Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi
Jenis jenis Miokard Infark
a. Miokard infark Subendokardial
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat peka terhadap
iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial terjadi akibat liran darah
subendokardial yang relatif menurut dalam waktu lama sebagai akibat perubhan
derajat penyempitan aeteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi kondisi seperti
hipertensi, pendarahan dan hipoksia. Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai
peningkatan kebutuhan oksigen miokard, misalnya akibat takikardia atau hipertropi
ventrikel. Walaupun pada mulanya gambaran klinis dengan relatif ringan,
kecenderungan iskemia dan infark lebih jauh merupakan ancaman besar setelah
pasien dipulangkan dari rumah sakit.
b. Miokard Infark transmural
Pada lebih dari 90% pasien miokad infark transmural berkaitan dengan trombosis
koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami penyempitan
ateriosklerotik penyebab lain lebih jarang ditemukan. Termasuk disini misalnya
pendarahan dalam plaque arteroklerotik dengan hematom intramural, spasme yang
umumnya terjadi di tempat ateroklerotik yang emboli koroner. Miokard infark dapat
terjadi walaupun pembuluh koroner normal, tetapi hal ini amat jarang.
Gambar 2.1
Sumber : http://www.newsfarras.com/2014/11/Kerja-Fungsi-Anatomi-Fisiologi-
Jantung.html
4. Etiologi
Penyebebnya dapat karena penyempitan kritis arteri koroner akibat
arterosklerosis atau arteri komplet akibat embolus atau trombus. Penurunan aliran
darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi. Pada setiap kasus
terdapat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
a. Coronary Arteri Disease : aterosklerosis, artritis, trauma pada koroner,
penyempitan arteri koroner karena spasme atau deseting aorta dan arteri korone.
b. Coronary artery emboli : infective endokarditis, cardiac myxoma, cardiopulmonal
bypass surgery, arteriography koroner.
c. Kelainan kongenital : anomli arteri koronaria.
d. Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard : tirotoksikosis,
hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, stenosis atau insufisiensi aorta.
e. Gangguan hematologi : anemia, polistemia ver, hypercoagulabily, trombosis,
trombsitosis, dan DIC. (Udjianti, 2010)
5. Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai
darah yang yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab
penurunan suplai darah mungkn akibat ppenyempitan kritis arteri koroner karena
ateroklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus. Penurunan alliran
darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atu perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu
terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung.
Miokard infark paling sering terjadi pada ventrikel kiri dan dapat dinyatakan
sesuai area mikrokardium yang terkena. Apabila mengenai tida sekat dinding miokardium
maka disebut infark transmural dan apabila hanya sebatas bagian dalam miokardium
disebut infark sebendokardial. Miokardium infark juga dapat dinyatakan sesuai dengan
lokasinya pada jantung, yang secara umum dapat terjadi pada sisi posterior, anterior,
septal anterior, anterolateral, posterioinferior dan apical. Lokasi dan luasan lesi menetukn
sejauh mana kemunduran fungsi terjadi, komplikasi dan penyembuhan.
(Heriana, 2014)Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus tidak mereda,
biasanya diatas regio stenal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala
utama.
a. Keparahan nyeri terjadi peningkatan secara umum menetap sampai nyeri tidak dapat
tertahankan lagi.
b. Nyeri ini sangat sakit, seperti ditusuk - tusuk yang dapt menjalar kebahu dan terus ke
bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
c. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat
atau netrogliserin (NGT).
d. Nyeri dapat menjalar ke arah rahan dan leher.
e. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual serta muntah.
f. Pasien dengan diabetes mellitus tidan akan mengalami nyeri yang hebat karena
neutropi yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroresptor (menimbulkan
pengalaman nyeri).
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sel darah putih : leukositosis (10.000-20.000 mm) muncul hari kedua setelah
serangan infarkkarena imflamasi.
b. Sedimentasi meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang menunjukan adanya
inflamasi.
c. Kardiak iso-enzim : menunjukan pola kerusakan khas, untuk membedakan
kerusakan otot jantung dengan otot lain.
1) cPK (Creatinin phospokinase) > 50 u/L
2) CK-MB (Creatinin kinase-MB) > 10 u/L
3) LDH (Lactate dehydrogenase) > 240 u/L
4) SGOT (Serum glutamic oxalo transaminase) > 18 u/L
5) Cardiac tropinin : positif
d. Tes fungsi ginjal : peningkatan kadar BUN (blood urea nitrogen) dan kreatinin karena
penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerulo filtrasi rate/GFR) terjadi akibat
penurunan curah jantung.
e. Analisa gas darah (blood gas analysis, BGA) : menilai oksigenasi jaringan (hipoksia)
dan perubahan keseimbangan asam basa darah.
f. Kadar elektrolit : menilai abnormalitas kadar natrium, kalium atau kalsium yang
membahayakan kontraksi otot jantung
g. Peningkatan kadar ssssserum kolesterol atau trigeliserida dapat meningkatkan risiko
arteriosklerosis (coronary artery disease)
h. Kultur darah mengesampingkan septikemia yang mungkin menyerang otot jantun
i. Level obat : menilai derajat toksisitas obat tertentu (seperti digoxin).
j. EKG.
1) Segmen ST elevasi abnormal menunjukan adanya injuri miokard
2) Gelombang T inversi (arrow head) menunjukan adanya iskemia miokard
3) Q patologis menunjukan adanya nekrosis miokard
k. Radiologi.
1) Thorax rontgen : menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena gagal
jantung kongestif.
2) Echocardiogram : menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan katup
jantung.
3) Radioactive isotope : menilai area iskemia serta non-perfusi koroner dan
miokard.
8. Penatalaksanaan medik
9. Komplikasi klinik
a. Gagal jantung kongesif
b. Syok kardiogenik
c. Disfungsi ototpapilaris
d. Defek septum ventrikel
e. Ruptura jantung
f. Aneurisma ventrikel
g. Tromboembolisme
h. Perikarditis
i. Aritmia