Вы находитесь на странице: 1из 33

TUGAS KMB

ASUHAN KEPERAWATAN
HIV / AIDS

OLEH

RAHMAWATI DIU
2C DIV KEPERAWATAN

POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO


JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2016 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Penderita HIV/ AIDS sesuaidenganwaktu yang telahditentukan.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas SitemImundanHematologi.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah
ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun
1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember
2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012
menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah
dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian.
Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi
sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000
130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India,
yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari AIDS ?


2. Apa penyebab/etiologi dari AIDS ?
3. Bagaimana klasifikasi AIDS ?
4. Bagaimana Patofisiologisnya ?
5. Apaa saja Manifestasi klinisnya ?
6. Bagaimana Pemeriksaan diagnostic ?
7. Bagaimana Penatalaksaannya ?
8. Apa saja komplikasi dari AIDS ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui definisi AIDS.


2. Untuk mengetahui etiologi/penyebab AIDS
3. Untuk mengetahui klasifikasi
4. Untuk mengetahui patofisiologisnya
5. Untuk mengetahui manifestasi klinisnya
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic
7. Untuk mengetahui penatalaksanaanya
8. Untuk mengetahui komplikasi dari aids.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus merupakan virusyang


dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem
kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi Yang
menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. AIDS adalah singkatan dari Acquired
imune deficiency syndrome yaitu menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit
karena adanya infeksi virus HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif
tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala
penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.
Jadi , Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
AIDS singkatan dari Acquired Immuno Defeciency Syndrome.Acquiredberarti diperoleh
karena orang hanya menderita bila terinfeksi HIV dari orang lain yang sudah
terinfeksi. Immuno berarti sistem kekebalan tubuh, Defeciency berarti kekurangan yang
menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh dan Syndrome berarti kumpulan gejala
atau tanda yang sering muncul bersama tetapi mungkin disebabkan oleh satu penyakit
atau mungkin juga tidak yang sebelum penyebabnya infeksi HIV ditemukan. Jadi AIDS
adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan system kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Gallant. J 2010).

2.2 ETIOLOGI / PENYEBAB

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal,
penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain
penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS
amat bervariasi.
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus
limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus
mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi
penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup
virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1,
Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr.
Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam
serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan
penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1.

2.3 KLASIFIKASI
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita
AIDS.
a. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.


Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty )
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit
yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang akut.

b. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

Angiomatosis Baksilaris
Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap
terapi
Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
Leukoplakial yang berambut
Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
Idiopatik Trombositopenik Purpura
Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
c. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus


Kanker serviks inpasif
Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
Kriptokokosis ekstrapulmoner
Kriptosporidosis internal kronis
Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
Isoproasis intestinal yang kronis
Sarkoma Kaposi
Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
Pneumonia Pneumocystic Cranii
Pneumonia Rekuren
Leukoenselophaty multifokal progresiva
Septikemia salmonella yang rekuren
Toksoplamosis otak
Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

2.4 PATOFISIOLOGI

Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10
minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan
gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat
AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus
HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke
dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan
ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor
CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi
mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas
dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap
selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-
1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan
virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus
di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi
dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang
beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+
biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi
antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus
diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer
antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut periode jendela (window period). Setelah itu
penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa
titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan
gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya
26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang yang
terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (7-10
tahun) setelah tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan
bisa bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa inilah yang
mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang terinfeksi secara tidak disadari dapat
menularkan kepada yang lainnya. Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan
gejala sebagai berikut:

Gejala Mayor:
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5. Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata
3. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
4. Kandidias orofaringeal
5. Herpes simpleks kronis progresif
6. Limfadenopati generalisata
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8. Retinitis virus sitomegalo
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
a) HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
b) Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c) Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
d) Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun
a) HIV berkembang biak dalam tubuh
b) Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c) Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody
terhadap HIV
d) Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-
rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
a) Sistem kekebalan tubuh semakin turun
b) Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di
seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
c) Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
a) Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
b) Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita
AIDS, panas lebih dari 1 bulan,Batuk-batuk, Sariawan dan nyeri menelan,Badan menjadikurus
sekali,Diare ,Sesak napas, Pembesaran kelenjar getah bening,Kesadaran menurun, Penurunan
ketajaman penglihatan, Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan
gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan
penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada
seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka
dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.Dan disaat fase infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan
kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic
Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :


