Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. KIMIA KUANTUM
cabang ilmu kimia. Ahli kimia fisika menggunakan mekanika kuantum untuk
teoritis, untuk menghitung sifat keadaan transisi pada reaksi kimia, sehingga
1
Ahli kimia anorganik menggunakan teori medan ligan, suatu
solvasi molekul.
dengan studi Planck mengenai emisi cahaya oleh padatan yang dipanaskan,
2
eksperimental. Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik.
diproduksi oleh muatan listrik yang dipercepat dalam suatu busi, sebagai
mana yang diprediksi oleh persamaan Maxwell. Hal ini meyakinkan sekali
2.998 x 1010 cm/s dalam ruang hampa. Frekuensi v dan panjang gelombang
c (1)*
temperatur tetap. Suatu badan hitam adalah suatu objek yang dapat
mengasumsikan sebagai suatu celah dengan lubang kecil. Ketika ahli fisika
3
radiasi emisi badan hitam, mereka menemukan suatu hasil yang sangat
konstanta Planck. Nilai untuk h = 6.6 x 10 -34 J.s memberikan kurva yang
sinambung. Maka ahli fisika berharap energi dari suatu atom juga akan
bahwa emisi energi yang terkuantisasi, kurva radiasi badan hitam dihasilkan.
cahaya pada suatu logam menyebabkan emisi elektron. Energi dari suatu
4
cahaya merupakan energi kinetik dari suatu emisi fotoelektron akan
meningkat bila intensitas cahaya juga meningkat tetapi tidak akan berubah
kumpulan entiti mirip partikel (yang disebut dengan foton), dimana setiap
E foton h (2)*
Bila suatu elektron pada logam mengabsorbsi suatu foton, bagian energi
elektron dalam logam dan sisanya merupakan energi kinetik elektron yang
h 12 m 2
dari logam (fungsi kerja logam) dan 1/2mv2 merupakan energi kinetik
emisi elektron, tetapi tidak mengubah energi kineik dari tiap emisi elektron.
5
Pada akhir abad kesembilan belas, pengamatan terhadap tube hampa
sama tetapi hanya berbeda dalam tanda dan 1836 kali lebih berat dari
elektron. Penyusun ketiga dari atom adalah netron (ditemukan pada tahun
1932) yang tidak bermuatan tetapi sedikit lebih berat dari proton.
pada layar fluoresensi. Partikel alfa inti helium bermuatan positif didapatkan
partikel alfa yang melewati lempeng tidak dibelokan, sedikit yang dibelokan
besar muatan yang sama sedapat mungkin berdekatan, sehingga gaya tolak
Coulomb menjadi sangat besar. Jika muatan positif dijauhkan dari atom
(sebagaimana yang diusulkan oleh JJ. Thomson, 1904) partikel alfa yang
tidak ada, menjadi nol pada pusat atom; sesuai dengan elektrostatik klasik.
Suatu atom yang mengandung inti (garis tengah 10 -13 sampai 10-12)
6
sesuai dengan hukum coulomb. (Nukleon-nukleon berikatan pada inti
dengan gaya inti jarak pendek dan kuat, yang tidak akan dibahas di sini).
Garis tengah suatu atom adalah sekitar satu angstrom (1A = 10-8 cm = 10-10
Sifat kimia dari atom dan molekul ditentukan oleh struktur elektronik
dan pertanyaannya kemudian apakah gerak dan energi dari elektron juga
mempengaruhi sifat kimia tersebut. Bila inti lebih pejal daripada elektron,
akibat radiasi dan maka dari itu bentuk sesungguhnya adalah spiral menuju
inti. Maka, menurut fisika klasik (abad ke-19), atom Rutherford tidak stabil
7
gerak elektron pada hanya satu besar jenis orbit. Bila suatu elektron
membuat suatu bentuk transisi dari satu orbit Bohr menjadi orbit lainnya,
Eatas Erendah h
menjadi bentuk orbit ikatan akan mengemisikan suatu foton dimana frekuensi
gerak gelombang; sebagai contoh, frekuensi dasar dan overtone dari senar
8
memiliki aspek gelombang, elektron dengan massa m dan kecepatan v akan
h h
(4)
m p
h h
E foton h , maka didapatkan mc 2 h hc / dan untuk gerak
m p
elektron.
mengamati efek difraksi. Pada tahun 1932, Sten mengamati efek yang sama
dengan atom helium dan molekul hidrogen dengan tambahan bahwa efek
gelombang tidak tegak lurus terhadap arah elektron. tetapi hasil dari
9
adalah bahwa elektron bukanlah gelombang maupun partikel tetapi sesuatu.
menggunakan konsep gelombang atau partikel dari fisika klasik. Konsep fisika
dengan kecepatan dan massa nol; elektron selalu berjalan dengan kecepatan
< c dan massa tidal nol. Bila foton selalu diperlakukan secara relatif, maka
3. PRINSIP KETIDAKPASTIAN
secara simultan koordinat x dan komponen x dari momentum linier dari suatu
sepanjang arah y, dan berkas tersebut kemudian jatuh pada celah sempit. Di
1.1.
10
Gambar 1. Difraksi elektron oleh suatu celah
akan terdifraksi oleh suatu celah menghasilkan (sebagai berkasi sinar) suatu
pola difraksi pada suatu lempeng. Tinggi dari grafik pada gambar 1.1. adalah
suatu ukuran dari banyak partikel yang mencapai suatu titik yang diberikan.
celah, arah dari geraknya berubah sebagai bagian dari momentum yang
arah atas dengan sudut memiliki momentum p sin . Suatu partikel yang
11
p sin . Maka arah dari pembelokkan partikel memiliki rentang - sampai
dimana adalah sudut untuk minimum pertama pada pola difraksi, kita kan
px = p sin
untuk minimum pertama adalah perbedaan dari jarak tempuh dari partikel
melewati celah pada ujung atas dan partikel melewati pusat celah sama
Gelombang yang berasal dari atas celah kemudian secara pasti keluar dari
meniadakan. Gelombang yang berasal dari suatu titik pada celah pada jarak d
di bawah titik tengah celah dan gelommbang yang berasal dari jarak d di
sebagai BC. Jarak dari celah ke lempeng besar dibandingkan dengan lebar
celah.
12
Gambar 2. Perhitungan difraksi minimum pertama
Maka AD dan BD hampir parallel. Ini membuat sudut ACD sudut kearah
xpx h (6)
orde besaran konstanta Planck. Pada seksi 5.1. kita akan berikan secara
validitasnya adalah umum. Tidak masalah apa usaha yang dibuat, dualitas
13
Dikarenakan dualitas gelombang-partikel, pekerjaan-pekerjaan
juga ikut diukur. Kita akan memulai dengan partikel yang memiliki nilai tepat
dari suatu partikel pada akurasi w, tetapi pengukuran ini akan menghasilkan
partikel.
kedua newton:
d 2x
F ma m (7)
dt 2
dv d dx d 2 x
percepatan, diberikan oleh a , dimana v = kecepatan.
dt dt dt dt 2
14
x g t , c1 , c2 (8)
meramalkan gerak selanjutnya dari partikel; Jika kita tahu bahwa pada t 0
x0 g t0 , c1 , c2 (9)
Selama kita memiliki dua konstanta yang dibutuhkan. Penurunan dari (8)
meng-hasilkan:
dx d
g t , c1 , c2
dt dt
Jika diketahui bahwa pada waktu t0, kecepatan partikel 0, maka didapatkan
hubungan baru
d
0 g t , c1 , c2 (10)
dt t t0
Kita akan gunakan persamaan (9) dam (10) untuk menjawab c 1 dan c2 dalam
dapat diprediksi.
vertikal dari medan partikel dalam gravitasi bumi. Sumbu x menuju ke atas.
15
kecepatan partikel 0 pada saat t0. Bila = dx/dt . Didapatkan 0 gt0 c1
dx
dan c1 0 gt0 Maka gt gt0 0 . Integrasi dari persamaan tersebut
dt
mengetahui x0 dan 0 pada saat t0, kita dapat meramalkan posisi mendatang
dari partikel.
V ( x, t )
F ( x, t ) (15)*
x
Sebagai contoh, suatu partikel bergerak pada bidang medan gravitasi bumi,
adalah konstanta sembarang. Kita bebas untuk men-set tingkat nol dari
energi potensial dimana saja kita mau; ambil c = 0, kita akan menghasilkan V
posisi dan kecepatan dari tiap partikel dalam system pada beberapa waktu,
ditambah dengan spesifikasi gaya yang beraksi pada partikel. Menurut hukum
kedua Newton, keadaan suatu system pada suatu saat, keadaan mendatang
16
ditunjukkan oleh persamaan (8) (10). Kesuksesan hokum Newton dalam
dari pada itu, keadaan sesaat alam semesta, pergerakan yang akan datang
menentukan keadaan alam semesta pada suatu saat yang pada prinsipnya
berosilasi dibawah pengaruh gavitasi, friksi dan gaya gerak secara periodik
sistem. Pada suatu sistem chaos, gerak sangat sensistif dan dua keadaan
terhadap keadaan awal posisi dan kecepatan partikel dan juga gaya gerak
ahli fisika membangun sepasang pendulum yang mana gaya tarik gravitasi
dari suatu titik hujan yang berjarak satu mil telah cukup mempengaruhi
New York, 1987, p.230). Dikarenakan akurasi dari pengukuran keadaan awal
kadang kala terbatas, prediksi untuk perilaku jangka panjang dari mekanika
klasik chaos secara praktik, tidaklah mungkin, walaupun sistem tersebut juga
17
bahwa pergerakan planet Pluto mungkin bersifat chaos [G.J. Sussman dan J.
