Вы находитесь на странице: 1из 12

BARU

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II
TOPIK : Bahan Tanam Gypsum Bonded
KELOMPOK : C7
HARI PRAKTIKUM : Kamis
TANGGAL PRAKTIKUM : 24 Agustus 2017
PEMBIMBING : Devi Rianti, drg., M.Kes

NAMA:

1. Ragil Maulana 021611133077


2. Virna Septianingtyas 021611133142
3. Dian Pramita Ayu 021611133143
4. Vina Zavira Nizar 021611133144

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
1. Tujuan
a. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi bahan tanam
tuang dengan cara yang tepat
b. Mahasiswa mampu melakukan penanaman model
malam menggunakan bahan tana jenis gypsum
c. Mahasiswa melakukan penuangan logam dengan benar
2. Alat dan Bahan
2.1 Alat
a. Bahan tanam gypsum bonded
b. Malam inlay
c. Sabun
d. Parafin
2.2 Bahan
a. Alat cetak model malam bentuk mahkota
b. Pisau model
c. Brander spiritus
d. Hand press
e. Spatula
f. Gelas ukur
g. Timbangan
h. Bowl
i. Crucible former
j. Bumbung tuang
k. Vibrator
l. Kuas
m. Akrilik

1
Gambar 2.1 Alat dan bahan yang diperlukan

3. Cara Kerja
3.1 Pembuatan Model Malam
a. Alat dan bahan yang digunakan dipersiapkan terlebih
dahulu.
b. Alat cetak model malam diperiksa dan dipastikan
dalam keadaan bersih dan tidak ada sisa malam
yang tertinggal.
c. Ujung alat cetak yang bersentuhan dengan model
malam diolesi dengan paraffin secukupnya.
d. Malam inlay dipotong dan dilelehkan.
e. Malam cair dituangkan ke dalam cetakan hingga
penuh.
f. Cetakan yang telah diisi malam cair ditutup dengan
cetakan model malam.
g. Cetakan dibiarkan selama 30 detik, kemudian
cetakan diposisikan hingga batas alat cetak
menempel, sehingga malam keluar dari lubang
cetakan.
h. Malam yang keluar dari lubang cetakan dibersihkan.

2
i. Cetakan dibuka tutupnya dan model malam diambil
secara perlahan.
j. Hasil model malam dirapikan.

a) b)

c) d)

Gambar 3.2 a) Malam inlay dicairkan, b) Malam yang keluar


dari lubang cetakan dibersihkan, c) Model malam dilepaskan
secara perlahan , d) Hasil model malam dirapikan.

3.2 Penanaman Model Malam


a. Malam sprue dipotong secukupnya, kemudian sprue
diletakkan pada model malam dengan cara
mencairkan ujung malam sprue dan diletakkan
dengan model malam dalam posisi tegak.
b. Malam sprue yang telah terpasang pada model
malam dihaluskan.

3
c. Ujung lain malam sprue diletakkan pada cricuble
former dengan posisi tegak.
d. Ketinggia model malam diukur, dengan cara
memasukkan bumbung tuang pada crucible former,
jarak antara tepi bumbung tuang dengan tepi atas
model malam diukur. Jarak tidak boleh kurang dari 7
mm. Jika jarak lebih dari 7 mm, maka sprue harus
ditambah untuk memanjangkan, jika kurang dari
7mm maka sprue harus dipotong atau dipendekkan,
lalu sprue dihaluskan kembali.
e. Seluruh permukaan modelmalam dan sprue diulasi
dengan air sabun dengan menggunakan kuas.
f. Bubuk bahan tanam ditimbang seberat 58gr, dan air
diukur sebanyak 20 ml.
g. Air dituangkan terlebih dahulu kedalam bowl, lalu
bubuk dimasukkan.
h. Adonan diaduk sebanyak 45 putaran selama 30 detik
di atas vibrator, kemudian adonan dituangkan ke
dalam bumbung tuang yang telah lengkap dengan
crucible former dan model malam diatas vibrator.
i. Setelah bumbung tuang penuh, bumbung tuang
dipindahkan dari vibrator dan diberi tanda.
j. Langkah kerja diatas diulangi dengan perbandingan
bubuk 58 gr dan air 25 ml dan perbandingan bubuk
68 gr dan air 20 ml.

