Вы находитесь на странице: 1из 13

1. Grebb, Jack A. Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J. 2000.

Behavioural
Sciences Clinical psychiatry, seven edition. Maryland, USA: William &
Wilkins.
2. American Psychiatric Association. 2008. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder, fourth edition. Washington DC: American
Psychiatric Association.
3.
4. Kaplan HI, Saddock BJ. Clinical Examination of the Psychiatric Patient,
Synopsis of Psychiatry, Tenth ed. 2005.p. 240-55.
5. Redayani P. Wawancara dan pemeriksaan psikiatrik. Dalam: Elvira SD,
Gitayanti H, Eds. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI; 2014.p.47-61
6. Grebb, Jack A. Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J. 2000. Behavioural
Sciences Clinical psychiatry, seven edition. Maryland, USA: William &
Wilkins.
7. W.F Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit
Airlangga University Press.
8.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang
mendeskripsikan keseluruhan observasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan
yang didapatkan dari pasien psikiatri saat dilakukan wawancara. Walaupun
riwayat pasien tetap stabil, status mental pasien dapat berubah setiap hari atau
setiap jam. Pemeriksaan status mental adalah gambaran penampil-an pasien, cara
bicara, tindakan, dan pikiran selama wawancara. Bahkan bila pasien membisu,
inkoheren, atau menolak menjawab pertanyaan, dokter dapat memperoleh
segudang informasi ber-dasarkan pengamatan yang cermat.

DESKRIPSI UMUM
Penampilan.
Dalam kategori ini, psikiater mendeskripsikan penampilan pasien dan kesan fisik
keseluruhan yang tercermin dari postur, pembawaan, pakaian, dan kerapihannya.
Bila pasien secara khas tampak aneh, dokter dapat bertanya, "Adakah orang yang
mengomentari penampilan Anda?" "Bagaimana Anda meng-gambarkan
penampilan Anda?" "Dapatkah Anda membantu saya memahami pilihan Anda
dalam berpenampilan?"
Istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan pe-nampilan adalah tampak
sehat, tampak sakit, mudah terlihat sakit.
Garis Besar Pemeriksaan Status Mental
1. penampilan
2. gaya bicara
3.mood
a.subjektif
b. objektif
4. pikiran
a. bentuk
b. isi
5. persepsi
6. sensorium
a. kewaspadaan
b. orientasi (orang, tempat, waktu)
c. konsentrasi
d. ingatan (segera, jangka pendek, jangka panjang)
e. kemampuan berhitung
f. dasar pengetahuan
g. penalaran abstrak
7. tilikan
8. Penilaian pembawaan tenang, tampak tua, tampak muda, kusut, kekanak-
kanakan dan aneh. Tanda ansietas harus diperhatikan: tangan lembab. dahi
berkeringat, postur tegang, mata melebar.

Sikap terhadap Pemeriksa.


Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan sebagai kooperatif,
bersahabat, penuh perhatian, tertarik, blak-blakan, seduktif. defensif,
merendahkan. kebingungan^ apatis, bermusuhan, suka melucu, menyenangkan,
suka mengelak, atauberhati-hati; semuakatasifat dapat digunakan di sini. Tingkat
rapport yang terbina harus dicatat.

MOOD DAN AFEK


Mood.
Mood didefinisikan sebagai emosi yang menetap dan telah meresap yang
mewarnai persepsi orang tersebut terhadap dunia. Seorang psikiater akan tertarik
untuk mengetahui apakah pasien berkomentar tentang perasaannya secara
sukarela atau apakah perlu menanyakan pasien tentang bagaimana perasaannya.
Pemyataan mengenai mood pasien seyogianya mencakup ke-dalaman. intensitas,
durasi dan fluktuasi. Kata sifat yang biasa di-gunakan untuk mendeskripsikan
mood berupa depresif, putus asa, mudah tersinggung, cemas, marah, meluap-luap,
euforik, hampa, bersalah, terpesona, sia-sia, rendah diri. takut, atau bingung.
