Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Kelompok :7
Nama Kelompok :
JURUSAN FARMASI
TANGERANG
2017
KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia
Farmasi Analisis Lanjutan. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa
pembahasan mengenai pengertian, patofisiologi, gejala, terapi dan lain-lain.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Parfum .................................................................................... 3
B. Pengertian dan prinsip kromatografi gas ............................... 8
C. Fase diam dan fase gerak ....................................................... 9
D. Komponen .............................................................................. 10
E. Cara menjalankan alat GC ..................................................... 15
F. Kelebihan dan kekurangan GC .............................................. 16
A. Bahan ..................................................................................... 17
B. Peralatan ................................................................................. 17
C. Prosedur ................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin
beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita,ataupun untuk keduanya.
Kata parfumsendiri berasal dari bahasa latin perfumum yang berarti melalui
asap.
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi
sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase
kandungan bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari
jenis produknya. Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang
terkandung di dalam produk wewangian adalah bahan kimia sintetik yang
berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzene, aldehid atau zat
yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang
menangani masalah kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun dari
815 sampel yang mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991
menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga
ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah diketahui
bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang tinggi.
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
yang berdasar pada perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing
komponen campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh
pergerakan fase yang bergerak.Kromatografi bertujuan untuk pemisahan
komponen dari matriks sampel dan tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian
ditentukan untuk analisis.
Kromatografi gas merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama
kali pada tahun 1950-an. Pekerjaan di laboratorium analisis pada umumnya
tidak dapat dipisahkan dengan proses pemisahan campuran zat-zat kimia,
terutama apabila yang dianalisis adalah suatu sampel dengan susunan yang
kompleks. Cara-cara pemisahan dan kecermatan pelaksanaan pemisahan
1
campuran zat-zat. Di samping itu metode analisis yang dipakai untuk
penentuan zat kimia juga menuntut adanya proses pemisahan sebelum
dilakukan pengukuran kadar (secara kuantitatif) maupun penentuan sifat
fisika-kimia yang khas dari suatu zat yang akan ditentukan. Maksud dan
tujuan dilakukan pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan
ditentukan berada dalam keadaan murni tidak tercampur dengan komponen-
komponen yang lainnya.
Kromatografi gas merupakan salah satu jenis teknik analisis yang
semakin banyak diamati, karena terbukti dapat digunakan untuk
menyelesaikan berbagai masalah analisis. Sekarang ini, kromatografi sangat
diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu campuran senyawa.
Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase.
Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan
fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan
partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau terbagi kedalam
sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di dalam pori.
Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam
bidang: industri, farmasi, kimia, klinik, forensik, makanan, dll. (Himawan,
2009).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui senyawa apa yangmenjadi faktor penentu yang
terdapat dalam sampel parfum yang dianalisis.
2. Untuk mengetahui senyawa yangberbahaya dalam parfum yang
dianalisi
2
BAB II
TIBJAUAN PUSTAKA
A. Parfum
Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin
beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita,ataupun untuk keduanya.
Kata parfumsendiri berasal dari bahasa latin perfumum yang berarti melalui
asap. Riwayat parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia kuno sekitar lebih
dari 4000 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan
tanaman herbal, rempahrempah dan bunga dan dicampurkan bersama untuk
membuat wewangian.Selanjutnya pada pertengahan abad ke-15 parfum mulai
dicampur minyak dan alkohol.Meskipun demikian, parfum baru mengalami
kemajuan pesat pada abad ke-18 dengan munculnya beragam aroma
wewangian dan botol yang indah.
1. Jenis parfum :
a. Parfum ekstrak, atau hanya parfum (Extrait): 15-40% (IFRA: khas
20%) senyawa aromatik.
b. Esprit de Perfume (ESDP): 15-30% senyawa aromatik.
c. Eau de Perfume (EDP), Perfume de Toilette (PDT): 10-20% (sekitar
15%) senyawa aromatik, kadang dikenal sebagai "parfum eau de"
atau "millsime".
d. Eau de Toilette (EDT): 5-15% (tipikal ~ 10%) senyawa aromatik.
e. Eau de Cologne (EDC): parfum aroma jeruk (Chypre) dengan 3-8%
(sekitar 5%) senyawa aromatik.
f. Perfume mist: 3-8% senyawa aromatik (pelarut non-alkohol)
g. Splash and After shave: senyawa aromatik 1-3%. (Anton et al, 2008)
3
memiliki wangi yang lebih lembut sehingga lebih nyaman digunakan.
