Вы находитесь на странице: 1из 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

BERORIENTASIKAN KONSTRUKTIVISME UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS, RESPON DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA MAN 1
MODEL KOTA BENGKULU
Elsa Susanti1)
Wahyu Widada 2)
Hanifah)

Mahasiswa1) dan Dosen2) Program Studi Pascasarjana (S2) Pendidikan


Matematika FKIP UNIB
elsasusanti@gmail.com; wahyu.unib@gmail.com; ifahzen@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran konstruktivis


terhadap aktivitas belajar, hasil belajar, dan respon siswa kelas XII IPA MAN 1
Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, kelas
eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan penerapan model
pembelajaran konstruktivis, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Populasinya adalah siswa kelas XII
IPA MAN 1 Kota Bengkulu. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster
random sampling. Data dianalisis dengan Anava Mixed Design. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada
kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol, yaitu 36,6 untuk kelas
eksperimen dan 35,0 untuk kelas kontrol. Dengan taraf signifikansi 5%, hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan model
pembelajaran konstruktivis terhadap hasil belajar siswa sebesar 96,8% dan
terhadap respon siswa sebesar 85,8%.

Kata Kunci: Pembelajaran model Konstruktivisme , Hasil Belajar


Matematika, dan respon Belajar Siswa.

1
. IMPLEMENTATION ORIENTED CONSTRUCTIVISTM
LEARNING MODEL TO ENHANCE THE ACTIVITY,
RESPONCE AND STUDENT LEARNING OUTCOMES MAN 1
MODEL OF BENGKULU CITY.
Elsa Susanti1)
Wahyu Widada 2)
Hanifah)

A Student1) dan a Lecture2) of Master Degree In Mathematics Education,


Faculty of Teacher and Education Bengkulu University
elsasusanti@gmail.com; wahyu.unib@gmail.com; ifahzen@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of constructivist learning to learning


activities, learning outcomes and student response class XII IPA 1 MAN
Bengkulu City. This study was an experimental study, the experimental class was
given treatment using constructivist learning model application, whereas classes
are given control treatment using conventional learning. The population is
students of class XII Science MAN 1 City of Bengkulu. Sampling was done by
cluster random sampling. Data were analyzed by Anova Mixed Design. The
results showed that the average student activity observed in the experimental
class superior to the control class, ie 36.6 to 35.0 for the experimental class and
control class. With a significance level of 5%, the results also showed that there
are effects of the application of constructivist learning model to the learning
outcomes of students by 96.8% and the response of students by 85.8%.

Keywords: Learning model of Constructivism, Mathematics Learning Outcomes


and Student response.

