Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PUSKESMAS MEKARMUKTI
A. Pendahuluan
Kesehatan reproduksi mendapat perhtian khusus secara global sejak
dikemukakannya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang kependudukan dan
pembangunan Internasional Conference On Population and Development ( ICPD ) di
Cairo, Mesir pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah
disepakatinya perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan , yaitu dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas atau
keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi.
Dengan perubahan paradigma tersebut, pengendalian kependudukan menjadi bergeser ke
arah yang lebih luas, yang meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi bagi
lakilaki dan perempuan sepanjang siklus hidup, termasuk hak reproduksi , kesetaraan
gender , martabat dan pemberdayaan perempuan. ICPD Cairo menekankan bahwa setiap
Negara harus berusaha untuk membuat pelayanan kesehatan reproduksi dapat terjangkau
oleh semua orang pada umur yang sesuai, melalui system pelayanan kesehatan dasar
dalam waktu yang sesingkat singkatnya sebelum tahun 2015 ( Akses Universal
Kesehatan Reproduksi 2015 ).
B. Latar Belakang
Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut menandatangani kesepakatan
ICPD, menindak lanjuti pertemuan tersebut dengan mengadakan Lokal karya Nasional
Kesehatan Reproduksi tahun 1996 dan 2003 di Jakarta. Kesepakatan yang dihasilkan
antaranya adalah: untuk dapat memenuhi hak-hak reproduksi setiap individu, maka
pelayanan kesehatan reproduksi harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh, yaitu
dengan mengintregasikan setiap komponen program terkait kesehatan reproduksi dengan
menekankan pentingnya keadilan dan kesetaraan gender serta pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap perempuan.
Keterpaduan dalam pelayanan kesehatan reproduksi, merupakan upaya untuk
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi kepada setiap individu
pada siklus hidupnya. Menjadi lebih penting lagi karena keterpaduan dalam pelayanan
keehatan reproduksi ini akan menghilangkan missoportunity sekaligus lebih menjamin
efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan.
Kesehatan reproduksi telah tercantum di dalam Undang Undang Kesehatan
Nomor 36 Tahun 2009 , yaitupasl 71, yang menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi
sebagai suatu keadaan sehat secara fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata-
semata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan system , fungsi , dan
proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Dengan pengertian tersebut, maka
kesehatan reproduksi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas yang mencakup
keseluruhan siklus hidup manusia mulai sejak lahir sampai lanjut usia.Selanjutnya untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau dan berkualitas
ditetapkan peraturan pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang KesehatanReproduksi.
Peraturan ini bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak kesehatan setiap orang diperoleh
melalui pelayanan kesehatan yang bermutu, aman , dan dapat di pertanggung jawabkan
serta menjamin kesehatan itu dalam usia reproduksi agar mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas, serta mengurangi angka kematian ibu.
Setelah hampir 20 tahun sejak rekomendasi ICPD yang menekankan pentingnya
pemenuhan hak-hak reproduksi disepakati, namun belum semua individu mendapatkan
akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dilihat dengan
masih tingginya angka kematian ibu ( AKI ), tingginya kehamilan usia remaja, rendahnya
pemakaian kontrasepsi dan lain sebagainya. Melihat kenyataan tersebut, kunci
rekomendasi agenda pasca tahun 2014, bahwa setiap Negara harus melakukan
intensifikasi kebijakan politik yang mendorong kesehatan reproduksi dapat diakses
semua individu dengan focus pada agenda ICPD Cairo yang tertunda:
1. Menghargai , melindungi, memenuhi hak seksual dan reproduksi setiap individu
melalui pendidikan masyarakat serta penyesuaian kebijakan dan peraturan
2. Pencapaian akses universal terkait dengan pelayanan kesehatan reproduksi,
pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi yang berkualitas,
komprehensif dan terintregasi.
3. Menjaminakses universal dalam pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif
bagi kaum muda
4. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta menjamin akses universal
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan bagi semua penyintas kekerasan
berbasis gender
Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang terintregasi kepada
setiap individu sesuai usia, sejak tahun 2002 Kementerian Kesehatan telah
mengembangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu( PKRT ) di pelayanan
kesehatan dasar. Sampai tahun 2014 berdasarkan laporan dari Dinas KesehatanProvinsi ,
telah ada sebanyak 2.133 puskesmas PKRT dengan cakupan kabupaten/kota yang
memiliki minimal 4 puskesmas PKRT sebesar 237 kabupaten/kota ( 45% ) di seluruh
Indonesia ( Data rutin.2013 )
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu dalam rangka
pencapaian akses universal kesehatan reproduksi.
