Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
1
. IMPLEMENTATION ORIENTED CONSTRUCTIVISTM
LEARNING MODEL TO ENHANCE THE ACTIVITY,
RESPONCE AND STUDENT LEARNING OUTCOMES MAN 1
MODEL OF BENGKULU CITY.
Elsa Susanti1)
Wahyu Widada 2)
Hanifah)
ABSTRACT
2
I. PENDAHULUAN
3
9a + 2b 12 = 0 dijawab secara salah oleh siswa sebagai berikut 6a 9a 5b +
2b 12 = 3a 7b 12 = 0. Selain itu, ketika siswa diminta menyelsaikan
, maka siswa menyelesaikan dengan = =
= + . Dalam hal ini siswa MAN 1 Model Kota
Bengkulu mengalami kesalahan prinsip intergral tak tentu. Hal ini mengakibatkan
lemahnya kompetensi siswa dalam memahami matematika. Oleh karena itu,
perlu diketahui peta kompetensi matematika siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu
dan faktor-faktor yang menyebabkan rendah/tingginya kompetensi matematika
siswa tersebut, sehingga dapat ditentukan alternatif model pembelajaran yang
dapat diterapkan untuk pembelajaran matematika bagi siswa MAN 1 Model Kota
Bengkulu. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi alternatif untuk
mengatasi rendahnya kompetensi siswa adalah penerapan model pembelajaran
yang berorientasikan konstruktivisme untuk meningkatkan aktivitas , respon, dan
hasil belajar Matematika Siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu.
Pembelajaran konstruktivis menghendaki pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Siswa diarahkan untuk membangun konsep dan prinsip matematika
melalui aktivitas mental dan fisik berdasarkan pengalaman-pengalamannya.
Pengalaman - pengalaman tersebut diperoleh melalui keterlibatan siswa dengan
lingkungannya. Sehingga, peran guru berubah hanya sebagai fasilitator, bukan
pemberi informasi. Siswalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan,
bukan guru ataupun orang lain. Siswa harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya. Penekanan belajar dengan kondisi siswa yang aktif perlu
dikembangkan dan dilaksanakan secara ekstensif. Kreativitas dan keaktifan
siswa dapat membantu belajar secara mandiri, sedemikian hingga dapat
meningkatkan aktivitas, respon dan hasil belajar siswa.
Menurut Wahyu Widada (2015), salah satu dasar dari paham konstruktivis
adalah teori Piaget. Piaget menyatakan bahwa anak membangun sendiri
skemanya serta membangun konsepkonsep melalui pengalaman
pengalamannya. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa
jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Persamaan antara Piaget dan instruktivis terletak pada peran guru sebagai
fasilitator bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif bagi siswa-siswanya.
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: Penerapan Model Pembelajaran Berorientasikan Konstruktivisme untuk
Meningkatkan Aktivitas , Respon , dan Hasil Belajar Matematika Siswa MAN 1
Model Kota Bengkulu Penelitian ini telah menelusuri jawaban atas: 1)
Bagaimana aktivitas belajar siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu yang diajar
dengan model pembelajaran berorientasikan konstruktivisme?; 2) Bagaimana
pengaruh model pembelajaran berorientasikan konstruktivisme terhadap hasil
belajar matematika siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu?; 3) Bagaimana
pengaruh model model pembelajaran berorientasikan konstruktivisme terhadap
respon siswa MAN 1 Model Kota Bengkulu?
4
sendiri untuk menalar; (3) Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga
selalu terjadiperubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta
sesuai dengan konsep ilmiah; (4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana
dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus (Suparno, 1996).
5
Rata-Rata 36,6 Baik 35 Baik
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata hasil pengamatan aktivitas belajar
siswa masing-masing pertemuan pada kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan kelas kontrol yaitu 36,6 untuk kelas eksperimen dan 35
untuk kelas kontrol.
b) Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
Data rata-rata hasilpengamatan aktivitas guru yang diperoleh dari kedua
kelas, yaitu kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Rata-Rata Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari tabel di atas dapat dilihat pada pretest antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol didapatkan mean skor hasil belajar siswa yang hampir sama, yaitu
42,25 untuk kelas eksperimen dan 42,44 untuk kelas kontrol. Sedangkan pada
posttest didapatkan mean skor hasil belajar siswa yang berbeda antar dua kelas,
dengan mean kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol, yaitu
76,00 untuk kelas eksperimen dan 69,42 untuk kelas kontrol. Setelah dilakukan
pengujian persyaratan berupa uji normalitas dan homogenitas, diperoleh bahwa:
model pembelajaran konstruktivis yang diberikan meningkatkan hasil belajar
6
siswa Kelas XII IPA MAN 1 Kota Bengkulu sebesar 96,8% sedangkan
peningkatan kelas kontrol 95,1%. Hal ini dibuktikan dengan uji ANOVA yang
menghasilkan nilai F 666,8, dan [sig = 0,000] < [ = 0,05].
