Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam dunia ini kita diberi kehidupan dan keanekaragaman yang berlimpah yang harus kita
jaga agar rusak dan punah. Pada zaman ini sudah banyak biotik yang sudah mulai rusak bahkan
sangat fatal yaitu terjadinya kepunahan yang artinya tidak akan dapat kembai lagi maka dari itu
kita sebagai umat manusia butuh kesadaran yang besar untuk menjaga keanekaragaman hayati.
Pada hal ini akan membahasas tentang keragaman hiu yang ada di Indonesia. 23 negara yang
telah menetapkan lebih dari 100 kawasan konservasi laut sebagai upaya konservasi kawasan
perairan dengan tujuan perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan perikanan, dan
memperbaharui populasi ikan dan biota laut lainnya terancam punah. Manfaat dari adanya
kawasan konservasi laut yaitu berhubungan dengan proses biologi fisik seperti ekspor spesies
ikan dewasa mau-pun benih di daerah penangka-pan ikan, ekspor larva ikan dari tempat
pemijahan yang tersedia sebagai stok perikanan. Manfaat kawasan konservasi laut bagi
perikanan tersebut sangat ber-gantung pada strategi spesies ikan target dan dari desain dari
kawasan konservasi laut sendiri, termasuk lokasi, ukuran dan bentuknya.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13 Undang-Undang No. 31 tahun 2004, pemerintah
telah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2007 tentang
Konservasi Sumber daya ikan pada 16 November 2007. Konservasi sumber daya ikan adalah
upaya perlindungan pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis,
dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan. Dalam PP
ini diantaranya tercantum upaya konservasi sumber daya ikan dalam tiga tingkatan, yaitu
konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetik.
Hiu merupakan salah satu spesies yang dilindungi di wilayah perairan Eropa. Alasan mengapa
menjadi begitu penting untuk dilindungi adalah kegiatan konservasi hiu tidak hanya terkait
dengan upaya penyelamatan spesies hewan laut yang hampir punah, namun juga terkait dengan
masalah lingkungan secara global. Hewan ini sangat rentan dan populasinya mengalami
penurunan secara signifikan, bahkan beberapa spesies terancam punah. Populasi hiu sejak tahun
2000 sampai tahun 2010 mengalami penurunan dengan tangkapan yang jumlahnya cukup besar.

Sejak tahun 1970 usaha perikanan hiu di Indonesia telah berlangsung sangat pesat, ketika
sumberdaya tersebut menjadi hasil usaha sampingan dari perikanan tuna dengan menggunakan
pancing rawai. Meskipun perikanan hiu di Indonesia ini hanyalah sebagai usaha sampingan dari
usaha perikanan lainnya, akan tetapi produksi yang dihasilkannya menunjukkan nilai yang
signifikan. Sejak tahun 1988 ketika harga sirip hiu di pasaran dunia meningkat, usaha perikanan
hiu berkembang cukup pesat, bahkan di beberapa daerah sentra nelayan di Indonesia menjadikan
komoditi hiu sebagai hasil tangkapan utamanya. Beberapa alat tangkap yang biasa digunakan
untuk menangkap hiu, baik sebagai hasil tangkapan sampingan ataupun tangkapan utama, antara
lain adalah jaring insang apung, rawai permukaan ,rawai dasar dan jaring hiu (dahulu dikenal
sebagai jaring.

2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan yaitu untuk mengetahui jenis-jenis ikan hiu yang ada di Indonesia
dan peraturan yang melindungi ikan Hiu dindonesia.

2.3 Manfaat
Penulisan makalah ini yaitu sebagai dasar ilmu pengetahuan dalam konservasi jenis-jenis ikan
Hiu diindonesia.
BAB II. ISI

2.1 Morfologi Ikan Hiu


Hiu adalah sekelompok ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang
ramping. Hiu bernapas dengan menggunakan lima liang insang di samping, atau dimulai sedikit
di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk
melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka
mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.

Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan. Hiu pigmi, Euprotomicrus
bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu
paus, Rhincodon typus, ikan terbesar yang mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter dan yang,
seperti ikan paus, hanya memakan plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu
banteng,Carcharhinus leucas, adalah yang paling terkenal dari beberapa spesies yang berenang di
air laut maupun air tawar (jenis ini ditemukan di Danau Nikaragua, di Amerika Tengah) dan di
delta-delta.

2.2 jenis-jenis Hiu di indonesia


Wilayah Perairan Indonesia yang sangat luas terbentang antara Benua Asia dan Australia
menyimpan kekayan fauna laut yang tak terhingga baik jumlah maupun jenisnya. Diantara jenis
Fauna laut yang sangat terkenal dan ditakuti adalah Jenis Hiu atau Cucut yang menjadi predator
menakutkan bagi penghuni laut lainnya. Di Indonesia dengan iklim tropis basah yang lembab
dan laut yang dalam dan dangkal menjadi hunian jenis spesies ini, bahkan Ikan terbesar di dunia
dapat ditemukan di Indonesia yaitu Ikan Hiu Paus atau Cucut Geger Lintang yang panjangnya
bisa mencapai 12 meter dengan berat lebih dari 100 ton. Ikan ini memiliki ciri-ciri corak Totol
pada kulit bagian atas dan mengkonsumsi plangton sebagai sumber makanan utamanya.
Walaupun termasuk jenis Hiu namun Hiu Paus adalah Hiu raksasa jinak yang tidak berbahaya
bagi manusia. Manusia yang berenang di dekatnya tidak akan diserang atau diganggu bahkan
terkesan Hiu ini bersahabat dengan perenang didekatnya. Namun Sayangnya Hiu Paus sering
sekali mengalami nasib tragis, banyak sekali kejadian Hewan ini ditemukan mati terdampar di
pantai Pulau-Pulau di Indonesia.
Ada beberapa jenis Hiu yang sudah berhasil di identifikasi di Indonesia antara lain :
1. Hiu Lanjaman Jawa (Carcharhinus Amblyrhynchos) panjang 70 -230 cm
2. Hiu Lonjor (Carcharhinus Brevivina) panjang 80 - 280 cm
3. Cucut Lanjaman (Carcharhinus Dussumieri) panjang 30 - 100 cm
4. Hiu Lanyam (Carcharhinus Falciformis) panjang 50 - 350 cm
5. Hiu Kerbau (Carcharhinus Leucas) panjang 60 - 400 cm
6. Hiu Kejen (Carcharhinus Limbatus) panjang 60 - 250 cm
7. Hiu Koboy (Carchahinus Longimanus) panjang 60 - 300 cm
8. Hiu Karang Sirip Hitam (Carchahinus Melapnoterus) panjang 40 - 140 cm
9. Hiu Merak Bulu (Carchahinus Obscurus) panjang 80 - 400 cm
10. Hiu Lanjaman Jawa (Carchahinus Sealei) panjang 70 -350 cm
11. Hiu Mungsing (Carchahinus Sorrah) panjang 50 - 160 cm
12. Hiu Plen (Carchahinus Albimarginatus) panjang 80 - 300 cm
13. Hiu Teteri (Carchahinus Plumbeus) panjang 70 - 250 cm
14. Hiu Macan (Carchahinus Cuvier) panjang 70 - 700 cm
15. Hiu Kejen (Loxodon Mocronhinus)
16. Hiu Biru (Prionace Glauca)
17. Hiu Pisang (Rhizoprionodon Acutus)
18. Hiu Pilus (Rhizoprionodon Oligolinx)
19. Hiu Kejen Jawa (Scoliodon Macrorhynchos)
20. Hiu Karang Buas (Triaenodon Obesus)

