Вы находитесь на странице: 1из 12

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

OLEH :
Agresia Laras Puspita IIIA (151290)
Mirahati IIIA (151311)
Novera Leonora A.E.S IIIA (151315)
Nyoman Cahya S.B. IIIA (151316)
Hizkia D. Praing IIIB (151339)
Natalia IIIB (151351)
Susi Yulitasari IIIB (151357)
Veronica Anggi Y. IIIB (151359)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA


MALANG
Tahap Pengkajian
Menurut Mubarak dkk (2009), Susanto (2012). Konsep pengkajian asuhan
keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:
1) Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala
keluarga, dan genogram (genogram keluarga ada tiga generasi).
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya, mengkaji asal suku bangsa
keluarga, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan.
1. Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga.
2. Tempat tinggal keluarga bagaimana.
3. Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi dan pendidikan.
4. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana, baik tradisional maupun
modern.
5. Bahasa sehari-hari di rumah.
6. Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi. Apakah
keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik-praktik pelayanan
kesehatan tradisional, atau mempunyai kepercayaan tradisional dalam
bidang kesehatan.
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta yang dapat
mempengaruhi kesehatan seperti:
1. Apakah anggota keluarga yang berbeda keyakinan
2. Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau organisasi
keagamaan
3. Agama yang dianut oleh kerluarga
4. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai nilai keagamaan yang dianut dalam
kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala
keluarga maupaun anggota keluarga lainnya, kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga seperti:
1. Jumlah pendapatan perbulan
2. Sumber-sumber pendapatan perbulan
3. Jumlah pengeluaran perbulan
4. Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
5. Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluaran nya.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan keluarga pergi bersama untuk mengunjungi tempat rekreasin,
namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang dan
senggang keluarga.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas
tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji
riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan kelurga.
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga saat ini, dan komunikasi
antar keluarga tersebut, apaka ada pertengkaran , perdebatan dan sebagainya
antar keluarga.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Pada tahap ini yang dikaji adalah tugas perkembangan keluarga saat ini yg
belum belum dilaksanakan secara optimal oleh keluarga.
c. Riwayat kelurga inti.
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga inti, dan apa latar
belakang sebelum menjalani sebuah kelurga.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Pada tahap ini yang dikaji adalah bagaimana keaadan keluarga sebelumnya,
sampai keadaan sekarang.
3) Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak posisi rumah pada denah perkampungan
yg ditinggali keluarga dengan jelas.
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Pada tahap ini yg dikaji adalah gambaran tentang rumah keluarga dan apa yg
dilakukan keluarga setiap harinya, misalnya berbaur dengan tetangga.
c. Mobilitas geografis keluarga
pada tahap ini yg dikaji adalah letak daerah rumah keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Pada tahap ini yg dikaji adalah tentang interaksi dengan tetangga, misalnya
apakah keluarga mengikuti pengajian atau perkumpulan ibu-ibu rumah
tangga lainnya ataupun kegiatan lainya
e. Sistem pendukung keluarga meliputi:
1) Jumlah anggota keluarga yang sehat
2) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan masyarakat setempat, lembaga pemerintahan, maupun swasta
atau LSM
3) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga
4) Struktur Keluarga
a. Pola-pola komunikasi keluarga
menjelaskan komunikasi antar anggota keluarga, termasuk pesan yang
disampaikan, bhsa yang digunakan, komunikasi secara langsung atau tidak,
pesan emosional(positif/negatif), frekuensi kualitas komunikasi yang
berlangsung.adakah hal hal yang tertutup dalam keluarga dan untuk
didiskusikan.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat yang memutuskan dalam
penggunaan keuangan, pengambilan keputusan dalam pekerjaan tempat
tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak anak.
Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan adalah membuat keputusan.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
d. Struktur nilai atau norma keluarga
menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok
atau komunitas
5) Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Mengkaji diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan kepada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
b. Fungsi sosialisasi
Mengkaji tentang otonomi setiap anggota dalam keluarga, saling
ketergantungan keluarga, yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak
c. Fungsi perawatan kesehatan
Mengkaji tentang sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian ,
dan perlindungan terhadap anggota yang sakit
d. Fungsi reproduksi
Mengkaji tentang beberapa jumlah anak , merencanakan jumlah anggota
keluarga serta metode yang digunakan keluarga dalam mengendalikan
jumlah anggota keluarga
e. Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang pangan dan
papan
6) Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan.
b. Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stresor
d. Strategi koping yang digunakan
e. Strategi adaptasi disfungsional.
7) Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran :
a) Compos mentis, yaitu Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelinglingnya.
b) Apatis, keadaan kesadaran yang segan untuk berhubunagn dengan
lingkungan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, tidak segera menjawab bila
ditanya.
c) Somnolent, keadaan kesadaran yang mau tidur saja. penderita dapat
dibangunkan dengan rangsangan suara yang keras. Bila rangsangan tiada
klien tertidur lagi.
d) Sopor/semi koma, keadaan kesadaran yang menyerupai koma, Penderita
hanya dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri.
e) Koma, keadaan kesadaran yang hilang sama sekali, penderita tidak dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang hebat.