4
a b
) )

c d
) )

e f)
)

5
Gambar 3.2 a) Sprue yang telah terpasang pada model malam, b)
Sprue diletakkan pada cricuble former, c) Ketinggia model malam
diukur dengan cara memasukkan bumbung tuang pada crucible
former, d) Model malam dan sprue diulasi dengan air sabun, e)
Adonan diaduk di atas vibrator, f) Model malam yang telah ditanam
pada bumbung tuang.

4. Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Hasil kosistensi adonan berdasarkan W/P ratio

W/P Ratio 20:58 25:58 20: 68


Kosistensi Normal Sangat Kental
encer

Pada percobaan dengan menggunakan perbandingan W/P


ratio 20:58 adonan yang dihasilkan tidak terlalu encer.
Sedangkan pada perbandingan W/P ratio 25: 58 adonan yang
dihasilkan sangat encer. Pada perbandingan W/P ratio 20:68
adonan yang dihasilkan sangat kental.

Gambar 4.1 Hasil praktikum bahan tanam tuang

5. Pembahasan

Bahan tanam tuang adalah bahan yang dipakai untuk menanam model
malam pada proses pembuatan restorasi logam, sehingga setelah dilakukan burn

6
out didapatkan mould yang untuk selanjutnya dituangi logam cair dan akan
menghasilkan bentuk yang sama seperti model malam. Bahan tanam biasanya
terdiri dari campuran bahan utama silika. Silika mampu menahan suhu yang
sangat tinggi tanpa degradasi, dan pengikat yang mengikat partikel yang tahan
terhadap suhu tinggi . Terdapat tiga kelompok bahan utama bahan tanam tuang
yang umum digunakan di antaranya gypsum bonded, silika bonded, dan fosfat
bonded (Mc Cabe & Walls 2008, p. 47). Sifat fisik bahan tanam tuang:
1. Thermal stability: bahan tanam tuang harus memiliki retensi yang baik terhadap
suhu saat casting sehingga memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan
stress saat setting ketika alloy cair memasuki mould bahan tanam tuang.
2. Porositas: gypsum bonded dan fosfat bonded merupakan material yang cukup
porus, sehingga dapat melepaskan air dan gas lainnya dari dalam mould selama
proses casting.
3. Ekspansi: keakuratan agar bahan tanam tuang fit dengan casting bergantung
pada kemampuan bahan tanam tuang untuk mengkompensasi penyusutan dari
alloy selama proses setting. Besarnya penyusutan bervariasi, pada gold alloy
sebesar 1.4%, pada Ni/Cr alloy 2%, dan pada Co/Cr sebesar 2.3% (Mc Cabe &
Walls 2008, p.49-51)
Material tanam tuang yang digunakan pada praktikum ini adalah gipsum
bonded. Material tanam gipsum bonded merupakan material dalam bentuk bubuk
yang mengandung silika dioksida (SiO2, refractory material), kalsium sulfat
hemihidrat, dan bahan lainnya seperti grafit atau bubuk copper sebagai kontrol
waktu setting. (McCabe and Walls, 2008). Bentuk -hemihydrate dari material
tanam tuanggipsum bonded secara umum digunakan untuk castingalloy yang
mengandung emas dengan titik leleh berkisar di bawah 1.000 C. Ketika bahan
ini dipanaskan pada suhu cukup tinggi untuk mengeringkan material tanam tuang
dan untuk memastikan casting telah selesai, bahan ini mengalami shrinkage dan
kadang mengalami fracture (Anusavice, 2013).

7
Gambar 5.1 Ilustrasi diagram bagaimana material tanam dibentuk dari malam. (McCabe and
Walls, 2008)

Bahan tanam gipsum bonded dapat dibedakan sebagai berikut : (McCabe


and Walls, 2008).
Tipe 1 jenis ekspansi termal : untuk casting inlays dan mahkota.
Tipe 2 jenis ekspansi higroskopis : untuk pengecoran inlays dan mahkota.
Tipe 3 untuk casting lengkap dan gigi palsu sebagian.
Studi membuktikan bahwa material yang setting dibawah tekanan udara
akan memiliki porus yang lebih banyak (Tourah et al, 2014). Secara umum,
semakin banyak kristalgipsum pada material tanam tuang porositasnya berkurang.
Dengan demikian, semakin rendah jumlah kalsium sulfat hemihidrat dan semakin
banyak rasioair yang digunakan dalam gipsum, maka akan semakin porus. Ukuran
partikel material tanam tuang juga merupakan faktor. Apabila gipsum memiliki
ukuran partikel yang sama maka akan semakin porus. Sebuah adonan gipsum dari
ukuran partikel campuran kasar dan halus menunjukan porositas yang lebih
rendah dari ukuran partikel yang sama (Anusavice, 2013).