Wisdom, Science, 241, 433 (1988); Scientific American, Oct. 1988, p. 20].
dinyatakan juga fungsi dari waktu. Maka untuk satu partikel, satru dimensi,
18
gelombang dengan pengubah waktu. Untuk satu partikel dalam sistem
( x, t ) 2 2 ( x, t )
V ( x , t ) ( x, t ) (12)
i t 2m x 2
h
h (13)*
2
ditemukan pada tahun 1926 oleh ahli fisika Austria, Erwin Schrodinger (1887-
bahwa selalu terlibat dalam spesifikasi posisi seperti pada mekanika klasik.
Jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut dijawab oleh Max Born.
x, t (14)*
2
dx
wilayah x pada rentang x + dx. Pada persamaan (1.14) tanda kurung batang
19
menunjukkan nilai absolut dan dx adalah suatu panjang tidak terbatsa
untuk menemukan partikel pada setiap tempat pada sumbu-x. (Suatu ulasan
tempat. Nilai x pada wilayah disekita x=0 akan bernilai nol, maka ||2 akan
eksperimental, kita dapat ambil sistem identik yang tidak berinteraksi, dimana
sistem. Jika kita memiliki n sistem dan membuat n kali pengukuran dan jika
dn x 2
dx
x
keadaan sistem (). Hal ini akan dijumpai pada diskusi prinsip ketidakpastian
(seksi 1.3).
20
Mekanika kuantum pada dasarnya statistik. Untuk mengetahui
keadaan, kita tidak dapat memprediksi hasil dari pengukuran posisi secara
kemungkinan hasil. Teori Bohr dari atom hidrogen memberikan jejak yang
tepat dari elektron dan maka dari itu hal ini bukan suatu gambaran mekanika
kuantum.
selain posisi. Kita akan tunda diskusi ini sampai pada bab selanjutnya.
mikroskopik dan tentu saja sedikit abstrak. Kita mungkin tidak dapat mengerti
dapat bertambah.
21
optika gelombang dan mekanika klasik, kita dapat menunjukkkan masuk akal-
dibandingkan dengan peralatan yang dipakai. (misalnya pada lensa hias atau
Schroedinger lebih masuk akal; sehingga kita tidak harus menurunkan atau
mekanika klasik. Maka untuk mekanika kuantum sebagai teori yang sah,
gelombang Broglie untuk objek makroskopik pada intinya adalah nol. Maka,
kedua Newton.
22
direduksi menjadi mekanika klasik. Suatu bentuk mekanika kuantum yang
yang luar biasa. Untung saja, untuk banyak keperluan mekanika kuantum
waktu. Kita akan menurunkan bentuk tidak tergantung waktu dari persamaan
Schrodinger tergantung waktu untuk satu partikel dan kasus satu dimensi.
potensial bukan merupakan fungsi dari waktu dan hanya tergantung pada x.
Hal ini benar, jika sistem tidak mengalami gaya eksternal yang tregantung
h ( x, t ) h2 2 ( x, t )
V ( x ) ( x, t ) (15)
i t 2m x 2
23
Kita akan membatasinya pada solusi dari persamaan (1.15) yang dpaat ditulis
( x, t ) f (t ) ( x ) (16)*
Psi kapital digunakan untuk fungsi gelombang yang tergantung pada waktu
dan Psi kecil untuk faktor yang hanya tergantung pada koordinat x. Keadaan
banyak keperluan. [Tidak semua jawaban (15) memiliki bentuk (16); lihat
( x, t ) df (t ) 2 ( x, t ) d 2 ( x )
( x) , f (t )
t dt x 2 dx 2
h df (t ) h2 d 2 ( x )
( x) f (t ) V ( x) f (t ) ( x)
i dt 2m dx 2
h 1 df (t ) h2 1 d 2 ( x)
V ( x) (17)
i f (t ) dt 2m ( x ) dx 2
bagian dari (17) adalah sama dengan suatu fungsi tertentu dari x dan t.
fungsi yang tiap bagiannya sama harus tidak tergantung pada waktu t.
Bagian kiri-nya harus tidak tergantungpada x,; maka fungsi demikian hatus
tidak tergantung pada x. Selama fungsi tersebut tidak tergantung baik pada
variabel x dan t, tentu merupakan suatu konstanta. Kita sebut ini dengan E.
24
df (t ) iE
dt
f (t ) h
ln f (t ) iEt / h C
f (t ) eC eiEt / h AeiEt / h
sebagai suatu faktor dalam fungsi ( x ) yang dikalikan dengan f(t) dalam
f (t ) e iEt / h
h2 d 2 ( x)
V ( x) ( x) E ( x) (18)*
2m dx 2
Schrodinger, Ann. Physik, 78, 361, 489 (1926); 80, 437 (1926); 81, 109
(1926)]
sistem. (Ini merupakan kasus khus dari suatu prostulat yang lebih umum
yang akan didiskusikan pada bab selanjutnya) Maka, untuk kasus dimana
25
energi potensial hanya merupakan fungsi dari x, terdapat fungsi gelombang
dalam bentuk
( x, t ) e iEt / h ( x) (19)
2
eksperimen dapat diamati adalah kerapatan kemungkinan ( x, t ) . Pangkat
dua dari nilai absolut dari suatu kuantitas kompleks diberikan dari hasil kali
dengan menggantikan i dengan i dimana hal itu terjadi. (Lihat seksi 7.)
Maka
2
* (20)*
2
( x, t ) [e iEt / h ( x )]* e iEt / h ( x )
e iEt / h *( x)e iEt / h ( x)
(21)
e 0 *( x) ( x) *( x) ( x)
2 2
( x, t ) ( x)
26
Maka untuk keadaan dengan bentuk (19), kerapatan kemungkinan
2
diberikan oleh ( x, t ) dan tidak berubah sepanjang waktu. Keadaan seperti
2
ini dikatakan keadaan stasioner. Selama kuantitas secara fisik adalah ( x, t )
energi konstan (keadaan stasioner) dan tentu saja akan selalu berhubungan
gelombang. Untuk menjawab dua yang tidak diketahui ini, kita akan
6. KEBOLEHJADIAN
27
Kebolehjadian memainkan peranan dalam mekanika kuantum. Pada seksi ini,
keluaran sama, Kebolehjadian adalah apa yang kita definisikan. Suatu asumsi
sederhana bahwa kita mengenali keluaran yang mungkin sama. Suatu definisi
didefinisikan sebagai:
M
lim
N N
Maka, jika kita melemparkan koin berulang-ulang, fraksi dari gambar kepala
menghitung keboleh jadian dari gambar hati. Terdapat 52 kartu dan keluaran
yang sama adalah 52. Jika terdapat 13 gambar hati, maka terdapat 13
28
jadian dari dua kartu bergambar hati dari 52 kartu yang akan dibagikan pada
dua kesempatan, dengan asumsi kita tidak menggantikan kartu pertama yang
1312
kedua. Maka kebolehjadian untuk dua kesempatan tersebut adalah 5251 =1/7.
13
kebolehjadiannya adalah 52 . Sedangkan kebolehjadian pada kesempatan
12
kedua adalah 51 , karena tinggal 12 gambar hati yang masih tersisa. Maka,
12
seperti yang dihitung sebelumnya kebolehjadiannya adalah 13
5251
tentang partikel yang berada pada suatu titik, x = 0.5000 karena terdapat
sejumlah titik yang tidak terbatas di sepanjang sumbu x dan untuk setiap
makin kecil. Kebalikannya bila kita berusaha untuk menemukan suatu partikel
29
terhadap panjang pada rentang kecil, dx dan bervariasi untuk wilayah yang
diantara x dan x + dx adalah sama dengan g(x) dx, dimana g(x) adalah
disetiap tempat yang non-negatif. Fungsi gelombang dapat saja negatif dan
2
memprostulatkan bahwa kerapatan kebolehjadian diberikan oleh
[persamaan (14)].
2
menentukan kebolehjadian, kita menambahkan kebolehjadian dx dalam
2
dx Pr(a x b) (22)*
a
2
dx 1 (23)*
x
30
dimana memenuhi (1.23) disebut normalisasi. Untuk keadaan stasioner
2
2
2
dan dx 1
x
(a) Untuk interval kecil, x berubah hanya 0.0001 nm dan berada pada
(1.14) yaitu
2
dx a 1e 2 x / a dx = (1 nm)-1e-2(1.5 nm)/ (1 nm)
(0.0001 nm) = 4.979 x 10-6
2 nm 2 nm
e
2
Pr(0 x 2nm) dx a 1 2 x / a
dx
0 0
31
f ( x) dx f ( x )dx memberikan
0
e e
2 1 1
dx a 2x/a
dx a 2x/a
dx
0
a 1 ( 12 ae2 x / a |0 ) a 1 ( 12 ae 2 x / a |0 ) 12 12 1
7. BILANGAN KOMPLEKS
Telah kita lihat bahwa fungsi gelombang dapat berupa bilangan kompleks,
diwakili oleh suatu titik pada bidang kompleks (Gambar 1.3), dimana bagian
nyata dari z di plotkan sepanjang sumbu datar dan bagian imajiner di sumbu
tegak. Diagram ini menawarkan dua kuantitas yang dicirikan dengan bilangan
kompleks z: jarak r dari titik z ke titik tengah disebut dengan nilai mutlak atau
modulus dari z dan dilambangkan dengan |z|; sudut yang terbentuk disebut
32
Bila z x iy , maka
didefinisikan sebagai
z* x iy re i (27)*
Jika z adalah bilangan nyata, dan bagian imajinernya adalah nol. Maka z
adalah bilangan nyata dan hanya jika z = z*. Dengan mengambil kompleks
zz* x 2 y 2 r 2 | z | (28)*
33
i
Untuk perkalian dan pembagian dari dua bilangan kompleks z1 r1e 1
i
dan z2 r2 e 2 didapatkan
z1 r1 i (1 2 )
z1 z2 r1r2 r i (1 2 ) e (29)
z2 r2
terkonjugasi;
( z1 z2 )* z *1 z *2 (30)*
Selanjutnya,
*
z1 z *1
( z1 z2 )* z *1 z *2 ( z1 z2 )* z *1 z *2 (31)
z2 z *2
Untuk nilai absolut dari perkalian dan pembagian akan mengikuti (1.29)
bahwa
z1 | z1 |
| z1 z2 || z1 || z2 | (32)
z2 | z 2 |
Oleh sebab itu, jika adalah suatu fungsi gelombang kompleks, kita akan
menghasilkan
| 2 || 2 | * (33)
Kita akan menentukan suatu rumus untuk akar ke-n dari bilangan 1.
