Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Syaiful. Konsep dan Mkana Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta. 2009), hlm. 63.
1
mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang seperti kondisi peserta
didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar mengajar
yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Dan Prinsip-prinsip Belajar?
2. Bagaimankah Teori-teori Belajar?
3. Apakah Pengertian Dan Prinsip-prinsip Pembelajaran?
4. Bagaimankah Teori-teori Pembelajaran?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mendeskripsikan Pengertian Dan Prinsip-prinsip Belajar.
2. Untuk Mendeskripsikan Teori-teori Belajar.
3. Untuk Mendeskripsikan Pengertian Dan Prinsip-prinsip Pembelajaran.
4. Untuk Mendeskripsikan Teori-teori Pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Suyono, BELAJAR DAN PEMBELAJARAN, ( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011). hlm. 9.
3
Jumanta Hamdayama, METODOLOGI PENGAJARAN, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016). hlm. 28.
4
Hasan Basri, Landasan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013. hlm. 201.
3
Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan individu yang
dikirim kepadanya oleh lingkungan.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Suprijono, prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama,
prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumentasl, yaitu perubahan yang disadari
2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
4. Positif atau berakumulasi
5. Aktif sebagai usaha yang direncakan dan dilakukan
6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witting, belajar sebagai
any relatively permanent change in an organisms behavioral repertoire
thah accurs as a result of experience
7. Bertujuan dan terarah
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan
B. Teori-teori Belajar
1. Teori Disiplin Mental
Teori ini merupakan pembelajaran menurut Plato dan Aristoteles. Teori ini
menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa harus disiplinkan atau dilatih.
Teori didiplin mental ini kurang kuat pengaruhnya terhadap pendidikan dan
5
Muhammad Tobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm 18-
19
4
pembelajaran, mungkin juga karena pengaryh sifat negativisme terhadap
pendidikan seperti yang dipegang oleh penganjur aliran naturalisme.6
2. Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan
kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme
adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian
stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti
pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
3. Kongnitivisme
Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Untuk penganut
aliran kongnivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan anatr stimulus dan
respons. Lebih dari itu, belajar adalah melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang
melalui proses interaksiyang berkesinambungan dengan lingkungan. Teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah
teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu.
Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses
terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan
terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam
perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi
terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme
6
Opcit., hlm. 58.
5
psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum
konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan. 7
4. Kontruktivisme
Teori ini memehami belajar sebagai proses pembentukan (kontruksi)
pengetahuam oleh si pembelajar itu sendiri. Pengetahuan ada didalam diri
seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
otak guru kepada para siswa. Teori ini memandang bahwa pengetahuan itu dalam
diri sesorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari otak guru ke kepala murid. Murid sendirilah yang harus
mengartikan apa yang telah dipelajari atau diajarkan dengan menyesuaiakan
terhadap pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian menurut teori ini apa-
apa yang diajarkan oleh guru tidak harus dipahami oleh murid. Pemahaman
murid boleh berbeda dengan guru sehingga dapat dikatan bahwa yang
menentukan pengetahuan yang ada pada diri seseorang adalah individu itu
sendiri, bukan orang lain, yaitu dengan melalui indra yang dimiliki atau dari suatu
pengalaman yang dialami. teori ini juga berpendapat bahwa berpikir yang baik
adalah lebih penting dari pada mempunyai jawaban yang benar. Dengan berpikir
8
yang baik, sesorang dapat menyelesaikan suatu persoalan yang dihadapi.
Hakikat dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme,
yakni pembentukan pengetahuan yang memandang subjek aktif menciptakan
struktu-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan
struktur kognitifnya ini, subjek menyusun pengertian realitasnya.9
6
yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan
pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.10 Menurut Kimble dan Garmezy (dalamPringgawidagda, 2002:20),
pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relative tetap dan merupakan
hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek
belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah
siswaatau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar.
Pembelajaran juga didefinisikan sebagai suatu system atau proses
membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar sbjek didik/pembelajar dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut. Pertama, pembelajaran
dipandang sebagai suatu system, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen
yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi
dan metode pembelajaran, mediapembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Kedua, pembelajaran dipandang
sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.11
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal
perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun
atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar
dan hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila
diterapkan dalam proses pembangunan pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Selain itu, akan
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara memberikan dasar teori untuk
membangun system intruksional yang berkualitas tinggi.
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan
mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974) sebagai berikut.
10
Opcit., hlm.19.
11
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual. (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 3.
7
1. Respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi
sebelumnya. Implikasinya adalah perlunya pemberian umpan balik positif
dengan segera atas keberhasilan atau respons yang benar dari siswa, siswa
harus membuat respons, tidak hanya duduk, diam, dan mendengarkan saja.
2. Perilaku tidak hanya dikontrol ileh akibat dari respons, tetapi juga dubawah
pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa. Implikasinya adalah
perlunya menyataka tujuan pembelajaran secara jelasskepada siswa sebelum
pelajaran dimulai agar siswa bersedia belajar lebioh giat lagi. Selain itu,
penggunaan berbagai metode dan media agar mendorong keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.
3. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau
berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan hal yang menyenangkan.
Implikasinya adalah pemberian isi pembelajaran yang berguna pada siswa di
dunia luar ruangan kelas dan memberikan balikan (feedback) berupa
penghargaan terhadap keberhasilan siswa.
4. Belajar yang berbentuk respons terhadap tanda-tanda yang terbatas akan
ditransfer pada situasi lain yang terbatas pula. Implikasinya adalah
pemberiankegiatan belajar kepada siswa yang melibatkan tanda-tanda atau
kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata. Selain itu, penyajian isi
pembelajaran perlu diperkaya dengan penggunaan berbagai contoh penerapan
apa yang telah dipelajarinya. Penyajian isi pembelajaran perlu menggunakan
berbagai media pembelajaran seperti gambar, diagram, film, rekaman
audio/video, computer, serta berbagai metode dalam pembelajaran seperti
simulasi, dan bermain peran.
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar
sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
Implikasinya adalah perku digunakan secara luas bukan saja contoh positif,
melainkan juga contoh yang negative.
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. Implikasinya
adalah pentingnya menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi
8
pembelajaran, antara lain dengan menunjukkan apa yang akan dikuasai siswa
setelah selesai proses belajar, bagaimana menggunakan apa yang dikuasainya
dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanaprosedur yang harus diikuti atau
kegiatan yang harus dilakukan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai
umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa. Implikasinya
adalah guru harus menganalisis pengalaman belajar siswa menjadi kegiatan-
kegiatan kecil, disertai latihan dan balikan terhadap hasilnya.
8. Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil
dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model. Implikasinya
adalah penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat
menggambarkan materi kompleks kepada siswa, seperti model, realita, film,
program video, computer dan drama.
9. Keterampilan tingkat tinngi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar
yang lebih sederhana.12
D. Teori-teori Pembelajaran
12
Opcit., hlm. 32-34.