8
Ekspansi massa gipsum dapat dideteksi selama perubahan awal dari partikel
hemihidrat menjadi partikel dihidrat. Setting expansion dapat dijelaskan
berdasarkan mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi digambarkan sebagai suatu
tumbukan kristal kristal dihidrat dari nukleus yang saling berikatan satu sama lain.
Bila proses ini terjadi pada ribuan kristal, suatu tekanan atau dorongan keluar
dapat terjadi dan menghasilkan ekspansi massa keseluruhan. Tumbukan tersebut
menyebakan terjadinya mikroporus. Oleh karena itu, struktur gipsum yang telah
mengeras terdiri dari kristal-kristal yang saling terkait, diantaranya mikroporus
dan porus yang mengandung air berlebih. Air diperlukan saat pengadukan, namun
ketika mengering kelebihan air dapat menghilang dan ruangan kosong meningkat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi setting expansion pada gipsum adalah W:P
ratio, lama pengadukan, dan penambahan akselelator atau retarder.Setting
expansion pada gipsum dibutuhkan untuk mengompensasi penyusutan logam
sehingga hasilnya akan akurat.
Panjang dari sprue bergantung pada panjang bumbung tuang. Jika sprue
terlalu pendek, jarak model malam dengan ujung bumbung tuang menjadi sangat
jauh, sehingga gas pada gipsum menjadi sulit untuk terventilasi keluar dan logam
cair menjadi sulit untuk masuk dan memenuhi mould dengan sempurna karena
gas berkumpul di rongga cetakan. Saat gas tidak dapat dikeluarkan dengan
sempurna, maka akan terbentuk porositas. Panjang sprue yang harus disesuaikan
hingga ujung model malam dengan ujung bumbung tuang berjarak 6 mm
(Anusavice 2013, p. 214-215).
Setelah sprue ditempelkan , malam diolesi wetting agent berupa air sabun.
Tujuan dari pemberian air sabun adalah untuk membersihkan malam dari debu,
kotoran, dan minyak. Selain itu, berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan pada model malam sehingga mempermudah pembasahan bahan tanam
tuang dan meningkatkan pada bagian model.
Pada pembuatan model malam, master die harus diolesi dengan paraffin
terlebih dahulu. Pengolesan paraffin bertujuan sebagai pelumas. Namun saat
dilakukan pengolesan parafin tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit.
Jika terlalu banyak akan mengurangi kekuatan dari malam, karena salah satu
komponen pada malam adalah paraffin. Jika terlalu banyak maka akan mengubah

9
komposisi sehingga membuat malam menjadi rapuh dan kurang akurat. Namun
jika terlalu sedikit maka akan membuat model malam menjadi sulit dilepas.
(Annusavice 2013 p. 98)
Malam yang digunakan untuk membuat model malam tidak boleh
dipanaskan hingga mendidih. Malam dapat teroksidasi saat proses pemanasan dan
terevaporasi jika pemanasan terlalu lama sehingga membuat komposisinya
berubah dan mengakibatkan perbandingan komposisinya tidak lagi sama sehingga
malam menjadi rapuh (Anusavice 2013, p. 198).

6. Kesimpulan
Penanaman dengan bahan tanam tuang gypsum bonded dengan W/P ratio 25
ml air dan 58 gram bubuk memiliki konsistensi yang lebih encer daripada normal,
lebih mudah untuk dimasukkan ke dalam bumbung tuang serta setting time yang
lebih lama. Sedangkan pada gypsum bonded dengan W/P ratio 20 ml air dan 63
gram bubuk memiliki konsistensi yang lebih kental, lebih sulit untuk dimasukkan
kedalam bumbung tuang serta setting time yang lebih cepat dari konsistensi encer
maupun normal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, KJ. 2013. Phillips Science of Dental Materials, 12th ed. Westline
Industrial Drive, St. Louis, Missouri. Hal. 98, 198, 214, 215.
McCabe, JF and Walls, AWG. 2008. Applied Dental Materials 9th ed. Oxford:
Blackwell Publishing Ltd, Munksgaard. Hal. 47, 49-51.

11

Вам также может понравиться