Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ASUHAN KEPERAWATAN
HIV / AIDS
OLEH
RAHMAWATI DIU
2C DIV KEPERAWATAN
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Penderita HIV/ AIDS sesuaidenganwaktu yang telahditentukan.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas SitemImundanHematologi.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah
ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun
1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember
2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012
menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah
dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian.
Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi
sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000
130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India,
yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
2.1 DEFINISI
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal,
penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain
penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS
amat bervariasi.
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus
limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus
mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi
penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup
virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1,
Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr.
Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam
serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan
penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1.
2.3 KLASIFIKASI
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita
AIDS.
a. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C
b. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
Angiomatosis Baksilaris
Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap
terapi
Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
Leukoplakial yang berambut
Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
Idiopatik Trombositopenik Purpura
Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
c. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
2.4 PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10
minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan
gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat
AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus
HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke
dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan
ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor
CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi
mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas
dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap
selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-
1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan
virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus
di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi
dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang
beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+
biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi
antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus
diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer
antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut periode jendela (window period). Setelah itu
penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa
titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan
gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya
26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)
Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang yang
terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (7-10
tahun) setelah tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan
bisa bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa inilah yang
mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang terinfeksi secara tidak disadari dapat
menularkan kepada yang lainnya. Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan
gejala sebagai berikut:
Gejala Mayor:
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5. Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata
3. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
4. Kandidias orofaringeal
5. Herpes simpleks kronis progresif
6. Limfadenopati generalisata
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8. Retinitis virus sitomegalo
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
a) HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
b) Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c) Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
d) Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun
a) HIV berkembang biak dalam tubuh
b) Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c) Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody
terhadap HIV
d) Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-
rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
a) Sistem kekebalan tubuh semakin turun
b) Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di
seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
c) Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
a) Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
b) Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita
AIDS, panas lebih dari 1 bulan,Batuk-batuk, Sariawan dan nyeri menelan,Badan menjadikurus
sekali,Diare ,Sesak napas, Pembesaran kelenjar getah bening,Kesadaran menurun, Penurunan
ketajaman penglihatan, Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan
gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan
penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada
seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka
dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.Dan disaat fase infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan
kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic
Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :
TERAPI MEDIS
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
a.Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4
nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan
dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
e.Pendidikan
untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat, hindari stress,gizi
yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
2.8 KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
A. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
B. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial.
C. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
D. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)
3. Gastrointestinal
A. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan
dehidrasi.
B. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
C. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus,
dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder
dan sepsis.
6. Sensorik
A. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
B. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.
Penyakit yang Sering Menyerang Perilaku AIDS
Dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh, penderita menjadi lebih mudah terserang
penyakit infeksi maupun kanker. Bahkan penyakit-penyakit inilah yang sering menjadi penyebab
kematian penderita. Infeksi yang timbul karena melemahnya kekebalan tubuh ini disebut infeksi
oportunistik. Sebagian besar penyakit infeksi yang timbul merupakan reaktivasi (pengaktifan
kembali) kuman yang sudah ada pada penderita, jadi bukan merupakan infeksi baru. Sementara
itu, untuk infeksi parasit/jamur tergantung prevalensi parasit/jamur di daerah tersebut. Berikut
penyakit yang ditemukan pada penderita AIDS :
PADA KLIEN
1. PENGKAJIAN
Status nutrisi dinilai dengan menanyakan riwayat diet dan mengenalai factor-faktor yang
dapat menggangu asupan oral seperti anoreksia, mual, vomitus, nyeri oral atau kesulitan
menelan. Disamping itu, kemampuan pasien untuk membeli dan mempersiapkan makanan
harus dinilai. Pertimbangan berat badan, pengukuran antropometrik, pemeriksaan kadar BUN
(blood urea nitrogen), protein serum, albumin dan transperin akan memberikan parameter
status nutrisi yang objektif.
Kulit dan membrane mukosa diinspeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda lesi,
ulserasi atau infeksi. Rongga mulut diperiksa untuk memantau gejala kemerahan , ulserasi
dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasis. Daerah perianal
harus diperiksa untuk menemukan ekskoriasi dan infeksi pada pasien dengan diare profus.
Pemeriksaan kultur luka dapat dimintakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang
infeksius.
Status respiratorius dimulai dengan pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk,
produksi sputum, napas yang pendek dan ortopnea, takipnea, dan nyeri dada. Keberadaan
suara pernapasan dan sifatnya juga harus diperiksa. Ukuran fungsi paru yang lain mencakup
hasil foto roentgen thoraks, hasil pemeriksaan gas darah arteri dan hasil tes faal paru.