2
I. PENDAHULUAN

Upaya berbagai pihak untuk membuat matematika menjadi mata pelajaran


yang disenangi oleh siswa masih menemui kesulitan. Mata pelajaran matematika
bagi sebagian besar siswa masih menjadi momok yang menakutkan terutama
dalam Ujian Nasional (UN). Menurut ANTARA News (15 Mei 2015) bahwa untuk
program studi IPA, nilai rata-rata UN Matematika mengalami penurunan dari
sebelumnya 60,4 menjadi 59,17. Rerata skor UN Matematika Program IPS di
MAN 1 Kota Bengkulu terjadi peningkatan yang signifikan bila dibandingkan
dengan matematika Program IPA. Namun berdasarkan Mendikbud Anies
Baswedan (Antara News, 15 Mei 2015) bahwa hasil UN tingkat SMA/SMK/MA
pada 2015 yang diikuti sebanyak 1.661.832 peserta, meskipun nilai rata-rata
naik, sebagian besar nilai rata-rata mata pelajaran pada UN mengalami
penurunan terutama pada program studi IPS, Bahasa dan Agama.Untuk program
studi IPA, nilai rata-rata Matematika mengalami penurunan dari sebelumnya 60,4
menjadi 59,17. Sedangkan untuk program studi Bahasa, sebagian besar nilai
rata-rata mata pelajaran menurun seperti terutama Matematika turun 8,06. Hal
senada juga diungkap oleh Kadis Diknas Yogyakarta bahwa jumlah siswa yang
meraih nilai akhir matematika kurang dari 5,5 mencapai 6.694 siswa atau 13,80
persen dari total 48.507 peserta UN (KR.com, 2014). Oleh karena itu, perlu
diketahui peta kompetensi siswa MAN 1 Model Bengkulu dalam mata pelajaran
matematika.
Hasil penelitian Rasto, dkk. (2011) yang dilakukan di Kabupaten Garut dan
Kabupaten Tasikmalaya menemukan bahwa untuk mata pelajaran Ujian
Nasional: Biologi, Matematika, Kimia, Matematika, Bahasa Indonesia (IPA),
Bahasa Inggris (IPS), Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, masih terdapat
pencapaian SKL yang rendah jika dibandingkan dengan rata-rata hasil UN
tingkat rayon, provinsi dan nasional. Beberapa mata pelajaran yang telah
disebutkan di atas adalah mata pelajaran yang pencapaian SKL UN-nya lebih
rendah jika dibandingkan dengan rata-rata hasil UN tingkat rayon, provinsi dan
nasional.
Sebagai temuan awal dari hasil ujian nasional Matematika 2015 masih
banyak standar kompetensi lulusan yang belum dicapai oleh siswa MAN 1
Model Kota Bengkulu. Kesalahan-kesalahan siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu
adalah terletak pada pemahaman dan penerapan konsep/prinsip matematika,
yakni: 1) menghitung jarak titik ke garis/titik ke bidang pada bagun ruang, 2)
menentukan titik potong garis singgung suatu kurva dengan salah satu sumbu
koordinat, 3) menentukan integral tak tentu fungsi trigonometri, dan 4)
menyelesaikan luas daerah antara 2 kurva jika diputar mengelilingi sumbu-x. Hal
senada juga ditemukan Wahyu Widada (2011) bahwa kesalahan dalam ujian
nasional matematika dalam hal: 1) menentukan nilai kebenaran pernyataan
majemuk dari nilai kebenaran unsur pembentuk, 2) menentukan ingkaran dari
penyataan implikasi, 3) menentukan persamaan grafik fungsi kuadrat dengan 3
titik potong terhadap sumbu x dan y, 4) menentukan nilai determinan dari matriks
hasil operasi aljabar matriks berordo 2x2, 5) menentukan interval dimana fungsi
naik / turun / nilai ekstrim fungsi aljabar, 6) menghitung nilai rata-rata dari data
dalam bentuk histogram, dan 6) menghitung nilai modus dari data dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
Salah satu kelemahan tersebut adalah ketika siswa diminta untuk
menyederhanakan persamaan berikut ini. Sederhanakan persamaan 6a 5b

3
9a + 2b 12 = 0 dijawab secara salah oleh siswa sebagai berikut 6a 9a 5b +
2b 12 = 3a 7b 12 = 0. Selain itu, ketika siswa diminta menyelsaikan

, maka siswa menyelesaikan dengan = =



= + . Dalam hal ini siswa MAN 1 Model Kota
Bengkulu mengalami kesalahan prinsip intergral tak tentu. Hal ini mengakibatkan
lemahnya kompetensi siswa dalam memahami matematika. Oleh karena itu,
perlu diketahui peta kompetensi matematika siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu
dan faktor-faktor yang menyebabkan rendah/tingginya kompetensi matematika
siswa tersebut, sehingga dapat ditentukan alternatif model pembelajaran yang
dapat diterapkan untuk pembelajaran matematika bagi siswa MAN 1 Model Kota
Bengkulu. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi alternatif untuk
mengatasi rendahnya kompetensi siswa adalah penerapan model pembelajaran
yang berorientasikan konstruktivisme untuk meningkatkan aktivitas , respon, dan
hasil belajar Matematika Siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu.
Pembelajaran konstruktivis menghendaki pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Siswa diarahkan untuk membangun konsep dan prinsip matematika
melalui aktivitas mental dan fisik berdasarkan pengalaman-pengalamannya.
Pengalaman - pengalaman tersebut diperoleh melalui keterlibatan siswa dengan
lingkungannya. Sehingga, peran guru berubah hanya sebagai fasilitator, bukan
pemberi informasi. Siswalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan,
bukan guru ataupun orang lain. Siswa harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya. Penekanan belajar dengan kondisi siswa yang aktif perlu
dikembangkan dan dilaksanakan secara ekstensif. Kreativitas dan keaktifan
siswa dapat membantu belajar secara mandiri, sedemikian hingga dapat
meningkatkan aktivitas, respon dan hasil belajar siswa.
Menurut Wahyu Widada (2015), salah satu dasar dari paham konstruktivis
adalah teori Piaget. Piaget menyatakan bahwa anak membangun sendiri
skemanya serta membangun konsepkonsep melalui pengalaman
pengalamannya. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa
jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Persamaan antara Piaget dan instruktivis terletak pada peran guru sebagai
fasilitator bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif bagi siswa-siswanya.
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: Penerapan Model Pembelajaran Berorientasikan Konstruktivisme untuk
Meningkatkan Aktivitas , Respon , dan Hasil Belajar Matematika Siswa MAN 1
Model Kota Bengkulu Penelitian ini telah menelusuri jawaban atas: 1)
Bagaimana aktivitas belajar siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu yang diajar
dengan model pembelajaran berorientasikan konstruktivisme?; 2) Bagaimana
pengaruh model pembelajaran berorientasikan konstruktivisme terhadap hasil
belajar matematika siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu?; 3) Bagaimana
pengaruh model model pembelajaran berorientasikan konstruktivisme terhadap
respon siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu?

