Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Nim : 2101140517
Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970
pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 -
1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno
menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya -
berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah
pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada
sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai
presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai
pejabat Presiden Republik Indonesia
1. Teori Sifat (Trait Theory) Teori sifat barangkali dapat memberikan arti lebih realistik terhadap
pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran prilaku pemikir
psikologi, yaitu suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifatsifat kepimpinan itu tidak
seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dapat dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman.
Dengan demikian maka perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifatsifat umum
yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau
dibuat. Keith Devis merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi antara lain:
a) Kecerdasan. Hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun
demikian pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.
b) Kedewasaan dan keluasaan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas
sosial.
c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
d) Sikapsikap hubungan kemanusiaan. Pemimpinpemimpin yang berhasil mau mengakui
harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
2. Teori Kelompok Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai
tujuantujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan
pengikutpengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran
antara pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan juga konsepkonsep sosiologi tentang
keinginankeinginan mengembangkan peranan. Para pemimpin yang memperhitungkan
pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja.
3. Model Kepemimpinan Kontijensi dari Fiedler Model ini berisi tentang hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan itu diterangkan oleh Fielder dalam
hubungannya dengan dimensidimensi empiris sebagai berikut:
a) Hubungan pemimpinanggota. Hal ini merupakan variabel yang paling penting didalam
menentukan situasi yang menyenangkan tersebut.
b) Derajat dan struktur tugas. Dimensi ini merupakan masukan yang sangat penting, dalam
menentukan situasi yang menyenangkan.
c) Politisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi ini merupakan
dimensi yang sangat penting ketika di dalam situasi yang sangat menyenangkan.
4. Teori Jalan KecilTujuan (PathGoal Theory) Secara umum berusaha untuk menjelaskan
pengaruh prilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasaan dan pelaksanaan pekerjaan
bawahannya. Adapun teori jalan kecil tujuan, memasukkan empat tipe atau gaya utama
kepemimpinan sebagai berikut:
a) Kepemimpinan direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis.
Bawahan tahu senantiasa apa yang diharapkan dirinya dengan pengarahan yang khusus
diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.
b) Kepemimpinan yang mendukung. Tipe kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan
untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati dan mempunyai perhatian
kemanusiaan yang murni terhadap bawahan.
c) Kepemimpinan yang partisipatif. Gaya kepemimpinan ini berusaha meminta dan
mempergunakan saranasarana dari bawahannya untuk berprestasi.
2. Tipologi yang Paternalistik Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan
masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat pedesaan. Persepsi
seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasional
dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada
umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang
bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh
petunjuk. Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternalistik
mempunyai sifat-sifat tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan memberikan perhatian
terhadap kepentingan kesejahteraan bawahannya. Akan tetapi sebaliknya, pemimpin yang
paternalistik mengharapkan bahwa kehadiran atau keberadaannya dalam organisasi tidak lagi
dipertanyakan oleh orang lain. Dengan perkataan lain, legitimasi kepemimpinannya dipandang
sebagai hal yang wajar dan normal, dengan implikasi organisasionalnya seperti kewenangan
memerintah dan mengambil keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan para bawahannya.
Ditinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang
paternalistik kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol juga. Artinya
pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang dan semua satuan
kerja yang terdapat didalam organisasi seadil dan serata mungkin. Dalam organisasi demikian
tidak terdapat penonjolan orang atau kelompok tertentu, kecuali sang pemimpin dengan
dominasi keberadaanya.