1 e i 2 k
34
dimana k merupakan suatu bilangan bulat,nol atu negatif atau positif.
e i 2 k / n
Terdapat n kompleks yang berbeda dari akar ke-n darri keseluruhan dan
memberikan
e i 2 k / n k = 0, 1, 2, , n-1 (34)
Untuk nilai k selain dari (1.34) memberikan suatu bilangan yang fasenya
berbeda dari suatu integral perkalian 2 dari bilangan pada (1.34) dan bukan
8. SATUAN
panjang, massa dan waktu adalah centimeter (cm), gram (g) dan detik (s).
Gaya dihitung sebagai dynes (dyn) dan energi dalam ergs. Hukum Coulomb
untuk besaran gaya antara Q1 dan Q2 dipisahkan oleh jarak r dalam suatu
Q '1 Q '2
vakum adalah F dimana Q1 dan Q2 adalah statcoulomb (statC),
r2
adalah meter (m), kilogram (kg) dan detik (s). Gaya dihitung sebagai newton
35
(N) dan energi dalam joule (J). Hukum Coulomb yang ditulis sebagai
Q1Q2
F dengan muatan Q1 dan Q2 dalam coulombs dan 0 adalah
4 0 r 2
dan detik. Satuan SI secara resmi direkomendasikan untuk satuan dalam ilmu
Q '1 Q '2
F (35)*
r2
sentimeter dan F dalam dynes; dalam SI r dalam meter, F dalam newton dan
Q1 Q2
Q1 dan Q2 sebagai singkatan dari 1/ 2 dan , dimana Q1 dan Q2
(4 0 ) (4 0 )1/ 2
Q1
Q' (36)*
(4 0 )1/ 2
9. RINGKASAN
atau fungsi gelombang , yang merupakan fungsi dari koordinat dari suatu
36
partikel dalam sistem dan waktu. Fungsi keadaan berubah dengan waktu
partikel dan sistem satu dimensi persamaan (1.12) dan Untuk sistem dengan
posisi partikel pada waktu t akan menemukan partikel tersebut pada rentan x
2
dan x + dx. Fugsi keadaan dinormalisasikan berdasarkan dx 1 . Jika
fungsi energi potensial sistem tidak bergantung pada t, maka sistem berada
pada satu keadaan stasioner dengan energi tetap. Untuk keadaan stasioner
2
dari satu partikel, sistem satu dimensi, e
iEt / h
( x) , yang merupakan
1. PERSAMAAN DIFERENSIAL
akan kita ulangi kembali. Pada batian ini hanya menerangkan persamaan
37
persamaan akan tak bergantung x, tetapi bergantung pada y, maka
Atau
y + p(x) y+ Q (x) y = 0
kedua fungsi homogen, karenanya kita akan menghasilkan dua fungsi yang
y = c 1 y 1 + c2 y 2
dimensi. Itu berati partikel hanya dalam fungsi energi petensial yang
38
Gambar 2.1 Potensial energi partikel dalm box 1 dimensi
- d2 /dx2 =
atau
- 1/ d2 /dx2 =
1 = 0 3 = 0
pada daerah II, antara x = 0 hingga l, potensial energi V berharga nol, maka
persamaan menjadi
dengan m adalah massa partikel dan E adalah total energi, sehingga terlihat
s2 + 2 mEh-2 = 0
s = - 2 mEh-2
s = i 2 mEh-2
39
dengan I = - 1, maka penyelesaianya menjadi
2 = C1 e1+ C2 e-1
dimana
= (2mE)1/2 x h-1
sehingga
2 = ACos + B sin
gelombang adalah fungsi kontinyu , tak ada harga lompatan tiba tiba,
lim 1 = lim 2
0=A
karena
40
B tak boleh nol, karena itu berarti box kosong, maka
0 = 2 / hsin (2me)1/2 l
n = 2 / hsin (2me)1/2 l
diperolehnya E
E = n2 h2 / 8 m l2, n = 1,2,3 ..
Hanya nilai energi yang dimulai dari n = 1 saja yang dapat memberika n
Contoh : Suatu partikel bermassa 2 10 -26 g dalam box satu dimensi dengan
panjang 4.00 nm. Tentukan frekwensi dan panjang gelombang photon yang
Jawab :
h = Etingg - Erendah
= ( ntingg - nrendah) h / 8 ml
kemudian
41
dengan mensubtitusikan maka persamaan akan menjadi
2 = B sin n x / l n = 1, 2,3 .
Penggunaan tanfda negativ juga tidak memberikan nilai yang berbeda karena
42
Integral dievaluasi dengan menggunakan 2 sin2 t = 1 Cos 2 t
Didapatkan B = (2/l)1/2
box
43
Gambar 3. grafik 2 untuk 3 tingkat energi terendah dalam box
makroskopik, dimana pada tingkat 2 tidak dapat ditemukan partikel pada l/2.
tempat dalam box yang dibatasi oleh dua dinding dengan kecepatan yang
tetap. Penemuan elektron dalam box sama kesemua arah, secara mekanika
tinggi tingkat energi justru probabilitas semakin tak terdeteksi bahkan hampir
sama dengan klasik bahwa probabilitas sama kesemua arah. Hasil ini
Korespondensi Bohr.
i = 0 dimanapun
-xx i j dx = 1 jika i = j
jika dilakukan pada funsi gelombang dengan tingkat energi berbeda maka :
jika i j
bila t = x / l , maka
44
-xx i j dx = 2/l 0 sin ni t sin nj t dt l /, jika i j
t dt = 0
-xx i j dx = 0. untuk i j
-xx i j dx = ij = 0.
Yang lebih dikenal dengan sebutan delta Kroneker. Yang juga berarti sama
Partikel bebas yaitu partikel yang bebas dari gaya. Untuk partikel
d2 /dx2 + 2m / h2 E = 0
yaitu
2 = C1 e1+ C2 e-1
45
dimana
= (2mE)1/2 x h-1
tentu saja tak dapat semabarang harga E yang diberikan pada persamaan itu,
karena bila E berharga kurang dari nol atau berharga negativ akan berakibat
nilai bagian pertama pada persamaan diatas kan berharga tak berhingga.
Demikian pula untuk bagian yang kedua. Harga E untuk partikel bebas yang
E 0
Osilasi fungsi gelombang adalah kombinasi linear dari sinus dan cosinus. Pada
partikel bebas kita tida mengkuata energi, semua energi yang tak negatif
termasuk. Ketika kita set V = 0 itu berarti E hanyalah dalam term enrgi
Dengan kata lain fungsi gelombang partikel bebas tak ternormalisasi dalam
kasus biasa.
kareana dialam ini tak ada partikel yang tanpa interaksi dengan partikel lain.
tinggi dinding tertentu, potensial dibuat nol pada area II, sedang area yang
46
lain Vo, maka akan ditinjau 2 kasus yaitu bila energi E lebih kecil tau lebih
Bila E lebih kecil dari potensial, maka persamaan Schrodinger didaerah I dan
2 1/2
) (V0 E)
dimana
= (2mE)1/2 x h-1
denga membuat E kurang dari V 0 besarnya (V0 E)1/2 menjadi real, bilangan
1 = C e1 (V0 E)1/2 x
batasan,untuk partikel dalam boks satu dimensi dengan dinding yang tak
maka 1(0) = 1I (0) dan 1I(l) = 1II (l), sehingga diperlukan empat buat
4. LORONG WAKTU
47
Untuk partikel dalam dinding pembatas dan telah kita ketahui bahwa
pada daerah I dan III probabilitas menemukan partikel tidaklah nol, dengan
energi total E kurang dari energi potensialnya. Seacara klasik hal demikian
potensialnya.
dengan tinggi dan tebal dinding tertentu, maka pasti secara klasik tak akan
dapat melepaskan diri dari boks, sekalipun energinya lebih besar dari energi
cukup besarakibvat sifat partikel, seperti lepasnya partikel alpha dari inti
radioaktiv menuju energi penghalang yang menghasilkan gaya tarik inti dan
48
Operator
1. Operator
2d 2
2
V ( X ) ( x) E ( x) (1)
2mdx
Besaran yang terdapat dalam kurung pada persamaan di atas adalah sebuah
49
Sebagai contoh, kita dapat meninaju dy/dx menjadi operator d/dx yang
beroperasi pada fungsi y(x). Beberapa contoh lainnya adalah SQRT (akar
kuadrat dari), 3 (kalikan dengan 3) dan /y. Jelas bahwa operator dan
operasi dan hasil harus secara matematik benar. Kita akan selalu
carat di atasnya. Jadi kita menulis: g(x) = Af(x), untuk menunjukkan bahwa
Kita definisikan jumlah dan selisih dari dua operator A dan B dengan
persamaan:
15
persamaan:
kanan pada f(x) dan kemudian hasil operasi tersebut kita operasikan kembali
Pada contoh di atas, hasil akhir operasi dari kedua operator, apakah operator
50
umum kita tidak dapat mengasumsikan bahwa AB dan BA akan memiliki hasil
d
Dxf ( x) [ xf ( x)] f ( x) xf ' ( x) (1 xD) f ( x) (4)
dx
d
xDf ( x) x f ( x) xf " ( x)
dx
f. Operator yang sama akan menghasilkan produk yang sama dari operasi
yang diberikan pada suatu fungsi yang diberikan. Contoh (3-4) di atas
menunjukkan bahwa:
Dx = 1 + xD (5)
Dx xD 1 = 0
51
operator tidak selalu mengikuti hukum komutatif. ab = ba jika a dan b adalah
bilangan, tetapi AB dan BA tidak selalu sama untuk untuk operator. Kita
BA:
[A, B] = AB BA (7)
Jika AB = BA, maka [A, B] = 0, dan kita katakan A dan B adalah Commute.
d d d
3, dx 3 dx dx 3 0
dan (8)
d
dx , x Dx xD 1
Operator 3 dan d/dx adalah saling commute, tetapi operator d/dx dan x tidak
saling commute.