Mood dapat labil, berfluktuasi, atau berganti dengan cepat antara dua ekstrim
(contohnya tertawa keras dan ekspansif pada satu waktu, menangis dan putus asa
di waktu berikutnya).
Afek.
Afek didefinisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari
ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku ekspresif. Afek dapat
kongruen atau tidak kongruen dengan mood. Afek dapat dideskripsikan sebagai
dalam kisaran normal, menyempit, tumpul, atau datar. Dalam kisaran afek yang
normal terdapat variasi ekspresi wajah, nada suara, pergerakan tangan dan tubuh,.
Apabila afek menyempit, kisaran dan intensitas ekspresi berkurang. Demikian
halnya pada afek tumpul, ekspresi emosi semakin jauh berkurang. Untuk
mendiagnosis afek datar, tidak boleh ditemukan tanda ekspresi afektif; suara
pasien monoton dan wajahnya tidak bergerak. Tumpul, datar, dan menyempit
adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada kedalaman emosi yang
tampak; depresif, bangga, marah, takut, cemas, merasa bersalah. euforik dan
meluap-luap adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada mood tertentu.
Psikiater harus mengingat kesulitan pasien dalam memulai, mempertahan-kan,
atau mengakhiri suatu respons emosional.

Kesesuaian Afek.
Seorang psikiater dapat mempertimbang-kan konteks kesesuaian respons emosi
pasien mengenai subjek yang sedang pasien bicarakan. Pasien waham yang
sedang men-jelaskan waham kejar mestinya marah atau takut akan penga-laman
yang dipercaya terjadi pada dirinya. Kemarahan atau rasa takut adalah ekspresi
yang sesuai dalam konfeks ini. Sejumlah psikiater mengistilahkan ketidak
sesuaian afek untuk kualitas respons yang terdapat pada beberapa pasien
skizofrenik, yaitu ketika afek pasien tidak kongruen dengan apa yang sedang dia
katakan (contohnya afek datar saat membicarakan impuls untuk membunuh).

KARAKTERISTIK GAYA BICARA


Bagian laporan ini mendeskripsikan karakteristik fisik gaya bicara. Gaya bicara
dapat dideskripsikan berdasarkan kuantitas, laju produksi, dan kualitasnya. Pasien
dapat digambarkan sebagai banyak bicara. cerewet, fasih, pendiam, tidak spontan,
atau terespons' normal terhadap petunjuk dari pewawancara. Gaya bicara dapat
cepat atau lambat, tertekan, tertahan. emosional, dramatis, monoton, keras,
berbisik, cadel, terputus-putus, atau ber-gumam. Gangguan bicara, contohnya
gagap, dimasukkan dalam bagian ini. Irama yang tidak biasa (dinamakan
disprosodi) dan aksen apapun yang terdengar harus dicatat. Apakah pasien ber-
bicara spontan atau tidak?
Persepsi
Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau
lingkungannya, dapat dialami oleh seseorang. Sistem sen-sorik yang terlibat
(contohnya auditorik, visual, olfaktorik, atau taktil) dan isi ilusi atau halusinasi
tersebut harus dijelaskan. Situasi pada saat terjadinya pengajaman halusinasi
penting diketahui; halusinasi hipnagogik (terjadi saat pasien tertidur) dan
halusinasi hipnopompik (terjadi saat pasien terbangun) merupakan jenis halusinasi
yang tidak begitu penting dibandingkan tipe halusinasi lain. Halusinasi juga dapat
terjadi pada saat stres ter-tentu oleh pasien secara individual. Perasaan
depersonalisasi dan derealisasi (perasaan terlepas yang ekstrim dari diri atau
lingkung-annya) merupakan contoh gangguan persepsi lain. Formikasi. yaitu
perasaan adanya serangga yang merayap pada atau di bawah kulit, dapat
ditemukan pada kokainisme.