GCS
Yaitu skala penilaian yang terdiri dari 3 indikator dari kesadaran, yaitu :
parameter nilai
Membuka mata Spontan 4
Atas perintah (suara) 3
Dirangsang (terhadap nyeri) 2
Tidak berespon 1

Respon verbal (bicara) Orientasi baik 5


Bingung (kata baik, kalimat 4
baik tetapi membingunkan)
Kata baik tetapi kalimat 3
tidak
Tidak keluar kata hanya 2
suara
Tidak keluar suara sama 1
sekali

Respon motorik (gerak) Mengikuti perintah 6


Gerakan local (dapat 5
menunjuk tempat)
Menarik diri (fleksi normal) 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada gerakan 1

Total skor 15 : compos mentis


Total skor 8 : koma
1. KEPALA, cukup jelas
2. RAMBUT , cukup jelas
3. MUKA
- asimetris
- bells palsy
- tic facialis
4. MATA
a. Konjungtiva
Diperiksa dengan cara klien melihat lurus kedepan, tarik kelopak
mata bagian bawah dengan menggunakan ibu jari dan amati
warnanya , misalnya anemic, infeksi, ikterik.
b. Pupil
Normal berbentuk bulat, sama besar (isokor), bila disinari
diamernya akan mengecil kiri dan kanan yang disebut refleks
cahaya langsung dan tak langsung.
c. Visus / ketajaman penglihatan.
Visus diperiksa kanan dan kiri satu persatu. Digunakan Optotype
Snellen yang dipasang pada jarak 6 meter dari penderita. Teknik
pemeriksaan, klien disuruh menyebut huruf / angka yang ditunjuk
oleh pemeriksa. Kemampuan menyebut sampai deretan huruf yang
mana tercantum ditepi ototype snellen.
Ketentuan nilai visus sebagai berikut :
- Visus mata emetrop diberi angka 6/6.
- Visus 6/60 hanya bisa menghitung jari-jari dari jarak 6 meter.
- Visus 6 / 300 hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6
meter.
- Visus 6/ 400 hanya bisa melihat terang gelap.
- Mata buta tidak bisa melihat terang.
d. Medan penglihatan :
Diamati normal atau menyempit. Caranya adalah perawat berdiri
didepan klien. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara
menutup mata yang tidak diperiksa. Beritahu klien untuk melihat
lurus kedepan dan memfokuskan pada satu titik pandang, misalnya
hidung perawat. Secara perlahan gerakkan jari anda pada suatu
garis vertical / dari samping, dekatkan kemata klien secara perlahan-
lahan dan anjurkan klien untuk memberitahu sewaktu melihat anda.
Dan seterusnya kemudian sebelahnya.

