Вы находитесь на странице: 1из 36

Makalah Untuk memenuhi pra-syarat matakuliah

KIMIA FARMASI ANALISIS LANJUTAN

ANALISIS SENYAWA BERBAHAYA DALAM PARFUM DENGAN


KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROMETRI MASSABERDASARKAN MATERIAL
SAFETY DATA SHEET (MSDS)

Disusun oleh :

Kelompok :7

Nama Kelompok :

1. Ahmad fahrurozi (15040001)


2. Afni Putri Angraeni (15040003)
3. Anong dika pradanna (15040010)
4. Dian ratna sari (15040018)
5. Jeni Wahyuni (15040030)
6. Novita sari amalia (15040046)

PROGRAM STUDI STRATA 1

JURUSAN FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

TANGERANG

2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang


masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Kromatografi Gas. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala
keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Kimia Farmasi Analisis Lanjutan Dina Pratiwi, S.Farm., M.Sc. Semoga
apa yang beliau ajarkan kepada kami menjadi manfaat dan menjadi amal jariyah
bagi beliau di Akhirat kelak. Aamiin.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia
Farmasi Analisis Lanjutan. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa
pembahasan mengenai pengertian, patofisiologi, gejala, terapi dan lain-lain.

Penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,


dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
yang budiman. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan guna peningkatan pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Tangerang, 14 Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Tujuan .................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3

A. Parfum .................................................................................... 3
B. Pengertian dan prinsip kromatografi gas ............................... 8
C. Fase diam dan fase gerak ....................................................... 9
D. Komponen .............................................................................. 10
E. Cara menjalankan alat GC ..................................................... 15
F. Kelebihan dan kekurangan GC .............................................. 16

BAB III METODELOGI ............................................................................ 17

A. Bahan ..................................................................................... 17
B. Peralatan ................................................................................. 17
C. Prosedur ................................................................................. 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 20


A. Hasil Pengamatan .................................................................... 20
B. GC-MS ................................................................................... 20

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 31


A. Kesimpulan .............................................................................. 31
B. Saran ........................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin
beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita,ataupun untuk keduanya.
Kata parfumsendiri berasal dari bahasa latin perfumum yang berarti melalui
asap.
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi
sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase
kandungan bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari
jenis produknya. Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang
terkandung di dalam produk wewangian adalah bahan kimia sintetik yang
berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzene, aldehid atau zat
yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang
menangani masalah kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun dari
815 sampel yang mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991
menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga
ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah diketahui
bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang tinggi.
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
yang berdasar pada perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing
komponen campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh
pergerakan fase yang bergerak.Kromatografi bertujuan untuk pemisahan
komponen dari matriks sampel dan tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian
ditentukan untuk analisis.
Kromatografi gas merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama
kali pada tahun 1950-an. Pekerjaan di laboratorium analisis pada umumnya
tidak dapat dipisahkan dengan proses pemisahan campuran zat-zat kimia,
terutama apabila yang dianalisis adalah suatu sampel dengan susunan yang
kompleks. Cara-cara pemisahan dan kecermatan pelaksanaan pemisahan

1
campuran zat-zat. Di samping itu metode analisis yang dipakai untuk
penentuan zat kimia juga menuntut adanya proses pemisahan sebelum
dilakukan pengukuran kadar (secara kuantitatif) maupun penentuan sifat
fisika-kimia yang khas dari suatu zat yang akan ditentukan. Maksud dan
tujuan dilakukan pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan
ditentukan berada dalam keadaan murni tidak tercampur dengan komponen-
komponen yang lainnya.
Kromatografi gas merupakan salah satu jenis teknik analisis yang
semakin banyak diamati, karena terbukti dapat digunakan untuk
menyelesaikan berbagai masalah analisis. Sekarang ini, kromatografi sangat
diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu campuran senyawa.
Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase.
Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan
fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan
partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau terbagi kedalam
sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di dalam pori.
Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam
bidang: industri, farmasi, kimia, klinik, forensik, makanan, dll. (Himawan,
2009).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui senyawa apa yangmenjadi faktor penentu yang
terdapat dalam sampel parfum yang dianalisis.
2. Untuk mengetahui senyawa yangberbahaya dalam parfum yang
dianalisi

2
BAB II
TIBJAUAN PUSTAKA

A. Parfum
Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin
beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita,ataupun untuk keduanya.
Kata parfumsendiri berasal dari bahasa latin perfumum yang berarti melalui
asap. Riwayat parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia kuno sekitar lebih
dari 4000 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan
tanaman herbal, rempahrempah dan bunga dan dicampurkan bersama untuk
membuat wewangian.Selanjutnya pada pertengahan abad ke-15 parfum mulai
dicampur minyak dan alkohol.Meskipun demikian, parfum baru mengalami
kemajuan pesat pada abad ke-18 dengan munculnya beragam aroma
wewangian dan botol yang indah.
1. Jenis parfum :
a. Parfum ekstrak, atau hanya parfum (Extrait): 15-40% (IFRA: khas
20%) senyawa aromatik.
b. Esprit de Perfume (ESDP): 15-30% senyawa aromatik.
c. Eau de Perfume (EDP), Perfume de Toilette (PDT): 10-20% (sekitar
15%) senyawa aromatik, kadang dikenal sebagai "parfum eau de"
atau "millsime".
d. Eau de Toilette (EDT): 5-15% (tipikal ~ 10%) senyawa aromatik.
e. Eau de Cologne (EDC): parfum aroma jeruk (Chypre) dengan 3-8%
(sekitar 5%) senyawa aromatik.
f. Perfume mist: 3-8% senyawa aromatik (pelarut non-alkohol)
g. Splash and After shave: senyawa aromatik 1-3%. (Anton et al, 2008)