II. KAJIAN PUSTAKA


Menurut Wahyu Widada (2012), prinsipprinsip dalam pembelajaran yang
berpaham konstruktivis, diantaranya sebagai berikut: (1) Pengetahuan dibangun
oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial; (2) Pengetahuan tidak
dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktivan siswa itu

4
sendiri untuk menalar; (3) Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga
selalu terjadiperubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta
sesuai dengan konsep ilmiah; (4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana
dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus (Suparno, 1996).

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Pada penelitian


quasi eksperimen kelas sampel pertama (kelas eksperimen) pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berorientasikan
konstruktivisme untuk meningkatkan aktivitas , respon dan hasil belajar
matematika siswa dan pada kelas sampel ke dua (kelas kontrol) pembelajaran
dilaksanakan dengan pembelajaran konvensional guru menjelaskan pelajaran
dengan metode ceramah dan menjelaskan contoh-contoh soal secara biasa.
Populasi adalah seluruh siswa kelas XII MA Negeri 1 Kota Bengkulu yang
terdaftar pada tahun ajaran 2016/ 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik random sampling yang menggunakan rumus dari Taro Yamane atau

Slovin (dalam Riduwan dan Kuncoro, 2007:44) sebagai berikut: = .2 +1
Keterangan: N = Jumlah populasi, n = Jumlah sampel, dan 2 = Presisi yang
ditetapkan, sehingga diperoleh sampel sebanyak 70 siswa. Peneliti akan memilih
dua kelas yang homogen, yaitu kelas XII IPA 1 sebagai Kelas eksperimen dan
kelas XII IPA 2 sebagai Kelas kontrol.
Data hasil pretest dan postest hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dianalisis dengan menggunakan ANOVA Mix Design, yang
sebelumnya dilakukan pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan
uji homogenitas. Sedangkan respon awal dan akhir siswa MAN 1 Model Kota
Bengkulu baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol akan diuji juga dengan
menggunakan Anava Campuran (Anava Mixed Design) yang sebelumnya juga
dilakukan pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji
homogenitas.

IV. HASIL PENELITIAN


1. Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa dan Guru MAN 1 Model Kota
Bengkulu Kelas Eksperimen dan Kontrol.
a) Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Data rata-rata hasil pengamatan aktivitas belajar siswa yang diperoleh
dari kedua kelas, yaitu kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah
sebagai berikut:

Tabel 1. Rata-Rata Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Pertemuan Rata-Rata Rata-Rata
Skor Kategori Skor Kategori
I 30,5 Cukup 30 Cukup
II 33,5 Baik 32 Cukup
III 37 Baik 35 Baik
IV 41 Baik 39 Baik
V 41 Baik 39 Baik

5
Rata-Rata 36,6 Baik 35 Baik
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata hasil pengamatan aktivitas belajar
siswa masing-masing pertemuan pada kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan kelas kontrol yaitu 36,6 untuk kelas eksperimen dan 35
untuk kelas kontrol.
b) Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
Data rata-rata hasilpengamatan aktivitas guru yang diperoleh dari kedua
kelas, yaitu kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Rata-Rata Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Pertemuan Rata-Rata Rata-Rata
Skor Kategori Skor Kategori
I 31 Cukup 31 Cukup
II 33,5 Baik 34 Baik
III 40,5 Baik 40,5 Baik
IV 41 Baik 41 Baik
V 41 Baik 41 Baik
Rata-Rata 37,4 Baik 37,1 Baik
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil pengamatan aktivitas guru masing-
masing pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol didapatkan
rata-rata skor hasil pengamatan aktivitas guru yang hampir sama yaitu
37,4 untuk kelas eksperimen dan 37,1 untuk kelas kontrol.

2. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivis terhadap Hasil Belajar


Siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu
Data hasil belajar siswa yang diperoleh dari pretest dan posttest kedua
kelas, yaitu kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Data Hasil Belajar Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


STATISTIK
Pretest Postest Pretest Postest
Nilai Maximum 49,00 82,00 49,00 76,00
Nilai Minimum 36,00 70,00 36,00 64,00
Mean 42,25 76,00 42,44 69,42
Median 42,00 76,00 42,00 69,50
Modus 43,00 76,00 42,00 70,00
Standar Deviasi 3,31 3,42 3,25 3,29

Dari tabel di atas dapat dilihat pada pretest antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol didapatkan mean skor hasil belajar siswa yang hampir sama, yaitu
42,25 untuk kelas eksperimen dan 42,44 untuk kelas kontrol. Sedangkan pada
posttest didapatkan mean skor hasil belajar siswa yang berbeda antar dua kelas,
dengan mean kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol, yaitu
76,00 untuk kelas eksperimen dan 69,42 untuk kelas kontrol. Setelah dilakukan
pengujian persyaratan berupa uji normalitas dan homogenitas, diperoleh bahwa:
model pembelajaran konstruktivis yang diberikan meningkatkan hasil belajar

6
siswa Kelas XII IPA MAN 1 Kota Bengkulu sebesar 96,8% sedangkan
peningkatan kelas kontrol 95,1%. Hal ini dibuktikan dengan uji ANOVA yang
menghasilkan nilai F 666,8, dan [sig = 0,000] < [ = 0,05].

3. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivis terhadap Respon Siswa


MAN 1 Model Kota Bengkulu.

Data respon siswa yang diperoleh dari pretest dan posttest kedua kelas,
yaitu kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 4.40.Data Respon Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


STATISTIK
Pretest Postest Pretest Postest
Nilai Maximum 88,00 117,00 87,00 114,00
Nilai Minimum 65,00 86,00 66,00 88,00
Mean 77,72 101,14 77,83 98,97
Median 78,50 100,00 78,00 99,00
Modus 74,00 100,00 82,00 98,00
Standar Deviasi 4,98 6,52 4,93 5,48

Dari tabel di atas dapat dilihat pada pretest antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol didapatkan mean skor respon siswa yang hampir sama, yaitu 77,72
untuk kelas eksperimen dan 77,83 untuk kelas kontrol. Sedangkan pada posttest
didapatkan mean skor respon siswa yang berbeda antar dua kelas, dengan
mean kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol, yaitu 101,14
untuk kelas eksperimen dan 98,97 untuk kelas kontrol. Setelah dilakukan
pengujian persyaratan berupa uji normalitas dan homogenitas, diperoleh bahwa
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran
konstruktivis terhadap respon siswa sebesar 0,858. Sedangkan pengaruh model
pembelajaran konvensional terhadap respon siswa sebesar 0,831.

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, rata-rata
hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan kelas kontrol, yaitu 36,6 untuk kelas eksperimen dan 35,0 untuk
kelas kontrol. Sedangkan rata-rata hasil pengamatan aktivitas guru pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol hampir sama, yaitu 37,4 untuk kelas eksperimen
dan 37,1 untuk kelas kontrol.
Kegiatan yang dilakukan siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran
matematika pokok bahasan integral dengan model pembelajaran konvensional
antara lain melakukan pengamatan, penyelidikan, diskusi, tanya jawab,
melaporkan atau mempresentasikanhasil kegiatan dan kesimpulan. Melalui
kegiatan-kegiatan tersebut, siswa diarahkan untuk aktif berpikir dan mencari
penyelesaikan dari permasalahan. Dengan demikian diharapkan siswa dapat
memahami konsep atau prinsip melalui temuan sendiri. Kegiatan pada kelas
kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional antara lain: guru
menjelaskan materi, kemudian guru melakukan tanya jawab untuk mengukur
sejauh mana siswa memahami materi, siswa mendiskusikan soal yang diberikan