ELISA
Western blot
P24 antigen test
Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun :
o Hematokrit.
o LED
o CD4 limfosit
o Rasio CD4/CD limfosit
o Serum mikroglobulin B2
o Hemoglobulin

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah


a. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
b. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan penularan.
c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa
perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan
Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein
purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS,
hepatitis, dan pap smear.Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila
>500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang
tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian
profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4.Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load
untuk mengetahui awal pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3
x jumlah limfosit total)-8.
2.7 PENATALAKSANAAN

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :

1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang


tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi ke janin / bayi baru lahir.

TERAPI MEDIS
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
a.Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,


nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan
kritis.

b.Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4
nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

c.Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

1. Didanosine

2. Ribavirin

3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut

d.Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan
dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

e.Pendidikan

untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat, hindari stress,gizi
yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.

f.Menghindari infeksi lain,

karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).

2.8 KOMPLIKASI

1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat.

2. Neurologik
A. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
B. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial.
C. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
D. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)

3. Gastrointestinal
A. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan
dehidrasi.
B. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
C. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus,
dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder
dan sepsis.

6. Sensorik
A. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
B. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.
Penyakit yang Sering Menyerang Perilaku AIDS
Dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh, penderita menjadi lebih mudah terserang
penyakit infeksi maupun kanker. Bahkan penyakit-penyakit inilah yang sering menjadi penyebab
kematian penderita. Infeksi yang timbul karena melemahnya kekebalan tubuh ini disebut infeksi
oportunistik. Sebagian besar penyakit infeksi yang timbul merupakan reaktivasi (pengaktifan
kembali) kuman yang sudah ada pada penderita, jadi bukan merupakan infeksi baru. Sementara
itu, untuk infeksi parasit/jamur tergantung prevalensi parasit/jamur di daerah tersebut. Berikut
penyakit yang ditemukan pada penderita AIDS :

A. Kandidiasis oral dan esophagus,


B. Tuberkulosis paru/ekstrapulmoner,
C. Infeksi virus sitomegalo,
D. Pneumonia rekurens,
E. Ensefalitis toksoplasma,
F. Pneumonia P. Carinii,
G. Infeksi virus herpes simpleks.

Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS antara lain :


a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN

YANG MENDERITA HIV / AIDS

1. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor risiko yang potensial, termasuk


praktik seksual yang berisiko dan penggunaan obat-obatan Intravena. Status fisik dan
psikologis pasien harus di nilai. Semua factor yang mempengaruhi fungsi system imun perlu
digali dengan seksama.

Status nutrisi dinilai dengan menanyakan riwayat diet dan mengenalai factor-faktor yang
dapat menggangu asupan oral seperti anoreksia, mual, vomitus, nyeri oral atau kesulitan
menelan. Disamping itu, kemampuan pasien untuk membeli dan mempersiapkan makanan
harus dinilai. Pertimbangan berat badan, pengukuran antropometrik, pemeriksaan kadar BUN
(blood urea nitrogen), protein serum, albumin dan transperin akan memberikan parameter
status nutrisi yang objektif.

Kulit dan membrane mukosa diinspeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda lesi,
ulserasi atau infeksi. Rongga mulut diperiksa untuk memantau gejala kemerahan , ulserasi
dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasis. Daerah perianal
harus diperiksa untuk menemukan ekskoriasi dan infeksi pada pasien dengan diare profus.
Pemeriksaan kultur luka dapat dimintakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang
infeksius.
Status respiratorius dimulai dengan pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk,
produksi sputum, napas yang pendek dan ortopnea, takipnea, dan nyeri dada. Keberadaan
suara pernapasan dan sifatnya juga harus diperiksa. Ukuran fungsi paru yang lain mencakup
hasil foto roentgen thoraks, hasil pemeriksaan gas darah arteri dan hasil tes faal paru.
Status neurologist ditentukan dengan menilai tingkat kesadaran pasien, orientasinya
terhadap orang, tempat dan waktu serta ingatan yang hilang. Pasien juga di nilai untuk
mendeteksi gangguan sensorik (perubahan visual, sakit kepala, patirasa dan parestesia pada
ekstremitas) serta gangguan motorik (perubahan gaya jalan, paresis atau paralysis) dan
serangan kejang.