Pewangi ruangan yang beredar di masyarakat pada umumnya berbentuk


gel dan spray. Bahan yang digunakan dalam membuat pewangi ruangan
dibagi menjadi menjadi dua jenis yaitu, pewangi sintetik dan pewangi alami.
Pewangi sintetik memiliki wangi yang lebih tajam, sedangkan pewangi alami

3
memiliki wangi yang lebih lembut sehingga lebih nyaman digunakan.
Penggunaan pewangi sintetik yang terlalu tajam aromanya dapat
menimbulkan keluhan pusing dan kurang nyaman.
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi
sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase
kandungan bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari
jenis produknya. Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang
terkandung di dalam produk wewangian adalah bahan kimia sintetik yang
berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzene, aldehid atau zat
yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang
menangani masalah kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun dari
815 sampel yang mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991
menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga
ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah diketahui
bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang tinggi.
Menurut Cook (2009) ahli gizi holistik dan naturopati sekaligus penulis
buku kesehatan popular mengatakan terdapat 500 lebih bahan kimia
berbahaya yang menjadi bahan dasar pembuatan wewangian di parfum.
Kebanyakan berasal dari bahan kimia sintetis yang diperoleh dari bahan
petrokimia, dan telah terbukti mengandung neurotoxin (racun yang bisa
merusak pembuluh darah atau syaraf otak). Dan terdapat juga kandungan
karsinogenik (bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker). Penelitian ini
amat mengejutkan, karena hampir semua wanita bahkan pria mengenakan
parfum. Siapa sangka banyak bahan kimia yang terkandung dalam parfum
atau wewanian lain yang tak kalah berbahaya dibandingkan bahaya asap
rokok.
Parfum adalah campuran dari zat pewangi yg dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai Zat pewangi dpt berasal dari minyak atsiri atau dibuat sintetis
Parfum digunakan untuk memberikan keharuman pada badan. Merupakan
larutan minyak wangi dalam etanol 95% yg sudah didenaturasi. Kadar
M.Wangi berkisar 5% - 22,5%, sediaan biasanya dalam bentuk larutan. Eau
de Cologne atau Eau de toilette adalah sediaan kosmetik yg digunakan ut

4
mengharumkan badan atau baju. Merupakan larutan M.Wangi dlm etanol
75% atau 85%. Kadar M.Wangi berkisar 1,25% - 5%. Sediaan ini biasa dlm
btk cair atau aerosol.

2. Berdasarkan macam & sumber komponen zat pewangi yg terdapat dalam


parfum maka parfum dibagi 3 golongan :
a. Parfum yg berasal dari minyak atsiri (parfum alamiah)
b. Parfum sintetis
c. Parfum semi sintetis
3. Komposisi kimia parfum
a. Zat pengikat (fixatives)
Zat pengikat adalah suatu zat alami atau sintetisyang digunakan
untuk mengurangi tingkat penguapan dan meningkatkan stabilitas
ketika ditambahkan ke komponen volatil, dengan tujuan
memungkinkan produk akhir untuk bertahan lebih lama dengan
menjagaaroma aslinya. Wangi parfum akan cepat menguap tanpa zat
pengikat karena pd umumnya zat pewagi dlm alkohol lbh cepat
menguap dari alkohol sendiri.
b. Zat pewangi (odoriferous substances)
Zat pewangi dalam parfum merupakan komponen yang sangat
penting. Tidak hanya dalam parfum, hampir setiap produk memiliki
komponen pewangi. Mulai dari produk rumah tangga seperti sabun,
shampoo, pengharum ruangan.
Komponen pewangi terdiri dari persenyawaan kimia yg
menghasilkan bau wangi yg diperoleh dari minyak atsiri atau
dihasilkan secara sintetis.
Zat Pewangi Pada umumnya parfum mengandung zat pewangi
2% (weak parfum) sampai 10% atau 22,5% (strong parfum) dan
selebihnya adalah bahan pengencer dan zat pengikat.
4. Pewangi
Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan
kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari

5
bahan alam maupun sintetik. Bahan pewangi tidak hanya digunakan
sebagai parfum, pewangi ruangan, tetapi juga ditambahkan ke dalam
bahan kosmetika, pembersih dan makanan (zat aditif). Bahan yang
digunakan sebagai pewangi adalah bahan yang mudah menguap agar
wanginya mudah tercium. Bahan pewangi ini dapat berasal dari
tumbuhan (alami) tetapi dapat merupakan bahan kimia yang dibuat
(sintesis).
Beberapa bahan pewangi:

Kandungan bahan kimia pewangi yaitu : formaldehyde petroleum


distillates, p-dichlorobenzene, and aerosol propellants. butane, propane,
amonia, fenol, dan formaldehyde. benzyl acetate, benzyl alcohol,
ethanol, limonene, dan linalool

a. Efek Pewangi
Bahan kimia berbahaya dalam pengharum ruangan, di antaranya
butane, propane, amonia, fenol, dan formaldehyde, efek pada
manusia dapat menyebabkan :
1) radang tenggorokkan