Sebenarnya masih ada beberapa Jenis Hiu lain di Indonesia dan belum teridentifikasi dan kadang
tertangkap jaring nelayan. Ikan Hiu ini sebagian juga di konsumsi dagingnya oleh masyarakat
termasuk bagian siripnya yang terkenal lezat. Dalam catatan sejarah : serangan Hiu jarang terjadi
di perairan Indonesia, walaupun sebenarnya Indonesia memiliki keberagaman jenis Hiu yang
terbanyak di dunia. Hiu Putih predator raksasa yang terkenal serangannya terhadap manusia
tidak ditemukan di perairan Indonesia, walaupun kemungkinan spesies ini menjelajah smpai ke
wilayah perairan tropis Indonesia sewaktu waktu bisa terjadi.
2.3 Usaha Konservasi Sumberdaya Hiu
Pemanfatan hiu di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang termasuk di dalam
kawasan Coral Triangel merupakan negara penangkap hiu terbesar di seluruh dunia. Aktifitas
pemanfatan hiu di perairanIndonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Perburuan di
Indonesia terhadap hiu sudah dimulai sejak zaman penjajahan yaitu dengan adanya ekspor hiu
bersama dengan ekspor ikan asin. Hiu diburu oleh nelayan untuk dimanfaatkan daging, sirip,
kulit, minyak hati dan bagian-bagian lainnya. Peningkatan keuntungan ekonomi yang didapat
dari komoditi ini membuat spesies ini terancam oleh kegiatan illegal fishing. Dampak kegiatan
pemanfatan tersebut meningkat seiring meningkatnya kemajuan teknologi, peningkatan jumlah
penduduk serta peningkatan ragam dan mutu kebutuhan. Hal ini terjadi karena terdorong oleh
usaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-jari kemudian berkembang menjadi suatu kegiatan
usaha yang bersifat komersial.

Dalam skala internasional, telah cukup banyak badan-badan internasional yang menfokuskan diri
pada usaha konservasi hiu dan pari (elasmobranchii). Salah satu badan internasional yang amat
peduli terhadap sumberdaya tersebut adalah IUCN (The World Conservation Union) yang
membentukShark Specialist Group (SSG) pada tahun 1991, sebagai bagian dari komisi
penyelamatan jenis(Species Survival Comission). Tujuan kelompok ini dibentuk adalah sebagai
mediator bagi usaha konservasi hiu, pari dan Chimaera (Condrichthyans). Para anggotanya
berusaha untuk menyusun laporan mengenai status ikan-ikan bertulang rawan dan menyiapkan
rencana aksi (Action plan) bagi kelompok ikan ini.

Rencana aksi yang dilakukan SSG antara lain adalah dengan mengidentifikasi langkah-langkah
yang akan dilakukan untuk kelangsungan kehidupan populasi ikan-ikan bertulang rawan dan
usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memulihkan jenis-jenis yang terancam ataupun yang
menurun jumlahnya. Laporan yang dibuat oleh SSG juga akan memperbaharui daftar hewan
yang masuk dalam CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of
Wild Fauna and Flora). Selain itu, SSG juga memberikan laporan kepada FAO sebagai salah
satu badan dunia yang berada di bawah PBB. Melalui badan tersebut, dibentuk sebuah komite
perikanan yang menyusun suatu panduan(guideline) yang bersifat global maupun regional
terhadap usaha pengelolaan dan konservasi sumberdaya hiu (PoA of Shark for Conservation and
Management). Salah satu bentuk laporan tersebut adalah mengeluarkan red list atau daftar status
bagi beberapa jenis ikan, berdasarkan beberapa kategori status seperti terancam punah, hampir
terancam, dan lain sebagainya (CAMHI et al. 1998). Beberapa jenis hiu dan pari yang terdapat di
Indonesia dan cukup sering dijumpai di tempat-tempat pelelangan ikan di wilayah In-donesia,
bahkan termasuk ke dalam daftar sta-tus yang dikeluarkan oleh IUCN.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis ikan Hiu sangat beragam diantaranya adalah Hiu Big Eye Thresher, Hiu Bluntnose
Sixgill, Tiger Shark, dan lain-lain.
2. Peraturan perlindungan Hiu ada yang bersifat nasional dan internasional.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebaiknya dalam perlindungan Hiu lebih baik
lagi dan diberikan sanksi yang setimpal bagi penangkapan Hiu secara ilegal.

Вам также может понравиться