Data respon siswa yang diperoleh dari pretest dan posttest kedua kelas,
yaitu kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Dari tabel di atas dapat dilihat pada pretest antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol didapatkan mean skor respon siswa yang hampir sama, yaitu 77,72
untuk kelas eksperimen dan 77,83 untuk kelas kontrol. Sedangkan pada posttest
didapatkan mean skor respon siswa yang berbeda antar dua kelas, dengan
mean kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol, yaitu 101,14
untuk kelas eksperimen dan 98,97 untuk kelas kontrol. Setelah dilakukan
pengujian persyaratan berupa uji normalitas dan homogenitas, diperoleh bahwa
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran
konstruktivis terhadap respon siswa sebesar 0,858. Sedangkan pengaruh model
pembelajaran konvensional terhadap respon siswa sebesar 0,831.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, rata-rata
hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan kelas kontrol, yaitu 36,6 untuk kelas eksperimen dan 35,0 untuk
kelas kontrol. Sedangkan rata-rata hasil pengamatan aktivitas guru pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol hampir sama, yaitu 37,4 untuk kelas eksperimen
dan 37,1 untuk kelas kontrol.
Kegiatan yang dilakukan siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran
matematika pokok bahasan integral dengan model pembelajaran konvensional
antara lain melakukan pengamatan, penyelidikan, diskusi, tanya jawab,
melaporkan atau mempresentasikanhasil kegiatan dan kesimpulan. Melalui
kegiatan-kegiatan tersebut, siswa diarahkan untuk aktif berpikir dan mencari
penyelesaikan dari permasalahan. Dengan demikian diharapkan siswa dapat
memahami konsep atau prinsip melalui temuan sendiri. Kegiatan pada kelas
kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional antara lain: guru
menjelaskan materi, kemudian guru melakukan tanya jawab untuk mengukur
sejauh mana siswa memahami materi, siswa mendiskusikan soal yang diberikan
7
oleh guru, dan guru bersama-sama dengan siswa membahas soal. Kegiatan
pembelajaran konvensional berupa metode ini terpusat kepada guru.
Hasil penelitian pada pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh
penggunaan model pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan hasil
belajar dan memberikan respon positif siswa. Hal ini diduga karena pada
penerapan model pembelajaran konstruktivis lebih menitik beratkan pada
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses, atau pengolahan
informasi untuk meningkatkan kapabiilitas siswa melalui proses pembelajaran
yang dituangkan guru dengan bantuan LKS sebagaimana yang diungkapkan
oleh Suci Murtini (2006) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar
dengan dunia fisik dan lingkungannnya. Hasil belajar seseorang tergantung pada
apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang
mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Adapun menurut Wahyu Widada (2012),prinsip prinsip dalam
pembelajaran yang berpaham konstruktivis, diantaranya sebagai berikut: (1)
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial;
(2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya
dengan keaktivan siswa itu sendiri untuk menalar; (3) Siswa aktif mengkonstruksi
terus menerus sehingga selalu terjadiperubahan konsep menuju ke konsep yang
lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) Guru sekedar
membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa
berjalan mulus. Untuk itu aktivitas siswa dalam kegiatan belajar merupakan unsur
pokok untuk mencapai keberhasilan belajar siswa tersebut. Sesuai dengan
paham konstruktivis, belajar merupakan kegiatan aktif, dengan siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggung jawab
atas hasil belajarnya.
Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih cenderung
menerima pelajaran dari guru, mencatat, dan menghapal materi pelajaran,
sehingga kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang
akhirnya berimplikasi kepada ketidakmampuan dalam memahami konsep
matematika yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pengujian terhadap data pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji Anova Mix Design
menunjukkan bahwa respon awal siswa pada kedua kelas tidak berbeda secara
signifikan. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen adalah 77,72, sedangkan pada
kelas kontrol nilai rata-rata 77,83. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
respon awal kedua kelas adalah sama. Sedangkan hasil pengolahan data
postest, didapatkan bahwa perbedaan respon yang signifikan setelah penerapan
model konstruktivis pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen adalah 101,14, sedangkan
pada kelas kontrol nilai rata-rata 98,97. Hasil penelitian pada pengujian hipotesis
ketiga ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran
konstruktivisme terhadap kemampuan respon siswa. Hal ini diduga karena pada
penerapan model pembelajaran konstruktivis lebih menitikberatkan pada
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses, atau pengolahan
informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran
yang dituangkan guru dengan bantuan LKS.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Suwarni
(2004) meneliti dengan judul : Pengaruh Penggunaan Pendekatan
Konstruktivisme Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi
8
Belajar Siswa Pada SMP Negeri Kecamatan Jatiyoso. Hasil penelitian Sri
Suwarni adalah terdapat penelitian perbedaan prestasi belajar siswa yang
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
pendekatan konstruktivisme dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika secara konvensional. Prestasi belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Suradi (2005) meneliti
dengan judul : Manajemen Pembelajaran Konstruktivis Sebagai Upaya
Peningkatan Motivasi, Aktivitas, Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II
SMPN 2 Pleret Bantul. Hasil penelitian Suradi adalah pembelajaran dengan
pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar
siswa , Asterina Budiyani (2009) meneliti dengan judul : Efektivitas pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran Matematika dari aktivitas belajar siswa
SMP. Hasil penelitian Asterina Budiyani adalah prestasi belajar matematika
siswa dan aktivitas belajar siswa lebih baik daripada prestasi belajar matematika
siswa dan aktivitas belajar siswa dengan pendekatan konvensional dan Prayito
(2010) meneliti dengan judul: Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Humanistik Berbasis Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi
Segitiga Kelas Vii. Hasil penelitian ini adalah Pembelajaran materi segitiga
dengan pembelajaran matematika humanistik berbasis konstruktivisme
berbantuan E-learning efektif berdasarkan (1) uji ketuntasan klasikal nilai rata-
rata hasil prestasi belajar peserta didik kelas eksperimen mencapai ketuntasan
secara klasikal dan untuk uji ketuntasan individual tercapai dengan proposi 80%
siswa tuntas secara individual. (2) uji banding diperoleh prestasi belajar kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. (3) uji pengaruh nilai
sig pada kolom ANOVA adalah 0,028 dimana 0,028 < 5% yang berarti keaktifan
peserta didik dengan prestasi belajar peserta didik memiliki hubungan yang
berarti.
V. PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: a)
Rata-rata hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen lebih
unggul dibandingkan kelas kontrol, yaitu 36,6 untuk kelas eksperimen dan 35,0
untuk kelas kontrol. Sedangkan rata-rata hasil pengamatan aktivitas guru pada
kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol, yaitu 37,4 untuk kelas
eksperimen dan 37,1 untuk kelas kontrol;b)terdapat pengaruh model
pembelajaran konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada materi integral di
kelas XII IPA MAN 1 Kota Bengkulu. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme lebih tinggi dari pada hasil
belajar siswa dengan pembelajaran konvensional, dimana nilai rata-rata postest
pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 76,00 dan kelas kontrol 69,41. Besar
pengaruh model pembelajaran konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada
pokok bahasan integral di kelas XII IPA MAN 1 Kota Bengkulu adalah 96,8%
sedangkan pada kelas kontrol 95,1%; c) Terdapat pengaruh model pembelajaran
konstruktivisme terhadap respon siswa pada materi integral di kelas XII IPA MAN
1 Kota Bengkulu. Respon siswa yang pembelajarannya menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme lebih tinggi dari pada respon siswa dengan
9
pembelajaran konvensional, dimana nilai rata-rata postest pada kelas
eksperimen diperoleh sebesar 101,14 dan kelas kontrol 98,97. Besar pengaruh
model pembelajaran konstruktivis terhadap respon siswa pada pokok bahasan
integral di kelas XII IPA MAN 1 Kota Bengkulu adalah 85,8% sedangkan pada
kelas kontrol 83,1%.;
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut: a) Bagi sekolah dan pihak guru pada khususnya ,
hendaknya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme sebagai alternatif
dalam proses pembelajaran khususnya dalam meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa; b) Sebaiknya proses pembelajaran yang dilakukan dengan model
pembelajaran konstruktivisme lebih sering diterapkan, sehingga aktivitas siswa
lebih meningkat; cPengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya
pada aspek keaktifan dan hasil belajar siswa, sedangkan aspek lain tidak
dikontrol. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya melihat penerapan model
pembelajaran konstruktivisme terhadap variabel lainnya, seperti kemampuan
komunikasi matematika, representasi matematika, dan kemampuan pemecahan
masalah
DAFTAR PUSTAKA
Asterina Budiyani (2009). Efektivitas pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran Matematika dari aktivitas belajar siswa SMP. Tesis
Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Daftar Hasil Ujian Nasional MAN 1 Model Tahun 2013 s/d 2016 tentang nilai rata-
rata UN, Bengkulu : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Rasto Dkk. (2011). Analisis Peta Kompetensi Hasil Ujian Nasionaldan Model
Pengembangan Mutu Pendidikansma Di Jawa Barat (Survey Di
Kabupaten Garut Dan Kabupaten Tasikmalaya). Ditjen Dikti: Artikel Hasil
Penelitian
10
Wahyu Widada. 2012. Model Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran
Matematika yang Membumi. Ditjen Dikti: Lampiran Laporan Penelitian.
11