6
2) melapisi saluran hidung dengan selaput minyaknya, atau
melepaskan zat pemati syaraf penciuman,
3) iritasi kulit,
4) mengakibatkan mual,
5) pusing, perdarahan,
6) hilang ingatan,
7) kanker, tumor, kerusakan hati, iritasi ringan hingga menengah
pd paru-paru, termasuk gejala seperti asma
b. Efek Samping Penggunaan Produk Pewangi
1) Pada kesehatan manusia antara lain mengiritasi mata, hidung,
tenggorok, kulit, mengakibatkan mual, pusing, perdarahan,
hilang ingatan, kanker, dan tumor, kerusakan hati, menyebabkan
iritasi ringan hingga menengah pada paru-paru, termasuk gejala
seperti asma.
2) Bahan pewangi yang mengandung chlorofluorocarbon (CFC)
dapat menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. CFC
merupakan jenis bahan kimia yang membutuhkan jangka waktu
sangat lama untuk dapat mengalami biodegradasi (penguraian).
Radikal bebas (atom) klorin yang dilepaskan oleh CFC di
atmosfer akan menguraikan O3 menjadi gas oksigen (O2) dan
radikal bebas O.
Satu radikal bebas klorin akan dapat menguraikan ozon menjadi
oksigen sampai berkali-kali. Hal inilah yang menyebabkan
lapisan ozon semakin tipis dan akhirnya timbul lubang ozon.
Akibat adanya lubang ozon, radiasi sinar matahari dapat masuk
ke bumi tanpa melalui filter terlebih dahulu sehingga suhu
permukaan bumi semakin meningkat. Kondisi seperti ini menjadi
penyebab semakin tingginya permukaan air laut karena banyak
es di daerah kutub yang mencair akibat makin tingginya suhu di
atmosfer bumi.

7
c. Pencegahannya
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari efek
samping dari produk pewangi antara lain: Menggunakan bahan
pewangi seperlunya, dan Tidak menggunakan pewangi yang
mengandung CFC.

B. Pengertian dan Prinsip Kromatografi Gas


Kromatografi gas adalah suatu metode analisis yang didasarkan pemisahan
fisik zat organic atau anorganik yang stabil pada pemanasan dan mudah
diatsirikan. Pada umumnya kegunaan kromatografi gas adalah untuk
melakukan pemisahan dan identifikasi senyawa yang mudah menguap dan
juga untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam
campuran. Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat
terlarut terpisah sebagai uap.Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara
fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak
mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya.
GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya. Ada 2 jenis
kromatografi gas, yaitu :
1. Kromatografi gascair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang
diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase
diam.
2. Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan
kadang-kadang berupa polimerik.
Prinsip kromatografi gas: Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama
dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya
proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase
gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada
kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
Secara rinci prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala
hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi

8
dan menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik
sebanding dengan ion.
Disamping itu pada kromatografi gas, selain oleh afinitasnya terhadap fase
diam maupun fase gerak, pemisahannya juga ditentukan oleh titik didih
keatsirian dari sampel.

C. Fase Diam Dan Fase Gerak


1. Fase Diam
Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang
akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan
fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan
fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih
sempurna.
Fase diam pada Kromatografi Gas biasanya berupa cairan yang
disaputkan pada bahan penyangga padat yang lembab, bukan senyawa
padat yang berfungsi sebagai permukaan yang menyerap (kromatografi
gas-padat). Sistem gas-padat telah dipakai secara luas dalam pemurnian
gas dan penghilangan asap, tetapi kurang kegunaannya dalam
kromatografi. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari
sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir
segala macam campuran.

2. Fase Gerak
Disebut juga sebagai gas pembawa.Fungsi utamanya adalah untuk
membawa uap analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi
dengan komponen-komponen sampel. Adapun syarat-syarat fase gerak
pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut :
a. Tidak reaktif
b. Murni (agar tidak mempengaruhi detector)
c. Dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Biasanya mengandung
gas helium, nitrogen, hydrogen, atau campuran argon dan metana

9
d. Pemilihan gas pembawa yang digunakan tergantung dari detektor
apa yang digunakan

D. Komponen dalam Kromatografi Gas


Adapun komponen-komponen dari kromatografi gas yaitu sebagai berikut :

1. Gas Pembawa
Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi
dengan cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder
baja bertekanan tinggi sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan
sendirinya. Karena aliran gas yang cepat inilah maka pemisahan dengan
kromatografi gas berlangsung hanya dalam beberapa menit saja.
Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas argon, helium,
hidrogen dan nitrogen.Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang
lambat (10 cm/detik) untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan
HETP (High Eficiency Theoretical Plate) minimum. Sementara
hidrogen dan helium dapat dialirkan lebih cepat untuk mencapai
efisiensi optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25 cm/detik
untuk helium. Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang
sedikir demi sedikit sedangkan kinerja nitrogen berkurang secara
drastis.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa
gerak maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang
cepat membantu mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa

10
tersebut, sehingga efisiensinya meningkat (HETP nya menurun). Pada
kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat melalui hidrogen dan
helium daripada melalui nitrogen.Hal inilah yang menyebabkan
hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada
nitrogen.Hidrogen memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya
perubahan kecepatan alir.Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi
kontrak dengan udara.Biasanya, helium banyak digunakan sebagai
penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat bereaksi
dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas
pembawa yang relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom.
Biasanya terdapat saringan (molecular saeive) untuk menghilangkan
kotoran yang berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa
.Pemilihan gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis detektor.

2. Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus
mudah menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional
(50-300 C).Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat
dikontrol.Suhu injektor biasanya 50 C di atas titik didih cuplikan.
Jumlah cuplikan yang diinjeksikan sekitar 5 L. Tempat pemasukkan
cuplikan cair pada kolom pak biasanya terbuat dari tabung gelas di
dalam blok logam panas. Injeksi sampel menggunakan semprit kecil.
Jarum semprit menembus lempengan karet tebal disebut septum yang
mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika
semprit ditarik keluar.
Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan
menggunakan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-
sampling valve). Alat pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu injeksi split (split injection)
dan injeksi splitless (splitless injection). Injeksi split dimaksudkan
untuk mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan

11
yang masuk biasanya hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1 2 L,
sementara sisanya dibuang.

Sistem injeksi split

Sedangkan injeksi splitless lebih cocok digunakan untuk analisa renik.

3. Kolom
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang
dapat terbuat dari gelas.Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan
cuplikan yang mengandung komponen yang dapat terurai jika kontak
dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm 6 mm
dengan panjang antara 2-3 m. Kolom dibentuk melingkar agar dapat
dengan mudah dimasukkan ke dalam oven (thermostat).
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen
yang terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam
yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan dengan titik didih
rendah.Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap
rendah, titik didihnya tinggi (minimal 100 C di atas suhu operasi
kolom) dan stabil secara kimia.Fasa diam ini melekat pada adsorben.
Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan
cukup kuat agar tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom.
Adsorben biasanya terbuat dari celite yang berasal dari bahan

12
diatomae. Cairan yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya
adalah hidrokarbon bertitik didih tinggi, silicone oils, waxes, ester
polimer, eter dan amida. (The Techniques). Pemilihan fasa diam juga
harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan. Untuk sampel
yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang
polar.Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam
yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.
Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas,
yaitu kolom pak (packed column) dan kolom terbuka (open tubular
column).
a. Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas Pyrex.
Gelas Pyrex digunakan jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat
labil secara termal. Diameter kolom pak berkisar antara 3 6 mm
dengan panjang 1 5 m. kolom diisi dengan zat padat halus
sebagai zat pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang
melekat pada zat pendukung.Kolom pak dapat menampung jumlah
cuplikan yang banyak sehingga disukai untuk tujuan
preparatif.Kolom yang terbuat dari stainless steel biasa dicuci
dengan HCl terlarut, kemudian ditambah dengan air diikuti dengan
methanol, aseton, metilen diklorida dan n-heksana. Proses
pencucian ini untuk menghilangkan karat dan noda yang berasal
dari agen pelumas yang digunakan saat membuat kolom. Kolom
pak diisi dengan 5% polyethylene glycol adipate dengan efisiensi
kolom sebesar 40,000 theoretical plates
b. Kolom terbuka (open tubular column)
Kolom terbuka terbuat dari stainless steel atau quartz.
Berdiameter antara 0,1 0,7 mm dengan panjang berkisar antara
15 - 100 m. semakin panjang kolom maka akan efisiensinya
semakin besar dan perbedaan waktu retensi antara komponen satu
dengan komponen lain semakin besar dan akan meningkatkan
selektivitas. Penggunaan kolom terbuka memberikan resolusi yang

13
lebih tinggi daripada kolom pak. Tidak seperti pada kolom pak,
pada kolom terbuka fasa geraknya tidak mengalami hambatan
ketika melewati kolom sehingga waktu analisis menggunakan
kolom ini lebih singkat daripada jika menggunakan kolom pak.
4. Termostat (Oven)
Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom.Suhu kolom
harus dikontrol.Temperatur kolom bervariasi antara 50C - 250C.Suhu
injektor lebih rendah dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah
daripada suhu detektor.Suhu kolom optimum bergantung pada titik
didih cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan
terprogram.Analisis yang dilakukan secara isotermal digunakan untuk
memisahkan cuplikan yang komponen-komponen penyusunnya
memiliki perbedaan titik didih yang dekat, sedangkan sistem
terprogram digunakan untuk memisahkan cuplikan yang perbedaan titik
didihnya jauh.

5. Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom
GC yang menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data
kepada perekam data yang menyajikan hasil kromatogram secara
grafik.Detektor menunjukkan dan mengukur jumlah komponen yang
dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit yang telah
terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang
proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan respon
terhadap gas pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan.
Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar
bahang (DHB), detektor ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan
lain sebagainya.

