Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB III

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS

3.1. Uraian Komoditi / Produk


3.1.1. Eligibilitas Agricultural Financing Project (AFP)
Agricultural Financing Project (AFP) adalah proyek yang di kembangkan oleh pemerintah cq.
Bank indonesia dengan bantuan bank dunia untuk mengembangkan usaha pertanian skala kecil dan
menengah melalui penyediaan pembiayaan dan bantuan teknis untuk pendirian, perluasan, dam
diversifikasi perusahaan pertanian dan agro industri.
Produksi Teh di Kabupaten Simalungun merupakan produksi terbesar kedua di Sumatera Utara pada
tahun 2003 sesudah Kabupaten Deli Serdang.Produksi Kelapa sawit dari perkebunan yang ada di
kabupaten ini menjadi komoditas utama, kedua terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten
Labuhanbatu (2001).

3.1.2 Uraian Tentang Komoditi


Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian
Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1,2
triliun (0,3% dari total PDB nonmigas). Komoditi ini juga menyumbang devisa sebesar 110 juta dollar
AS setiap tahunnya.
Selain untuk menjaga fungsi hidrolis dan pengembangan agroindustri, perkebunan teh juga
menjadi sektor usaha unggulan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Rasio
perbandingan tenaga kerja dengan luas lahannya 0,75. Karena itu perkebunan teh digolongkan sebagai
industri padat karya. Tahun 1999 industri ini mampu menyerap 300.000 pekerja dan menghidupi
sekitar 1,2 juta jiwa (Suprihatini Rohayati, Daya Saing Ekspor Teh Indonesia di Pasar Teh Dunia).
Potensi pengembangan komoditi teh Indonesia sangat besar. Produksi teh yang tinggi menempatkan
Indonesia pada urutan kelima sebagai negara produsen teh curah, setelah India, Cina, Sri Lanka dan
Kenya. Indonesia juga menduduki posisi kelima sebagai negara eksportir teh curah terbesar dari segi
volume setelah Sri Lanka, Kenya, Cina dan India (Suprihatini Rohayati, Daya Saing Ekspor Teh
Indonesia di Pasar Teh Dunia).
Meskipun potensi yang dimiliki cukup besar, sama halnya dengan ekspor produk pertanian
Indonesia lainnya ke pasar internasional, komoditi teh juga menghadapi persoalan klasik yang selalu
berulang. Setumpuk permasalahan seperti penurunan volume, nilai, pangsa pasar ekspor dan
rendahnya harga teh Indonesia memberikan dampak buruk pada perkembangan industri teh. Kondisi
ini membuat usaha perkebunan teh rakyat semakain terpuruk. Para petani harus menjual teh dengan
harga Rp 400 Rp 500 per kilogram sementara biaya perawatan teh mencapai Rp 700 per kg. Petani
merugi dari tahun ke tahun
Di satu sisi komoditi teh mampu menjadi sumber pendapatan bagi negara dan masyarakat
Indonesia, namun di sisi lain dengan permasalahan-permasalahan yang semakin berlarut-larut,
komoditi teh dapat membunuh kehidupan petani/buruh dan industri ini secara pelan-pelan. Diperlukan
penelitian yang lebih mendalam untuk membantu para petani/buruh teh menemukan jalan keluar dari
keterpurukan ini.

3.2. Proses Pembuatan Komoditi


3.2.1. Kondisi Lokasi dan Lingkungan Pabrik
Kebun Teh ini berada di elevasi 900 meter di atas permukaan air laut dikelola oleh PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero). Konon perkebunan teh di Sidamanik ini adalah yang
terbesar di Sumatra dan sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Banyak orang Jawa yang dikirim
untuk bekerja di sini, sampai sekarang pun masih demikian adanya.
Aroma daun teh yang khas, kesegaran sejuknya udara yang bebas dari polusi serta langit cerah dengan
corak awan yang yang terus tersapu angin membuat tempat ini semakin indah dan wajib dikunjungi
setiap kali perjalanan menuju Danau Toba dan juga bagi yang hobi photo menjadi tempat yang sangat
menarik untuk dapat menyalurkan hobinya.
Pada tahun 2002 separuh lahan tanaman teh telah dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit
yaitu sekitar 8.000 ha tanaman teh diciutkan menjadi 4.000 ha. Alasan penciutan areal tanaman teh
tersebut salah satunya mengenai untung rugi pembudidayaan tanaman teh. Kondisi ini juga diperjelas
oleh perusahaan pada laporan tahunan PTPN IV 2008 yang menerangkan bahwa komoditi teh yang
dimiliki PTPN IV masih mengalami kerugian Rp 50 milyar (Anonimous, 2008).
Kerugian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya
kerugian tersebut adalah tingginya biaya produksi perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
biaya produksi dan rencana kerja anggaran perusahaan olahan tanaman teh di PTP Nusantara IV .

3.2.2. Proses Pembuatan


1) Persiapan
Untuk kelansungan proses produksi, diperlukan penyuluhan atau sosialisasi kepada petani teh
untuk memanfaatkan lahan pertanian teh dengan sangat baik dan dapat dikelola agar menghasilkan
duan teh yang berkualitas. Bahan baku berupa daun pucuk teh harus steril dan bersih dari ulat daun
dan harus mempunyai kualitas yang baik sehingga menghasilkan daun teh yang baik pula. Langkah
selanjutnya setelah persiapan baku selesai, baru membuat bangunan pabrik, pengadaan peralatan
pabrik, pengadaan angkutan dan proses produksi serta distribusi.
2) Penentuan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam produksi ini adalah Semua pucuk daun teh yang
berkualitas dan masih muda.