Penggunaan pewangi sintetik yang terlalu tajam aromanya dapat
menimbulkan keluhan pusing dan kurang nyaman.
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi
sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase
kandungan bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari
jenis produknya. Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang
terkandung di dalam produk wewangian adalah bahan kimia sintetik yang
berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzene, aldehid atau zat
yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang
menangani masalah kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun dari
815 sampel yang mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991
menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga
ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah diketahui
bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang tinggi.
Menurut Cook (2009) ahli gizi holistik dan naturopati sekaligus penulis
buku kesehatan popular mengatakan terdapat 500 lebih bahan kimia
berbahaya yang menjadi bahan dasar pembuatan wewangian di parfum.
Kebanyakan berasal dari bahan kimia sintetis yang diperoleh dari bahan
petrokimia, dan telah terbukti mengandung neurotoxin (racun yang bisa
merusak pembuluh darah atau syaraf otak). Dan terdapat juga kandungan
karsinogenik (bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker). Penelitian ini
amat mengejutkan, karena hampir semua wanita bahkan pria mengenakan
parfum. Siapa sangka banyak bahan kimia yang terkandung dalam parfum
atau wewanian lain yang tak kalah berbahaya dibandingkan bahaya asap
rokok.
Parfum adalah campuran dari zat pewangi yg dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai Zat pewangi dpt berasal dari minyak atsiri atau dibuat sintetis
Parfum digunakan untuk memberikan keharuman pada badan. Merupakan
larutan minyak wangi dalam etanol 95% yg sudah didenaturasi. Kadar
M.Wangi berkisar 5% - 22,5%, sediaan biasanya dalam bentuk larutan. Eau
de Cologne atau Eau de toilette adalah sediaan kosmetik yg digunakan ut
4
mengharumkan badan atau baju. Merupakan larutan M.Wangi dlm etanol
75% atau 85%. Kadar M.Wangi berkisar 1,25% - 5%. Sediaan ini biasa dlm
btk cair atau aerosol.
5
bahan alam maupun sintetik. Bahan pewangi tidak hanya digunakan
sebagai parfum, pewangi ruangan, tetapi juga ditambahkan ke dalam
bahan kosmetika, pembersih dan makanan (zat aditif). Bahan yang
digunakan sebagai pewangi adalah bahan yang mudah menguap agar
wanginya mudah tercium. Bahan pewangi ini dapat berasal dari
tumbuhan (alami) tetapi dapat merupakan bahan kimia yang dibuat
(sintesis).
Beberapa bahan pewangi:
a. Efek Pewangi
Bahan kimia berbahaya dalam pengharum ruangan, di antaranya
butane, propane, amonia, fenol, dan formaldehyde, efek pada
manusia dapat menyebabkan :
1) radang tenggorokkan
6
2) melapisi saluran hidung dengan selaput minyaknya, atau
melepaskan zat pemati syaraf penciuman,
3) iritasi kulit,
4) mengakibatkan mual,
5) pusing, perdarahan,
6) hilang ingatan,
7) kanker, tumor, kerusakan hati, iritasi ringan hingga menengah
pd paru-paru, termasuk gejala seperti asma
b. Efek Samping Penggunaan Produk Pewangi
1) Pada kesehatan manusia antara lain mengiritasi mata, hidung,
tenggorok, kulit, mengakibatkan mual, pusing, perdarahan,
hilang ingatan, kanker, dan tumor, kerusakan hati, menyebabkan
iritasi ringan hingga menengah pada paru-paru, termasuk gejala
seperti asma.
2) Bahan pewangi yang mengandung chlorofluorocarbon (CFC)
dapat menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. CFC
merupakan jenis bahan kimia yang membutuhkan jangka waktu
sangat lama untuk dapat mengalami biodegradasi (penguraian).
Radikal bebas (atom) klorin yang dilepaskan oleh CFC di
atmosfer akan menguraikan O3 menjadi gas oksigen (O2) dan
radikal bebas O.
Satu radikal bebas klorin akan dapat menguraikan ozon menjadi
oksigen sampai berkali-kali. Hal inilah yang menyebabkan
lapisan ozon semakin tipis dan akhirnya timbul lubang ozon.
Akibat adanya lubang ozon, radiasi sinar matahari dapat masuk
ke bumi tanpa melalui filter terlebih dahulu sehingga suhu
permukaan bumi semakin meningkat. Kondisi seperti ini menjadi
penyebab semakin tingginya permukaan air laut karena banyak
es di daerah kutub yang mencair akibat makin tingginya suhu di
atmosfer bumi.