14
6. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada
lembaran kertas berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut
sebagai kromatogram.Seperti telah diberitahukan diawal, jumlah
puncak dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen penyusun
campuran.Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas komponennya.
E. Cara Menjalankan alat GC
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui tahap-tahap
dalam menjalankan alat GC tersebut. Yaitu:
1. Mengaktifkan dan melakukan pemanasan terhadap alat sebelum
dipergunakan dengan cara menekan tombol power dan mendiamkan
selama 15 menit.
2. Mengalirkan gas menuju injektor dengan cara memutar knop yang
terdapat pada tabung gas.
3. Melakukan pengaturan suhu pada detektor dengan cara menekan tombol
DET lalu mengatur suhu sebesar 100oC kemudian menekan tombol OK.
4. Melakukan pengaturan suhu pada injektor dengan cara menekan tombol
INJ lalu mengatur suhu sebesar 150oC kemudian menekan tombol OK.
5. Melakukan pengaturan suhu pada kolom dengan cara menekan tombol
COL lalu mengatur suhu sebesar 200oC kemudian menekan tombol OK.
6. Mengaktifkan Detektor apabila telah tercapai suhu yang dikehendaki. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan api ke dalam lubang
detektor.
7. Melakukan pengujian terhadap detektor untuk mengetahui proses
pembakaran telah berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara
menempelkan sebuah pada lubang bagian atas dan mengamati apakah
terdapat butiran embun atau tidak. Apabila terdapat butiran embun maka
alat detektor sudah siap digunakan.
8. Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam injektor dengan
bantuan alat syringe.
9. Menekan tombol spasi pada alat komputerisasi bersamaan dengan
memasukkan sampel, kemudian melihat hasil kromatografi.

15
10. Mengamati kromatogram dan menetukan waktu retensi (tR) sampel.

F. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas


Adapun kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode pemisahan
berdasarkan kromatografi gas (GC) yaitu sebagai berikut:
1. Kelebihan:
a. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
b. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi.
c. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
d. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat
sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
e. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala
macam campuran.
2. Kekurangan:
a. Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
b. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode
lain.
c. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut.

16
BAB III
METODELOGI

A. Bahan
Bahanyang digunakan dalam penelitian ini adalah Tiga sampel parfum dan
aquades.

B. Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Gas Chromatography- Spectrometry Massa(GC-MS),
2. Thermometer
3. Refraktometer
4. Piknometer
5. Gelas ukur 10ml
6. Pipet ukur 5ml
7. Labu ukur 10ml
8. Corong.

C. Prosedur
1. Penetapan Berat Jenis
Penetapan berat jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer
ukuran 5 ml dalam keadaan bersih, kering, dan kosong dan ditimbang.

Piknometer diisi dengan aquades 5 ml dan ditimban

Piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang.

Piknometer diisi dengan sampel parfum dan ditimbang.

2. Penetapan Indeks Bias


Penetapan indeks bias dilakukan dengan menggunakan refraktometer.

Permukaan prisma refraktometer dibersihkan dengan aquades dan
tissue.

17
Kemudian diteteskan senyawa cair (sampel) pada permukaan prisma.,
Setelah itu ditutup dan dibiarkan berkas cahaya memasuki dan
melewati senyawa cair. Diatur prisma agar warna cahaya pada layar
dalam alat refraktometer tersebut menjadi dua warna dengan batas
yang jelas.

Setelah itu digeser tanda batasnya dengan menggunakan knop sampai
memotong titik perpotongan dua garis diagonal secara berpotong

Kemudian diamati dan dibaca skala indeks bias yang terlihat pada
refraktometer dan dicatat hasinya.

Setelah selesai pengukuran buka penutupnya dan dibersihkan dari
sampel sampai bersih.

1. Analisis Sampel dengan Kromatografi Gas


Tiga sampel parfum,yaitu sampel A, B, dan C masing-masing diambil
1 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang berpenutup.
Selanjutnya tersebut dianalisis dengan kromatografi gas-spektrometri
massa.

Gambar 1.

Contoh kromatogram sampel parfum A. Puncak 1 merupakan


zat pelarut, puncak 2 zat pengikat dan puncak 3 zat pewangi. Kondisi
operasional kromatografi adalah Fasa Diam: Rtx-5 MS(Crossbond 5%
diphenyl/95% dimethylpolysilaxone); Dimensi : 30 meter, 0,25

mmID, 0,25 um df; MaxProgTemp. 350o ; Min. Bleedat 330oC; Fasa


Gerak : Helium

Berdasarkan contoh kromatogram pada gambar diatas dapat


dilihat bahwa senyawa yang terikat lebih kuat dengan fasa diam akan
tertahan lebih lama di dalam kolom, sehingga waktu retensi senyawa

18
lebih panjang. Puncak kromatogram yang ada pada kromatogram
kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok komposisi dalam
parfum. Puncak 1 merupakan senyawa pelarut. Senyawa pada puncak
2 merupakan zat pengikat dan senyawa pada puncak 3 merupakanzat
pewangi dari sampel parfum A. Puncak puncak pada kromatogram
diatas memiliki luas area yang dinyatakan dalam persen luas (%area).
Puncak-puncak yang memiliki persen luas antara 1% sampai dengan
16,75% selanjutnya dianalisis dengan menggunakan spektrometri
massa.

2. Analisis Sampel dengan SpektrometriMassa

Gambar 2. Contoh fragmentasi massa (m/z) sampel parfum A dari puncak

1 pada gambar 1.