Contoh soal:
Untuk mendapatkan [z3, d/dz], kita aplikasikan operator ini pada sembarang
fungsi g(z). Dengan menggunakan definisi komutator (3-7) dan definisi dari
dengan operator itu sendiri A2 = AA. Mari kita tentukan kuadrat dari operator
diferensial:
52
D2f(x) = D(Df) = Df = f
D2 = d2/dx2
Contoh lainnya, operator kuadrat dari kompleks konjugat dari suatu fungsi
Suatu operator A dikatakan operator linier jika dan hanya jika memiliki
Jawab:
(d/dx)[cf(x)] = cdf(x)/dx
Sehingga d/dx mengikuti (3-9) dan (3-10) jadi d/dx adalah operator linier.
Tetapi
f ( x ) g ( x) f ( x) g ( x)
53
Penggunaan identitas dalam manipulasi operator linier adalah:
(A + B)C = AC + BC
(11)
A(B + C) = AB + AC
(12)
Cara yang baik untuk memulai pembuktian adalah pertama, tulis apa
yang akan didapat dan akan dibuktikan. Kita mulai dengan A, B dan C
+ BC, kita harus membuktikan bahwa disini ada dua oprator menghasilkan
hasil yang sama ketika diaplikasikan pada fungsi sembarang f. Sehingga kita
[(A+B)C]f=(AC + BC)f
operator A+B dan C. Perkalian dua operator didefinisikan oleh (3-3) dengan A
+B(Cf). Sehingga:
[(A+B)C]f=(A+B)(Cf)= A(Cf)+B(Cf)
B(Cf)=BCf, sehingga:
54
Menggunakan definisi penjumlahan operator (2) dengan A digandi oleh AC
menjadi:
[(A+B)C]f= (AC+BC)f
Jelaslah bahwa A dan f(x) memiliki hubungan yang khusus secara berurutan
dengan yang lainnya. Fungsi f(x) disebut fungsi eigen dari operator A dan k
disebut nilai eigen. Masalah penentuan f(x) dan k untuk sesuatu diberikan A
disebut masalah nilai eigen.Sebagai contoh, e2x adalah fungsi eigen dari
(d/dx)e2x = 2e2x
Kita dapat tiga informasi penting yaitu; f merupakan fungsi eigen dari
menggunakan pernyataan ini kedalam persamaan 3-14, 3-9 dan 3-10, kita
dapatkan:
Af = kf (15)
55
b = Konstanta
A(cf) = k(cf)
Kita mulai dari ruas kiri A(cf) dari persamaan tersebut dan mencoba
menunjukkan bahwa hasilnya sama dengan k(cf). Dengan menggunakan
persamaan kedua dari definisi linieritas (3-15), kita dapatkan A(cf) = ckf,
sehingga
A(cf) = cAf = ckf = k(cf)
Contoh: Tentukan fungsi eigen dan nailai eigen dari operator d/dx!
Persamaan (3-14) dengan A=d/dx menjadi:
df(x)/dx = kf(x) (17)
df/f = kdx
ln f = kx + Konstanta
f = ekonstanta ekx
f = cekx (18)
Jadi fungsi eigennya adalah persamaan (18) dan nilai eigennya adalah
k.
56
Hamiltonian untuk suatu sistem. Untuk sistem dimana energi potensialnya
adalah hanya fungsi kooerdinat, maka energi totalnya adalah tetap terhadap
waktu, sehingga E adalah teramati. Kita akan membatasi pembahasan pada
sistem demikian sebagai sistem konservatif. Untuk sistem konservatif,
mekanika klasik fungsi Hamiltonian kembali lagi digunakan untuk
menyederhanakan energi total yang diterangkan dalam pernyataan koordinat
dan momentum berpasangan. Untuk koordinat kartesian x, y, z mmomentum
berpasangannya adalah komponen momentum linier dalam x, y dan z dengan
arah px, py dan pz:
px=mvx, py=mvy, pz=mvz (19)
dimana vx, vy dan vz adalah komponen kecepatan partikel dengan arah x, y
dan z.
Mari kita temukan mekanika klasik fungsi Hamiltonian untuk partikel
bermassa m bergerak dalam arah satu dimensi dan memiliki energi potensial
V(x). Fungsi Hamiltonian adalah sama untuk energi, yang terdiri dari energi
kinetik dan potensial. Bentuk yang sudah dikenal untuk energi kinetik adalah
1/2mvx2, tidak dapat digunakan, karena kita harus menjelaskan Hamiltonian
sebagi fungsi dari koordinat dan momentum, bukan kecepatan. karena
vx=px/m, bentuk energi kinetik yang kita inginkan adalah p x2/2m. Sehingga
fungsi Hamiltonian-nya adalah:
px2
H V ( x) (20)
2m
Persamaan Schrodinger tidak bergantung waktu (1) mengindikasikan
kesesuaiannya dengan fungsi Hamiltonian (20), kita dapatkan operator
mekanika kuantum:
2d 2
2
V ( X )
2mdx
dimana nilai eigen adalah nilai yang mungkin dari suatu sistem energi.
Hubungan antara besaran fisika dalam mekanika klasik dan operator dalam
mekanika kuantum adalah hal yang umum. Ini merupakan postulat dasar
mekanika kuantum untuk setiap sifat fisik (energi, koordinat dan momentum)
yang berhubungan dengan operator mekanika kuantum. Kita selanjutnya
57
mempostulatkan bahwa operator yang bersesuaian dengan sifat B didapat
dengan menuliskan mekanika klasik untuk B sebagai fungsi dari koordinat
kertesian dan momentum bersesuaian kemudian setiap koordinat kartesian q
diganti dengan perkalian operator dengan koordinat:
q=q
Setiap komponen kartesian dari momentum linier pq diganti dengan operator:
pq i
i q q
dengan cara yang sama juga berlaku untuk py2 dan pz2.
Sekrang tinjau operator energi potensial dan energi kinetik dalam satu
dimensi. Anggap bahwa kita memiliki sistem dengan fungsi energi potensial
V(x)=ax2, dimana a adalah tetapan. gantikan x dengan x, kita lihat bahwa
operator energi potensial adalah perkalian dengan ax2:
V(x) = ax2
Secara umum, kita memiliki beberapa fungsi energi potensial:
V(x) = V(x) (25)
Mekanika klasik untuk energi kinetik T yang dijelaskan dalam persamaan (3-
20)adalah;
T = px2/2m (26)
jika px digantikan oleh operator yang bersesuaian, kita dapatkan:
58
2 2 2 2
d
T (27)
2m x 2
2m dx 2
Dimana persamaan (3-24) telah digunakan, dan turunan parsial menjadi
turunan biasa dalam satu dimensi. Mekanika klasik Hamiltonian (3-20)
menjadi:
H = T + V = px2/2m + V(x) (28)
Operator Hamiltonian mekanika kuantum (energy) yang bersesuaian adalah
2 2
d
H T V V ( x) (29)
2m dx 2
yang sesuai dengan operator dalam persamaan Schrodinger (1), dengan
catatan bahwa semua operator adalah linier.
Bagaimana operator mekanika kuantum berhubungan dengan sifat
dari sistem? Setiap operator yang demikian memiliki fungsi eigen dan nilai
eigen. Tinjau B adalah operator mekanika kuantum yang bertalian dengan
sifat fisik B. fi dan bi merupakan simbol fungsi eigen dan nilai eigen dari B,
sehingga kita dapatkan (persamaan 3-14):
Bfi=bifi, i=1, 2, 3, ............... (30)
Operator B memiliki fungsi eigen dan nilai eigen, dan subcrip i
digunakan untuk menunjukkan hal ini. B biasanya operator differensial dan
(30) persamaan diferensial yang penyelesaianya menghasilkan fungsi eigen
dan nilai eigen. Postulat mekanika kuantum menyatakan bahwa pengukuran
dari sifat B harus menghasilkan salah satu dari nilai eigen bi dari operator B.
Hanya nilai yang dapat diperoleh untuk energi sistem adalah nilai eigen dari
energi (Hamiltonian) operator H. Dengan menggunakan sebagai simbol
fungsi eigen dari H, kita dapatkan nilai eigen persamaan (30).
Hii = Eii (31)
Dengan menggunakan Hamiltonian (3-29), untuk sistem satu partikel satu
dimensi kita dapatkan:
2d 2
2
V ( X ) ( x) E ( x) (32)
2mdx
yang merupakan persamaan Schrodinger tidak bergantung waktu (3-1).
59
Dalam Bab I kita telah mempostulatkan bahwa keadaan dari sistem
mekanika kuantum adalah ditentukan oleh fungsi keadaan (x, t), yang
mengandung semua informasi sehingga kita dapat mengetaui tentang sistem.
