Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STRATIFIKASI SOSIAL
DELLA SELVIANA
WIKA SAFTARI
ABEL ABIYYU
INDRA WIJAYA
Kata pengantar.......................................................................
Daftar isi..................................................................................
BAB 1
Latar belakang....................................................................
Rumusan masalah...............................................................
Tujuan..................................................................................
Manfaat.................................................................................
BAB 2
1.pengertian stratifikasi sosial...........................................
2.cara mempelajari stratifikasi sosial...............................
3.sifat dari stratfikasi sosial................................................
4.unsur-unsur stratifikasi sosial........................................
5.mobilitas sosial.................................................................
6.pandangan terhadap stratifikasi sosial ........................
7.stratifikasi sosial dalam kehidupan...............................
8.hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial........
BAB 3
Kesimpulan.........................................................................
Saran...................................................................................
Daftar pustaka.......................................................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
Adapun yang menjadi judul makalah adalah Stratifikasi Sosial dalam
makalah ini membahas tentang pengertian stratifikasi sosial, bentuk-bentuk
stratifikasi sosial, faktor-faktor pembentuk stratifikasi sosial, ukuran stratifikasi
sosial, unsur-unsur dalam stratifikasi sosial, dan dampak stratifikasi sosial.
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan Ilmu Sosial Dasar dan umumnya bagi masyarakat.
Tujuan saya menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari
dosen yang membimbing saya dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Dalam makalah ini saya juga menyadari masih banyak kekurangan
yang menyebabkan makalah ini menjadi tidak sempurna, baik dalam penulisan
maupun isinya, untuk ini dengan hati yang terbuka saya menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun.
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak kelahirannya, ilmu-ilmu sosial tidak memiliki batasan atau definisi pokok
bahasan yang bersifat eksak/pasti. Artinya berbeda dengan ilmu eksakta (bidang
ilmu tentang hal-hal yang bersifat konkret yang dapat diketahui dan diselidiki
berdasarkan percobaan serta dapat dibuktikan dengan pasti), rumusan dalam ilmu
sosial bersifat tidak pasti karena titik beratnya pada perilaku manusia yang dinamis,
selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi kajian tentang perilaku
manusia tetaplah ilmu sosial, sebab kajian tentang perilaku manusia di dalam
kehidupan sosial telah dikaji berdasarkan metodologi ilmiah dan memenuhi
persyaratan sebagai kajian ilmu pengetahuan.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan apakah itu stratifikasi sosial
beserta pembahasannya.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Untuk mahasiswa:
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan,
padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat
perbedaan. Penyamaan dua konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial
akan melahirkan pemahaman yang rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada
pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam hirarki secara vertikal.
Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan antar
orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian
kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit,
artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam
sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang
anggota-anggota memiliki orientasi polititik, nilai budaya, sikap dan prilaku sosial
yang secara umum sama.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mengatakan bahwa terbentuknya stratifikasi dan
kelas sosial di dalammnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang.
Stratifikasi sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan
sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Namun lebih penting dari itu, mereka
memiliki sikap, nilai-nilai dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan
seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan
dan kedudukan sosialnya. Sebab asasi mengapa ada pelapisan sosial dalam
masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena kemampuan manusia
menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya menganggap
ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang
menumpuhkan adanya system berlapis-lapis dalam masyarakat.
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011),
Sesuatu yang dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau keturunan keluarga
yang terhormat. Tingkat kemampuan memiliki sesuatu yang dihargai tersebut akan
melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan atas dan rendah. Proses
terjadinya sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya,
atau sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama.
Proses pelapisan sosial dalam masyarakat dengan sendirinya berangkat dari kondisi
perbedaan kemampuan antar individu-individu atau anatar kelompok sosial,
contohnya sekelompok orang yang memiliki kemampuan lebih dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, tentunya akan menempati strata sosial yang lebih tinggi dari
pada kelompok yang memiliki sedikit kemampuan. Adapun proses pelapisan sosial
yang disengaja disusun biasanya mengacu kepada pembagian kekuasaan dan
wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar dalam masyarakat manusia
hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi-bagi
dalam suatu organisasi.
