Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nim : C 111 14 06
Kelompok :1B
Asisten : Sucitra
2017
Mycobacterium leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi yang rendah karena
penderita yang mengandung kuman lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang
lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan
derajat penyakit disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang menggugah reaksi
granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh
karena itu penyakit lepra dapat disebut sebagai penyebab imunologik. Kelompok umur
terbanyak terkena lepra adalah usia 25-35 tahun.
Onset lepra adalah membahayakan yang dapat mempengaruhi saraf, kulit dan
mata. Hal ini juga dapat mempengaruhi mukosa (mulut, hidung dan faring), testis, ginjal,
otot-otot halus, sistem retikuloendotel dan endotelium pembuluh darah.
Setelah memasuki sel Schwann atau makrofag, keadaan bakteri tergantung pada
perlawanan dari individu yang terinfeksi. Basil mulai berkembangbiak perlahan (sekitar
12-14 hari untuk satu bakteri membagi menjadi dua) dalam sel, dapat dibebaskan dari
sel-sel hancur dan memasuki sel terpengaruh lainnya. Basil berkembang biak,
peningkatan beban bakteri dalam tubuh dan infeksi diakui oleh system imunologi serta
limfosit dan histiosit (makrofag) menyerang jaringan terinfeksi. Pada tahap ini
manifestasi klinis mungkin muncul sebagai keterlibatan saraf disertai dengan penurunan
sensasi dan atau skin patch. Apabila tidak didiagnosis dan diobati pada tahap awal,
keadaan lebih lanjut akan ditentukan oleh kekuatan respon imun pasien.
Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filament terdiri dari
sel-sel yang mempunyai dinding. Dinding sel jamur merupakan karakteristik utama yang
membedakan jamur, karena banyak mengandung substrat nitrogen disebut dengan chitin.
Struktur bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum
endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol dengan fungsi dan peranannya
masing-masing. Benang-benang hifa bila bercabang dan membentuk anyaman disebut
miselium.
Infeksi Dermatofita diawali dengan perlekatan jamur atau elemen jamur yang dapat
tumbuh dan berkembang pada stratum korneum. Pada saat perlekatan, jamur dermatofita
harus tahan terhadap rintangan seperti sinar ultraviolet, variasi temperatur dan
kelembaban, kompetensi dengan flora normal, spingosin dan asam lemak. Kerusakan
stratum korneum, tempat yang tertutup dan maserasi memudahkan masuknya jamur ke
epidermis. Masuknya dermatofita ke epidermis menyebabkan respon imun pejamu baik
respon imun nonspesifik maupun respon imun spesifik. Respon imun nonspesifik
merupakan pertahanan lini pertama melawan infeksi jamur. Mekanisme ini dapat
dipengaruhi faktor umum, seperti gizi, keadaan hormonal, usia, dan faktor khusus seperti
penghalang mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi permukaan dan respons radang.
Toksin yang dihasilkan suatu spesies jamur seperti Aspergillus sp dikenal dengan
istilah mycotoksin. Biasanya jamur-jamur tersebut tumbuh pada hasil-hasil pertanian
yang tidak mendapat penanganan yang baik pada pasca panen. Untuk wilayah kita
komoditi Jagung, gaplek serta dedak merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
jamur-jamur tersebut. Mycotoxin yang dihasilkan oleh species Aspergillus yaitu CPA,
Aflatoxin B1, B2, G1, G2 , dan Ochratoxin A.Saat ini, beberapa mycotoxin yang sudah
teridentifikasi di Indonesia yaitu AFB1, ZEN, DON dan CPA dan dipertegas oleh
Devegowda (2005) bahwa hampir 81% sample dari feedmill yang ada terkontaminasi
oleh CPA. Keberadaan CPA ini merupakan ancaman bagi saluran pencernaan unggas.
Faktor-faktor pendukung timbulnya asperegilosis adalah keadaan kandang dengan
ventialsi yang kurang memadahi, kandang berdebu, kandang dengan kelembaban tinggi
dan temperature relative tinggi (>25OC), kadar ammonia tinggi, liter basah dan lembab,
pakan lembab dan berjamur, penyakit imunosupresif, pencemaran pada inkubator dan
temperatur pemanas yang rendah pada saat pemeliharaan DOC.
Infeksi Aspergillus pada umumnya didapat dengan cara inhalasi conidia ke paru-
paru walaupun cara yang lain dapat juga dijumpai seperti terpapar secara lokal akibat
luka operasi, kateter intravenous dan armboard yang terkontaminasi. Invasive
aspergillosis jarang dijumpai pada pasien immunokompeten. Spesies Aspergillus pada
umumnya memproduksi toksin / mikotoksin yang dapat berperan pada manifestasi klinis
yaitu aflatoxins, achratocin A, fumagillin dan gliotoxins. Gliotoxins dapat menurunkan
fungsi makrofag dan neutrophil.