Bagaimana dapat memberikan informasi kepada kita tentang sifat B?. Kita
postulatkan bahwa jika adalah fungsi eigen dari B dengan nilai eigen bk,
maka pengukuran B adalah tertentu dengan nilai b k. Sebagai contoh adalah
energi, fungsi eigen dari operator energi adalah penyelesaian (x) dari
persamaan Schrodinger tak bergantung waktu (32). Anggap suatu sistem
dalam keadaan stasioner dengan fungsi keadaan:
(x, t) = e-iEt/ (x) (33)
Apakah (x, t) suatu fungsi eigen dari operator energi H? Untuk
menjawabnya, dari hubungan sebleumnya kita dapatkan bahwa:
H(x, t) = H e-iEt/ (x)
H tidak tidak memiliki turunan terhadap waktu oleh karena itu tidak ada
pengaruhnya terhadap faktor eksponensial e-iEt// (x). Kita dapatkan:
H(x, t)= e-iEt/ H(x)=E e-iEt/ (x)=E(x, t)
H = E (34)
Untuk keadaan stasioner, (x, t) adalah fungsi eigen dari H dan kita tentu
mendapatkan nilai E ketika kita mengukur energi.
Contoh dari sifat lain, misalnya momentum. Fungsi eigen g dari px
didapat dari penyelesaian:
pxg = kg
px g kg
dg (35)
kg
i dx
kita dadatkan:
g = Aeikx/ (36)
dimana A adalah konstanta sembarang. Untuk menjaga g tertentu pada
besaran IxI, nilai eigen k harus nyata. Sehingga nilai eigen dari operator p x,
adalah semua bilangan nyata:
k (37)
60
Beberapa pengukuran px harus menghasilkan salah satu nilai eigen (37) dari
px. Setiap nilai k berbeda dalam (3-36), menghasilkan fungsi eigen g
berbeda.Ini kelihatannya aneh bahwa operator sifat fisika momentum
melibatkan bilangan imajiner i. Kenyataannya, adanya i dalam px meyakinkan
bahwa nilai eigen k adalah nyata.
Sekarang tinjau momentum partikel dalam kotak. Fungsi keadaan
partikel dalam keadaan stasioner dalam kotak satu dimensi adalah:
(x, t)= e-iEt/ (2/l)1/2 sin (nx/l) (38)
dimana E=n2h2/8ml2.Apakah ada nilai tertentu dari p x? dan apakah (x, t)
suatu fungsi eigen dari operator p x? Lihat pada fungsi eigen dari operator px,
kita lihat bahwa tidak adalah nilai numerik dari konstanta k yang dari fungsi
eksponensial persamaan (36) yang menjadi fungsi sinus pada persa(3-38).
Karenanya bukanlah fungsi eigen dari px, ini dapat dibuktikan secara
langsung:
1/ 2 1/ 2
iEt / 2 nx n iEt / 2 nx
Px e sin e cos
i x l l il l l
61
yang sesuai dengan (3-39). Nilai yang hanya memungkinkan untuk P x2
adalah:
Px2=n2h2/4l2 (41)
Persamaan (41) menyarankan nilai untuk px adalah salah satu dari dua nilai
(1/2)nh/l, yang sesuai untuk partikel bergerak dalam kotak ke arah kanan
atau kiri. Saran yang masuk akal tersebut nampaknya tidak akurat. Suatu
analisis dengan menggunakan metode yang dijelaskan pada bab berikutnya
menunjukkan bahwa kebolehjadian yang tinggi dari nilai yang terukur akan
mendekati salah satu nilai dari (1/2)nh/l, tetapi juga ada beberapa nilai
yang konsisten dengan persamaan (37) yang dapat dihasilkan dari
pengukuran Px untuk partikel dalam kotak.
Kita telah sepakat bahwa ukuran dari sifat B harus menhasilkan salah
satu nilai eigen dari operator B. Jika fungsi keadaan menjadi fungsi eigen
dari operator B dengan nilain eigen b, kita tentu akan mendapatkan b ketika
kita mengukur B. Anggap bahwa bukan salah satu fungsi eigen dari B. Kita
masih tetap mendapatkan salah satu nilai eigen dari B ketika kita mengukur
B, tetapi kita tidak dapat memperikirakan nilai eigen yang akan didapat. Kita
akan melihat dalam bab 7 bahwa, kebolehjadian untuk nilai eigen dari B
dapat diprediksi.
62
yang didapat dari persamaan (42) dengan energi potensial sebagai faktor tak
bergantung waktu dan menggunakan prosedur pemisahan variabel.
Untuk sistem satu partikel tiga dimensi, mekanika klasik
Hamiltoniannya adalah:
1
H T V ( Px2 Py2 Pz2 ) V ( x, y , z ) (44)
2m
Penjelasan operator mekanika kuantum terdahulu [persamaan (24)], kita
dapatkan untuk operator Hamiltonian:
2
2
2
2
H 2 V ( x, y , z ) (45)
2m x y 2 z 2
2
2
2
Vi 2 2 2
2
x (49)
i y i z i
63
Maka operator Hamiltonian untuk sistem n partikel tiga dimensi adalah:
n
H 2 v( x1 ,........., z n )
i 1 2 mi
(50)
dan persamaan Schrodinger tak bergantung waktu menjadi:
n
2 v( x1 ,........., z n ) E (51)
i 1 2mi
dimana fungsi gelombang tak bergantung waktu adalah fungsi dari koordinat
3n dengan n partikel:
=(x1, y1, z1, ......, xn, yn, zn) (52)
Persamaan Schrodinger (3-51) adalah persamaan diferensial parsial linier.
Sebagai contoh, tinjau sistem dua partikel berinteraksi sehingga energi
potensial berbanding terbalik terhadap jarak antara kedua partikel, dengan c
sebagai konstanta. Persamaan Schrodinger (3-52) menjadi:
=(x1, y1, z1, x2, y2, z2) (53)
Untuk satu partikel satu dimensi, postulat Born menyatakan bahwa
I(x,t)2dx adalah kebolehjadian menemukan partikel antara x dan x+dx
pada waktu t, dimana x adalah sebuah nilai khusus untuk x. Kita
kembangkan postulat ini sebagai berikut. Untuk sistem satu partikel tiga
dimensi besarannya adalah:
(55)
2
( x, y , z , t ) dxdydz 1
64
z1) dengan tepi dx1, dy1, dz1, partikel 2 dalam kotak yang sangat kecil pada
daerah (x2, y2, z2) dengan tepi dx2, dy2, dz2, dan partikel n dalam kotak yang
sangat kecil pada daerah (xn, yn, zn) dengan tepi dxn, dyn, dzn. Total
kebolehjadian menemukan semua partikel adalah 1 dan kondisi ternormalkan
adalah:
...
2
dx1 dy1 dz1 ...dx n dy n dz n 1
(57)
Dalam mekanika kuantum merupakan hal yang biasa untuk
menyatakan integrasi pada seluruh jangkauan dari semua koordinat dengan
dq atau d. cara penulisan yang singkat untuk persamaan (55) atau (57)
adalah:
(58)
2
d 1
(-59)
2
d 1
65
0<y<b
0<z<c (60)
V= dimanapun diluar kotak
Karena keboleh jadian partikel memiliki energi tak hingga adalah nol,
maka fungsi gelombang dilaur kotak haruslah nol. Operator energi potensial
didalam kotak adalah nol dan persamaan Schrodinger (47) adalah:
2
2 2 2
2 2 2 E (61)
2m x y z
2 2
f " ( x ) g ( y ) h( z ) f ( x ) g " ( y ) h( z )
x 2 y 2
2
f ( x) g ( y )h" ( z )
z 2 (63)
2 2 2
66
2 f " ( x) 2 g " ( y ) 2 h" ( z )
E
2mf ( x) 2mg ( y ) 2mh( z )
(66)
Mari definisikan Ex sama dengan sisi kiri persamaan (66):
2 f " ( x)
EX
2 mf ( x )
(67)
Definisi (67) menunjukkan bahwa Ex tidak bergantung pada y dan z.
Persamaan (66) menunjukkan bahwa:
2 g" ( y) 2 h" ( z )
EX E
2 mg ( y ) 2 mh ( z )
2 g" ( y )
Ey
2mg ( y )
2 h" ( z )
Ez (68)
2mh( z )
karena x, y dan z terjadi secara simetrik pada persamaan (65), maka dengan
alasan yang sama seperti yang telah ditunjukkan pada Ex menjadi konstan
67
maka Ey dan Ez pun menjadi konstan. Substitusi persamaan (68) dan (67) ke
persamaan (65) menghasilkan:
Ex + Ey + Ez = E
(69)
Persamaan (67) dan (68) adalah:
df ( x) 2m (70)
E x f ( x) 0
d ( x) 2 2
dg ( y ) 2m dh( z ) 2m
E y g ( y) 0 E z h( z ) 0 (71)
d ( y) 2 2 d ( z)2 2
nx2 h 2
Ex , nx=1, 2, 3, ......
8ma 2
Dengan cara yang sama untuk y dan persamaan yang dihasilkannya
adalah
n yy
1/ 2 1/ 2
2
g ( y) sin 2 n z
h( z ) sin z
b b c c
68
n y2 h 2 n z2 h 2
Ey , ny=1, 2, 3, ...... Ez , nz=1, 2, 3, ......
8mb 2 8mc 2
Dari persamaan (3-69), kita punya energi:
h 2 n x2 n y n z2
2
E (72)
8m a 2 b 2 c 2
Fungsi gelombang memiliki tiga bilangan kuantum, n x, ny, nz. Kita bisa
menggunakan ini untuk masalah tiga dimensi. Ketiga bilangan kuantum tidak
bergantung satu sama lain.
Karena x, y dan z faktor dalam fungsi gelombang yang tidak saling
bergantung terhadap normalisasi, maka fungsi gelombang ternormalisasinya:
a 2 b 2 c 2
f ( x ) dx g ( y ) dy h( z ) dz 1
2
dxdydz
0 0 0
Dimana:
Mari kita lihat tabel tingkat energi berikut dari partikel dalam kotak berbentuk
kubus:
nxnynz 111 211 121 112 122 212 221 113 131 311 222
E(h2/8ma2) 3 6 6 6 9 9 9 11 11 11 12
69
keadaan dengan nilai eigen energi, maka nilai eigen dikatakan degerate.