7
c. Pencegahannya
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari efek
samping dari produk pewangi antara lain: Menggunakan bahan
pewangi seperlunya, dan Tidak menggunakan pewangi yang
mengandung CFC.
8
dan menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik
sebanding dengan ion.
Disamping itu pada kromatografi gas, selain oleh afinitasnya terhadap fase
diam maupun fase gerak, pemisahannya juga ditentukan oleh titik didih
keatsirian dari sampel.
2. Fase Gerak
Disebut juga sebagai gas pembawa.Fungsi utamanya adalah untuk
membawa uap analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi
dengan komponen-komponen sampel. Adapun syarat-syarat fase gerak
pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut :
a. Tidak reaktif
b. Murni (agar tidak mempengaruhi detector)
c. Dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Biasanya mengandung
gas helium, nitrogen, hydrogen, atau campuran argon dan metana
9
d. Pemilihan gas pembawa yang digunakan tergantung dari detektor
apa yang digunakan
1. Gas Pembawa
Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi
dengan cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder
baja bertekanan tinggi sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan
sendirinya. Karena aliran gas yang cepat inilah maka pemisahan dengan
kromatografi gas berlangsung hanya dalam beberapa menit saja.
Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas argon, helium,
hidrogen dan nitrogen.Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang
lambat (10 cm/detik) untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan
HETP (High Eficiency Theoretical Plate) minimum. Sementara
hidrogen dan helium dapat dialirkan lebih cepat untuk mencapai
efisiensi optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25 cm/detik
untuk helium. Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang
sedikir demi sedikit sedangkan kinerja nitrogen berkurang secara
drastis.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa
gerak maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang
cepat membantu mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa
10
tersebut, sehingga efisiensinya meningkat (HETP nya menurun). Pada
kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat melalui hidrogen dan
helium daripada melalui nitrogen.Hal inilah yang menyebabkan
hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada
nitrogen.Hidrogen memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya
perubahan kecepatan alir.Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi
kontrak dengan udara.Biasanya, helium banyak digunakan sebagai
penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat bereaksi
dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas
pembawa yang relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom.
Biasanya terdapat saringan (molecular saeive) untuk menghilangkan
kotoran yang berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa
.Pemilihan gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis detektor.
2. Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus
mudah menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional
(50-300 C).Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat
dikontrol.Suhu injektor biasanya 50 C di atas titik didih cuplikan.
Jumlah cuplikan yang diinjeksikan sekitar 5 L. Tempat pemasukkan
cuplikan cair pada kolom pak biasanya terbuat dari tabung gelas di
dalam blok logam panas. Injeksi sampel menggunakan semprit kecil.
Jarum semprit menembus lempengan karet tebal disebut septum yang
mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika
semprit ditarik keluar.
Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan
menggunakan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-
sampling valve). Alat pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu injeksi split (split injection)
dan injeksi splitless (splitless injection). Injeksi split dimaksudkan
untuk mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan
11
yang masuk biasanya hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1 2 L,
sementara sisanya dibuang.
3. Kolom
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang
dapat terbuat dari gelas.Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan
cuplikan yang mengandung komponen yang dapat terurai jika kontak
dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm 6 mm
dengan panjang antara 2-3 m. Kolom dibentuk melingkar agar dapat
dengan mudah dimasukkan ke dalam oven (thermostat).
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen
yang terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam
yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan dengan titik didih
rendah.Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap
rendah, titik didihnya tinggi (minimal 100 C di atas suhu operasi
kolom) dan stabil secara kimia.Fasa diam ini melekat pada adsorben.
Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan
cukup kuat agar tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom.
Adsorben biasanya terbuat dari celite yang berasal dari bahan
12
diatomae. Cairan yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya
adalah hidrokarbon bertitik didih tinggi, silicone oils, waxes, ester
polimer, eter dan amida. (The Techniques). Pemilihan fasa diam juga
harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan. Untuk sampel
yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang
polar.Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam
yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.
Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas,
yaitu kolom pak (packed column) dan kolom terbuka (open tubular
column).
a. Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas Pyrex.
