Вы находитесь на странице: 1из 4

Kode Etik Advokat

Oleh:

M Farid Ridho (02011281320010)

Klinik Hukum Pidana

Kampus Palembang
Kode Etik Advokat

Setiap profesi termasuk advokat menggunakan sistem kode etik. Kode etik tersebut bertujuan
untuk mampu menciptakan disiplin tata kerja, dan dapat dijadikan nilai sebgai batas-batas
panduan dalam bertindak saat menjalankan profesi sebagai profesional. Di perlukannya kode etik
dalam profesi advokat karena advokat adalah salah satu penegak hukum yang termasuk dalam
Catur Wangsa Penegak Hukum selain Polisi, Jaksa dan Hakim. Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2003 Tentang Advokat disebutkan bahwa Advokat adalah orang yang
berprofesi memberi bantuan hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Ini.

Untuk menjamin kesamaan dalam kode etik advokat di setiap organisasi advokat yang ada di
Indonesia, maka Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI) yang terdiri dari 7 organisasi advokat
yaitu : 1. Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) 2. Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) 3. Ikatan
Penasehat Hukum Indonesia 4. Himpunan Advokat & Penasehat Indonesia (HAPI) 5. Serikat
Pengacara Indonesia (SPI) 6. Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI) 7. Himpunan
Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), pada tanggal 23 Mei 2002 di Jakarta membuat
Kode Etik Advokat Indonesia yang terdiri dari pembukaan dan 12 bab.

Kode etik tersebut singkatnya mengatur apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan seorang
advokat propesional.

Etika Kepribadian Advokat.

Advokat Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, bersikap satria, jujur, dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi moral yang
tinggi, luhur dan mulia, dan dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia, kode etik advokat serta sumpah jabatannya . Diatur dalam bab
II pasal 2.

Etika Hubungan Dengan Klien.

Bahwa sejatinya advokat juga harus menjaga etika dengan kliennya. Hal ini ditegaskan
dalam Pasal 4 Kode Etik Advokat, yang menyatakan hal-hal sebagai berikut :

a) Advokat dalam perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai.

b) Tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara
yang sedang diurusnya.

c) Tidak dibenarkan memberikan jaminan bahwa perkaranya akan menang

d) Dalam menentukan honorarium, Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan klien


e) Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.

f) Dalam mengurus perkara Cuma-Cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti
perkara yang menerima imbalan jasa.

g) Harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya.

h) Memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan kepadanya dan sampai
berakhirnya hubungan antara Advokat dank klien itu.

i) Tidak diperkenankan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan posisi klien atau pada saat itu dapat menimbulkan kerugia terhadap kliennya.

j) Harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan bersama


dua pihak atau lebih yang menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang
bersangkutan

k) Hak retensi terhadap Klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian kepentingan
kliennya.

Lalu etika selantujnya ialah Etika dengan teman sejawat yang diatur dalam pasal 5 kode etik
advokat seperti saling menghormati, saling menghargai dan saling mempercayai, dalam
persidangan hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan bai8ki secara lisan
maupun tulisan, dan lain-lain. Lalu etika cara bertindak dalam menangani perkara yang diatur
dalam pasal 7 kode etik advokat, seperti advokat wajib memberikan bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu, advokat wajib memberitahukan tentang putusan
pengadilan mengenai perkara yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya, dan lain-lain.
Lalu etik lainnya yang menyangkut profesi advokat yang diatur dalam pasal 8 kode etik advokat.

Pengawasan terhadap profesi advokat dilakukan oleh dewan kehormatan advokat baik di cabang
maupun di pusat dengan acara sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.

Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan:


a. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
b. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya;
c. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan
sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, atau pengadilan;
d. berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat

Jenis tindakan yang dikenakan terhadap Advokat dapat berupa:


1. teguran lisan;
2. teguran tertulis;
3. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan;
4. pemberhentian tetap dari profesinya.

Вам также может понравиться