Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, maka masalah kesehatan khususnya

kesehatan gigi dan mulut semakin lama makin meningkat pula. Hal ini disebabkan

timbulnya penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berinteraksi satu dengan lainnya yakni faktor pendidikan, status sosial,

penghasilan, pola makan, pekerjaan, bahkan budaya manusia itu sendiri (Farjekov,

1997). Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun

perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh

90% penduduk Indonesia (Anitasari, 2005). Berbagai tindak dan upaya kesehatan

baik secara primer maupun sekunder telah banyak dilakukan untuk mencegah dan

mengobati penyakit gigi dan mulut.

Telah banyak dilakukan penelitian dengan memanfaatkan bahan alam yang

kesemuanya bertujuan untuk menghasilkan obat-obatan dalam upaya mendukung

program pelayanan kesehatan gigi. Pemanfaatan bahan alam dianggap sebagai hal

yang sangat bermanfaat karena sejak dahulu masyarakat kita telah percaya bahwa

bahan alam mampu mengobati berbagai macam penyakit. Selain itu, bahan alam

yang digunakan sebagai obat jarang menimbulkan efek samping yang merugikan

dibandingkan obat yang terbuat dari bahan sintetis. Masyarakat telah mengenal

secara luas dan turun temurun penggunaan obat obatan tradisional. Salah

satunya adalah pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Pegagan ini sudah
dimanfaatkan dalam bentuk bahan segar, kering maupun dalam bentuk ramuan

atau jamu (Wijayakusuma, dkk, 2000).

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah tumbuhan obat potensial, dan

telah banyak digunakan sebagai bahan untuk membuat sediaan herbal (Sudarsono,

Gunawan, dan Wahyono, 2002). Tumbuhan ini telah dimanfaatkan untuk obat

kulit, menurunkan tekanan darah tinggi dan karena sifat herbanya yang sejuk

tanaman ini berkhasiat sebagai anti infeksi, mempercepat penyembuhan luka dan

sebagai anti fibrosis pada hati (Setiawan, 2006). Pegagan mengandung beberapa

komponen aktivitas biologis yang sangat bermanfaat dan menjadi salah satu

tumpuan harapan manusia dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan.

Diantara sekian banyak kandungan bahan aktif pada tanaman Centella asiatica

seperti asam bebas, mineral, vitamin B dan C, bahan utama yang dikandungnya

adalah steroid yaitu triterpenoid glycoside. Komponen dari triterpenoid ini

meliputi asiaticosida dan madecassosida. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Setiawan (2006) secara umum, pegagan berkasiat sebagai hepatoprotektor yaitu

melindungi sel hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan zat berbahaya.

Dalam upaya pengembangan pegagan (Centella asiatica) menjadi salah

satu obat tradisional yang aman digunakan pada manusia, maka perlu dilakukan

serangkaian uji. Salah satu uji yang dilakukan adalah mengetahui sitotoksisitas

ekstrak daun pegagan terhadap sel fibroblast. Fibroblas merupakan tipe sel untuk

digunakan uji sitotoksisitas yang merupakan sel mesenkim dasar pada jaringan

dewasa, yang berfungsi mensintesa komponen-komponen jaringan pengikat,

yaitu kolagen. Fibroblast merupakan salah satu sel jaringan ikat dalam rongga

mulut yang paling khas dan berperan penting dalam perkembangan dan
pembentukan struktur jaringan. Saat proses penyembuhan luka, sel utama yang

terlibat adalah fibroblas. Pada saat jaringan mengalami keradangan, maka

fibroblas akan segera bermigrasi ke arah luka, berproliferasi dan memproduksi

matriks kolagen untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Fawcett, 2002).

Senyawa asiaticosida dan madekossida pada daun pegagan (Centella

asiatica (L.) Urban) merupakan salah satu jenis antibakteri alami dari golongan

saponin. Dikatakan juga, saponin dalam tanaman ini mempunyai manfaat

mempengaruhi collagen (tahap pertama dalam perbaikan jaringan), sehingga

fibroblast mampu berproliferasi lebih cepat dalam pembentukan jaringan ikat baru

(Setiawan, 2006).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muh.Yuli Bahtiyar (2012)

menunjukkan hasil bahwa senyawa golongan saponin dari ekstrak daun pegagan

(Centella asiatica (L.) Urban) mempunyai daya antibakteri dengan cara

mengganggu permeabilitas membran sel bakteri dan menyebabkan bakteri lisis.

Berdasarkan hal diatas, maka penulis perlu melakukan penelitian tentang uji

sitotoksisitas ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap sel

fibroblast sebelum diaplikasikan pada rongga mulut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas timbul masalah, apakah ekstrak

daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) toksik terhadap sel fibroblast ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui sitotoksisitas ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

(L.) Urban) terhadap sel fibroblast.

1.3.2 Tujuan Khusus


Untuk mengetahui sitotoksisitas ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.)

Urban terhadap proliferasi sel fibroblast.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah untuk menambah

informasi ilmiah tentang daya sitotoksisitas ekstrak daun pegagan (Centella

asiatica (L.) Urban) terhadap sel fibroblast, sehingga dapat menjadi salah satu

alternatif untuk penyembuhan luka di rongga mulut.

Вам также может понравиться