Gambar 2 menunjukkan fragmentasi massa (m/z) sampel


parfum A dari puncak 1 padagambar 1. Fragmentasi massa pada
gambar 2 dibandingkan dengan nilai SI (similarityindex) pada pustaka
instrument kromatografi gas-spektrometri massa. Angka SI yang
lebih besar dari 95% dianggap menyerupai fragmentasi puncak 1
pada senyawa A. Sehingga disimpulkan bahwa puncak1 tersebut
adalah methanol. Bila ditemukan nilai SI yang sama dari fragmentasi
sebuah puncak maka dipilih fragmenta sisenyawa dengan berat
molekul terendah sebagai fragmentasi puncak yang dianalisis.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Dalam penelitian ini, selain melakukan analisis secara kimia juga
dilakukan analisis secara fisik. Dimana tujuan dari analisis fisik ini untuk
mengetahui identitas dari sampel parfum. Analisisfisika meliputi wujud
sampel,berat jenis dan indeks bias. Berikut adalah data hasil dari analisis
fisika maupun kimia:

Tabel 1. Data Analisis Fisika dan Kimia

B. GC-MS
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan kromatografi
gas dilakukan dengan cara sampel parfum diinjeksikan kedalam ruang
injeksi yang telah dipanaskan. Sampel kemudian dibawa oleh gas
pembawa melalui kolom untuk dipisahkan. Didalam kolom fase diam
akan menahan komponen-komponen secara selektif berdasarkan
koefisien distribusinya dan akan dialirkan kedetektor yang memberi
sinyal untuk kemudian dapat diamati pada sistem pembaca.

20
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan spektrometri
massa dengan data spektramassa standar yang tersimpan dalam
kepustakaan instrument kromatografi gas-spektroskopi massa.
Perbandingan dilakukan dengan melihat nilai SI atau indeks spectra
senyawa yang ada pada komputer. Semakin tinggi nilai SI, maka
senyawa itu akan semakin mirip dengan senyawa yang dianalisis.
Sehingga dapat ditampilkan bahwa sampel tersebut sama dengan
senyawa yang memiliki SI tertinggi dalam data computer yang
diberikan komputer. Dengan metode ini, maka alat kromatografi gas-
spektrometer massa dapat digunakan untuk menentukan nama senyawa
tanpa memerlukan senyawa standar yang digunakan dalam metode
spiking pada kromatografi gas(Hapsari,2008).
Adapun profil kromatogram dari setiap sampel dapat dilihat
pada gambar:

Parfum A

Parfum B

Parfum C

21
Gambar 1. Hasil Kromatogram Sampel Parfum

Dari data kromatogram diatas dapat diartikan bahwa komposisi parfum


dapat kita kelompokkan menjadi tiga. Apabila dihubungkan dengan data hasil
spektrometri massanya senyawa tersebut terdiri dari pelarut, zat pengikat, dan
zat wangi.

Analisis komposisi kimia dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pelarut

Gambar2. Hasil Spektrometri Massa Etanol

Gambar 3. StrukturEtanol

Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) etanol adalah senyawa


yang mudah terbakar, jika terjadi kontak langsung dengan mata dapat
menyebabkan iritasi, mata kemerahan, nyeri, kornea, peradangan dan
kerusakan kornea. Selain itu, bahaya untuk kulit jika dalam waktu
pendek maupun panjang dapat menyebabkan kulit kemerahan, gatal,
peradangan. Bahkan jika digunakan berulang-ulang dapat menyebabkan
reaksi alergi kulit pada sebagian kecil individu atau manusia. Berkaitan
dengan karsinogen atau bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker,
mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat menyebabkan
terjadinya kanker, tumor ganas rongga mulut, faring, laring, esophagus dan
hati. Berikut adalah batas paparan dari etanol:

22
Tabel 2. Batas Paparan Etanol

Departemen / Lembaga Batas Paparan


US (OSHA) 1900 mg/m3
US (ACGIH) 1900 mg/m3
GERMANY (MAK) 960 mg/m3
ENGLISH (OES) 1920 mg/m3
Slovak republic 960 mg/m3
Czech Republik 1000 mg/m3

Namun dari hasil penelitian didapatkan salah satu sampel dengan


menggunakan pelarut metanol. Dimana metanol dapat memberikan potensi
bahaya bagi tubuh.

Gambar 4. Hasil Spektrometri Massa Metanol

Gambar 5. Struktur Metanol

Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) menunjukkan bahwa


metanol dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan iritasi saluran pernafasan.
Dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Disamping bahaya
iritasi, jika terhirup juga dapat menyebabkan iritasi selaput lendir, sakit
kepala, mengantuk, mual, kebingungan, kehilangan kesadaran, gangguan
pencernaan dan bahkan kematian. Penggunaan yang berulang-ulang dapat
menyebabkan keracunan sistematik, gangguan otak, gangguan penglihatan
dan kebutaan. Bahaya untuk kulit jika terjadi kontak secara langsung dapat
menyebabkan toksik pada kulit. Penyerapan kulit dapat menyebabkan efek

23
toksik dan jika digunakan secara berulang-ulang atau berkepanjangan dapat
menyebabkan eritema (kemerahan pada kulit) atau dermatitis. Jika terhirup
dapat menyebabkan kebutaan, uapnya dapat menyebabkan mengantuk atau
pening. Untuk efek yang tertunda jika digunakan secara terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan pada hati dan system saraf pusat . methanol dapat
menghasilkan keerusakan saraf optic,saraf pusat dan saraf motoric. Berikut
adalah batas paparan dari methanol :

Departemen / lembaga Batas paparan


US (ACGIH) 200ppm TWA
250ppm STEL
US (OSHA) 200ppm TWA
ENGLISH (NIOSH) 200ppm TWA
250ppm STEL