Status neurologist ditentukan dengan menilai tingkat kesadaran pasien, orientasinya
terhadap orang, tempat dan waktu serta ingatan yang hilang. Pasien juga di nilai untuk
mendeteksi gangguan sensorik (perubahan visual, sakit kepala, patirasa dan parestesia pada
ekstremitas) serta gangguan motorik (perubahan gaya jalan, paresis atau paralysis) dan
serangan kejang.
Status cairan dan elektrolit dinilai dengan memeriksa kulit serta membrane mukosa untuk
menetukan turgor dan kekeringan. Peningkatan rasa haus, penurunan haluaran urin, tekanan
darah yang rendah dan penurunan tekanan sistolik antara 10 dan 15 mm Hg dengan disertai
kenaikan frekuensi denyut nadi ketika pasien duduk, denyut nadi yang lemah serta cepat dan
berat jenis urin sebesar 1,025 atau lebih, menunjukkan dehidrasi. Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, kalium, kalsium, magnesium dan
klorida dalam serum secara khas akan terjadi karena diare hebat.
Pemeriksaan pasien juga dilakukan untuk menilai tanda-tanda dan gejala deplesi
elektrolit ; tanda-tanda ini mencakup penurunan status mental, kedutan otot, denyut nadi
yang tidak teratur, mual serta vomitus, dan pernapasan yang dangkal.
Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit harus
di evaluasi. Disamping itu, tingkat tingkat pengetahuan keluarga dan sahabat perlu dinilai.
Reaksi psikologis pasien terhadap diagnosis penyakit AIDS merupakan informasi penting
yang harus di gali. Reaksi dapat bervariasi antara pasien yang satu dengan yang lainnya dan
dapat mencakup penolakan, amarah, rasa takut, rasa malu, menarik diri dari pergaulan social
dan depresi. Pemahaman tentang cara pasien menghadapi sakitnya dan riwayat stress utama
yang pernah dialami sebelumnya kerapkali bermanfaat. Sumber-sumber yang dimiliki pasien
untuk memberikan dukungan kepadanya juga harus diidentifikasi.
Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada
orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi
kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker
adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai
factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes
dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
a) Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi, defisiensinutrisi, penuaan, aplasiatimik, limpoma, kortikosteroid, globulin
anti limfosit, disfungsi timik congenital.
B. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri,
perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.
Hasil yang diharapkan : Keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur
atau beristirahat secara adekuat.
D. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan
muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami
sesak nafas.
3. INTERVENSI
3. Dapat mengurangi
3. Dorong
ansietas dan rasa sakit,
pengungkapan
sehingga persepsi akan
perasaan
intensitas rasa sakit.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau pemasukan Mempertahankan
kekurangan keperawatan 1 x 24 jam oral dan pemasukan keseimbangan
volume cairan Resiko tinggi kekurangan cairan sedikitnya cairan, mengurangi
berhubungan volume cairan dapat teratasi 2.500 ml/hari. rasa haus dan
menjaga daerah
2. Buat cairan mudah Meningkatkan
sekitar rectal dari
diberikan pada pemasukan cairan
iritasi tidak
pasien; gunakan tertentu mungkin
mengalami diare
terlalu menimbulkan
menjelaskan cairan yang mudah
ditoleransi oleh nyeri untuk
penyebab aids
pasien dan yang dikomsumsi karena lesi
dan rasional
menggantikan pada mulut.
tindakan
elektrolit yang
dibutuhkan,
misalnya Gatorade.
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan
muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami
sesak nafas.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
Pola nafas Setelah dilakukan 1. auskultasi bunyi 1. Memperkiraka
tidak efektif tindakan keperawatan 1 nafas, tandai n adanya
berhubungan x 24 jam pola nafas daerah paru yang perkembangan
dengan tidak efektif cairan mengalami komplikasi
proses dapat teratasi dengan penurunan, atau atau infeksi
infeksi dan criteria hasil : kehilangan pernafasan,
ketidak ventilasi, dan misalnya
seimbangan 1. Frekuensi, munculnya bunyi pneumoni,
muskuler irama, adventisius.
