unit (m3) Ya Tidak
Gerobak
1 65 1 3-4 65
sampah
Dump truck
2 6 6 2 6
kecil
3 Arm roll kecil 2 2 1 2
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2015

Permukiman penduduk terdekat dengan TPA berjarak 500 meter


dan sungai terdekat berjarak 50 meter. Lahan sekeliling TPA
merupakan hutan campuran dengan beraneka ragam pepohonan. Hutan
campuran ini membatasi areal TPA dengan permukiman terdekat. Sekitar
lokasi TPA juga dilakukan penghijauan dengan tanaman glodogan dan
areal TPA dibatasi dengan pagar dari Kihujan.
Selain itu, untuk mengolah air limbah, tidak terdapat IPAL domestik
komunal. Namun terdapat pengelolaan air limbah domestik sebagai
berikut:
Tabel 1.5
Tabel Pengelolaan Air Limbah
Pengolahan Air Limbah Jumlah
No. Prosentase
Domestik Penduduk/KK
Sewerage system (IPAL
1 - -
Komunal)
Septik Tank Komunal (contoh:
2 - -
MCK, MCK plus)
3 Individual septik tank 378.027 80%
4 Tanpa diolah 85.056 18%
5 Lainnya 9.451 2%

Di TPA Nangkaleah terdapat 2 sumur pantau. Air sumur pantau


tersebut termasuk kriteria mutu air Kelas IV, yaitu air yang
peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan/atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan muru air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Selain itu, dengan diberlakukannya UU Nomor 19 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah maka sistem operasional TPA di Kabupaten
Tasikmalaya sudah tidak relevan lagi dan harus diganti dari Open
Dumping menjadi Sanitary Landfill atau Control Landfill. Berikut adalah
program yang akan dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Tasikmalaya
untuk menyongsong diberlakukannya UU Nomor 18 Tahun 2008
tersebut diantaranya sebagai berikut:
a. Peningkatan sumber daya manusia di bidang persampahan
b. Pemenuhan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan
c. Pengelolaan dan perbaikan TPA
d. Peningkatan cakupan pelayanan
e. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
5. Pemanfaatan Sampah
Tiga unit alat 3R dari Kementrian Negara LH untuk Kabupaten
Tasikmalaya ditempatkan di tiga tempat yaitu di TPA Nangkaleah
Kecamatan Mangunreja, Kecamatan Rajapolah, dan Kecamatan
Singaparna.
a. Kegiatan 3R (Reuse, Reduce, and Recycling)
1) Teknologi pengomposan
Upaya pengomposan sudah mulai dilakukan oleh masyarakat
Kabupaten Tasikmalaya walaupuna masih dalam skala kecil,
baik oleh perorangan (skala rumah tangga) maupun oleh
perkumpulan. Upaya pengomposan juga dilakukan di sekitar
lokasi TPA dengan memanfaatkan sampah organik yang masuk
ke TPA.
2) Teknologi Pembakaran
Teknologi pembakaran dengan incinerator belum dilakukan
di Kabupaten Tasikmalaya. Sebenarnya beberapa puskesmas
sudah memiliki incinerator, namun tidak dijalankan karena
kendala operasional. Sementara, sampah medis pun disatukan
dengan sampah lainnya dan dibuang ke TPA.
3) Aktivitas Pemulung
Aktivitas pada pemulung di TPA maupun di TPS-TPS yang
mengambil sampah-sampah an-organik yang layak dijual
berupa: botol, logam, plastik. Aktivitas ini menghasilkan
sampah layak jual sebesar 7-10 kg/hari dalam kondisi sudah
bersih/disucui. Hasil dari para pemulung ini selanjutnya dijual
ke bandar. Penghasilan dari para pemulung sebesar Rp
15.0000,00 Rp 20.000,00 per orang/hari.
b. Tujuan implementasi 3R skala kota sebagai berikut.
1) Mengurangi volume sampah
2) Meningkatkan sampah terolah
3) Mengurangi sampah yang dibuang ke TPA
4) Antisipasi diberlakukannya RUU Pengelolaan Sampah
c. Target implementasi 3R skala kota sebagai berikut.
1) Sampah terolah minimal 20% pada tahun pertama, minimal 30%
pada tahun kedua, dan minimal 50% pada tahun ketiga dari total
timbunan sampah
2) Berkurangnya sampah yang dibuang ke TPA sekurang-
kurangnya 50% selama kegiatan.
Lampiran A

Gambar A.1 Jalan Lokasi Pengelolaan Sampah

Gambar A.2 Lokasi Pengelolaan Sampah


Gambar A.3 Lokasi Pengelolaan Sampah

Gambar A.4 Lokasi Sekitar Pengelolaan Sampah


Gambar A.5 Lokasi Sekitar Pengelolaan Sampah

Gambar A.6 Lokasi Sekitar Pengelolaan Sampah


Lampiran B

Gambar B.1 Merokok

Gambar B.2 Jajanan tidak higiene

Gambar B.3 Jajanan tidak higiene


Gambar B.4 Jamban tidak sehat dan tidak memenuhi syarat

Gambar B.5 Jamban tidak sehat dan tidak memenuhi syarat

Gambar B.6 Jamban tidak sehat dan tidak memenuhi syarat


Gambar B.7 Jamban tidak sehat dan tidak memenuhi syarat

Gambar B.8 Perilaku cuci tangan yang tidak benar


Gambar B.9 Tempat sampah tidak memenuhi syarat

Gambar B.10 Membuang sampah sembarangan


DAFTAR PUSTAKA

Slamet, 2009. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Gajahmada University Perss

Naatonis, R. M. 2010. Sistem Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat Di


Kampung Nelayan Oesapa Kupang. Program Pascasarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota UNDIP Semarang

Вам также может понравиться