Вы находитесь на странице: 1из 3

HEARING AND SPEECH CENTER DI RS UKRIDA

PENDAHULUAN

Gangguan pendengaran cenderung terjadi pada tahun pertama kehidupan dan sering tidak
terdeteksi, terutama pada bayi- bayi sehingga dapat mempengaruhi perkembangan bicara anak.
Dilain pihak gangguan pendengaran masih kurang mendapat perhatian dari orang tua ataupun
tenaga medis, hal ini dapat dilihat dari program program pemerintah sebelumnya. Kendala
dalam mendeteksi gangguan pendengaran pada bayi terutama bayi berisiko tinggi adalah kurang
tersedianya alat diagnostic yang obyektif. Insiden dan prevalensi gangguan pendengaran pada
bayi baru lahir sangat bervariasi di tiap negara. Menurut Adam MJ (1997), insiden gangguan
pendengaran pada bayi baru lahir sekitar 0.1 % - 0,15%. Sedangkan Alberti (1987) dkk
melaporkan insiden hearing loss pada bayi berisiko tinggi 1-2%.

Hearing and speech center di RS Ukrida didirikan dengan misi untuk meningkatkan kualitas
hidup anak Indonesia agar menjadi manusia seutuhnya sejahtera lahir dan batin. Oleh karena itu
sebagai rumah sakit yang bertujuan menyelenggarakan pelayanan medic dikembangkan sebagai
rumah sakit rujukan nasional dibidang Perinatologi dan Pusat Penelitian Reproduksi. Dalam
mencapai tujuan tersebut dikembangkan program- program alih teknologi dengan berbagai
institusi di dalam maupun di luar negri. Salah satu programnya adalah penanganan gangguan
pendengaran dan bicara (hearing and speech) anak secara dini dan terpadu.

LATAR BELAKANG

Fungsi pendengaran sangat mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa pada anak.
Belajar bahasa merupakan aktivitas yang harus dimulai sejak dini, oleh sebab itu adanya
gangguan pendengaran harus terdiagnosis sejak dini. Mekanisme yang ideal untuk mendeteksi
secara dini adanya gangguan pendengaran terbagi dalam tiga bagian yaitu : identifikasi pasien
secara dini, pemeriksaan fungsi pendengaran yang akurat dan program habilitasi yang tepat.
Index kecurigaan akan adanya gangguan pendengaran akan lebih tinggi apabila diadakan register
faktor-faktor yang menjadi resiko tinggi bagi bayi untuk adanya gangguan pendengaran.
Menurut Joint committee on Infant Hearing, faktor resiko tinggi untuk gangguan pendengaran
adalah bayi dengan adanya riwayat, keluarga yang menderita gangguan pendengaran, adanya
infeksi perinatal (TORSCH), malformasi anatomi leher dan kepala, berat badan lahir kurang dari
1500 gram, hiperbilirubinemia, asphyxia dengan asidosis. Sayangnya penggunaan daftar resiko
tinggi ini belum biasa dilaksanakan di rumah sakit dan faktor-faktor yang menjadi resiko tinggi
ini juga tergantung rumah sakit masing- masing.

Untuk intervensi dini dan diagnosis dini adanya gangguan pendengaran pada bayi-bayi perlu
keterlibatan berbagai disiplin ilmu, diantaranya dokter spesialis anak terutama perinatologi,
audiologist, terapi wicara, psikologi dan orang tua. Untuk habilitasi anak dengan gangguan
pendengaran, Apuzzo dan Yoshinago- Itano (1989) mengatakan intervensi habilitasi yang baik
adalah usia sebelum 2 tahun untuk mencegah gangguan bicara. Untuk habilitasi dilakukan
kerjasama dengan bagian Speech Therapy.

TUJUAN

Program penanganan gangguan pendengaran dan bicara pada anak diharapkan dapat
mendeteksi gangguan fungsi pendengaran dan bicara secara dini dan terpadu, untuk itu
diperlukan keterlibatan berbagai disiplin ilmu, terutama dokter spesialis anak (perinatologi),
terapi wicara, psikologi. Kemudian melakukan habilitasi sedini mungkin untuk mencegah
gangguan berbicara dan psikososial.

SARANA DAN PRASARANA

Dalam menangani kasus tersebut diatas perlu penyempurnaan saranadan prasarana sehingga
dapat menunjang terlaksananya program secara baik dan terpadu. Untuk deteksi sini adanya
gangguan pendengaran pada bayi diperlukan alat untuk test pendengaran yaitu BERA. BERA
merupakan alat diagnostic yang akurat dan tidak invasiftelah dipakai selama 15 tahun,
dilaporkan bahwa hasilnya memuaskan untuk diagnosis adanya gangguan pendengaran pada bayi
baru lahir yang berisiko tinggi. Akhir-akhir ini Evoked Otoaccustic Emissions Test telah
digunakan diberbagai negara, dikatakan alat ini lebih mudah dan lebih sensitive untuk skrining
pada bayi-bayi.
RENCANA KERJA

1. Jangka Pendek
Melengkapi sarana dan SOP.
Membuat daftar bayi-bayi dengan resiko tinggi mengalami gangguan pendengaran.
Melakukan skrining bayi dengan resiko tinggi sesuai dengan daftar yang akan dibuat
tersebut diatas.
Membuat daftar kuisioner untuk bayi-bayi resiko tinggi mengalami gangguan
pendengaran yang akan dibagikan ke dokter-dokter di RS UKRIDA dan orang tua.
Membuat langkah/ tindakan menghadapi kasus yang ditemukan.
Membuat data dan penelitian mengenai bayi- bayi resiko tinggi mengalami gangguan
pendengaran di RS UKRIDA.
2. Jangka Panjang
Melakukan pendidikan/ penelitian bersama PPDS THT mengenai gangguan
pendengaran dan bicara serta penanganannya di RS UKRIDA.
Social : melakukan pemeriksaan test pendengaran diluar RS, di sekolah sekolah
dengan mobil (yang memiliki alat untuk skrining adanya gangguan pendengaran)
sehingga dapat dilakukan skrining di sekolah dan masyarakat.
Melakukan tindakan / operasi yang sulit terhadap kasus gangguan pendengaran
seperti koklear implant.

Вам также может понравиться