Gelas Pyrex digunakan jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat
labil secara termal. Diameter kolom pak berkisar antara 3 6 mm
dengan panjang 1 5 m. kolom diisi dengan zat padat halus
sebagai zat pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang
melekat pada zat pendukung.Kolom pak dapat menampung jumlah
cuplikan yang banyak sehingga disukai untuk tujuan
preparatif.Kolom yang terbuat dari stainless steel biasa dicuci
dengan HCl terlarut, kemudian ditambah dengan air diikuti dengan
methanol, aseton, metilen diklorida dan n-heksana. Proses
pencucian ini untuk menghilangkan karat dan noda yang berasal
dari agen pelumas yang digunakan saat membuat kolom. Kolom
pak diisi dengan 5% polyethylene glycol adipate dengan efisiensi
kolom sebesar 40,000 theoretical plates
b. Kolom terbuka (open tubular column)
Kolom terbuka terbuat dari stainless steel atau quartz.
Berdiameter antara 0,1 0,7 mm dengan panjang berkisar antara
15 - 100 m. semakin panjang kolom maka akan efisiensinya
semakin besar dan perbedaan waktu retensi antara komponen satu
dengan komponen lain semakin besar dan akan meningkatkan
selektivitas. Penggunaan kolom terbuka memberikan resolusi yang
13
lebih tinggi daripada kolom pak. Tidak seperti pada kolom pak,
pada kolom terbuka fasa geraknya tidak mengalami hambatan
ketika melewati kolom sehingga waktu analisis menggunakan
kolom ini lebih singkat daripada jika menggunakan kolom pak.
4. Termostat (Oven)
Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom.Suhu kolom
harus dikontrol.Temperatur kolom bervariasi antara 50C - 250C.Suhu
injektor lebih rendah dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah
daripada suhu detektor.Suhu kolom optimum bergantung pada titik
didih cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan
terprogram.Analisis yang dilakukan secara isotermal digunakan untuk
memisahkan cuplikan yang komponen-komponen penyusunnya
memiliki perbedaan titik didih yang dekat, sedangkan sistem
terprogram digunakan untuk memisahkan cuplikan yang perbedaan titik
didihnya jauh.
5. Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom
GC yang menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data
kepada perekam data yang menyajikan hasil kromatogram secara
grafik.Detektor menunjukkan dan mengukur jumlah komponen yang
dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit yang telah
terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang
proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan respon
terhadap gas pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan.
Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar
bahang (DHB), detektor ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan
lain sebagainya.
14
6. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada
lembaran kertas berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut
sebagai kromatogram.Seperti telah diberitahukan diawal, jumlah
puncak dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen penyusun
campuran.Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas komponennya.
E. Cara Menjalankan alat GC
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui tahap-tahap
dalam menjalankan alat GC tersebut. Yaitu:
1. Mengaktifkan dan melakukan pemanasan terhadap alat sebelum
dipergunakan dengan cara menekan tombol power dan mendiamkan
selama 15 menit.
2. Mengalirkan gas menuju injektor dengan cara memutar knop yang
terdapat pada tabung gas.
3. Melakukan pengaturan suhu pada detektor dengan cara menekan tombol
DET lalu mengatur suhu sebesar 100oC kemudian menekan tombol OK.
4. Melakukan pengaturan suhu pada injektor dengan cara menekan tombol
INJ lalu mengatur suhu sebesar 150oC kemudian menekan tombol OK.
5. Melakukan pengaturan suhu pada kolom dengan cara menekan tombol
COL lalu mengatur suhu sebesar 200oC kemudian menekan tombol OK.
6. Mengaktifkan Detektor apabila telah tercapai suhu yang dikehendaki. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan api ke dalam lubang
detektor.
7. Melakukan pengujian terhadap detektor untuk mengetahui proses
pembakaran telah berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara
menempelkan sebuah pada lubang bagian atas dan mengamati apakah
terdapat butiran embun atau tidak. Apabila terdapat butiran embun maka
alat detektor sudah siap digunakan.
8. Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam injektor dengan
bantuan alat syringe.
9. Menekan tombol spasi pada alat komputerisasi bersamaan dengan
memasukkan sampel, kemudian melihat hasil kromatografi.
15
10. Mengamati kromatogram dan menetukan waktu retensi (tR) sampel.
16
BAB III
METODELOGI
A. Bahan
Bahanyang digunakan dalam penelitian ini adalah Tiga sampel parfum dan
aquades.
B. Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Gas Chromatography- Spectrometry Massa(GC-MS),
2. Thermometer
3. Refraktometer
4. Piknometer
5. Gelas ukur 10ml
6. Pipet ukur 5ml
7. Labu ukur 10ml
8. Corong.
C. Prosedur
1. Penetapan Berat Jenis
Penetapan berat jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer
ukuran 5 ml dalam keadaan bersih, kering, dan kosong dan ditimbang.
Piknometer diisi dengan aquades 5 ml dan ditimban
Piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang.
Piknometer diisi dengan sampel parfum dan ditimbang.
17
Kemudian diteteskan senyawa cair (sampel) pada permukaan prisma.,
Setelah itu ditutup dan dibiarkan berkas cahaya memasuki dan
melewati senyawa cair. Diatur prisma agar warna cahaya pada layar
dalam alat refraktometer tersebut menjadi dua warna dengan batas
yang jelas.
Setelah itu digeser tanda batasnya dengan menggunakan knop sampai
memotong titik perpotongan dua garis diagonal secara berpotong
Kemudian diamati dan dibaca skala indeks bias yang terlihat pada
refraktometer dan dicatat hasinya.
Setelah selesai pengukuran buka penutupnya dan dibersihkan dari
sampel sampai bersih.
Gambar 1.
18
lebih panjang. Puncak kromatogram yang ada pada kromatogram
kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok komposisi dalam
parfum. Puncak 1 merupakan senyawa pelarut. Senyawa pada puncak
2 merupakan zat pengikat dan senyawa pada puncak 3 merupakanzat
pewangi dari sampel parfum A. Puncak puncak pada kromatogram
diatas memiliki luas area yang dinyatakan dalam persen luas (%area).
Puncak-puncak yang memiliki persen luas antara 1% sampai dengan
16,75% selanjutnya dianalisis dengan menggunakan spektrometri
massa.
1 pada gambar 1.
19
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
Dalam penelitian ini, selain melakukan analisis secara kimia juga
dilakukan analisis secara fisik. Dimana tujuan dari analisis fisik ini untuk
mengetahui identitas dari sampel parfum. Analisisfisika meliputi wujud
sampel,berat jenis dan indeks bias. Berikut adalah data hasil dari analisis
fisika maupun kimia:
B. GC-MS
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan kromatografi
gas dilakukan dengan cara sampel parfum diinjeksikan kedalam ruang
injeksi yang telah dipanaskan. Sampel kemudian dibawa oleh gas
pembawa melalui kolom untuk dipisahkan. Didalam kolom fase diam
akan menahan komponen-komponen secara selektif berdasarkan
koefisien distribusinya dan akan dialirkan kedetektor yang memberi
sinyal untuk kemudian dapat diamati pada sistem pembaca.
20
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan spektrometri
massa dengan data spektramassa standar yang tersimpan dalam
kepustakaan instrument kromatografi gas-spektroskopi massa.
Perbandingan dilakukan dengan melihat nilai SI atau indeks spectra
senyawa yang ada pada komputer. Semakin tinggi nilai SI, maka
senyawa itu akan semakin mirip dengan senyawa yang dianalisis.
Sehingga dapat ditampilkan bahwa sampel tersebut sama dengan
senyawa yang memiliki SI tertinggi dalam data computer yang
diberikan komputer. Dengan metode ini, maka alat kromatografi gas-
spektrometer massa dapat digunakan untuk menentukan nama senyawa
tanpa memerlukan senyawa standar yang digunakan dalam metode
spiking pada kromatografi gas(Hapsari,2008).
Adapun profil kromatogram dari setiap sampel dapat dilihat
pada gambar:
Parfum A
Parfum B
Parfum C
21
Gambar 1. Hasil Kromatogram Sampel Parfum
1. Pelarut
Gambar 3. StrukturEtanol
22
Tabel 2. Batas Paparan Etanol
23
toksik dan jika digunakan secara berulang-ulang atau berkepanjangan dapat
menyebabkan eritema (kemerahan pada kulit) atau dermatitis. Jika terhirup
dapat menyebabkan kebutaan, uapnya dapat menyebabkan mengantuk atau
pening. Untuk efek yang tertunda jika digunakan secara terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan pada hati dan system saraf pusat . methanol dapat
menghasilkan keerusakan saraf optic,saraf pusat dan saraf motoric. Berikut
adalah batas paparan dari methanol :
Zat pengikat adalah suatu zat alami atau sintetis yang digunakan untuk
mengurangi tingkat penguapan dan meningkatkan stabilitas ketika
ditambahkan ke komponen volatil, dengan tujuan memungkinkan produk
akhir untuk bertahan lebih lama dengan menjaga aroma aslinya.