7
oleh guru, dan guru bersama-sama dengan siswa membahas soal. Kegiatan
pembelajaran konvensional berupa metode ini terpusat kepada guru.
Hasil penelitian pada pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh
penggunaan model pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan hasil
belajar dan memberikan respon positif siswa. Hal ini diduga karena pada
penerapan model pembelajaran konstruktivis lebih menitik beratkan pada
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses, atau pengolahan
informasi untuk meningkatkan kapabiilitas siswa melalui proses pembelajaran
yang dituangkan guru dengan bantuan LKS sebagaimana yang diungkapkan
oleh Suci Murtini (2006) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar
dengan dunia fisik dan lingkungannnya. Hasil belajar seseorang tergantung pada
apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang
mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Adapun menurut Wahyu Widada (2012),prinsip prinsip dalam
pembelajaran yang berpaham konstruktivis, diantaranya sebagai berikut: (1)
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial;
(2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya
dengan keaktivan siswa itu sendiri untuk menalar; (3) Siswa aktif mengkonstruksi
terus menerus sehingga selalu terjadiperubahan konsep menuju ke konsep yang
lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) Guru sekedar
membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa
berjalan mulus. Untuk itu aktivitas siswa dalam kegiatan belajar merupakan unsur
pokok untuk mencapai keberhasilan belajar siswa tersebut. Sesuai dengan
paham konstruktivis, belajar merupakan kegiatan aktif, dengan siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggung jawab
atas hasil belajarnya.
Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih cenderung
menerima pelajaran dari guru, mencatat, dan menghapal materi pelajaran,
sehingga kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang
akhirnya berimplikasi kepada ketidakmampuan dalam memahami konsep
matematika yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pengujian terhadap data pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji Anova Mix Design
menunjukkan bahwa respon awal siswa pada kedua kelas tidak berbeda secara
signifikan. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen adalah 77,72, sedangkan pada
kelas kontrol nilai rata-rata 77,83. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
respon awal kedua kelas adalah sama. Sedangkan hasil pengolahan data
postest, didapatkan bahwa perbedaan respon yang signifikan setelah penerapan
model konstruktivis pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen adalah 101,14, sedangkan
pada kelas kontrol nilai rata-rata 98,97. Hasil penelitian pada pengujian hipotesis
ketiga ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran
konstruktivisme terhadap kemampuan respon siswa. Hal ini diduga karena pada
penerapan model pembelajaran konstruktivis lebih menitikberatkan pada
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses, atau pengolahan
informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran
yang dituangkan guru dengan bantuan LKS.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Suwarni
(2004) meneliti dengan judul : Pengaruh Penggunaan Pendekatan
Konstruktivisme Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi

8
Belajar Siswa Pada SMP Negeri Kecamatan Jatiyoso. Hasil penelitian Sri
Suwarni adalah terdapat penelitian perbedaan prestasi belajar siswa yang
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
pendekatan konstruktivisme dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika secara konvensional. Prestasi belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Suradi (2005) meneliti
dengan judul : Manajemen Pembelajaran Konstruktivis Sebagai Upaya
Peningkatan Motivasi, Aktivitas, Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II
SMPN 2 Pleret Bantul. Hasil penelitian Suradi adalah pembelajaran dengan
pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar
siswa , Asterina Budiyani (2009) meneliti dengan judul : Efektivitas pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran Matematika dari aktivitas belajar siswa
SMP. Hasil penelitian Asterina Budiyani adalah prestasi belajar matematika
siswa dan aktivitas belajar siswa lebih baik daripada prestasi belajar matematika
siswa dan aktivitas belajar siswa dengan pendekatan konvensional dan Prayito
(2010) meneliti dengan judul: Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Humanistik Berbasis Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi
Segitiga Kelas Vii. Hasil penelitian ini adalah Pembelajaran materi segitiga
dengan pembelajaran matematika humanistik berbasis konstruktivisme
berbantuan E-learning efektif berdasarkan (1) uji ketuntasan klasikal nilai rata-
rata hasil prestasi belajar peserta didik kelas eksperimen mencapai ketuntasan
secara klasikal dan untuk uji ketuntasan individual tercapai dengan proposi 80%
siswa tuntas secara individual. (2) uji banding diperoleh prestasi belajar kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. (3) uji pengaruh nilai
sig pada kolom ANOVA adalah 0,028 dimana 0,028 < 5% yang berarti keaktifan
peserta didik dengan prestasi belajar peserta didik memiliki hubungan yang
berarti.