e. Buta Warna :
Suruh klien melihat warna disekitar dan tanyakan apakah dia
menjawab dengan benar warna yang kita tunjuk. Selain itu bisa kita
tanyakan langsung apakah klien buta warna atau tidak. Kalau ya
jenisnya apa. Akan lebih baik jika klien dites dengan Buku ishihara.
5. TELINGA
Teknik memeriksa pendengaran dengan Garputala:
Pemeriksaan garputala dapat dilakukan dengan cara yaitu Rinne dengan
tujuan untuk membandingkan antara konduksi udara dengan konduksi
tulang dan Weber dengan tujuan untuk mengetahui lateralisasi fibrasi
(getaran yang dirasakan baik oleh telinga kanan maupun kiri)
Pemeriksaan ini harus dilakukan diruang yang tenang dengan cara kerja
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Rinne
Vibrasikan garputala, letakkan garputala pada mastoid kiri klien,
anjurkan klien untuk memberitahu sewaktu tidak merasakan getaran
lagi, angkat garputala dan pegang didepan telinga kiri klien dengan
posisi garputala parallel terhadap lubang telinga luar klien, anjurkan
klien untuk memberitahu apakah masih mendengar suara getaran atau
tidak. Normalnya suara getaran masih dapat didengarkan karena
konduksi udara lebih baik dari pada konduksi tulang
b. Pemeriksaan Weber
Vibrasikan garputala, letakkan garputala ditengah-tengah dahi klien,
Tanya klien mengenai sebelah mana telinga mendengar suara getaran
lebih keras. Normalnya kedua telinga dapt mendengar secara
seimbang, sehingga getaran dirasakan ditengah-tengah kepala.
Determinasikan apakah kien mengalami gangguan konduksi tulang,
udara atau keduanya.
6. HIDUNG
Persiapan, duduk menghadap kearah klien, pasang lampu kepala,
elevasikan ujung hidung dengan cara menekan hidung secara ringan
dengan ibujari anda, kemudian amati bagian interior hidung.Untuk
mengamati lebih jelas pakai speculum hidung.
- Septum hidung : ditengah atau tidak.
- Sekret hidung : jernih atau purulent
- Polip : ada atau tidak
7. MULUT, cukup jelas
8. GIGI, cukup jelas
9. LIDAH, cukup jelas
10. TENGGOROKAN, cukup jelas
11. LEHER
Kelenjar thyroid
a. Inspeksi, dengan cara klien disuruh menelan dan amati gerakan
kelenjar thyroid pada takik suprasternal. Normalnya gerakan kelenjar
thyroid tidak dapat dilihat kecualai pada orang yang sangat kurus.
b. Palpasi, dengan cara perawt berdiri di belakang klien, tangan
diletakkan mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan jari
kedua dan ketiga. Bila teraba kelenjar thyroid maka determinasikan
menurut bentuk, ukuran, konsistensi dan permukaanya.
12. DADA
a. Simetris, yaitu ukuran dada kanan kiri sama.
b. Asimetris, yaitu ukuran dada kanan kiri tidak sama.
c. Retraksi, yaitu penarikan dada pada saaat bernafas kekanan atau
kekiri, kebawah, keatas dan lainnya
d. Ronchi, cirri khas ronchi adalah nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik pada inspirasi maupun expirasi. Ciri lain akan hilang
bila klien disuruh batuk. Ronchi terjadi akibat terkumpulnya cairan
mucus dalam trachea atau bronkuhus bronchus besar (misalnya
pada oedem paru).
e. Rales, bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran-
saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi.
f. Whezing, adalah bunyi musical terdengar ngiiiik atau pendek
ngiiik. Yang bisa didapat. Pada fase inspirasi dan atau expirasi,
bahkan biasanya lebih jelas pada expirasi. Whesing terjadi karena
adanya exudat, lengket tertiup aliran udara dan bergetar nyaring.
biasanya didapat pada bronchitis akut.