2. TujuanKhusus
- Menyediakan acuan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu di pelayanan
kesehatan dasar dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender
- Meningkatnya penyelenggaraan kesehatan reproduksi terpadu di tingkat
pelayanan kesehatan dasar
- Meningkatnya capaian indicator pelayanan program dalam lingkup kesehatan
reproduksi
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Di Dalam Gedung
Pasien yang datang berobat ke Puskesmas yang memerlukan konseling mengenai
kesehatan reproduksi
Di Luar Gedung
1. Penyuluhan KRR di SMP/MTs
2. Penyuluhan KRR di SMA/MA/SMK
F. Sasaran
Siswa dan siswi SMP/SMU
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
1. Penyuluhan
KRR di
SMP/MTs
2. Penyuluhan
KRR di
SMA/MA/SMK
3. Konseling v v v v v v v v v v v V
H. EVALUASI
1. Setiap pelaksanaan kegiatan dilakukan pencatatan dan pelaporan yang meliputi :
a. Lokasi tempat pelaksanan kegiatan.
b. Jumlah sasaran yang mengikuti kegiatan.
c. Temuan temuan dari hasil pemeriksaan.
d. Rujukan terhadap temuan.
Semua kegiatan tersebut terdokumentasikan.
2. Dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan jadwal yang
direncanakan.
3. Dilakukan evaluasi kegiatan selesai kegiatan
H Firman SKM
NIP. 19730201 199903 1005
Kerangka Acuan Kerja Poli Lactasi Tahun 2015 Puskesmas Bareng
I. Pendahuluan
Menyusui adalah proses unik yang memberikan keuntungan tidak saja pada bayi dan
ibu, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat. Keuntungan ini termasuk kesehatan
perkembangan psikologi, social, ekonomi, dan lingkungan. Kualitas sumber daya
manusia ( SDM ) ditentukan oleh tingkat kesehatan ibu yang menjadi salah satu indicator
yang sangat menentukan bagi keberhasilan dan keberlanjutan kualitas pembangunan
suatu bangsa.
2. Tujuan Khusus
1. Mengurangi infeksi dengan kekebalan melalui kolostnum
2. Meningkatkan keberhasilan menyusui secara efektif
3. Meningkatkan jalinan kasih saying Ibu dengan bayi
4. Dengan pemberian ASI bisa mengurangi resiko kanker payudara dan kanker
Rahim
5. Meningkatkan kedekatan hubungan kasih saying antara ibu dan bayinya
6. Agar ibu dapat menyusui bayinya secara maksimal
V. Sasaran
1. Bayi
2. Anak usia di bawah 2 tahun
3. Ibu Hamil
4. Ibu Nifas
5. Ibu menyusui
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
1. Penyuluhan/ \ 2x
pelatihan tgl
motivator ASI 16,
untuk bidan 17,
desa dan kader 18,
posyandu 19
VII. PENDANAAN
Untuk pelaksanaan kegiatan KRR menggunaan dana BOK dan Swadaya.
VIII. EVALUASI
1. Setiap pelaksanaan kegiatan dilakukan pencatatan dan pelaporan yang meliputi :
a. Lokasi tempat pelaksanan kegiatan.
b. Jumlah sasaran yang mengikuti kegiatan.
c. Temuan temuan dari hasil pemeriksaan.
d. Rujukan terhadap temuan.
Semua kegiatan tersebut terdokumentasikan.
2. Dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan jadwal
yang direncanakan.
3. Dilakukan evaluasi kegiatan tiap bulan.
I. PENCATATAN , PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Pelaporan dilaksanakan setiap awal bulan berikutnya kepada kepala Puskesmas dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
2. Evaluasi pelaksanaan program dilakukan tiap semester dan selama setahun
KEPALA UPTD PUSKESMAS BARENG
1. PENDAHULUAN
Peneumonia, diare, malaria, caampak dan gizi buruk merupakan peyebab lebih dari 70%
kematian anak umur di bawah 5 tahun. Dewasa ini terdapat cara- cara yang cukup efektif
sserta dapat dikerjakan untuk mencegah sebagian besar kematian terbut berupa perawatan
anak yang menderita penyakit penyakit tersebut di fasilitas rawat jalan. WHO dan
UNICEF memperkenalkan 1 set pedoman terpadu yang menjelaskan secara rinci
penangganan penyakit penyakit ini. Selanjutnya di kembangkan paket pelatihan untuk
melatih proses manajemen terpadu balita sakit kepada teaga kesehatan yang bertugas
menanggani anak sakit.