V. PENUTUP

Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: a)
Rata-rata hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen lebih
unggul dibandingkan kelas kontrol, yaitu 36,6 untuk kelas eksperimen dan 35,0
untuk kelas kontrol. Sedangkan rata-rata hasil pengamatan aktivitas guru pada
kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol, yaitu 37,4 untuk kelas
eksperimen dan 37,1 untuk kelas kontrol;b)terdapat pengaruh model
pembelajaran konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada materi integral di
kelas XII IPA MAN 1 Kota Bengkulu. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme lebih tinggi dari pada hasil
belajar siswa dengan pembelajaran konvensional, dimana nilai rata-rata postest
pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 76,00 dan kelas kontrol 69,41. Besar
pengaruh model pembelajaran konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada
pokok bahasan integral di kelas XII IPA MAN 1 Kota Bengkulu adalah 96,8%
sedangkan pada kelas kontrol 95,1%; c) Terdapat pengaruh model pembelajaran
konstruktivisme terhadap respon siswa pada materi integral di kelas XII IPA MAN
1 Kota Bengkulu. Respon siswa yang pembelajarannya menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme lebih tinggi dari pada respon siswa dengan

9
pembelajaran konvensional, dimana nilai rata-rata postest pada kelas
eksperimen diperoleh sebesar 101,14 dan kelas kontrol 98,97. Besar pengaruh
model pembelajaran konstruktivis terhadap respon siswa pada pokok bahasan
integral di kelas XII IPA MAN 1 Kota Bengkulu adalah 85,8% sedangkan pada
kelas kontrol 83,1%.;

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut: a) Bagi sekolah dan pihak guru pada khususnya ,
hendaknya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme sebagai alternatif
dalam proses pembelajaran khususnya dalam meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa; b) Sebaiknya proses pembelajaran yang dilakukan dengan model
pembelajaran konstruktivisme lebih sering diterapkan, sehingga aktivitas siswa
lebih meningkat; cPengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya
pada aspek keaktifan dan hasil belajar siswa, sedangkan aspek lain tidak
dikontrol. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya melihat penerapan model
pembelajaran konstruktivisme terhadap variabel lainnya, seperti kemampuan
komunikasi matematika, representasi matematika, dan kemampuan pemecahan
masalah

DAFTAR PUSTAKA
Asterina Budiyani (2009). Efektivitas pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran Matematika dari aktivitas belajar siswa SMP. Tesis
Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Daftar Hasil Ujian Nasional MAN 1 Model Tahun 2013 s/d 2016 tentang nilai rata-
rata UN, Bengkulu : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Rasto Dkk. (2011). Analisis Peta Kompetensi Hasil Ujian Nasionaldan Model
Pengembangan Mutu Pendidikansma Di Jawa Barat (Survey Di
Kabupaten Garut Dan Kabupaten Tasikmalaya). Ditjen Dikti: Artikel Hasil
Penelitian

Sri Suwarni (2004). Pengaruh Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme


Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar
Siswa Pada SMP Negeri Kecamatan Jatiyoso . Tesis Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.

Suci Murtini (2006) Keefektifan Penerapan Pendekatan Konstruktivis dalam


Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Dalil Pythagoras terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 3 Bae Kudus Tahun
Pelajaran 2005/2006. Unnes: Makalah

Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung. Tarsito

Suradi (2005). Manajemen Pembelajaran Konstruktivis Sebagai Upaya


Peningkatan Motivasi, Aktivitas, Dan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas II SMPN 2 Pleret Bantul. Tesis Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.

10
Wahyu Widada. 2012. Model Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran
Matematika yang Membumi. Ditjen Dikti: Lampiran Laporan Penelitian.

Wahyu Widada. 2015. Proses Pencapaian Konsep Matematika dengan


Memanfaatkan Media Pembelajaran Kontekstual. Artikel dimuat dalam
Prosiding Seminar Nasional STKIP Lubuk Linggau Nopember 2015.

11

Вам также может понравиться