Вы находитесь на странице: 1из 4

ANALGETIK-ANTIPIRETIK

Pengertian
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu
tubuh yang tinggi.

Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-
gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan
rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan
dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri
yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini
rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum
tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana
rangsang terasa sebagai nyeri.

Cara Pemberantasan Rasa Nyeri:

Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik perifer
atau lokal.
Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan
anestetik local.
Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau dengan
anestetik umum.

Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa neurotransmitter


tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter
tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri, sehingga rasa nyerinya berangsur-
angsur menghilang.

Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan.

Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus
diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan cacat
pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai masuk
ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar
dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.

Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik, maupun
letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh toksik
adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan
fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul
beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya
malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin.
Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang
bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.

Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase berikut:

1. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat
dapat memberi pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi pengaruh
buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).

2. Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.Pada
fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh, sehingga
merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh
teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada saat kerusakan terjadi,
karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada
waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi
dan kerusakan tidak letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum.
Sebaliknya jika bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase
deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan salah) Berbagai pengaruh buruk yang
terjadi pada fase ini antara lain: -Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen
yang biasanya baru muncul kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat
kehamilan, Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus, Pengaruh sub-
letal: tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik (struktur)
pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri berasal dari
bahasa yunani yang berarti monster.

3. Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi
maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi
janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi
fisiologik atau biokimiawi organ-organ.

Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan dengan masalah
fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan
maupun sebab-sebab yang lain.
Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang, pemberian obat pengurang nyeri
biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan
proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu tertentu. Penilaian yang seksama
terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling tepat.

Pemakaian NSAID (Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya dihindari pada TM III. Obat-
obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat
menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat
agregasi trombosit dan tertundanya persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID selama
trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama beberapa hari sebelum hari
perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah diklofenac,
diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat, nabumeton,
naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat, sulindac, tenoksikam, asam tioprofenic
mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat sintesa prostaglandin yang terlibat dalam
induksi proses melahirkan, NSAID dapat memperpanjang masa kehamilan.

Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia:

1. Paracetamol

Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang


memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam), dan anti-
inflamasi (mengurangi proses peradangan). Paracetamol paling aman jika diberikan selama
kehamilan. Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka waktu pemberian yang lama bisa
menyebabkan toksisitas atau keracunan pada ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-
antipiretik. Golongan analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik ringan.Parasetamol
merupakan contoh obat dalam golongan ini.Beberapa macam merk dagang, contohnya
Parasetamol (obat penurun panas atau penghilang nyeri) bisa diperdagangkan dengan merk
Bodrex, Panadol, Paramex.

2. Antalgin

Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan NSAID, atau Non-
Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat analgetik. Pemakaiannya
dihindari saat hamil TM I dan 6 minggu terakhir.

3. Analgesik opiate

Pemakaian obat-obatan analgetika narkotik pada kelahiran kemungkinan dapat menyebabkan


terjadinya depresi respirasi pada janin yang manifest sebagai asfiksia pada waktu lahir. Namun
demikian ternyata berdasar penelitian, morfin sendiri tanpa disertai dengan faktor-faktor
pendorong lain, baik yang berasal dari ibu atau janin, tidak secara langsung menyebabkan
asfiksia. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa obat-obat opiate dapat dipakai begitu saja.dalam
proses kelahiran. Risiko terjadinya depresi kardiorespirasi harus selalu diperhitungkan pada
pemakaian obat-obat analgetika narkotik paada kelahiran.

Kemungkinan lain juga dapat terjadi bradikardi pada neonatus. Petidin merupakan analgetika
narkotika yang dianggap paling aman untuk pemakaian selama proses persalinan (obstetric-
analgesics). Tetapi kenyataannya bayi-bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan petidin selama
proses kelahiran menunjukkan skala neuropsikologik lebih rendah dibanding bayi-bayi yang
ibunya tidak mendapatkan obat apapun atau yang mendapatkan anestesi lokal. Sehingga karena
alasan ini maka pemakaian petidin pada persalinan hanya dibenarkan apabila anestesi epidural
memang tidak memungkinkan.

Pemakaian analgetika narkotik selama kehamilan atau persalinan dapat mengurangi


kontraktilitas uterus sehingga memperlambat proses kelahiran. Terhadap ibu, karena depresi
fungsi otot polos dapat terjadi penurunan motilitas usus dan stasis lambung dengan segala
konsekuensinya.
Penyalahgunaan obat-obat analgetika narkotik oleh ibu hamil dapat menyebabkan
ketergantungan pada janin dalam kandungan. Hal ini akan manifest dengan munculnya gejala
gejala withdrawl pada bayi yang baru lahir. Gejala-gejala tersebut meliputi muntah, diare,
tremor, mudah terangsang sampai kejang.

4. Aspirin

Aspirin menghambat sintesis prostaglandin. Ketika diberikan kepada wanita hamil dapat
menyebabkan penutupan prematur ductus arteriousus janin, persalinan dan kelahiran tertunda,
meningkatkan waktu perdarahan pada janin maupun ibu karena efek anti plateletnya.Penggunaan
aspirin yang kronik di awal kehamilan berhubungan dengan anemia pada wanita hamil. Aspirin
terbukti menimbulkan gangguan proses tumbuh kembang janin. Selain itu, aspirin memicu
komplikasi selama kehamilan. Bahkan, kandungan aspirin masih ditemukan dalam ASI. Tubuh
bayi akan menerima 4-8% dosis aspirin yang dikonsumsi oleh ibu. Penelitina mengatakan bahwa
bayi memilim ASI dari ibu yang mengkonsumsi aspirin berisiko untuk menderita Reyes
Syndrome yang merupakan suatu penyakit gangguan fungsi otak dan hati. Karenanya, hindari
pemakaian aspirin, terutama selama trimester tiga.

5. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.

Kesimpulan

Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik
adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus
diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan cacat
pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai masuk
ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar
dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.

Вам также может понравиться