2. Zat Pengikat (Fiksatif)

Zat pengikat adalah suatu zat alami atau sintetis yang digunakan untuk
mengurangi tingkat penguapan dan meningkatkan stabilitas ketika
ditambahkan ke komponen volatil, dengan tujuan memungkinkan produk
akhir untuk bertahan lebih lama dengan menjaga aroma aslinya.
Berdasarkan tabel data diatas diperoleh beberapa senyawa yang menjadi zat
pengikat parfum. Diantaranya1,2- butanediol, 3-etoksi-1-propanol,
limonene, dipropilen glikol, 2-(2-hidroksipropoksi)-1- propanol, 3,3-
oksibis-2-butanol. Selain itu dari data material safety data sheet (MSDS)
juga menyebutkan bahwa dari masing- masing senyawa tersebut dapat
memberikan efeknegatif meskipun tidak terlalu berbahaya. Berikut adalah
data hasil kromatogram dari masing-masing senyawa.

24
a. 1,2-Butanediol

Gambar 6. Hasil Spektrometri Massa 1,2- Butanediol

Gambar 7. Struktur 1,2-Butanediol

Senyawa 1,2-butanediol memiliki rumus molekul c4H10O2 dengan


berat molekul 90 gram/mol. Berdasarkan material safety data sheet
(MSDS) senyawa ini dapat memberikan potensi bahaya seperti iritasi mata,
dapat menyebabkan cedera kornea, dapat menyebabkan iritasi kulit. Jika
dikonsumsi dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, dan dapat menyebabkan depresi sistem
saraf pusat. Selain itu, bahaya jika terhirup dapat menyebabkan iritasi pada
saluran pernafasan, dan efek yang sama dengan bahaya jika dikonsumsi.
Bahkan efek yang kronis dapat menyebabkan cedera pada ginjal.

b. 3-etoksi-1-propanol

Gambar 8.Hasil Spektrometri Massa 3- etoksi-1-propanol

Gambar 9. Struktur 3-etoksi-1-propanol

Senyawa ini memiliki rumus molekul C 5H12O 2 dengan berat


molekul 104 gram/mol. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS)
memiliki potensi berbayahaya. Dapat menyebabkan iritasi pada kulit,

25
dan jika berulang dapat menyebabkan dermatitis yang ditandai dengan
kemerahan, pembengkakan. Dapat juga masuk ke aliran darah melalui
kulit yang luka atau lecet. Menyebabkan iritasi pada mata. Jika tertelan
akan menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal, gangguan saluran
pencernaan. Selain itu jika terhirup akan menyebabkan gangguan pada
saluran pernafasan.

c. Limonea

Gambar 10. Hasil Spektrometri Massa Limonena

Gambar 11. Struktur Limonena

Limonena mengambil namanya dari sari lemon. Sebagai kulit


lemon, seperti buah jeruk lainnya mengandung sejumlah senyawa yang
memberikan kontribusi untuk bau mereka. Limonena memiliki berat

jenis 0,84 g/cm3. Hal ini digunakan untuk wewangian, dan dalam
dunia kesehatan manfaatnya sangat luas termasuk sebagai kemoprevensi
kanker. Dalam material safety data sheet (MSDS) limonena mempunyai
potensi yang berbahaya seperti iritasi mata, iritasi kulit.

d. Dipropilen Glikol

Gambar 12. Hasil SpektrometriMassa dipropilen Glikol

26
Gambar 13. Struktur Dipropilen Glikol

Dipropilen glikol merupakan senyawa yang memiliki rumus


molekul (CH 3CHOHCH 2) 2O berwujud cairan kental, sedikit larut dalam

air dengan titik didih 233oC, larut dalam toluene dan dalam air. Fungsi
dipropilen glikol dalam parfum adalah sebagai zat fiksatif. Zat fiksatif
berfungsi sebagai perekat atau pengawet aroma. Zat fiksatif juga berfungsi
sebagai penetral cairan kimia karena di dalam fiksatifter dapat sedikit
pH yang berfungsi atau ber-efek tidak menimbulkan iritasi pada kulit
namun pada batas paparan tertentu.

Berdasarkan data materi material safety data sheet (MSDS)


Dipropilenglikol dapat menyebabkan iritasi mata ringan sementara, kontak
yang terlalu lama tidak akan menyebabkan iritasi kulit yang signifikan.
Sifat toksik yang rendah membuat dipropilen glikol menjadi zat adiktif
yang ideal untuk parfum dan produk perawatan kulit dan rambut.

e. 2-(2-Hidroksipropoksi)-1-propanol

Gambar14.HasilSpektrometriMassa2- (2-hidroksipropoksi)-1-propanol

Gambar 15. Struktur 2-(2-hidroksipropoksi)-1-propanol

Senyawa ini mempunyai rumus molekul C 6H 14O 3. Senyawa ini


memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, dan toksisitas rendah.
Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) menyebutkan bahwa ada
gambaran darurat dari senyawa ini. Cairan dan uap yang mudah terbakar

27
dapat menyebabkan kerusakan organ seperti mata dan kulit. Hindari kontak
langsung dengan kulitdan pakaian.

f. 3,3'-oksibis-2-Butanol

Gambar 16. Hasil Spektrometri Massa 3,3- oksibis-2-butanol

Gambar 17. Struktur 3,3-oksibis-2-butanol

Senyawa ini menurut literatur Alla dkk (2002) adalah senyawa


feromon yang terdapat pada belalang daun. Ini menunjukkan bahwa dalam
sampel parfum tidak boleh digunakan karena merupakan feromon
serangga.