Sifat dari sistem berlapis-lapis dalam masyarakat ada yang tertutup dan ada yang
terbuka. Yang bersifat tertutup tidak mungkin pindahnya seorang dan lapisan ke
lapisan lain, baik gerak pindahnya ke atas maupun ke bawah.
Keanggotaan lapisan tertutup diperoleh dari kelahiran, sistem ini dapat dilihat pada
masyarakat yang berkasta, dalam masyarakat yang feodal atau pada masyarakat
yang sistem pelapisannya ditentukan oleh perbedaan rasial. Pada masyarakat yang
lapisannya bersifat terbuka, setiap anggota mempunyai kesempatan berusaha
dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan sosial atau jika tidak beruntung
dapat terjatuh kelapisan bawahnya.
a. Pendekatan Objektif
b. Pendekatan Subjektif
c. Pendekatan Reputasional
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi
sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem
pelapisan sosial campuran.
2) Rasialis ; Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah
kedudukan di posisi kulit putih.
Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan (role).
Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting bagi
sistem sosial.
1) Kedudukan (Status)
Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang
dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang
tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan
orang yang status sosialnya rendah.
a. Ascribed Status
Fenomena ini dapat dilihat berbagai peran yang harus diperankan oleh masing-
masing anggota keluarga dalam suatu rumah tangga. Munculnya kedudukan kepala
keluarga, ibu rumah tangga dan anak-anak berimplikasi pada status dan peran yang
harus diperankan oleh masing-masing orang dalam rumah tangga. Seorang istri
harus berbakti kepada suami dan suami juga harus menghormati istri karena
perannya sebagai pengasuh anak, pendidik anak, dan sebagainya, sedangkan
anak-anak harus menaati nasehat orang tua dan dari orangtuanya ia berhak
mendapatkan kasih sayang.
b. Achieved Status
Achieved Status merupakan status sosial yang disandang melalui perjuangan. Pola-
pola ini biasanya banyak terjadi distruktur sosial yang telah mengalami perubahan
dari pola-pola tradisional kearah modern. Lebih-lebih dalam struktur masyarakat
kapitalis liberal dengan menekan pada kebebasan individu untuk mencapai tujuan
masing-masing yang sarat dengan persaingan, dalam struktur seperti itu, biasanya
struktur sosial lebih terbuka sehingga membuka peluang bagi siapa saja untuk
meraih status sosial ekonomi sesuai dengan tujuan masing-masing, beberapa
contoh model ini adalah:
1) Stratifikasi berdasarkan Jenjang Pendidikan (education stratification)
Jenjang seseorang biasanya memperngaruhi setatus sosial seseorang di dalam
struktur sisialnya. Seseorang yang berpendidikan tinggi hingga bergelar Doktor
tentunya akan bersetatus lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang lulusan
SD.
Gejala ini biasanya di kaitkan dengan profesi atau perkerjaan yang dimiliki
seseorang. Tingkat senioritas dalam berbagai lembaga perkerjaan biasanya di
tentukan berdasarkan tingkat tenggang waktu berkeja dan jenjang kepangkatan atau
golongan yang lazi sering disebut dengan jabatan. Biasanya jabatan seseorang
dalam suatu lembaga perkerjaan ditentukan oleh tingkat keahlian dan tingkat
pendidikannya, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan keahlian
seseorang, maka akan semakin tinggi juga jabatan yang disandangnya. Karena
system lapisan sosial seperti ini bersifat terbuka, maka bagi siapa saja bisa
menempati status sosial yang relative dianggap lebih mapan asal mereka
mempunyai kemampuan dan usaha yang gigih.
