Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DEMENSIA YTT
(F03)
Oleh:
Cutri Amilah
111 2016 2084
Pembimbing
dr. Ham F. Susanto, Sp. KJ, M. Kes
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, Sang Penguasa Ilmu dan Yang
Maha Berkehendak atas segala kejadian di muka bumi. Penulis bersyukur karena atas
petunjuk serta kehendak-Nya Laporan Kasus ini dapat selesai dengan baik. Salawat serta
salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan kita yang telah menuntun umat
manusia meninggalkan zaman kebodohan menuju zaman kemajuan ilmu, amal, dan
akhlak, Rasulullah Muhammad .
Terimakasih penulis sampaikan kepada pembimbing Kami, dr. Ham F. Susanto,
Sp. KJ., M. Kes., atas segala nasihat dan ilmu yang telah dibagikan kepada Kami. Semoga
Allah senantiasa memberikan berkah dan hidayahNya.
Laporan Kasus berjudul Demensia ini disusun dalam rangka tugas Kepaniteraan
Klinik Disiplin Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
selama stase di Rumkit Bhayangkara Makassar.
Dalam Laporan Kasus ini dibahas salah satu pasien Poliklinik Jiwa Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar yang menderita Demensia.
Besar harapan penulis, Laporan Kasus ini tidak sekedar menjadi lembaran tugas
yang diberi nilai, dikumpulkan, dan berakhir di penyimpanan. Namun benar-benar dapat
memberikan pengetahuan dan pemahaman yang baik kepada penulis maupun seluruh
pembaca sekalian.
Cutri Amilah
2
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan dan mempresentasikan tugas Laporan Kasus dalam rangka tugas
kepaniteraan klinik pada Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim
Indonesia.
3
LAPORAN KASUS
Demensia YTT (F03)
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. H
Umur : 71 tahun
Agama : Islam
4
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Sulit berkomunikasi
B. Riwayat gangguan sekarang
Seorang wanita di konsultasikan dari interna ke bagian jiwa dengan keluhan sulit
diajak berkomunikasi. Menurut anaknya, pasien sulit diajak berkomunikasi dan
menolak makan sejak 1 minggu yang lalu. Kesulitan diajak berkomunikasi
dikarenakan pasien terkadang diam atau menjawab tidak sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan. Menurut keterangan keluarga, pasien sering lupa
dimana dia menyimpan barangnya. Ketika beribadah, pasien sering lupa jumlah
rakaat dalam sholat yang telah dilakukan, terkadang pasien sholat cukup lama dan
melakukan gerakan sholat berulang, sehingga anaknya harus menuntun pasien
ketika sholat (sholat berjamaah). Sesekali pasien pernah lupa terhadap suami,
anak, dan cucunya. Pasien mengalami kesulitan mengingat jumlah anak dan
cucunya serta nama-nama mereka. Pasien terkadang perlu bantuan dipapah untuk
berjalan, utamanya jika harus ke kamar mandi. Pasien juga sering mengompol di
tempat tidur. Keluhan seperti ini sudah dirasakan kurang lebih sekitar 1 2 tahun
terakhir. Beberapa bulan terakhir, anak pasien mengaku sering mendapatkan
ibunya melamun dan berdiam diri jika tidak ada orang disekitarnya yang
menemani atau mengajak bicara. Pasien merasa sedih jika ditanyakan perihal anak
dan cucunya yang rata-rata tinggal berjauhan dari pasien. Jika berkumpul dengan
keluarga, pasien seringkali bercerita tentang kehidupan masa lalunya. Pasien
terkadang merasa cemas tiba-tiba setelah menonton berita di televisi tentang
bencana alam atau terorisme, sehingga langsung menutup semua pintu dan jendela
dirumah. Menurut anaknya, saat sore pasien suka duduk di halaman rumah
melihat anak-anak tetangga bermain dan membagikan permen atau kue yang dia
punya. Kegiatan sehari-hari pasien sebelum munculnya keluhan ini adalah
mengurus rumah tangga tetapi sudah tidak dilakukan lagi setiap hari karena
kondisi kesehatan pasien saat ini.
5
Hendaya disfungsi
Hendaya Sosial (-)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Waktu Senggang (+)
Faktor stressor psikososial
Tidak ditemukan
6
c. Riwayat Kehidupan pribadi
Pasien dikenal sebagai seorang yang baik dan ramah pada semua orang
d. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Kedua adiknya masih
hidup, tapi seorang telah meninggal. Pasien memiliki suami yang telah
pensiun serta 6 orang anak semuanya laki-laki
Ny H
Suami
(pasien)
1. L 2. L 3. L 4. L 5. L 6. L
7
3. Orientasi
a. Waktu : Terganggu
b. Tempat : Terganggu
c. Orang : Terganggu
4. Daya ingat
a. Jangka panjang : Baik
b. Jangka sedang : Terganggu
c. Jangka pendek : Terganggu
5. Pikiran abstrak: Terganggu
6. Bakat kreatif: Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Terganggu
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi:
Halusinasi auditorik (-)
Halusinasi visual (-)
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Kurang
b. Kontinuitas : Irrelevan, koheren
c. Hendaya bahasa: Ada
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : tidak ada
b. Gangguan isi pikir: tidak ada
F. Pengendalian impuls : Terganggu
G. Daya nilai
1. Norma sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian realitas : Tidak terganggu
H. Tilikan (Insight) : Derajat 6 (sadar kalau dirinya sakit dan perlu
pengobatan)
8
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
9
dirasakan lebih dari 6 bulan, tetapi pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan
klinis menyeluruh, sehingga demensia YTT (F03) dapat ditegakkan.