(melemahnya kedalaman Misalnya
otot-otot pernapasan krekels, mengi,
pernafasan) dalam batas ronki.
normal
2. Catat kecepatan 2. Takipnea,
2. Tidak
pernafasan, sianosis, tidak
menggunak
sianosis, dapat
an otot-otot peningkatan beristirahat,
bantu kerja pernafasan dan
pernapasan dan munculnya peningkatan
dispnea, ansietas nafas,
menuncukkan
kesulitan
pernafasan dan
adanya
kebutuhan
untuk
meningkatkan
pengawasan
atau intervensi
medis
3. Meningkatkan
3. Tinggikan kepala
fungsi
tempat tidur.
pernafasan
Usahakan pasien
yang optimal
untuk berbalik,
dan
batuk, menarik
mengurangi
nafas sesuai
aspirasi atau
kebutuhan.
infeksi yang
ditimbulkan
karena
atelektasis.
4. Berikan
4. Mempertahank
tambahan O2
an oksigenasi
Yng
efektif untuk
dilembabkan
mencegah atau
melalui cara yang
memperbaiki
sesuai misalnya
krisis
kanula, masker,
pernafasan
inkubasi atau
ventilasi mekanis
5. Monitor 5. Memonitor
pernapasan dan respirasi dan
status oksigen keadekuatan
yang sesuai oksigen
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai
dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk
mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan
untuk berkonsentrasi.
Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya
DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur 1. Berbagai factor
aktivitas tindakan keperawatan dan catat dapat
berhubungan 1 x 24 jam intoleransi perunahan dalam meningkatkan
dengan aktivitas dapat teratasi proses berpikir kelelahan,
penurunan dengan criteria hasil : atau berperilaku termasuk kurang
produksi tidur, tekanan
metabolisme 1. Mampu emosi, dan
melakukan efeksamping
aktivitas sehari- obat-obatan
hari (ADLs) 2. Rencanakan 2. dapat
secara mandiri. perawatan untuk memperbaiki
2. Tanda- tanda menyediakan fase perasaan sehat
vital normal istirahat. Atur dan control diri.
3. Energy aktifitas pada
psikomotor waktu pasien
sangat berenergi
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi
klien. Dimana langkah terakhir dalam proses kepweawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
b. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,
dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
c. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah ( transfuse darah,
penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang mengandung AIDS), transmisi
dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.
3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, kami mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :
6. Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS.
7. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klienAIDS.
CONTOH KASUS
Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipun
sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun
yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia diare cair 15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu
bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.
Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11
gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl
11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, N 120x/mnt, P
28x/menit, S390C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing
+/-.
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada
orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi
kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker
adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai
factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes
dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
1. Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti
limfosit,disfungsi timik congenital.
2. Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
3. INTERVENSI
Rencana asuhan keperawatan
Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan : mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya
kadar elektrolit
Kriteria hasil : Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat
- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari
Intervensi Rasional
Mandiri Indikator tidak langsung dari status cairan.
Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan rasa haus Mempertahankan keseimbangan cairan,
Pantau masukan oral dan memasukkan cairan mengurangi rasa haus, melembabkan mukosa.
sedikitnya 2500 ml/hari Mungkin dapat mengurangi diare.
Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan Meningkatkan asupan nutrisi secara adekuat.
diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar
Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah
lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
keenceran feses mengurangi kejang usus dan
Berikan makanan yang membuat pasien berselera. peristaltik.
Berikan cairan/elektrolit melalui selang makanan terutama jika pemasukan oral tidak adekuat.
atau IV.
Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
Tujuan : Mengurangi resiko terjadinya infeksi
- Mempertahankan daya tahan tubuh
Kriteria hasil: Infeksi berkurang
- Daya tahan tubuh meningkat
Intervensi Rasional
Mandiri Deteksi dini terhadap infeksi penting untuk
Pantau adanya infeksi : demam, mengigil, melakukan tindakan segera. Infeksi lama dan
diaforesis, batuk, nafas pendek, nyeri oral atau berulang memperberat kelemahan pasien.
nyeri menelan. Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
Ajarkan pasien atau pemberi perawatan tentang
Peningkatan SDP dikaitkan dengan infeksi
perlunya melaporkan kemungkinan infeksi.
Pantau jumlah sel darah putih dan diferensial Memberikan informasi data dasar, peningkatan
Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu. suhu secara berulang-ulang dari demam yang
Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
secara ketat dengan menggunakan wadah pada proses infeksi ang baru dimana obat tidak
tersendiri. lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang
Kolaborasi tidak dapat disembuhkan.
Beriakan antibiotik atau agen antimikroba, misal: Mencegah inokulasi yang tak disengaja dari
trimetroprim (bactrim atau septra), nistasin, pemberi perawatan.
pentamidin atau retrovir.
Menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obatan
ditargetkan untuk organisme tertentu, obat-
obatan lainya ditargetkan untuk meningkatkan
fungsi imun
4. IMPLEMENTASI