Status cairan dan elektrolit dinilai dengan memeriksa kulit serta membrane mukosa untuk
menetukan turgor dan kekeringan. Peningkatan rasa haus, penurunan haluaran urin, tekanan
darah yang rendah dan penurunan tekanan sistolik antara 10 dan 15 mm Hg dengan disertai
kenaikan frekuensi denyut nadi ketika pasien duduk, denyut nadi yang lemah serta cepat dan
berat jenis urin sebesar 1,025 atau lebih, menunjukkan dehidrasi. Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, kalium, kalsium, magnesium dan
klorida dalam serum secara khas akan terjadi karena diare hebat.

Pemeriksaan pasien juga dilakukan untuk menilai tanda-tanda dan gejala deplesi
elektrolit ; tanda-tanda ini mencakup penurunan status mental, kedutan otot, denyut nadi
yang tidak teratur, mual serta vomitus, dan pernapasan yang dangkal.

Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit harus
di evaluasi. Disamping itu, tingkat tingkat pengetahuan keluarga dan sahabat perlu dinilai.
Reaksi psikologis pasien terhadap diagnosis penyakit AIDS merupakan informasi penting
yang harus di gali. Reaksi dapat bervariasi antara pasien yang satu dengan yang lainnya dan
dapat mencakup penolakan, amarah, rasa takut, rasa malu, menarik diri dari pergaulan social
dan depresi. Pemahaman tentang cara pasien menghadapi sakitnya dan riwayat stress utama
yang pernah dialami sebelumnya kerapkali bermanfaat. Sumber-sumber yang dimiliki pasien
untuk memberikan dukungan kepadanya juga harus diidentifikasi.

Riwayat Penyakit

Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada
orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi
kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker
adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai
factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes
dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
a) Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi, defisiensinutrisi, penuaan, aplasiatimik, limpoma, kortikosteroid, globulin
anti limfosit, disfungsi timik congenital.

b) Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)


Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein liosing
enteropati (peradangan usus)

Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)


Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (Perubahan
TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari
doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri
tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik
urine.
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia.
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk,
edema
Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS.
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun,
demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran
kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil
pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-
obatan IV, merokok, alkoholik.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan
intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut,
bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.
Hasil yang harapkan : mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan
berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan
keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan
perbaikan tingkat energy.

B. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri,
perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.
Hasil yang diharapkan : Keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur
atau beristirahat secara adekuat.

C. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat


Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.

D. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan
muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami
sesak nafas.

E. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai


dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk
mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan
untuk berkonsentrasi.
Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.

3. INTERVENSI

a. Ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan,
kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.
Hasil yang harapkan : mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan
berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan
keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan
perbaikan tingkat energy.
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1.Lesi mulut, tenggorok


nutrisi yang kurang tindakan keperawatan 1 untuk mengunyah, dan esophagus dapat
dari kebutuhan x 24 jam perasakan dan menyebabkan disfagia,
tubuh berhubungan Ketidakseimbangan menelan. penurunan kemampuan
dengan gangguan nutrisi yang kurang dari pasien untuk mengolah
intestinal ditandai kebutuhan tubuh dapat makanan dan mengurangi
dengan penurunan teratasi dengan criteria keinginan untuk makan.
berat badan, hasil :
penurunan nafsu 2. Auskultasi bising usus 2. Hopermotilitas saluran
makan, kejang perut, 1. adanya peningkatan intestinal umum terjadi
bising usus berat badan sesuai dan dihubungkan dengan
hiperaktif, dengan tujuan muntah dan diare, yang
keengganan untuk 2. Tidak ada tanda dapat mempengaruhi
makan, peradangan malnutrisi pilihan diet atau cara
rongga bukal. 3. Tidak terjadi makan.
penurunan berat badan.
3. Berian informasi yang 3. Untuk membantu
tepat terhadap pasien memenuhi kebutuhan
tentang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
nutrisi yang sesuai. pasien.