Derajat degeracy (disingkat degeracy) dari suatu tingkat energy merupakan
jumlah keadaan yang memiliki energi tersebut. Tingkat energi terendah
kedua dari partikel dalam kubus adalah tiga kali degerate. Kita mendapatkan
degeracy bila kita membuat tepi kotak sama; degeracy biasanya dihubungkan
dengan simetri dari sistem. catatan bahwa fungsi 211, 121 dan 112 dapat
diubah menjadi yang lainnya dengan memutar balok kubus. Biasanya kita
tidak dapat menemukan degeracy dalam masalah satu dimensi.
Dalam pemeriksaan mekanika statistik suatu fungsi partisi molekul
suatu gas ideal, tingkat energi translasi dari molekul gas diambil sebagai
tingkat partikel dalam kotak tiga dimensi.
6. Degeneracy
Mari kita membuktikan suatu teorema penting tentang fungsi
gelombang dari n lipat tingkat energi degerate. Kita punya n fungsi
gelombang bebas 1, 2, ...., n, dan jika W merupakan energi dari tingkat
degerate:
H1=W1, H2=W2, ..................., Hn=Wn (76)
Kita akan membuktikan bahwa terdapat kombinasi linier
c11 + c22 +.........+ cnn
dari n fungsi gelombang tingkat degerate merupakan suatu fungsi eigen dari
Hamiltonian dengan nilai eigen W. Kita harus menunjukkan bahwa H=W
atau
H(c11 + c22 +.........+ cnn) = W(c11 + c22 +.........+ cnn) (77)
Karena H merupakan operator linier, kita dapat menerapkan persamaan (9)
n-1 kali menjadi ruas kiri dari persamaan (77) sehingga didapat:
H(c11 + c22 +.........+ cnn)= H(c11) + H(c22) +.........+ H(cnn)
dengan menggunakan (10) dan (76) menghasilkan
H(c11 + c22 +.........+ cnn) = c1H1 + c2H2 +.........+ cnHn
= c1W1 + c2W2 +.........+ cnWn
H(c11 + c22 +.........+ cnn) = W(c11 + c22 +.........+ cnn) (78)
yang merupakan suatu pembuktian yang lengkap.
70
Suatu contoh, fungsi gelombang keadaan stasioner 211, 121
dan 112 untuk partikel dalam kotak kubus adalah degerate dan kombinasi
linier c1211+ c2121+ c3112 merupakan suatu fungsi eigen dari partikel dalam
kotak kubus hamiltonian dengan nilai eigen 6h2/8ma2, suatu nilai eigen yang
sama untuk setiap 211, 121 dan 112.
Kombinasi linier c1211+ c2121 bukanlah suatu fungsi eigen dari H jika
1 dan 2 memiliki nilai eigen energi yang berbeda (H1=E11 dan H2=E22
dengan E1E2).
7. Nilai Rata-rata
Telah ditekankan dalam subbab 3.3 bahwa, ketika fungsi keadaan
bukan suatu fungsi eigen dari operator B, pengukuran B akan menghasilkan
salah satu dari sejumlah nilai yang mungkin (nilai eigen dari B). Sekarang kita
meninjau nilai rata-rata dari sifat B untuk sistem dengan keadaan .
Untuk menentukan nilai rata-rata B secara eksperiment, Kita ambil
beberapa kesamaan, sistem yang tidak berinteraksi dalam keadaan yang
sama dan kita mengukur B dalam setiap sistem. Nilai rata-rata B
(disimbolkan dengan B) yang didefinisikan sebagairata-rata aritmatik dari
nilai pengamatan b1, b2, ........., bN:
N
b
j 1
j
(79)
B
N
dimana N, jumlah sistem.
Selain dengan cara diatas, kita juga dapat menentukan nilai rata-rata
dengan cara, mengalikan setiap nilai dengan banyaknya nilai tersebut
teramati kemudian menjumlahkannya, sehingga:
n b b
(80)
B b
N
dimana nb adalah banyaknya b teramati. Misalnya suatu kelas terdiri dari 9
siswa mengikuti kuis, hasil kuis tersebut nilainya adalah: 0, 20, 20, 60, 60,
71
80, 80, 80, 100. Hitung rata-rata nilai dengan menggunakan persamaan (3-
79) dan (3-80):
dengan persamaan (3-79) didapat:
N
b
j 1
j
0 20 20 60 60 80 80 80 100
B 56
N 9
dan dengan persamaan (3-80) didapat:
n b b
1(0) 2(20) 2(60) 3(80) 1(100)
B b
56
N 9
Persamaan (3-80) dapat ditulis kembali sebagai:
n
B b b
b N
(81)
Sekarang tinjau nilai rata-rata koordinat x untuk sistem satu partikel
satu dimensi dalam keadaan (x t). Koordinat x kontinyu disetiap range nilai
dan kebolehjadian pengamatan partikel antara x dan x + dx adalah II2 dx.
Penjumlahan dari kebolehjadian yang sangat kecil adalah sama dengan hasil
integrasinya sehingga (81) menjadi:
x ( x, t )
2
x dx
(82)
Untuk kasus satu partikel tiga dimensi, kebolehjadian menemukan partikel
dalam element volume pada titik (x, y, z) dengan tepi dx, dy, dz adalah
2
( x, y , z , t ) dxdydz
(83)
Jika kita inginkan kebolehjadian partikel berada pada antara x dan x+dx, kita
harus mengintegralkan persamaan (83) pada semua nilai yang mungkin dari
y dan z, sehingga (82) menjadi:
72
2
x ( x, y , z , t ) dydz xdx
2
x ( x, y , z , t ) xdxdydz
(84)
Sekarang tinjau nilai rata-rata dari beberapa sifat fisik B(x,y,z) yang
merupakan fungsi dari koordinat partikel. misalnya adalah energi potensial
V(x,y,z). Dengan alasan yang sama seperti yang diberikan pada persamaan
(3-84) menghasilkan:
2
B ( x, y , z ( x, y , z , t ) B ( x, y , z ) xdxdydz
(85)
B ( x, y , z ) * Bdxdydz
(86)
Secara umum, sifat B tergantung pada koordinat dan momentum:
B=B(x, y, z, Px, Py, Pz)
Sehingga untuk kasus satu partikel tiga dimensi, nilai rata-ratanya kita
postulatkan menjadi:
B * B x, y, z, i
, , dxdydz
x i y i z
B * Bdxdydz
(87)
Dimana B adalah operator mekanika kuantum
B * B (88)
dimana d menyatakan integral pada seluruh jangkauan 3n koordinat.
Fungsi keadaan dalam (88) harus ternormalisasi, karena kita mengambil *
sebagai rapatan kebolehjadian. Besaran B* dan *B tidak sama dengan
*B, kecuali B hanya merupakan fungsi koordinat. Dalam *Bd, satu
operator pertama pada dengan B untuk menghasilkan fungsi baru B,
kemudian dikalikan dengan *, dan mengintegralkannya pada seluruh ruang
sehingga menghasilkan suatu bilangan yaitu B.
Untuk keadaan stasioner, kita punya:
73
* B e iEt / * Be 1Et / e o * B * B
B * B (89)
Sehingga jika B tidak bergantung waktu, maka B tidak bergantung waktu
B * B * kd k * d k
hanya nilai yang mungkin kita dapatkan untuk B ketika kita melakukan
pengukuran.
B C B C (90)
Dimana B dan C adalah dua sifat. Meskipun demikian, nilai rata-rata dari
suatu perkalian sama dengan perkalian dari nilai rata-rata tidaklah selalu
benar.
BC B C
pengharapan tidak harus salah satu dari nilai yang mungkin kita dapatkan
74
Contoh: Temukan x dan px untuk keadaan ground stasioner dari partikel
Jawab.
[pers. (62)] kedalam postulat nilai rata rata [pers. (3-89)] menghasilkan:
c b a
x xd f * g * h * xfghdxdydz
0 0 0
x f ( x) dx g ( y ) dy h( z ) dz x f ( x)
2 2 2 2
x dx
0 0 0 0
x
a
2 a
x
a0 x sin 2 dx
a 2
(91)
sehingga:
c b a
p x * Pxd f * g *h* i f ( x) g ( y )h( z ) dxdydz
0 0 0
x
a b c
f * ( x) f ' ( x)dx g ( y ) dy h( z ) dz
2 2
px
i 0 0 0
a
px
i f ( x) f ' ( x)dx 2i
0
f 2 ( x) 0a 0 (92)
75
Karena * adalah kebolehjadian, kita akan mampu menormalisasi
pengali dari fungsi gelombang. Meskipun demikian, kita dapat melakukan ini
hanya jika integral di seluruh ruang * d ada. Jika integral ini ada,
bahwa harus kuadrat terintegral. Hal yang penting adalah partikel tidak
terikat. Sehingga fungsi gelombang untuk keadaan tidak terikat dan partikel
bernilai tunggal. Dia harus embarrassing jika teori kita memberikan dua
bahwa * juga akan bernilai tunggal. Sesuatu yang tidak mungkin untuk
memiliki banyak nilai (misalnya: (q) = -1, +1, i) dan masih memiliki *
bernilai tunggal.
menemukan bahwa untuk partikel dalam kotak ada ketidak kentinyuan dari
diluar kotak, tetapi pada persamaan sebelumnya (2-23) kita temukan bahwa
karena lompatan energi potensial yang sangat sangat besar pada dinding
76
kotak. Untuk kotak dengan ketinggian tertentu adalah kontinyu (sub bab
2.4).
9. Kesimpulan
Operator adalah Suatu aturan yang digunakan untuk mengubah satu
fungsi menjadi fungsi lain. penjumlah dan perkalian dari suatu operator
didefinisikan sebagai (A+B)f(x) Af(x) + Bf(x) dan ABf(x) A[Bf(x)].