Contoh pertanyaan yang digunakan untuk menggali peng-alaman halusinasi
meliputi sebagai berikut: Pernahkah Anda mendengar suara-suara atau bunyi-
bunyian lain yang tidak didengar orang lain atau saat tidak ada orang di sekitar
Anda? Pernahkah Anda mengalami sensasi aneh pada tubuh Anda yang
tampaknya tidak dirasakan oleh orang lain? Pernahkah Anda melihat
pemandangan atau hal yang sepertinya tidak dapat dilihat oleh orang lain?
Seorang pria 37 tahun y ang ketakutan pada suatu serangan delirium tremens akut
memandang penuh curiga ke seluruh isi ruangan. la menunjuk jendela dan
berkata: "Ya Tuhan, armada Spanyol ada di halaman. Mereka akan menyerang."
la menganggap halusinasi tersebut sebagai kenyataan dan hal ini berlangsung
secara intermiten selama3 hari sebelum akhir-nya mereda. Setelahnya, pasien
tidak mengingat pengalaman itu.
Isi Pilar dan Kecenderungan Mental
Pikiran dapat dibagi menjadi proses (atau bentuk) dan isi. Proses merujuk pada
cara seseorang menyatukan ide dan asosiasi, yaitu bentuk kerangka berpikir
seseorang. Proses atau bentuk pikir dapat bersifat logis dan koheren atau sangat
tidak logis dan bah-kan tidak dapat dipahami. Isi merujuk pada apa yang
sebenarnya dipikirkan seseorang: ide, kepercayaan, preokupasi, obsesi.
Proses Pikir (Bentuk Pemikiran).
Pasien dapat memiliki ide yang sangat banyak atau justru miskin ide. Dapat
terjadi proses pikir yang cepat, yang, bila berlangsung sangat ekstrim, disebut
flight of ideas. Seorang pasien dapat juga menunjukkan cara berpikir yang lambat
atau tertahan.
Pikiran dapat samar-samar atau kosong. Apakah jawaban pasien benar-benar
dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan, dan apakah pasien
mampu berpikir yang meng-arah ke tujuan? Apakah jawaban relevan atau tidak
relevan? Apakah terdapat hubungan sebab-akibat yang jelas dalam pen-jelasan
pasien? Apakah pasien memiliki asosiasi longgar (contoh-nya, apakah ide yang
diungkapkan tampak tidak berhubungan atau berhubungan secara idiosinkratik)?
Gangguan kontinuitas pikir meliputi pernyataan yang bersifat tangensial,
sirkumstansial, meracau, suka mengelak, atau perseveratif.
Bloking adalah suatu interupsi pada jalan pemikiran sebelum suatu ide selesai
diungkapkan; pasien dapat mengindikasikan ketidakmampuan untuk mengingat
apa yang telah atau ingin dikatakannya. Sirkumstansialitas mengisyaratkan
hilangnya ke-mampuan berpikir yang mengarah ke tujuan; dalam mengemuka-
kan suatu ide, pasien menyertakan banyak detail yang tidak relevan dan komentar
tambahan namun pada akhirnya mampu kembali ke ide semula. Tangensialitas
merupakan suatu gangguan berupa hilangnya benang merah pembicaraan pada
seorang pasien dan kemudian ia mengikuti pikiran tangensial yang dirangsang
oleh berbagai stimulus eksternal atau internal yang tidak relevan dan tidak pernah
kembali ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat tercermin dari word salad
(hubungan antarpemikiran yang tidak dapat dipahami atau inkoheren). clang
association (asosiasi) berdasarkan rima), punning (asosiasi berdasarkan makna
ganda), dan neologisme (kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien melalui
kombinasi atau pemadatan kata-kata lain).
Isi Pikir.
Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi (yang dapat melibatkan penyakit
pasien), obsesi ('Apakah Anda memiliki ide yang menganggu dan berulang?"),
kompulsi ("Ada kah hal yang Anda kerjakan berulang-ulang, dalam suatu repe-
tisi?" "Adakah hal yang harus Anda lakukan dengan cara atau urutan tertentu?"
"Bila Anda tidak mengerjakan dengan cara tersebut, haruskah Anda mengulang?"