g. Suara S1/S2 dan murmur


Yaitu mendengar bunyi jantung dengan alat stetoskop. Bunyi jantung
adalah bunyi menutupnya katup mitral dan trikuspidal serta bunyi
menutupnya katup aorta dan pulmonalis. Bunyi jantung pertama (S1)
timbul akibat penutupan katup mitralis dan trikuspidalis. Bunyi
jantung kedua (S2) , timbul akibat penutupan katup aorta dan
pulmonalis. Biasanya S1 lebih keras dari pada S2, namun nada S1
lebih rendah sedangkan nada S2 tinggi. S1 didiskripsikan sebagai
bunyi lub, dan S2 sebagai dub,, jarak kedua bunyi adalah satu
detik atau kurang.
Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode
sistol dan diastole, tetapi pemeriksa yang berpengalaman dapat
mendengarkan berbagai bunyi tambahan (S3 dan S4). S3 dan S4
dapat didengar lebih jelas pada area apical dengan menggunakan
bagian sungkup (bell) stetoskop. S3 timbul pada awal diatole yang
terdengar seperti lub-dub-ee. S3 normal terdengar pada anak-anak
dan dewasa muda, maka bila didapatkan pada orang dewasa maka
dapat bertanda adanya kegagalan jantung. S4 jarang terdengar pada
orang normal , Bila ada ini terdengar saat mendekati akhir diastole
sebelum bunyi jantung pertama dan dinyatakan kira-kira seperti dee-
lub-dub (s4, s1, s2). S4 dapat sebagai tanda adanya hipertensi.
Auskultasi dilakukan pada 5 area utama untuk mendengarkan bunyi
jantung yaitu katup aorta, pulmonalis, trikuspidalis, apical dan
epigastrik. Caranya adalah anjurkan klien untuk bernafas secara
normal dan kemudian tahan napas saat ekspirasi, dengarkan S1
sambil melakukan palpasi pada nadi karotis. Bunyi S1 seirama
dengan nadi karotis berdenyut. Perhatikan intensitas, adanya
kelainan/variasi, pengaruh respires dan adanya splitting S! (suara S1
ganda. Konsentrasikan pada diastole, perhatikan secara seksama
untuk mengetahui bunyi tambahan atau murmur
13. ABDOMEN
Ascites, yaitu cairan dalam rongga perut mengikuti hukum gravitasi,
selalu berada dibagian bawah. Perkunsi dimulai dari tengah abdomen
dengan klien posisi terlentang, menyusuri didinding abdomen, perkunsi
terus dilakukan menuju kelateral. Perubahan suara dari timpani ke
pekak merupakan batas cairan ascites yang ada, kemudian klien
dipindah dengan posisi miring / lateral. Apabila memang ada cairan
dalam rongga abdomen tentu akan berpindah kebagian bawah
mengikuti gaya gravitasi
14. INTEGUMEN
a. Turgor, dinilai pada kulit perut dengan dicubit ringan. Bila lambat
kembali kekeadaan semula, menunjukan turgor turun, ini biasanya
terjadi pada klien dehidrasi.
b. Akral, bisa
- Hangat, terasa hangat pada kulit.
- Panas, terasa panas, biasanya pada klien yang terinfeksi.
- Dingin kering, klien dehidrasi terasa dingin kering.
- Dingin basah, klien hipertiroidisme terasa lembab karena
banyak berkeringat.
c. Ikterus, adalah warna kuning kehijauan yang tanpak dikulit, telapak
tangan dan sclera mata karena kadar bilirubin yang tinggi pada
penyakit hati
d. Dekubitus, adalah adanya luka akibat penekanan
e. Anemik / pucat, bisa dilihat pada telapak tangan, mucosa bibir,
conjungtiva, palpebra, warna dasar kuku karena kurangnya kadar
Hb.
f. Cyanosis, telapak kulit berwarna kebiruan akibat jumlah reduced Hb
melebihi kadar 5 gr%, akibat kegagalan transport O2 atau
menumpuknya CO2 dijaringan, juga tanpak pada telapak tangan,
mucosa bibir dan warna dasar kuku.
g. Kemerahan, kulit normal karena terpenuhiya O2.
h. Pigmentasi, warna coklat pada kulit.

15. EXTREMITAS
a. Kejang, adanya kekakuan otot disetai hentakan pada tubuh
b. Tremor, gemetar pada bagian tubuh akibat kelainan syaraf
c. Inkoordinasi, adanya kelainan koordinasi antara anggota extremitas
lainnya
d. Parese, yaitu tidak adanya rasa pada bagian tubuh / kulit tertentu
e. Plegi, adalah kelumpuhan
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik.
8) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

Вам также может понравиться