Komutator dari dua operator adalah [A,B] AB-BA. Operator dalam mekanika
kuantum adalah linier, yang berarti bahwa memenuhi A[f(x)+g(x)] = Af(x) +
Ag(x) dan A[cf(x)]=cAf(x). Fungsi eigen F i dan nilai eigen bi dari operator B
mengikuti BFi=biFi.
Postulat mekanika kuantum dapat diterangkan:
(a) Keadaan dari suatu sistem digambarkan oleh fungsi gelombang
(fungsi keadaan atau fungsi gelombang) dari koordinat-koordinat dan
waktu. adalah bernilai tunggal, kontinyu dan kuadratnya terintegral
(kecuali keadaan tidak terikat).
(b) Untuk setiap sifat fisika B dari sistem, terdapat hubungan suatu
operator. Operator ini didapat dengan mengambil penjelasan mekanika
klasik untuk sifat dalam term koordinat kartesian dan momenta dan
menggantikan stiap koordinat x dengan x dan setiap komponen
momentum Px dengan -( /i)(/x).
(c) nilai Hanya mungkin dapat dihasilkan dari suatu pengukuran sifat B
adalah nilai eigen bi dari persamaan Bgi=bigi, dimana fungsi eigen g i
adalah memenuhi persyaratan yang disebut well behaved.
(d) Nilai rata-rata dari sifat B diberikan oleh B * B , dimana
adalah fungsi keadaan sistem.
(e) Fungsi keadaan dari sistem yang tak terganggu berubah dengan waktu
menurut -( /i)( /t)= , dimana adalah operator hamiltonian
(operator energi) dari sistem.
77
(f) Untuk sistem n partikel tiga dimensi, nilai persamaan (56) adalah
kebolehjadian menemukan partikel sistem dalam daerah yang sangat
kecil .
1. Postulat
Postulat adalah satu set pernyataan dasar yang kebenaran telah diuji
eksperimen serta pemakaiannya secara umum agar dapat diakui dan diterima
sistem yang ditinjau disebut variabel dinamis, sebagai contoh: posisi r, energi
78
demikian halnya dalam mekanika kuantum. Sebagai contoh: momentum
disatu titik yang posisinya tertentu bukanlah suatu observable (Prinsip ketidak
pastian).
Postulat I.
Suatu keadaan sistem dinamis yang terdiri dari N partikel dapat digambarkan
waktu tertentu t.
79
3. Fungsi harus memiliki kuadrat terintegralkan (integrable square)
kata lain, fungsi akan menuju nol pada tak terhingga (). Persyaratan ini
finit.
*d = 1 (1)
Postulat II.
yang bertalian dan sifat fisika observable dapat diperoleh dari sifat
i* jd = j **id (2)
80
sedangkan:
ditulis menjadi:
Theorema bahwa nilai eigen dari operator Hermite harus riel, bisa dibuktikan
dengan cara berikut ini: Andaikan terdapat satu set fungsi eigen I dari
ii =aii (6)
konstanta.
81
sehingga ai = ai* yang berarti bahwa nilai eigen ini haruslah nyata (real)
karena hanya bilangan nyata yang memiliki harga yang sama dengan harga
kompleks konjugasinya
Postulat III
terdapat satu set sistem identik dalam keadaan s. Andaikan pula bahwa s
kuantitas yang bertalian dengan pada anggota set yang berbeda, akan
selalu diperoleh jawaban as, hanya bila s dan memenuhi kondisi itu,
pengukurannya.
seri sistem identik agar tepat hasilnya (repreducible), maka keadaan sistem
harus digambarkan oleh fungsi yang merupakan fungsi eigen dari operator
n = En n (12)
82
Substitusikan pada sistem partikel tunggal akan menghasilkan:
- 2/2m V2 + V = E
(13)
atau
2/2m V2 + (E V) = 0 (14)
digunakan bila ingin menghitung sifat yang lain dari sistem dengan memilih
Postulat IV
dinyatakan oleh s yang bukan fungsi eigen dari . Sederet pengukuran sifat
yang bertalian dengan pada anggota set yang berbeda, tidak akan
a'
s s
a' (15)
s s
hasil eksperimen bila sistem tidak digambarkan oleh suatu fungsi eigen dari
suatu operator yang terlibat di dalamnya. Simbol <a> disebut harga rata-
rata atau harga yang diharapkan dari kuantitas yang bertalian dengan .
Tentu saja bila s merupakan fungsi eigen dari maka harga rata-rata akan
83
Kebanyakan riset modern dibidang kimia kuantum dan spektroskopi
postulat V.
Postulat V
Evolusi vektor keadaan (State vector) (q, t) dalam waktu diberikan oleh
hubungan:
i /t = (16)
Ditinjau dari partikel yang bergerak dalam kotak satu dimensi, partikel
dalam kotak sama dengan nol dan diluar kotak tak bergingga. Panjang kotak
84
adalah a. Observable yang menarik perhatian adalah energi partikel sehingga
Menurut postulat III, untuk memperoleh hasil yang sma dari sederet
sedangkan V = , sehingga:
0 x a
Gambar I. Partikel bergerak dalam kotak satu dimensi energi potensial =0
85
atau d2/dx2 = -2mE/2 (24)
suatu fungsi yang bila dideferensilakan dua kali akan memberikan fungsi itu
berharga tunggal mengandung arti bahwa harus sama dengan nol pada
pada fungsi . Jadi (0) = (l)=0. Jadi (0) adalah jelas nol tetapi (l) = A
dengan demikian:
a = n /l (n = 1, 2, 3, ....)
86
Untuk melengkapi perhitungan gelombang maka fungsi harus
dinormalkan, sehingga:
Bila dievaluasi integral ini akan memberikan A=(2/l) 1/2, secara ringkas fungsi
gelombang dan energi yang dibolehkan untuk partikel di dalam kotak adalah:
En = n2h2/8ml2 (31)
n n2
n=3
n=2
n=1
0 l 0 l
87
Untuk bilangan kuantum n yang sama, bila partikel bertambah berat atau
kotak bertambah besar, maka tingkat energi akan semakin rapat satu sama
lain. Hanya bila kuantitas ml2 memiliki orde yang sama dengan b 2 akan
ml2>> h2.
harus jadi identik dengan hasil klasik jika n menjadi amat besar. Yang penting
lainnya adalah hubungan antara tingkat energi dengan jumla node (simpul)
pada fungsi gelombangnya. Bila kedua node pada ujung/tepi kotak diabaikan,
maka fungsi gelombang n terdapat n-1 simpul. Node adalah titik dimana
fungsi gelombang menjadi nol. Sifat umum fungsi gelombang adalah semakin
banyak jumlah simpul pada fungsi gelombang, semakin besar energi pada
maka momentum dan energi kinetik partikel bertambah besar. Beberapa sifat
lain daripada partikel di dalam kotak akan ditinjau. Misalnya kita akan
i(d/dx).
88
Jelaslah bahwa 1 bukan fungsi eigen dari Px, sehingga sesuai dengan
postulat IV, sederet pengukuran Px tidak akan memberikan hasil yang sama.
Harga rata-rata dari sejumlah pengukuran Px pada stu set sistem identik
adalah nol.
sehingga adalah fungsi eigen dari P x2 dan satu seri pengukuran P x2 pada
satu set sistem identik akan memberikan hasil yang sama yakni nilai eigen:
bahwa harga rata-rata atau harga yang diharapkan: (P x)1=0, padahal di atas
tunggal Px akan memberikan salah satyu dari harga tersebut. Apa yang
89
pengukuran Px memberikan kemungkinan untuk memperoleh (Px) 1=
sehingga harga rata-ratanya akan menjadi nol. Yang penting adalah tidak
plus atau minus (2mE1)1/2. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa terdapat
ketidak pastian momentum dan besaran dari ketidak pastian tersebut adalah
2(2mE1)1/2. Jadi bila kita mengetahui partikel berada pada keadaan n, maka
posisi partikel adalah disuatu tempat didalam kotak. Sehingga ketidak pastian
XPx h (38)
memberikan ketelitian yang lebih besar dari pada tetapan Planck h. Tetapan
Planck, h adalah bilangan yang sangat kecil sehingga jelaslah bahwa prinsip
besar atau partikel bermassa besar. Bentuk yang lebih lengkap atau umum
XP 1/2 h (39)
dimana: x = ((x2)-(x)2)1/2
P = ((P2)-(P)2)1/2 (40)
90
Fakta lain yang menarik dari partikel di dalam kotak adalah semua fungsi
(i/j)=0 untuk ij
ij = ( i/j) (41)
Sifat yang dimiliki oleh delta Kronecker adalah ij = 1 untuk i=j dan ij untuk
d2/dx2=-2mE/ 2 adalah:
Untuk partikel dalam kotak tiga dimensi, persamaan nilai eigen di dalam
kotak adalah:
- 2/2m V2 = E (44)
(45)
91
YZ (2X/x2)+ XZ (2Y/y2) + XY (2Z/z2) = -2mE/2(XYZ) (46)
Bila dibagi dengan XYZ dan kemudian ditata ulang akan didapatkan
hubungan:
(47)
(48)
Hubungan di atas harus dipenuhi untuk semua harga x, y dan z. Ini bisa
benar hanya jika kedua ruas persamaan sama dengan konstanta. Dalam hal
dalam kotak satu dimensi, hanya saja diganti dengan X, Y dan Z sedangkan
92
Dan
(53)
(54)
E = (h2/ma2) (56)
Ternyata ada tiga kombinasi yang berbeda dari pada bilangan kuantum yang
dapat memberikan harga energi tersebut tadi. Jika harga nx, ny dan nz
Bila lebih dari satu keadaan memiliki energi yang sama, maka
93
prosedur yang sering dipakai dalam kimia kuantum. Aturan umumnya adalah
bila operator H = i hi. Maka jika setiap hi dapat dinyatakan sebagai fungsi
= ii(qi) (58)
Begitu pula energi total dapat dinyatakan sebagai jumlah dari energi
E = i E i (59)
TEORI PERTUBASI
teori partubasi.