4. Zat besi dapat


4. Anjurkan pasien untuk
membantu tubuh sebagai
mengkonsumsi
zat penambah darah
makanan tinggi zat
sehingga mencegah
besi seperti sayuran
terjadinya anemia atau
hijau
kekurangan darah

5. Batasi makanan yang 5. Rasa sakit pada mulut


menyebabkan mual atau ketakutan akan
atau muntah. Hindari mengiritasi lesi pada
menghidangkan mulut mungkin akan
makanan yang panas menyebabakan pasien
dan yang susah untuk enggan untuk makan.
ditelan Tindakan ini akan
berguna untuk
meningkatakan
pemasukan makanan.
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri,
perubahan denyutnadi,kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.
Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur
atau beristirahat secara adekuat.
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Mengindikasikan
berhubungan tindakan perhatikan lokasi, kebutuhan untuk
dengan keperawatan 1 x 24 intensitas, intervensi dan juga
inflamasi/ jam Nyeri dapat frekuensi dan tanda-tanda
kerusakan teratasi dengan waktu. Tandai perkembangan
jaringan criteria hasil : gejala nonverbal komplikasi.
ditandai 1. Mampu misalnya gelisah,
dengan mengontrol takikardia,
keluhan nyeri, nyeri meringis
2. Meningkatkan relaksasi
perubahan 2. Mampu 2. Instruksikan pasien
dan perasaan sehat.
denyutnadi,kej mengenali untuk
ang otot, nyeri (skala, menggunakan
ataksia, lemah intensitas, visualisasi atau
otot dan frekuensi, imajinasi, relaksasi
gelisah. dan tanda progresif, teknik
nyeri). nafas dalam.

3. Dapat mengurangi
3. Dorong
ansietas dan rasa sakit,
pengungkapan
sehingga persepsi akan
perasaan
intensitas rasa sakit.

4. Berikan analgesik 4. Memberikan penurunan


atau antipiretik nyeri/tidak nyaman,
narkotik. Gunakan mengurangi demam.
ADP (analgesic Obat yang dikontrol
yang dikontrol pasien berdasar waktu
pasien) untuk 24 jam dapat
memberikan mempertahankan kadar
analgesia 24 jam. analgesia darah tetap
stabil, mencegah
kekurangan atau
kelebihan obat-obatan.
5. Lakukan tindakan 5. Meningkatkan relaksasi
paliatif misal atau menurunkan
pengubahan posisi, tegangan otot.
masase, rentang
gerak pada sendi
yang sakit.

c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat


Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau pemasukan Mempertahankan
kekurangan keperawatan 1 x 24 jam oral dan pemasukan keseimbangan
volume cairan Resiko tinggi kekurangan cairan sedikitnya cairan, mengurangi
berhubungan volume cairan dapat teratasi 2.500 ml/hari. rasa haus dan

dengan diare berat dengan criteria hasil : melembabkan


membrane mukosa.

menjaga daerah
2. Buat cairan mudah Meningkatkan
sekitar rectal dari
diberikan pada pemasukan cairan
iritasi tidak
pasien; gunakan tertentu mungkin
mengalami diare
terlalu menimbulkan
menjelaskan cairan yang mudah
ditoleransi oleh nyeri untuk
penyebab aids
pasien dan yang dikomsumsi karena lesi
dan rasional
menggantikan pada mulut.
tindakan
elektrolit yang
dibutuhkan,
misalnya Gatorade.

3. Kaji turgor kulit, Indicator tidak

membrane mukosa langsung dari status

dan rasa haus. cairan.


4. Hilangakan makanan Untuk dapat
yang potensial mengurangi diare
menyebabkan diare,
yakni yang pedas,
berkadar lemak
tinggi, kacang,
kubis, susu.
Mengatur kecepatan
atau konsentrasi
makanan yang
diberikan berselang
jika dibutuhkan

5. Berikan obat-obatan Menurunkan jumlah


anti diare misalnya dan keenceran feses,
ddifenoksilat mungkin mengurangi
(lomotil), loperamid kejang usus dan
Imodium, paregoric. peristaltis.