"Apakah Anda tahu mengapa Anda melakukannya dengan cara itu?"), fobia,
rencana, niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala hipo-
kondriakal, dan kecenderungan antisosial tertentu.
Seorang wanita berusia 32 tahun dengan sindrom infeksi virus ringan mengambil
sekotak susu di supermarket lalu mengembalikan ke rak, setelah memutuskan
untuk tidak mem-belinya. Selama beberapa hari berikutnya, ia menghabiskan
banyak waktu memikirkan tentang tindakan tersebut. la tidak dapat menghentikan
diri untuk berpikir bahwa ibu dari se-orang anak kecil mungkin akan mengambil
kotak tersebut. terinfeksi oleh virus, lalu menularkan ke anaknya, yang kemudian
akan menjadi sakit dan meninggal akibat infeksi fulminan. Meski menyadari
bahwa urutan kejadian ini sangat kecil kemungkinannya, wanita itu tidak dapat
berhenti meng-ulang-ulang skenario tersebut dalam pikirannya.
Apakah pasien tersebut memiliki pikiran untuk mencelaka-kan diri sendiri?
Adakah suatu rencana? Kategori mayor gang-guan isi pikir meliputi waham.
Wahamkepercayaan salah yang menetap dan tidak sesuai dengan latar belakang
budaya pasien dapat bersifat kongruen-moorf (sejalan dengan mood depresif
atau elasi) atau tidak kongruen-mooa'. Isi sistem waham yang ada harus dijelaskan
dan psikiater seyogianya mencoba untuk meng-evaluasi pengaturannya dan
pengakuan pasien mengenai ke-sahihannya. Cara waham tersebut memengaruhi
kehidupan pasien harus dijelaskan secara memadai dalam riwayat penyakit
sekarang. Waham dapat bersifat aneh dan melibatkan kepercayaan mengenai
adanya kendali eksternal. Waham dapat memiliki tema seperti kejar atau paranoid,
kebesaran, cemburu, somatik. ber-salah, nihilistik, atau erotik. Adanya ide rujukan
atau ide penga-ruh sebaiknya juga dijelaskan. Contoh ide rujukan berupa ke-
percayaan pasien bahwa televisi atau radio sedang membicarakan dirinya. Contoh
ide pengaruh adalah kepercayaan bahwa ada orang atau kekuatan lain yang
mengendalikan beberapa aspek perilaku pasien.
Sensorium dan Kognisi
Bagian sensorium dan kognisi pada pemeriksaan status mental
berusaha mengkaji fungsi organik otak dan inteligensi pasien,
kemampuan berpikir abstrak. serta derajat tilikan dan daya nilai.
Kesadaran.
Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan organik pada
otak. Kesadaran berkabut adalah berkurangnya kesiagaan terhadap lingkungan
secara menyeluruh. pasien mungkin tidak dapat memusatkan perhatian kepada
stimulus lingkungan atau mempertahankan pemikiran atau perilaku yang
mengarah ke tujuan. Kesadaran berkabut atau menumpul seringkali bukan
merupakan suatu keadaan mental yang menetap. pasien biasanya menunjukkan
ftuktuasi tingkat kesiagaan ter-hadap lingkungan sekitar. Pasien yang terganggu
tingkat kesadar-annya juga sering menunjukkan gangguan orientasi meski yang
sebaliknya tidak selalu benar. Beberapa istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan tingkat kesadaran pasien adalah berkabut, somnolen stupor,
koma, letargi, kesiagaan, dan keadaan fugue.
Orientasi dan Memori.
Gangguan orientasi biasanya di-bagi berdasarkan waktu, tempat, dan orang.