3) Proses Pembuatan
Proses pertama: pemetikan
Daun teh yang dipetik adalah dua daun yang paling berada di pucuk dan satu buah kuntum.
Daun dipetik dengan menggunakan tangan meski ada pula mesin untuk memetik daun teh. Masih
digunakan tenaga manusia karena mesin bisa merusak daun teh serta sulit untuk membawa mesin
yang besar ke dataran tinggi tempat perkebunan teh. Pemetikan daun teh juga ada caranya lho fren,
batang daun nggak boleh dipilin atau dijepit, tetapi ditarik.
Proses kedua: pelayuan
Daun yang sudah dipetik lalu dijemur di tempat yang sirkulasi udaranya bagus fren. Proses ini
untuk mengurangi kadar air pada daun yang membuat bobot daun berkurang sampai bagian. Proses
pelayuan berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi.
Proses ketiga: oksidasi
Baru pada proses ketiga inilah daun teh akan dimasukkan ke dalam ruangan dengan suhu
tertentu untuk mengalami proses oksidasi. Proses ini kerap disebut oleh para pembuat teh yaitu
fermentasi karena pada proses ini daun teh akan berubah warna dan menjadi semakin layu. Meski
disebut dengan proses fermentasi, tidak ada penggunaan mikroorganisme seperti fermentasi pada
umumnya. Proses oksidasi inilah yang membedakan jenis teh satu dengan yang lainnya. Pada teh
oolong misalnya proses oksidasi hanya sampai 40% saja sedangkan untuk teh hitam oksidasi
dibiarkan sampai 100%.
Proses keempat: penghilangan warna hijau
Tergantung dari jenis teh yang akan dibuat, proses oksidasi bisa dihentikan dengan
mengeluarkan daun teh dari ruangan khusus dan dilakukan proses pemanasan sedang tanpa merusak
rasa teh. Untuk pembuatan teh skala besar di pabrik-pabrik, proses pemanasan dilakukan dengan
meletakkan daun teh ke dalam sebuah drum yang diputar-putar sambil dipanaskan dengan suhu
tertentu. Proses ini dalam bahasa Cina disebut dengan shaqing.
Proses terakhir: pembentukan dan pemeliharaan
Agar rasa teh bisa keluar dengan sempurna, daun teh yang sudah kering kemudian
dimasukkan ke dalam tas yang besar. Dengan menggunakan tangan atau mesin, tas yang berisi daun
teh ini lalu ditekan-tekan agar nantinya saripati di dalam daun teh bisa keluar dengan baik saat
diseduh dengan air panas. Tahap yang terakhir adalah proses pemeliharaan yang berbeda-beda untuk
masing-masing jenis teh. Ada yang difermentasi tahap kedua, ada yang dipanggang untuk
mendapatkan potensi maksimalnya, dan ada yang diberi dengan perisa untuk teh rasa-rasa itu lho fren.
Sampai sini masih panjang lagi urusan teh mulai dari pengemasan daun teh atau membuat minuman
teh di dalam kemasan.

4) Pengawasan dan Pengendalian Mutu


Kegiatan ini meliputi pengawasan sejak awal proses hingga penelitian akhir produk Teh
pucuk dari sidamanik ini. Untuk menangani pengawasan dan pengendalian mutu ini diperlukan
seorang yang ahli di bidang pembuatan Teh pucuk ini.

3.3 Penanganan Pengepakan


Untuk memudahkan penjualan, distribusi, dan pengendalian mutu maka produk akhir akan
dikemas dengan botol dan kotak. Dimana botol dan kotak tersebut telah didesain sedemikian rupa
sehingga mampu menjaga/melindungi mutu produk dan memudahkan penjualan serta distribusinya.

3.4. Intervensi dan Pemeliharaan Peralatan


Untuk membuat Teh pucuk botol dari si Damanik ini dibutuhkan beberapa mesin/peralatan
antara lain sebagai berikut :
Mesin Witehring Trough yang berfungsi untuk melayukan daun teh pucuk yang telah di sortir
sehingga menyisakan daun yang muda saja.
Mesin Crushing Tearing and Curling (CTC) yang berfungsi untuk menggiling pucuk daun teh
yang telah dilayukan.
Mesin Fluid Bed Dryer (FBD) yang berfungsi untuk mengeringkan daun teh yang telah di
giling agar kadar air teh turun.
Mesin Rotary Dryer yang berfungsi untuk menyangraikan daun teh yang telah dikeringkan
agar memperkuat aroma teh dan memberikan kesan yang lebih gurih.
Mesen Shieve Machine yang berfungsi untuk menyortir / memisahkan teh kering
berdasarkan warna, ukuran dan berat.
Mesin Sealing and Packaging machine yang berfungsi untuk mengemas teh yang sudah jadi
ke dalam kemasan berupa botol dan kotak.

Untuk pemeliharaan mesin agar kondisi mesin terawat baik, maka sebelum proses produksi
dimulai, operator harus mendapat training terlebih dahulu dari pihak supplier/pemasok, baik training
dalam penggunaan maupun perawatan mesin dan peralatan pabrik.

3.5. Jadwal Pelaksanaan Proyek


Indrustri pengolahan Teh pucuk botol dari sidamanik yang akan diolah memerlukan persiapan
yang cukup cermat terutama dalam pengamatan akan ketersediaan bahan bakunya.

Вам также может понравиться