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan
muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami
sesak nafas.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
Pola nafas Setelah dilakukan 1. auskultasi bunyi 1. Memperkiraka
tidak efektif tindakan keperawatan 1 nafas, tandai n adanya
berhubungan x 24 jam pola nafas daerah paru yang perkembangan
dengan tidak efektif cairan mengalami komplikasi
proses dapat teratasi dengan penurunan, atau atau infeksi
infeksi dan criteria hasil : kehilangan pernafasan,
ketidak ventilasi, dan misalnya
seimbangan 1. Frekuensi, munculnya bunyi pneumoni,
muskuler irama, adventisius.
(melemahnya kedalaman Misalnya
otot-otot pernapasan krekels, mengi,
pernafasan) dalam batas ronki.
normal
2. Catat kecepatan 2. Takipnea,
2. Tidak
pernafasan, sianosis, tidak
menggunak
sianosis, dapat
an otot-otot peningkatan beristirahat,
bantu kerja pernafasan dan
pernapasan dan munculnya peningkatan
dispnea, ansietas nafas,
menuncukkan
kesulitan
pernafasan dan
adanya
kebutuhan
untuk
meningkatkan
pengawasan
atau intervensi
medis

3. Meningkatkan
3. Tinggikan kepala
fungsi
tempat tidur.
pernafasan
Usahakan pasien
yang optimal
untuk berbalik,
dan
batuk, menarik
mengurangi
nafas sesuai
aspirasi atau
kebutuhan.
infeksi yang
ditimbulkan
karena
atelektasis.

4. Berikan
4. Mempertahank
tambahan O2
an oksigenasi
Yng
efektif untuk
dilembabkan
mencegah atau
melalui cara yang
memperbaiki
sesuai misalnya
krisis
kanula, masker,
pernafasan
inkubasi atau
ventilasi mekanis
5. Monitor 5. Memonitor
pernapasan dan respirasi dan
status oksigen keadekuatan
yang sesuai oksigen
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai
dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk
mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan
untuk berkonsentrasi.
Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya

DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur 1. Berbagai factor
aktivitas tindakan keperawatan dan catat dapat
berhubungan 1 x 24 jam intoleransi perunahan dalam meningkatkan
dengan aktivitas dapat teratasi proses berpikir kelelahan,
penurunan dengan criteria hasil : atau berperilaku termasuk kurang
produksi tidur, tekanan
metabolisme 1. Mampu emosi, dan
melakukan efeksamping
aktivitas sehari- obat-obatan
hari (ADLs) 2. Rencanakan 2. dapat
secara mandiri. perawatan untuk memperbaiki
2. Tanda- tanda menyediakan fase perasaan sehat
vital normal istirahat. Atur dan control diri.
3. Energy aktifitas pada
psikomotor waktu pasien
sangat berenergi

3. Dorong pasien 3. Untuk


untuk melakukan Memungkinkan
apapun yang penghematan
mungkin, energy,
misalnya peningkatan
perawatan diri, stamina, dan
duduk dikursi, mengijinkan
berjalan, pergi pasien untuk lebih
makan. aktif tanpa
menyebabkan
kepenatan dan
rasa frustasi.
4. Pantau respon 4. Toleransi
psikologis bervariasi
terhadap aktifitas, tergantung pada
misal perubahan status proses
TD, frekuensi penyakit, status
pernafasan atau nutrisi,
jantung keseimbangan
cairan, dan tipe
penyakit.
5. Rujuk pada terapi 5. Latihan setiap
fisik atau okupasi hari terprogram
dan aktifitas yang
membantu pasien
mempertahankan
atau
meningkatkan
kekuatan dan
tonus otot

4. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan, dimana tahap proses
keperawatan di mana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak
langsung terhadap klien.

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi
klien. Dimana langkah terakhir dalam proses kepweawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
b. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,
dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
c. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah ( transfuse darah,
penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang mengandung AIDS), transmisi
dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.
3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, kami mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :
6. Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS.
7. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klienAIDS.
CONTOH KASUS

Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipun
sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun
yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia diare cair 15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu
bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.
Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11
gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl
11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, N 120x/mnt, P
28x/menit, S390C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing
+/-.
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada
orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi
kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker
adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai
factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes
dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
1. Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti
limfosit,disfungsi timik congenital.
2. Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)

Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein liosing enteropati


(peradangan usus)
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,
frekuensi Jantun dan pernafasan ).
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan
pengisian kapiler.
Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari
doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam
berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah
kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatan
IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi,
untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3
12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang
yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak
efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut,
yaitu :
1. . Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
5. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24
antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya
kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pengkajian
Data dasar :
Nama : Tn. W
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Gorontalo
Analisa Data
DS : - diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.
- Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari
DO : - hasil foto thorax, pleural effusion kanan
Hasil LAB :
o Hb 11 gr/dl
o Leukosit 20.000/uL
o Trombosit 160.000/uL
o LED 30 mm
o Na 98 mmoL/L
o K 2,8 mmol/L
o Cl 110 mmol/L
2. Diagnosa keperawatan
A. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
B. Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Output yang berlebih Kekurangan volume
diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh cairan
meskipun sudah berobat kedokter.
Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair
kurang lebih 15x/hari
DO :
- Na 98 mmoL/L
- K 2,8 mmol/L
- Cl 110 mmol/L
2 DS : Imunodefisiensi Resiko infeksi
Tn.W mengatakan BB menurun 7
kg dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak
kunjung sembuh.
DO :
- Leukosit 20.000/uL
- Trombosit 160.000/uL
- LED 30 mm

3. INTERVENSI
Rencana asuhan keperawatan
Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan : mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya
kadar elektrolit
Kriteria hasil : Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat
- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari
Intervensi Rasional
Mandiri Indikator tidak langsung dari status cairan.
Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan rasa haus Mempertahankan keseimbangan cairan,
Pantau masukan oral dan memasukkan cairan mengurangi rasa haus, melembabkan mukosa.
sedikitnya 2500 ml/hari Mungkin dapat mengurangi diare.
Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan Meningkatkan asupan nutrisi secara adekuat.
diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar
Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah
lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
keenceran feses mengurangi kejang usus dan
Berikan makanan yang membuat pasien berselera. peristaltik.

Kolaborasi Mewaspadai adanya gangguan elektrolit dan


Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
antiemetikum, antidiare atau antispasmodik. menentukan kebutuhan elektrolit.

Pantau hasil pemeriksaan laboratorium. Diperlukan untuk mendukung volume sirkulasi,

Berikan cairan/elektrolit melalui selang makanan terutama jika pemasukan oral tidak adekuat.
atau IV.
Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
Tujuan : Mengurangi resiko terjadinya infeksi
- Mempertahankan daya tahan tubuh
Kriteria hasil: Infeksi berkurang
- Daya tahan tubuh meningkat
Intervensi Rasional
Mandiri Deteksi dini terhadap infeksi penting untuk
Pantau adanya infeksi : demam, mengigil, melakukan tindakan segera. Infeksi lama dan
diaforesis, batuk, nafas pendek, nyeri oral atau berulang memperberat kelemahan pasien.
nyeri menelan. Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
Ajarkan pasien atau pemberi perawatan tentang
Peningkatan SDP dikaitkan dengan infeksi
perlunya melaporkan kemungkinan infeksi.
Pantau jumlah sel darah putih dan diferensial Memberikan informasi data dasar, peningkatan
Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu. suhu secara berulang-ulang dari demam yang
Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
secara ketat dengan menggunakan wadah pada proses infeksi ang baru dimana obat tidak
tersendiri. lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang
Kolaborasi tidak dapat disembuhkan.
Beriakan antibiotik atau agen antimikroba, misal: Mencegah inokulasi yang tak disengaja dari
trimetroprim (bactrim atau septra), nistasin, pemberi perawatan.
pentamidin atau retrovir.
Menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obatan
ditargetkan untuk organisme tertentu, obat-
obatan lainya ditargetkan untuk meningkatkan
fungsi imun

4. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan, dimana tahap
proses keperawatan di mana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan
tidak langsung terhadap klien.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi
klien. Dimana langkah terakhir dalam proses kepweawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius


Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Вам также может понравиться

  • Laporan Pendidikan Kesehatan
    Laporan Pendidikan Kesehatan
    Документ7 страниц
    Laporan Pendidikan Kesehatan
    mutia
    Оценок пока нет
  • JUDUL2
    JUDUL2
    Документ5 страниц
    JUDUL2
    mutia
    Оценок пока нет
  • Bab 1 2 3
    Bab 1 2 3
    Документ47 страниц
    Bab 1 2 3
    mutia
    Оценок пока нет
  • A. Pengertian
    A. Pengertian
    Документ3 страницы
    A. Pengertian
    Julie Hensley
    Оценок пока нет
  • Terapi Air Putih
    Terapi Air Putih
    Документ2 страницы
    Terapi Air Putih
    mutia
    Оценок пока нет
  • Definisi Operasional Dan Kuesiner Merokok
    Definisi Operasional Dan Kuesiner Merokok
    Документ5 страниц
    Definisi Operasional Dan Kuesiner Merokok
    mutia
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ4 страницы
    Bab Ii
    mutia
    Оценок пока нет
  • Pola Makan
    Pola Makan
    Документ2 страницы
    Pola Makan
    mutia
    Оценок пока нет
  • App Icu
    App Icu
    Документ27 страниц
    App Icu
    mutia
    Оценок пока нет
  • Soal Gerontik Kel 3
    Soal Gerontik Kel 3
    Документ1 страница
    Soal Gerontik Kel 3
    mutia
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ2 страницы
    Bab I
    mutia
    Оценок пока нет
  • App Icu
    App Icu
    Документ27 страниц
    App Icu
    mutia
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Nefrolitiasis
    Laporan Pendahuluan Nefrolitiasis
    Документ21 страница
    Laporan Pendahuluan Nefrolitiasis
    mutia
    100% (1)
  • Bab I1
    Bab I1
    Документ8 страниц
    Bab I1
    mutia
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Nefrolitiasis
    Laporan Pendahuluan Nefrolitiasis
    Документ21 страница
    Laporan Pendahuluan Nefrolitiasis
    mutia
    100% (1)
  • Laporan Pendahuluan Otitis Media Akut
    Laporan Pendahuluan Otitis Media Akut
    Документ13 страниц
    Laporan Pendahuluan Otitis Media Akut
    mutia
    Оценок пока нет
  • Pengertian CKD
    Pengertian CKD
    Документ1 страница
    Pengertian CKD
    mutia
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Anc
    Laporan Pendahuluan Anc
    Документ17 страниц
    Laporan Pendahuluan Anc
    Reni Khairani
    100% (1)
  • LP Anc
    LP Anc
    Документ27 страниц
    LP Anc
    mutia
    Оценок пока нет
  • LP Fam Dexstra
    LP Fam Dexstra
    Документ8 страниц
    LP Fam Dexstra
    mutia
    Оценок пока нет
  • Kopi
    Kopi
    Документ1 страница
    Kopi
    mutia
    Оценок пока нет
  • Rangkuman PPT Tia
    Rangkuman PPT Tia
    Документ2 страницы
    Rangkuman PPT Tia
    mutia
    Оценок пока нет
  • LP Faringitis
    LP Faringitis
    Документ15 страниц
    LP Faringitis
    mutia
    Оценок пока нет
  • Jurnal Penyakit Filariasis PDF
    Jurnal Penyakit Filariasis PDF
    Документ7 страниц
    Jurnal Penyakit Filariasis PDF
    S Laimeheriwa
    100% (1)
  • Z Gabungan Materi Sosiologi
    Z Gabungan Materi Sosiologi
    Документ63 страницы
    Z Gabungan Materi Sosiologi
    mutia
    Оценок пока нет
  • A Proses Sosial Dan Interaksi Sosial
    A Proses Sosial Dan Interaksi Sosial
    Документ7 страниц
    A Proses Sosial Dan Interaksi Sosial
    mutia
    Оценок пока нет
  • Cairan Tubuh
    Cairan Tubuh
    Документ10 страниц
    Cairan Tubuh
    Rola Mesrani Simbolon
    Оценок пока нет
  • Askep SC Panggul Sempit
    Askep SC Panggul Sempit
    Документ23 страницы
    Askep SC Panggul Sempit
    23banget
    100% (4)
  • Laporan Pendahuluan SC
    Laporan Pendahuluan SC
    Документ24 страницы
    Laporan Pendahuluan SC
    mutia
    Оценок пока нет
  • A002 Ca Kulit PDF
    A002 Ca Kulit PDF
    Документ12 страниц
    A002 Ca Kulit PDF
    mutia
    Оценок пока нет