Adanya kelainan biasanya tampak sesuai urutan ini (yaitu sensasi waktu biasanya
lebih dulu terganggu sebelum sensasi tempat); demikian juga saat pasien
membaik, gangguan menghilang dalam urutan terbalik. psikiater harus
menentukan apakah pasien dapat menyebutkan dengan tepat tanggal dan jam saat
ini. Sebagai tambahan, bilapasien dirawat inap, apakah mereka tahu telah berapa
lama mereka dirawat? Apakah pasien bersikap seolah mereka berorientasi ke
waktu sekarang? Pada pertanyaan mengenai orientasi pasien terhadap tempat,
tidak cukup bila pasien hanya mampu menyebutkan nama dan lokasi rumah sakit
dengan tepat; mereka juga harus berlaku seolah mereka tahu di mana mereka
berada. Dalam mengkaji orientasi terhadap orang, psikiater akan menanyakan
apakah pasiennya mengetahui nama-nama orang di sekitarnya dan apakah mereka
memahami perannya dalam hubungan dengan orang-orang tersebut. Apakah ia
mengetahui siapa diri pemeriksa? hanya pada contoh yang parah saja pasien
sampai tidak mengenali dirinya sendiri.
Fungsi ingatan biasanya dibagi menjadi empat area: ingatan jangka panjang,
menengah, dan pendek, serta retensi ingatan dan pengingatan (recall) segera.
Ingatan jangka pendek dapat diperiksa dengan menanyakan pasien mengenai
selera makan dan apa yang dimakannya saat sarapan atau makan malam
sebelumnya. Pada poin ini pasien dapat diminta untuk mengingat nama
pewawancara. Meminta pasien untuk mengulangi enam angka secara berurutan
kemudian kebalikannya adalah uji untuk retensi ingatan segera. Ingatan jangka
panjang dapat diuji dengan menanyakan pasien mengenai informasi masa kanak-
kanaknya yang dapat diuji ke-benarannya kemudian, Meminta pasien untuk
mengingat berita penting terbaru selama beberapa bulan terakhir digunakan untuk
memeriksa ingatan jangka Menengah. Seringkali pada gangguan kognitif,
ingatan jangka pendek terganggu lebih dulu dan ingatan jangka panjang terganggu
belakangan. Bila terdapat gangguan. adakah usaha yang di lakukan untuk
mengatasi atau menutupinya? Apakah digunakan penyangkalan, konfabulasi,
reaksi katastrofik, atau sirkumstansiaiitas untuk menutupi defisit ini? Reaksi ter-
hadap kehilangan ingatan dapat memberi petunjuk penting tentang kelainan yang
mendasari serta mekanisme koping. Se-bagai contoh, seorang pasien yang tampak
memiliki gangguan ingatan namun pada kenyataannya sedang mengalami depresi,
cenderung lebih memikirkan kehilangan ingatannya daripada seseorang yang
menderita hilang ingatan akibat demensia.
Seorang pria alkoholik kronik berusia 40 tahun, pada pemeriksaan status mental
ingatannya dinyatakan sangat terganggu, secara membabi-buta minta dilepaskan
dari rumah sakit, mengatakan bahwa istrinya baru saja mengalami ke-celakaan
mobil dan ia harus segera ke rumah sakit lain untuk menjenguknya. Ia
mengatakan hal ini dengan pengakuan yang tulus dan rasa takut yang memadai;
setidaknya bagi pasien, kisah ini nyata. Pada kenyataannya, istrinya telah
meninggal 15 tahun lalu. Pasien menceritakan kisah yang sama berulang-ulang,
selalu dengan pengakuan yang jelas meski anggota staf pemeriksa
mengonfrontasinya dengan kenyataan bahwa istrinya telah meninggal bertahun-
tahun lalu. Pasien tidak pernah terpengaruh dengan pernyataan mereka, karena ia
tak mampu memasukkan ingatan baru. Meski ingatan jangka panjangnya paling
baik hanya sepotong-sepotong, ia dapat mengingat
kisah kedaruratan istrinya secara berulang-ulang.
Konfabulasi (memberikan jawaban yang salah secara tidak sadar saat memori
terganggu) paling sering dikaitkan dengan gangguan kognitif.
Konsentrasi dan Perhatian.
Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai alasan. Gangguan kognitif,
ansietas, depresi, dan stimulus internal, seperti halusinasi auditorik semuanya
dapat berperan menyebabkan gangguan konsentrasi. Pengurangan kelipatan 7 dari
angka 100 secara serial adalah tugas sederhana yang memerlukan konsentrasi
penuh dan kemampuan kognitif. Apakah pasien mampu mengurangkan 7 dari 100
dan terus menguranginya dengan kelipatan 7? Bila pasien tidak dapat mengurangi
dengan kelipatan 7 mampukah ia melakukannya dengan kelipatan 3? Dapatkah ia
menyelesaikan tugas yang lebih mudah 4 x 9, 5 x 4? Pemeriksa harus selalu
mengkaji apakah ansietas, sejumlah gangguan mood atau kesadaran, atau ke-
lemahan belajar berperan dalam kesulitan tersebut.
Perhatian (atensi) diperiksa dengan cara berhitung atau me-minta pasien untuk
mengeja kata dunia (atau kata lain) secara terbalik. Pasien juga dapat diminta
untuk menyebutkan lima nama benda yang dimulai dengan huruf tertentu.
Selama episode manik terakhirnya, seorang pria berusia 48 tahun dengan
gangguan bipolar mengalami ide psikotik kebesaran yang intens. Iayakin bahwa ia
dapatmengendalikan lalu lintas di Los Angeles dengan berkendara pada jalan tol
tertentu pada waktu khusus dan menyuruh orang lain untuk minggir dari jalan itu.
Setelah episode maniknya berakhir dan selama episode depresif yang segera
terjadi setelahnya, ia hampir-hampir tak dapat mengingat detail isi pikirnya saat ia
dalam keadaan manik. Belakangan, dalam keadaan eutimik, ia hanya mengingat
beberapa gambaran yang tidak jelas. Se-tahun kemudian, awal periode hipomanik
baru ditandai dengan kemampuan pasien untuk mengingat secara spontan dan
men-jelaskan secara rinci rencana psikotik periode sebelumnya.
Mcmbaca dan Menulis.
Pasien harus diminta untuk mem-baca suatu kalimat (contohnya, "Pejamkan
matamu") kemudian mengerjakan hal yang diperintahkan oleh kalimat itu. Pasien
juga harus diminta untuk menulis kalimat sederhana namun lengkap.
Kemampuan Visuospasial.
Pasien harus diminta untuk menyalin suatu gambar, misalnya bagian depan jam
dinding atau segilima bertumpuk.
Pikiran Abstrak.
Pikiran abstrak adalah kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien
mungkin memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide.
Dapatkah pasien menjelaskan persamaan. contohnya antara apel dengan pir atau
antara kebenaran dan keindahan? Dapatkah pasien memahami peribahasa
sederhana, seperti "Air beriak tanda tak dalam"? Jawaban dapat konkret
(memberikan contoh spesifik untuk meng-gambarkan artinya) atau sangat abstrak
(memberi penjelasan yang sangat umum). Ketepatan jawaban dan cara
memberikan jawaban harus dicatat. Pada reaksi katastrofik, pasien dengan
kerusakan otak menjadi sangat emosional dan tidak dapat berpikir secara abstrak.
Informasi dan Inteligensi.
Bila dicurigai terdapat ke-mungkinan gangguan kognitif, apakah pasien
mengalami kesulitan dengan tugas mental, seperti menghitung kembalian dari $10
setelah membeli barang seharga $6,37? Apabila tugas ini terlalu sulit, dapatkah
soal mudah (seperti, ada berapa uang 5 sen dalam uang $1,35) dipecahkan?
Inteligensi pasien ber-hubungan dengan kosa kata dan pengetahuan umumnya
(contohnya jarak dari New York ke Paris, Presiden AS). Tingkat pendidikan
pasien (baik formal maupun swa-edukasi) dan status sosioekonomi harus
diperhitungkan. Mengatasi konsep yang sulit atau canggih dapat mencerminkan
inteligensi, bah-kan tanpa adanya pendidikan formal atau sumber informasi yang
luas. Akhirnya, psikiater memperkirakan kemampuan inte-lektual dan
kemampuan untuk berfungsi berdasarkan tingkat bakat dasar pasien.