Petugas puskesmas sudah berpengalaman dalam mengobati penyakit penyakit yang
umum menyerang anak. Mereka sering menggikuti pelatihan, menggunakan pedoman
terpisah untuk masing masing penyakit, misalnya Pedoman Penggobatan Malaria,
Pedoman Tata Laksana ISPA, atau Pedoman Penanggan Diare. Namun demikian, mereka
mungkin mengalami kesulitan dalam menggabungkan berbagai pedoman yang terpisah pada
saat menanggani anak yang menderita beberapa penyakit. Petugas puskesmas mungkin tidak
dapat menentukan tindakan dan menggobati seluruh masalah anak sakit dengan waktu dan
obat yang terbatas. Ada beberapa penyakit yang saling berkaitan, misalnya : diare yang
berulang, sering kali menyebabkan gizi buruk, diare yang bersamaan atau menyertai campak
biasanya lebih parah. Karena itu, penangganan kasus yang efektif perlu memperhitungkan
semua gejala anak sakit.
Dalam penerapan MTBS, tenaga kesehatan di ajarkan untuk memperhatikan secara cepat
semua gejala anak sakit, sehingga segerah dapat di tentukan apakah anak dalam keadaan
sakit berat dan perlu segerah di rujuk. Jika penyakitnya tidak parah, selanjutnya tenaga
kesehatan bias memberi penggobatan sesuai pedoman MTBS. Dalam pedoman MTBS, juga
di uraikan cara konseling bagi ibu atau pengasuh anak.
Pedoman MTBS ini seduh sesuai pedoman yang ada dari program-program terkait,
seperti Pedoman Penangganan Diare,ISPA,Malaria,Pemberian Imunisasi,Vit A,dan
sebagainya. Melalui MTBS, petugas puskesmas mengetahui cara menyatukan berbagai
pedoman yang terpisah untuk masing masing penyakit, kedalam bentuk proses yang lebih
komperhensif dan efisien dalam penangganan anak sakit.
2. LATAR BELAKANG
Pedoman ini menguraikan cara perawatan anak sakit yang dating berobat kefasilitas
kesehatan, baik kunjungan pertama maupun kunjungan ulang / control. Keterbatasan dari
pedoman ini adalah hanya mencakup penangganan sebagaian besar penyakit yang menjadi
alasan utama anak di bawah ke fasilitas kesehatan. Anak dengan kunjungan ulang untuk
penyakit kronis atau penyakit lain yang jarang dijumpai, mungkin memerlukan perawataan
khusus yang tidak di uraikan dalam pedoman ini. Demikian pula halnya dengan menajemen
trauma pada anak serta kegawat daruratan akibat kecelakaan atau cidera.
Dalam perkembangannya, pedoman ini di perluas sehingga mencakup menajemen
terpadu bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit. Penangganan bayi muda umur kurang dari 2 bulan, di utamakan pelaksanaannya oleh
bidan di desa pada saat kunjungan neonatal.
Penerapan MTBS akan efektif hanya jika ibu/keluarga segera membawa balita sakit ke
petugas kesehatan yang terlatih serta mendapatkan pengobatan yang tepat. Jika ibu/keluarga
tidak membawa anaknya ke fasilitas kesehatan sampai sakitnya menjadi parah atau
membawwa anak berobat ke petugas kesehatan yang tidak terlatih, mungkin anak terebut
akan meninggal karena penyakitnya. Oleh karna itu,pesan mengenai kapan ibu perulu
mencari pertolongan bila anak sakit merupakan bagaian terpenting dari MTBS.
3. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta
tinggkat keparahannya dan menanggani balita sakit dan bayi muda di fasilitas pelayanan
keehatan dasar seperti puskesmas, puskesmas pembantu, pndok bersalin, klinik, balai
pengobatan maupun melalui kunjungan rumah.
2. Tujuan Khusus
1. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai
dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk di minum di rumah dan juga
mengajari ibu tentang cara memberikan obatserta tindakan lain yang harus di
lakukan di rumah.
2. Memberi konseling bagi ibu dan menilai cara pemberian makan anak, memberi
anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa
anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
3. Menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan
ulang.
4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
1. Kegiatan Pokok
Di dalam gedung
Anak usia 0-5 tahun yang berobat di puskesmas bareng dalam wilayah kerja puskesmas
diberikan pelayanan MTBS, setiap hari kerja dengan cara:
a. Menilai dan membuat klasifikasi.
b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan.
c. Konseling dan tindak lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat
maupun sakit.
2. Rincian Kegiatan
Dilakukan setiap hari jam pelayanan umur 0 5 tahun.
7. PENDANAAN
-
8. EVALUASI
Evaluasi di lakukan setiap 3 bulan sekali dengan pencapaian kegiatan yang telah di lakukan.