H n = En . n (1 )
schrodinger
harmonik :
94
Hamiltonian (3 ) akan mendekati Hamiltinian untuk :
H = H - H o
(5 )
H = Ho + H (6 )
adalah :
H = Cx3 + dx4 (7 )
Dalam H on(o) = En(o) . n(o) , En(o) dan n(o) disebut energi non
pertubasi dan non pertubasi fungsi pusat n, untuk Ho sama dengan osilator
Catatan bahwa tanda (o) bukan berarti putaran pusat. Teori perbutasi bias
perbutasi system untuk ev dan ef yang diketahui pada non perbutasi system.
95
perbutasi, yang memberikan perubahan yang secara terus-menerus dari non
H = H o
+ xH (8 )
akan meningkat dan x = 1 pertubasi akan penuh hidup kita akan mengenali
Perturbasi ada dua macam, yaitu tingkat energi turbasi degenerate dan
nondegenerate.
Bilan (0)
pada fungsi gelombang beberapa partikel dengan energi En (0)
,
Hn =( H0 + H) n = Enn
q= koordinat-koordinat
96
En = En(=0 + En /)=0 + 2En /2)=0 2/2! + (10)
n (k)
= 1/k! kn /)=0 , En(k) = 1/k! En(=0 + kEn /)=0
n = n(0)+n(1) + 2 n 2 + + k n k + . (11)
En = En(0)+En(1) + 2 En 2 + + k En k + (12)
.
fungsi panjang gelombang dan energi. Kita akan mengasumsikan seri (13)
gelombang.
yang sesuai dengan yang kita inginkan, kondisi < n(0) I n>=1 disebut
97
mempengaruhi hasil dari koreksi energi. Jika mengiginkan akhir dari
menormalkan.
Karena persamaan ini benar untuk semua nilai dari dalam range 0
hingga 1, koofisien energi pada setiap sisi pada persamaan harus sama,
schrodinger didapat :
Asumsikan konvergen yang sesuai untuk dua seri pada tiap bagian dari (14)
menjadi sama untuk tiap nilai dari yang berbeda, koefisien daya dari
98
yang merupakan persamaan Cshrodinger nonperkubasi, persaman (2) dan
< n(0) I H(0) n(1) > - En(0) < n(0) I n(1)> = En(1)< n(0) I n(0) > < n(0) I
H I n(0)> . (18)
dan menggunakan sifat Hermitian untuk persamaan pada bagian kiri dari
(19):
= En0 n(0) , Em= 0 adalah real dan substitusi dari (19) ke (18) dan
Jika m=n, bagian kiri dari sebelumnya sama dengan nol dan (20) menjadi:
99
Koreksi orde pertama untuk energi diperoleh dari rata-rata perkubasi
dapat :
penggolongannya,
100
2. atom elektronegatif yaitu atom yang lebih suka menangkap electron
daripada melepaskannya. Atom ini memiliki elektronegativitas dan
potensial ionisasi yang relatif tinggi.
Dengan demikian ikatan antar atom dapat digolongkan menjadi :
1. Ikatan logam yaitu ikatan antar atom elektropositif dimana inti atom
yang diberikatan seakan tenggelam dalam awan elektron yang
menggelilinginya.
2. Ikatan kovalen yaitu ikatan antar atom elektronegatif karena
atom elektronegatif.
Li2
CsF F2
101
Perhatikan segitiga sama sisi di atas, dimana molekul AB memilki karakter
ikatan yang dinyatakan oleh fungsi gelombang :
AB = a. AB log am + b. AB kovalen + C.. AB ionik
Di sini a2 + b2 + c2 = 1.
Cl2, Br2 dan I2 memiliki karakter kovalen yang tercampur dengan karakter
ioniknya.
Ikatan antar molekul dapat bersipat lemah (ikatan van der Waals)
atau bersipat kuat (iaktan hidrogen). Bila ikatan van der Waals hanya
ditopang oleh gaya tarik menarik antar molekul (mekanika klasik) maka
ikatan hidrogen menjadi relatif kuat karena masih ditambah oleh adanya
bonding yang penuh elektron (berisi dua elektron) dari atom elektronegatif
elektronegatif (yang satu mengunakan orbital bonding dan yang lain orbital
102
non bonding). Situasi ikatan tersebut menyebabkan molekul yang memiliki
ikatan hidrogen memiliki ikatan titik didih yang relatif tinggi dibandingkan
ij = i j. d dimana :
a. dimana I = j maka ij = 1 (fungsi gelombang bersipat normal atau
i .d = i .d = 1).
2 2
ternolmalkan yaitu
i j. d = 0).
Setiap orbital hibrida (sp, sp2, sp3 dan lain-lain ) memiliki fungsi gelombang
yaitu memenuhi
i . d = j .d = 1 dan i j. d i j. d = 0.
2 2 2
Sebagai contoh :
adalah :
sp(i) = a1 s + b 1 p = 1
sp(ii) = a2 s + b2 p = 2
Sipat normal :
12. d = 22. d = 1
sehingga :
103
( a1 s + b1 p )2. d = ( a2 s + b2 p )2. d = 1
atau
Sipat orthogonal
1 2. d = 2 1. d = 0
sehingga
( a1 s + b1 p ).( a2 s + b2 p ) d = ( a2 s + b2 p ).( a1
s + b1 p ). d = 0
atau
sehingga
a1.a2 + b1.b2 = 0.
1.
104
1
Sehingga 2a1 2
= 1 atau a1 = a2 = 2. Total karakter p dalam
2
1
=- .
2
Karena pada sepasang orbital hibrida sp bersipat pelurus atau satu sama
lain maka b1 =
1 1
- b2 = = 2.
2 2
1 1
Apabila b1 = 2 maka b2 = 2 . Dengan demikian
2 2
sp
3
(i) = a1 st + b1 pz + c1 y + d1 px
1 1 1 1
= st + pz py + px
2 2 2 2
sp
3
(i) = a2 st + b2 pz + c2 y + d2 px
1 1 1 1
= st + pz py + px
2 2 2 2
sp
3
(i) = a3 st + b3 pz + c3 y + d3 px
1 1 1 1
= st + pz py + px
2 2 2 2
sp
3
(i) = a4 st + b4 pz + c4 y + d4 px
1 1 1 1
= st + pz py + px
2 2 2 2
105
4 Penentuan Energi Elektron Pi ( ) Dengan Pendekatan Partikel
4 E4
3 E3
2 E2
2 E2
n 2h 2
8ma 2
12 h 2 22 h 2 10.h 2
=2( + ) =
8ma 2 8ma 2 8ma 2
106
5 Penentuan Panjang Gelombang Warna Serapan Senyawa Poliena
Terkonjugasi
memiliki enam elektron karena ada tiga ikatan. Sesuai prinsif Aufbau
berikut :
6 E6
5 E5
4 E4
3 E3
2 E2
1 E1
4 2.h 2 16.h 2
E4 = = .
8ma 2 8ma 2
107
4 disebut LUMO (lowest unoccupied molecular orbital) karena
4 2.h 2 16.h 2
E4 = = .
8ma 2 8ma 2
8ma 2 hc 8ma 2 c
= =
7h 2 7h
dimana
Molekul Huckel)
108
H IJ HJ
E = Eij =
I
=
S IJ I J
HIJ = I H J . . d
*
S IJ = I J . d
*
= 1 bila i = j
= 0 bila i j.
yaitu :
H 21 ES 21 H 22 ES 22 H 23 ES 23 H 24 ES 24
H 41 ES 41 H 42 ES 42 H 43 ES 43 H 44 ES 44
atau
109
E 0 0
E 0
0 E
0 0 E
E
bila disubstitusikan = x maka determinan sekuler menjadi sebagai
berikut :
x 1 0 0
1 x 1 0
0 1 x 1
0 0 1 x
x 1 0 1 1 0 1 x 0 1 x 1
x 1 x 1 -1 0 x 1 +0 0 1 1 -0 0 1 x =0
0 1 x 0 1 x 0 0 x 0 0 1
x4 x2 x2 x2 + 1 = 0
x4 3x2 + 1 = 0
3 94 3 2,2
x2 =
2 2
110
Untuk x2 = 0,4 diperoleh x = 0,6
E
Dari x = diperoleh E = 1,6. dan E 0,6.
4 1,6
3 0,6
2 0,6
1,6
1
E 12 06, 1,6
22 h 2 12 h 2 3h 2
=
8ma 2 8ma 2 8ma 2
3h 2
jadi erg
8ma 2
dimana
111
4,8h 2 12 h 2
E1 1,6
8ma 2 8ma 2
atau
h2 4,8h 2 5,8h 2
erg
8ma 2 8ma 2 8ma 2
O 2 2
7 Penutup
dualisme elektron baik sebagai materi yang memiliki massa dan kecepatan
ikatan kimia baik ikatan antar atom maupun atar molekul. Teori ikatan yang
digunakan adalah teori ikatan valensi ( Valence Bond Theory) yang berpegang
pada ikatan yang terjadi karena keterlibatan elektron valensi (elektron pada
orbital terluar saja) dan teori orbital molekul ( Moleculer Orbital Theory) yang
112
melibatkan semua elektron dalam pembentukan ikatan kimia molekul.
Hibridisasi adalah kasus khusus dari teori ikatan valensi ; demikian pula
halnya dengan teori tolakan pasangan elektron kulit valensi (VSEPR, Valence
Shell Electron Pair Repulsion Theory). Menurut teori VSEPR, ikatan kimia yang
paling stabil memiliki tolakan pasangan elektron antar orbital bonding dan
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, 1992, Physical Chemistry, Third Edition, John Willey and Son, New
york
113