Impulsivitas
Apakah pasien mampu mengendalikan impuls seks, agresi, dan impuls lainnya?
Pengkajian pengendalian impuls penting untuk memastikan kesadaran pasien akan
perilaku sosial yang pantas dan merupakan ukuran potensi bahaya pasien terhadap
dirinya sendiri dan orang lain. Pasien mungkin tidak mampu mengendali kan
impuls akibat suatu gangguan kognitif atau psikotik atau merupakan hasil suatu
defek karakter yang kronik, seperti yang di jumpai pada gangguan kepribadian.
Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi mengenai riwayat pasien
terkini dan perilaku yang diamati selama wawancara.
Daya Nilai dan Tilikan
Daya Nilai.
Selama berlangsungnya pencatatan riwayat psikiater harus mampu mengkaji
aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial. Apakah pasien
memahami kemung kinan akibat perilakunya dan apakah pasien terpengaruh oleh
pemahaman tersebut? Dapatkan pasien meramalkan apa yang akan dilakukannya
dalam suatu situasi imajiner? Contohnya, apa yang akan pasien lakukan ketika ia
mencium asap dalam suatu gedung bioskop yang penuh sesak?
Tilikan.
Tilikan (insight) adalah tingkat kesadaran dan pe-mahaman pasien akan
penyakitnya. Pasien dapat menunjukkan penyangkalan total akan penyakitnya
atau mungkin menunjukkan sedikit kesadaran kalau dirinya sakit namun
menyalahkan orang lain, faktor eksternal, atau bahkan faktor organik. Mereka
mungkin menyadari dirinya sakit, namun menganggap hal tersebut sebagai
sesuatu yang asing atau misterius di dalam dirinya.
Tilikan intelektual tampak ketika pasien mampu mengakui bahwa dirinya sakit
dan menyadari bahwa kegagalan mereka untuk beradaptasi sebagian disebabkan
oleh perasaan mereka sendiri yang tidak rasional. Namun, ketidakmampuan
pasien untuk menerapkan pengetahuan mereka untuk mengubah kejadian di
masadepan adalah keterbatasan terbesar dari tilikan intelektual Tilikan emosional
sejati muncul ketika kesadaran pasien akan motif dan perasaan terdalamnya
menyebabkan perubahan ke-pribadian atau pola perilaku.
Ringkasan tingkat tilikan adalah sebagai berikut.
1. penyangkalan total atas penyakitnya.
2. sedikit menyadari bahwa dirinya sakit dan memerlukan bantu-
an namun pada saat yang sama menyangkalnya.
3. kesadaran bahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang
lain, faktor eksternal, atau faktor organik.
4. kesadaran bahwa penyakit disebabkan oleh sesuatu yang
tidak diketahui di dalam diri pasien.
5. tilikan intelektual: pengakuan bahwa pasien sakit dan bahwa
gejala atau kegagalan penyesuaian sosial disebabkan oleh
perasaan atau gangguan dari pasien sendiri yang tidak rasional
tanpa menerapkan pengetahuan ini pada pengalaman di masa
depan.
6. tilikan emosional sejati: kesadaran emosional akan motif dan perasaan dalam
diri pasien dan orang-orang penting dalam hidupnya, yang dapat menyebabkan
perubahan perilaku men-dasar.
Realiabilitas
Bagian status mental ini menyimpulkan kesan psikiater tentang sejauh mana
pasien dapat dipercaya dan kemampuan untuk me-laporkan keadaannya secara
akurat. Hal ini mencakup perkiraan kesan psikiater terhadap kejujuran atau
keterusterangan pasien. Sebagai contoh, jika pasien terbuka mengenai
penyalahgunaan obat tertentu secara aktif atau mengenai keadaan yang menurut
pasien dapat berpengaruh buruk (misalnya, bermasalah dengan hukum), psikiater
dapat memperkirakan bahwa reliabilitas pasien adalah baik.

Вам также может понравиться