3. Tipe yang Kharismatik Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi
oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara
konkrit mengapa orang tertentu tidak dikagumi. Sesungguhnya sangat menarik untuk
memperhatikan bahwa para pengikut seorang pemimpin yang kharismatik tidak
mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan prilaku dan gaya yang digunakan pemimpin
yang diikutinya itu. Penampilan fisik ternyata bukan ukuran yang berlaku umum karena ada
pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik yang kalau dilihat dari
penampilan fisiknya saja sebenarnya tidak atau kurang mempunyai daya tarik. Usia pun tidak
selalu dapat dijasikan ukuran. Sejarah telah membuktikan bahwa seorang yang berusia relatif
muda pun mendapat julukan sebagai pemimpin yang kharismatik. Jumlah harta yang dimiliki
pun nampaknya tidak bisa digunakan sebagai ukuran. Hanya saja jumlah pemimpin yang
tergolong sebagai pemimpin yang kharismatik tidak besar dan mungkin jumlah yang sedikit ini
juga yang menyebabkan, sehingga tidak cukup data empirik yang dapat digunakan untuk
menganalisis secara ilmiah karakteristik pemimpin yang sedemikian dengan rinci.
4. Tipe yang Laissez Faire Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire
tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada
umumnya organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa-apa
yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak terlalu sering melakukan
intervensi dalam kehidupan organisasional. Dengan sikap yang persuasif, prilaku seorang
pemimpin yang laissez faire cenderung mengarah kepada tindak-tanduk yang memperlakukan
bawahan sebagai rekan kerja, hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin diperlukan sebagai
akibat dari adanya struktur hirarki organisasi. Dengan telah mencoba mengidentifikasi
karakteristik utama seorang pemimpin yang laissez faire ditinjau dari kriteria persepsi, nilai dan
prilaku diatas, mudah menduga bahwa gaya kepemimpinan yang digunakannya adalah
sedemikian rupa sehingga:
a) Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.
b) Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pemimpin yang lebih rendah
dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ternyata
menuntut keterlibatannya secara langsung.
c) Status quo organisasional tidak terganggu.
d) Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang inovatif dan
kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
e) Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan prilaku dan prestasi kerja
yang memadai intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat
yang minimum.
5. Tipe yang Demokratik Tipe pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah
pemimpin yang demokratik. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya
selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga
bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin yang demokratik menyadari benar bahwa
akan timbul kecenderungan dikalangan para pejabat pemimpin yang paling rendah dan
dikalangan para anggota organisasi untuk melihat peranan suatu kerja dimana mereka berada
sebagai peranan yang paling penting, paling strategis dan paling menentukan keberhasilan
organisasi mencapai berbagai sasaran organisasional, prilaku mendorong para bawahan
menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-
sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik dari orang lain, terutama
bawahannya. Bahkan seorang pemimpin yang demokratik tidak akan takut membiarkan para
bawahannya berkarya meskipun ada kemungkinan prakarsa itu akan berakibat kesalahan. Jika
terjadi kesalahan, pemimpin yang demokratik berada disamping bawahan yang berbuat
kesalahan itu, bukan untuk menindak atau menghukumnya, melainkan meluruskannya
sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu dan dengan
demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab. Karakteristik penting
seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif ialah dengan cepat menunjukkan
penghargaannya kepada para bawahan yang berprestasi tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
3. 1 Kesimpulan
Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah
dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya. Presiden
Soekarno adalah bapak proklamator, seorang orator ulung yang bisa membangkitkan semangat
nasionalisme rakyat Indonesia. Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang sangat populis,
bertempramen meledak-ledak, tidak jarang lembut dan menyukai keindahan. Gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi
yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik, cocok
diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang juga menonjol dan Ir. Soekarno adalah
percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan ide dan
gagasan baru.
3. 2 Saran
Sebagai seorang pemimpin yang menginginkan kemajuan bagi Negara dan rakyat
yangdipimpinnya, hendaknya seorang pemimpin harus memiliki Pengetahuan umum yang
luas,Kemampuan, Sikap yang intuitif atau rasa ingin tahu, Kemampuan Analitik,
Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, Keterampilan Mendidik, Kemampuan Menentukan
Prioritas, Naluri yang Tepat, Keteladanan, Menjadi Pendengar yang Baik, Ketegasan dan
keberanian, sertaorientasi masa depan. Semuanya itu akan sangat diperlukan oleh seorang
calon pemimpin sebagai persiapan mental yang menjadi saat sekarang, belajar dari masa lalu
dan rencana dimasa depan.