Berbagai jenis perkerjaan juga berpengaruh pada system pelapisan sosial. Anda
tuntu sering memiliki penilaian bahwa orang yang berprofesi sebagai panrik becak,
kuli bangunan, buruh pabrik dan para pekerja kantoran yang berpakaian bersih,
berpenampilan rapi, berdasi dan mengendari mobil, selalu membawa Hp tentu
memiliki perbedaan status sosial dalam masyarakat. Para pekerja kantoran akan
memiliki status sosial yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
berprofesi sebagai penarik becak. Pola seperti ini juga bersifat terbuka artinya
system pelapisan sosial seperti ini membuka peluang bagi siapa saja yang memiliki
kegigihan dalam usaha untuk meraihnya termasuk anda.
Gejala ini hampir ada diseluruh penjuru dunia. Yang paling mudah di identifikasi di
dalam struktur sosial adalah didasarkan pada besar kecilnya penghasilan dan
kepemilikan benda-benda materi yang sering disebut harta benda. Indikator antara
kaya dan miskin juga mudah sekali di identifikasi, yaitu melalui pemilikan sarana
hidup. Orang kaya perkotaan dapat dilihat dari tempat tinggalnya seperti di kawasan
real estate elite dengan rumah mewahnya yang dilengkapi dengan taman, kolam
renang, memiliki mobil mewah dan benda-benda berharga lainnya. Sedangkan
kelompok masyarakat miskin berada dikawasan marginal (pinggiran), hidup di
pemukiman kumuh, tidak sehat, kotor, dan sebagainya. Adapun orang kaya
perdesaan biasanya diidentifikasi dengan kepemilikan jumlah lahan pertanian,
binatang ternak, kebun yang luas dan sebagainya.
c. Assigned Status
Assigned Status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau kelompok
orang dari pemberian. Akan tetapi status sosial yang berasal dari pemberian ini
sebenarnya juga tak luput dari usaha-usaha seseorang atau sekelompok orang
sehingga dengan usaha-usaha tersebut ia memperoleh penghargaan.
2) Peranan (Role)
Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan dengan
kedudukan. Status sosial merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu
dalam organisasi masyarakat. Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam
masyarakat. Meskipun demikian, keduanya tak dapat dipisahkan karena satu
dengan yang lainnya saling berhubungan.
a) Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis,
bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, dan
sebagainya.
b) Peranan pilihan (achieve roles), yaitu peranan yang diperoleh atas keputusannya
sendiri, misalnya seseorang memutuskan untuk memilih Fakultas Tarbiyah UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
a) Peranan yang diharapkan (expected roles), yaitu cara ideal dalam pelaksanaan
peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan tersebut
dilaksanakan secernat-cermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan
seperti yang telah ditentukan. Misalnya, peranan hakim, diplomatik, dan sebagainya.
5. Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi, mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial.
Menurut Haditono, yang dimaksud mobilitas sosial ialah perpindahan seseorang
atau sekelompok orang dari kedudukan satu ke kedudukan yang lain. Mobilitas
vertikal mengacu pada mobilitas ke atas atau ke bawah dalam stratifikasi sosial.
Contoh mengenai mobilitas sosial individu ialah perubahan status seseorang dari
seorang tukang menjadi seorang dokter.
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial secara vertikal dapat
dilakukan melalui beberapa hal, yaitu angkatan bersenjata, lembaga pendidikan,
lembaga keagamaan, organisasi politik, dan organisasi ekonomi.
4) Menu makanan.
2) Gaya berbicara.
Perbedaan dalam hal hak dan akses memanfaatkan sumber daya. Seorang yang
menduduki jabatan tinggi biasanya akan semakin banyak hak dan fasilitas yang
diperolehnya, sementara itu seseorang yang tidak menduduki jabatan yang strategis
apa pun tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil.
8. Dimensi stratifikasi sosial
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang
jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam
saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi
itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak akan mudah
sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga mungkin kehormatan. Ukuran atau
kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Kekayaan
siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.
Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan,
mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang
dipakainya., kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar menempati lapisan atasan.
3. Ukuran Kehormatan
kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang
teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat
tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah
berjasa.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan
terjadinya akibat-akibat yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu
pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak
yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun
tidak halal.