B. Aksis II
Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
C. Aksis III
G00-G99 Penyakit susunan saraf
D. Aksis IV
Masalah dengan support keluarga
E. Aksis V
GAF Scale sekarang 51: gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
V. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik: Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun diperlukan
pemeriksaan radiologi untuk menilai adanya kelainan pada struktur otak
Psikologik: Ditemukan adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir
sehingga pasien memerlukan psikoterapi
Sosiologik: pasien mempunyai hendaya pada pekerjaan dan pada waktu
senggangnya sehingga perlu dilakukan sosioterapi
VI. PROGNOSIS
Dubia et malam
Faktor pendukung:
Pasien memiliki suami dan anak yang menyayanginya
Faktor penghambat:
Pertambahan usia cenderung menurunkan fungsi dari otak
10
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat
membantu pasien memahami tentang kondisi dirinya lebih dalam dan cara
menghadapi penyakitnya.
Sosioterapi:
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya sehingga
tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif untuk membantu
proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.
VIII. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektifitas
terapi dan efek samping dari obat yang diberikan.
Definisi
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan ingatan atau memori yang berat sehingga menyebabkan gangguan hidup sehari-
hari Dimana terjadi gangguan kognisi pada tingkat kesadaran yang stabil dengan sifat
yang persisten ditandai oleh defek kognitif multiple yang mencakup memori. Fungsi
kognitif yang diserang meliputi memori, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,
persepsi, atensi dan konsentrasi, daya nilai, serta kemampuan social
Manifestasi klinis
Gejala dini demensia berupa kesulitan mempelajari informasi baru dan mudah
lupa terhadap kejadian yang baru dialami. Pada keadaan lebih lanjut muncul gangguan
fungsi kognitif kompleks disertai gangguan perilaku, yaitu:
- Disorientasi waktu dan tempat
- Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari
- Tidak mampu membuat keputusan
- Kesulitan berbahasa
11
- Kehilangan motivasi dan inisatif
- Gangguan pengendalian emosi
- Daya nilai social terganggu
- Berbagai perubahan perilaku dan psikologis lainnya
Tatalaksana
Tatalaksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan kemampuan penderita
yang masih tersisa, menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif, mengelola
gangguan psikologik dan perilaku yang timbul. Latihan memori sederhana, latihan
orientasi realitas, dan senam otak, dapat membantu menghambat kemunduran fungsi
kognitif. Psikoedukasi keluarga menjadi bagian yang sangat penting dalam tatalaksana
pasien.
Pemberian obat anti demensia seperti donezepil dan rivastigmin bermanfaat untuk
menghambat kemunduran fungsi kognitif pada demensia ringan sampai sedang, tapi
12
tidak dianjurkan untuk demensia berat. Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat
diberikan obat antipsikotik dosis rendah (haloperidol 0,5 1 mg/hari atau risperidone
0,5 1 mg/hari). Untuk mengatasi gejala depresi dapat diberikan antidepresan
(sertraline 25 mg/hari)
Prognosis
Perjalanan klasik dari demensia adalah perburukan bertahap selama 5 10 tahun
yang akhirnya menyebabkan kematian. Pasien dengan awitan demensia yang dini
kemungkinan memiliki perjalanan penyakit yang cepat.
Demensia memiliki banyak penyebab, namun tipe Alzheimer dan vaskular paling
banyak terjadi. Utamanya terjadi pada kaum lanjut usia, dimana fungsi sel otak
menurun. Sehingga terjadi gangguan pada neurotransmitter yaitu asetilkolin dan
norepinefrin yang berperan dalam proses terbentuknya memori. Pemberian donepezil
yang merupakan obat yang mengurangi inaktivitas neurotransmitter asetilkolin
sehingga menghasilkan perbaikan sedang pada memori dan pemikiran yang bertujuan.
Obat ini berguna untuk penderita yang mengalami gangguan memori ringan sedang
yang masih memiliki cadangan neuron kolinergik pada otak yang cukup untuk
neurotransmisi kolinergik.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmodjo Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Saddock, Benjamin James. 2014. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Halter, Jeffrey B. et al. 2009. Hazzards Geriatric Medicine and Gerontology 6th
Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statitical Manual of Mental
Disorders (DSM IV). Washington DC
14