Berdasarkan tabel data diatas diperoleh beberapa senyawa yang menjadi zat
pengikat parfum. Diantaranya1,2- butanediol, 3-etoksi-1-propanol,
limonene, dipropilen glikol, 2-(2-hidroksipropoksi)-1- propanol, 3,3-
oksibis-2-butanol. Selain itu dari data material safety data sheet (MSDS)
juga menyebutkan bahwa dari masing- masing senyawa tersebut dapat
memberikan efeknegatif meskipun tidak terlalu berbahaya. Berikut adalah
data hasil kromatogram dari masing-masing senyawa.
24
a. 1,2-Butanediol
b. 3-etoksi-1-propanol
25
dan jika berulang dapat menyebabkan dermatitis yang ditandai dengan
kemerahan, pembengkakan. Dapat juga masuk ke aliran darah melalui
kulit yang luka atau lecet. Menyebabkan iritasi pada mata. Jika tertelan
akan menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal, gangguan saluran
pencernaan. Selain itu jika terhirup akan menyebabkan gangguan pada
saluran pernafasan.
c. Limonea
jenis 0,84 g/cm3. Hal ini digunakan untuk wewangian, dan dalam
dunia kesehatan manfaatnya sangat luas termasuk sebagai kemoprevensi
kanker. Dalam material safety data sheet (MSDS) limonena mempunyai
potensi yang berbahaya seperti iritasi mata, iritasi kulit.
d. Dipropilen Glikol
26
Gambar 13. Struktur Dipropilen Glikol
air dengan titik didih 233oC, larut dalam toluene dan dalam air. Fungsi
dipropilen glikol dalam parfum adalah sebagai zat fiksatif. Zat fiksatif
berfungsi sebagai perekat atau pengawet aroma. Zat fiksatif juga berfungsi
sebagai penetral cairan kimia karena di dalam fiksatifter dapat sedikit
pH yang berfungsi atau ber-efek tidak menimbulkan iritasi pada kulit
namun pada batas paparan tertentu.
e. 2-(2-Hidroksipropoksi)-1-propanol
Gambar14.HasilSpektrometriMassa2- (2-hidroksipropoksi)-1-propanol
27
dapat menyebabkan kerusakan organ seperti mata dan kulit. Hindari kontak
langsung dengan kulitdan pakaian.
f. 3,3'-oksibis-2-Butanol
3. Zat Pewangi
Zat pewangi dalam parfum merupakan komponen yang sangat penting.
Tidak hanya dalam parfum, hampir setiap produk memiliki komponen
pewangi. Mulai dari produk rumah tangga seperti sabun, shampoo,
pengharum ruangan. Berdasarkan table komposisi kimia diatas diperoleh
komponen zat pewangi dari ketiga parfum adalah metal dihidrojasmonat.
28
Gambar 19. StrukturMetil Dihidrojasmonat
29
terhadap iritasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru lebih
lanjut.
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari ketiga sampel parfum yang dianalisis menunjukkan adanya senyawa
yang menjadi factor penentu aroma parfum tersebut. Senyawa tersebut
adalah metal dihidrojasmonat.
2. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) dari masing-masing
senyawa menunjukkan bahwa hampir semua senyawa dalam parfum
mempunyai potensi bahaya bagi penggunanya jika melebihi batas
paparan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa/i mampu memahami dan mengerti tentang
kromatografi gas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. & Joan S. Fessenden. (1986). Kimia Organik. 3rd. ed. Jakarta
: Penerbit Erlangga.
Field, L.D., S. Sternhell & J.R. Kalman. (2008). Organic Structures from
Spectra. 4th. ed. Chicester : John Wiley & Sons, Ltd.
Furniss, B.S., A.J. Hannaford, P.W.G. Smith & A.R. Tatchel. (1989). Vogels
Textbook of Practical Organic Chemistry. 5th. ed. New York : John Wiley &
Sons, Inc.
32
Hornback, M. Joseph. (2006). Organic Chemistry. 2nd. ed. Belmont : Thomson
Brooks/Cole.
Saker, Satyajit D. & Lutfun Nahar. (2007). Chemistry For Pharmacy Students.
West Sussex : John Wiley & Sons, Ltd.
Tomov, Alexander. (2008). Benzyl Acetate in Perfumes. Diakses pada hari Jumat
tanggal 12 Mei 2017 dari http://itech.dickinson.edu/chemistry/?p=430
33