Ada empat yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati
dalam konteks stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan. Dengan adanya
suatu kekayaan, orang akan membeli apa saja yang dia mau. Yang kedua adalah
kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan sebagai penundukan seseorang yang
berada dibawahnya. Yang ketiga adalah kehormatan, dimana seseorang akan
disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh utama dan yang di sepuhkan di
masyarakat itu. Yang keempat adalah ilmu pengetahuan, jika seseorang
pendidikannya tinggi dan dia sudah mendapatkan gelar doktor maupun magister,
secara tidak langsung akan ada rasa sistem kelas terhadap seseorang yang tidak
pernah sama sekali menduduki bangku sekolah.
9. Hubungan Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial
Menurut penelitian, terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial seseorang
dengan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. Meskipun tingkat pendidikan sosial
seseorang tidak bisa sepenuhnya diramalkan melalui kedudukan sosialnya, namun
pendidikan sosial yang tinggi sejalan dengan kedudukan sosial yang tinggi pula.
Golongan sosial juga menentukan jenis pendidikan yang dipilih oleh orang tua siswa.
Umumnya, anak-anak yang orang tuanya mampu, cenderung menyekolahkan
anaknya di sekolah menengah umum sebagai persiapan studi di universitas.
Sedangkan orang tua yang memiliki keterbatasan keuangan, cenderung memilih
sekolah kejuruan bagi anaknya. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan lebih banyak
menampung siswa golongan rendah daripada golongan tinggi. Karena itulah dapat
timbul pendapat bahwasanya status sekolah umum lebih tinggi daripada sekolah
kejuruan. Siswa sendiri cenderung lebih memilih sekolah menengah umum daripada
sekolah kejuruan. Sekalipun sekolah kejuruan dapat memberikan jaminan yang lebih
baik untuk langsung terjun di lapangan pekerjaan.
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk melakukan mobilitas sosial tersebut.
Pendidikan dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk beralih dari suatu
golongan ke golongan yang lebih tinggi. Pendidikan secara merata memberi
kesamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan
rendah.
Menurut Beteille, pendidikan merupakan sesuatu hal yang sangat berharga karena
dapat memberikan akses untuk jabatan dengan bayaran yang lebih baik. Banyak
contoh yang dapat diamati tentang seseorang yang statusnya meningkat berkat
pendidikan yang ditempuhnya. Pada jaman penjajahan Belanda misalnya, orang
yang mampu menyelesaikan pendidikannya di HIS (Hollands-Indlandsche
School) mempunyai harapan untuk menjadi pegawai dan mendapat kedudukan
sosial yang terhormat. Terlebih jika ia berhasil lulus MULO (Meer Uitgebreid Lager
Oderwijs), AMS (Algemene Middlebare School), atau perguruan tinggi, maka
semakin besar peluangnya mendapatkan kedudukan yang baik dan masuk golongan
sosial menengah atas.
Di samping itu, ada juga beberapa faktor lain yang mempengaruhi mobilitas sosial di
bidang pendidikan.
1) Faktor guru. Para guru dapat mendorong anak didiknya untuk meningkatkan
status sosialnya melalui prestasi yang tinggi. Guru tersebut juga dapat menjadi
model mobilitas sosial berkat usahanya belajar sungguh-sungguh sehingga
kedudukannya meningkat. Sebaliknya, guru juga dapat menghambat proses
mobilitas sosial apabila guru memandang rendah dan tidak yakin akan kemampuan
anak-anak golongan bawah.
A. Kesimpulan
Hanya saja secara umum determinasi dari stratifikasi sosial dapat dilihat dari
dimensi usia, jenis kelamin, agama kelompok etnis atau ras tertentu, tingkat
pendidikan formal yang diraihnya, tingkat perkerjaan, besarnya kekuasaan dan
kewenangan, status sosial, tempat tinggal, dan dimensi ekonomi. Berbagai dimensi
strata sosial tersebut tentunya memiliki perbedaan pengaruhnya didalam
masyarakat. Hal itu sangat tergantung pada perkembangan masyarakat dan konteks
sosial yang berlaku dalam suatu daerah.
B. Saran
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka dalam
melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya
diskriminasi.
DAFTAR PUSTAKA