3. Zat Pewangi
Zat pewangi dalam parfum merupakan komponen yang sangat penting.
Tidak hanya dalam parfum, hampir setiap produk memiliki komponen
pewangi. Mulai dari produk rumah tangga seperti sabun, shampoo,
pengharum ruangan. Berdasarkan table komposisi kimia diatas diperoleh
komponen zat pewangi dari ketiga parfum adalah metal dihidrojasmonat.

Gambar18.Hasil Spektrometri Massa Metil Dihidrojasmonat

28
Gambar 19. StrukturMetil Dihidrojasmonat

Metil dihidrojasmonat adalah ester dan senyawa aroma difusi


dengan bau samar-samar mirip dengan melati. Senyawa ini digunakan
sebagai zat pewangi dalam parfum. Dalam material safety data sheet
(MSDS) metal dihidrojasmonat tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Sehingga masih baik digunakan sebagai zat pewangi dalam parfum.

Dalam penelitian ini senyawa metil dihidrojasmonat merupakan


senyawa pokok dari komponen zat pewangi pada ketiga sampel parfum
tersebut. Namun selain senyawa metal dihidrojasmonat terdapat juga
senyawa alfa-heksilsinnamaldehid.

Gambar 20. Hasil Spektrometri Massa alfa- heksil sinnamaldehid

Gambar 21. Struktur alfa-heksil sinnamaldehid

Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) jika senyawa ini


tertelanakan menyebabkan aspirasi ke dalam paru-paru dengan risiko
pneumonitis kimia, dan konsekuensi serius bisa terjadi.

Bahaya jika menghirup uap ini dapat menyebabkan mengantuk atau


pening, dapat disertai dengan kehilangan refleksi, kurangnya koordinasi,
dan vertigo. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa senyawa ini
dapat menyebabkan iritasi pernafasan pada beberapa orang. Respon tubuh

29
terhadap iritasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru lebih
lanjut.

30
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari ketiga sampel parfum yang dianalisis menunjukkan adanya senyawa
yang menjadi factor penentu aroma parfum tersebut. Senyawa tersebut
adalah metal dihidrojasmonat.
2. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) dari masing-masing
senyawa menunjukkan bahwa hampir semua senyawa dalam parfum
mempunyai potensi bahaya bagi penggunanya jika melebihi batas
paparan.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa/i mampu memahami dan mengerti tentang
kromatografi gas.

31
DAFTAR PUSTAKA

Alla. S, Malosse. C, Cassel. S, Rollia. F, Frerot. B., 2002,


Mevalonolactone a VolatileN Compound Product, C. R Biol, 325
(9):941-6

Borgave, S. & Chaudari, J.S., 2010, Adolescents Preferences and Attitudes


towards Perfumes in India.Journal of Policy and Organizational
Management ISSN: 09767738 & E-ISSN:09767746, Vol. 1, Issue 2,
2010, PP-01-08.

Cook, S.M., 1999, The 4-Week Ultimate Body Detox, Canada

Hapsari, S.P., 2008, Isolasi dan Analisis Komponen Penyusun Minyak


Kemangi (Ocimum Citriodorum) dengan Kromatografi Gas-
Spektrometri Massa, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Carey, A. Francis. (2000). Organic Chemistry. 4th. ed. United States :


McGraw-Hill Companies.

C.Budimarwanti. (2009). Petunjuk Praktikum Kimia Organik 1 Bermuatan Life


Skill. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Clayden, Greeves, Warren & Wothers. (2006). Organic Chemistry. England :


Oxford.

Fessenden, Ralph J. & Joan S. Fessenden. (1986). Kimia Organik. 3rd. ed. Jakarta
: Penerbit Erlangga.

Field, L.D., S. Sternhell & J.R. Kalman. (2008). Organic Structures from
Spectra. 4th. ed. Chicester : John Wiley & Sons, Ltd.

Furniss, B.S., A.J. Hannaford, P.W.G. Smith & A.R. Tatchel. (1989). Vogels
Textbook of Practical Organic Chemistry. 5th. ed. New York : John Wiley &
Sons, Inc.

Harjono Sastrohamidjojo. (2007). Spektroskopi. Yogyakarta : Penerbit Liberti

32
Hornback, M. Joseph. (2006). Organic Chemistry. 2nd. ed. Belmont : Thomson
Brooks/Cole.

Otera, Junzo. (2003). Esterification : Methods, Reactions, and Applications.


Weinheim : WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA.

Saker, Satyajit D. & Lutfun Nahar. (2007). Chemistry For Pharmacy Students.
West Sussex : John Wiley & Sons, Ltd.

Silverstein, Robert M., Francis X. Webster & David J. Kiemlie. (2005).


Spectrometric Identification of Organic Compund. New Jersey : John Wiley
& Sons, Ltd.

Tomov, Alexander. (2008). Benzyl Acetate in Perfumes. Diakses pada hari Jumat
tanggal 12 Mei 2017 dari http://itech.dickinson.edu/chemistry/?p=430

Budimarwati., (2012). Diktat Kuliah Kimia OrganikSintesis.Yogyajarta: FMIPA


UNY.

33

Вам также может понравиться