Вы находитесь на странице: 1из 33

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas kronik yang

ditandai oleh serangan panik parah yang berulang dan tak terduga, frekuensi

serangannya bervariasi mulai dari beberapa kali serangan dalam setahun hingga

beberapa serangan dalam sehari. Serangan panik dapat pula terjadi pada jenis

gangguan cemas yang lain, namun hanya pada gangguan panik, serangan terjadi

meskipun tidak terdapat faktor presipitasi yang jelas.

Gangguan panik dapat timbul bersama gangguan mood, dengan gejala

mood secara potensial meningkatkan onset serangan panik. Gangguan panik juga

bisa didiagnosis dengan atau tanpa agoraphobia. Selain itu gangguan panik juga

biasanya menyertai penyakit somatik (comorbid) seperti PPOK, IBS, migraine,

dan meningkatkan frekuensi serangan jantung. Oleh karena itu skrening dan

pemeriksaan yang tepat terhadap gangguan panik sangat dibutuhkan untuk efikasi

terapi, efisiensi biaya dan waktu pengobatan.

Pasien gangguan panik sering ditemukan pada mereka yang berada pada

usia produktif yakni antara 18-45 tahun. Selain itu penderita gangguan panik lebih

umum ditemukan pada wanita, terutama mereka yang belum menikah serta wanita

post-partum, serangan panik jarang ditemukan pada wanita hamil.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. PM

Umur : 42 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMA ( Tamat )

Pekerjaan : IRT

Alamat : Turen

2
B. Anamnesis

Keluhan utama : Cemas

Riwayat gangguan sekarang :

Dialami sejak 1 tahun yang lalu, dan makin memberat 1 bulan terakhir.

Awalnya 1 tahun yang lalu pasien menderita demam tifoid, dan sempat dirawat di

puskesmas selama 10 hari. Sejak saat itu pasien selalu merasa cemas dan takut

mati apalagi bila pasien mendengar tentang berita kematian. Saat ini pasien

merasa cemas, karena 2 minggu ke depan suami pasien akan melakukan

perjalanan Papua selama 1 minggu, hal tersebut sangat membebani pikiran pasien.

Pasien terkadang merasa sulit untuk bernapas, seperti tercekik, sesak, jantung

berdebar-debar, sakit kepala, pusing, keringat dingin, nyeri ulu hati, susah tidur,

dan seperti mau mati. Hal ini sudah dirasakan oleh pasien sebanyak 3 kali selama

kurun waktu 1 bulan. Keadaan ini biasanya muncul secara tiba-tiba, sehingga

pasien merasa takut untuk keluar rumah. Pasien juga sering merasa cepat lelah

meskipun mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak menguras banyak energi.

Menurut suami pasien, akhir-akhir ini pasien tampak seperti kehilangan minat

untuk beraktivitas, tetapi disaat pasien tidak merasa cemas, pasien masih dapat

mengerjakan kegiatan sehari-harinya seperti biasa. Pasien memang sering

mengalami cemas yang berlebihan meskipun menghadapi suatu masalah yang

kecil, seperti disaat pasien ingin buang air kecil di malam hari, pasien akan

membangunkan suaminya untuk mengantarnya ke kamar mandi yang terletak

3
tidak jauh dari kamar tidur pasien, pasien merasa takut apabila terjadi sesuatu hal

yang tidak diinginkannya saat pasien sedang berada di kamar mandi.

Sekitar 2 bulan yang lalu kakak ipar pasien meninggal dan di saat bersamaan

suami pasien juga sakit, pasien sangat takut apabila suaminya meninggal, seperti

kakak iparnya. Tidak lama setelah meninggalnya kakak ipar pasien, muncul

beberapa masalah keluarga yang membebani pikiran pasien, mulai dari konflik

keluarga pasien dengan saudara-saudaranya yang sedang mempersoalkan masalah

harta warisan, dan dengan keluarga suaminya yang mempersoalkan masalah surat-

surat tanah yang dimiliki oleh pasien.

Sejak 1 tahun terakhir pasien rajin kontrol ke dokter ahli penyakit dalam

mengenai penyakitnya tersebut, namun dokter tersebut mengatakan tidak ada

kelainan atau penyakit yang bermakna.

Hendaya / disfungsi :

Hendaya dalam bidang sosial (-)

Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)

Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)

4
Faktor stressor psikososial :

Di tahun 2015, pasien menderita demam tifoid, dan dirawat di puskesmas

selama 10 hari.

Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikik

sebelumnya : Tidak ada

Riwayat gangguan sebelumnya :

Trauma (-)

Infeksi (+), tahun 2015 pasien menderita demam tifoid dan dirawat di

RSWS selama 10 hari.

NAPZA (-)

Riwayat kehidupan pribadi:

1. Riwayat Prenatal Dan Perinatal

Pasien lahir normal, ditolong oleh dukun di rumah pasien, pada

tanggal 8 Agustus 1975. Berat badan lahir tidak diketahui. Pasien tumbuh

dan berkembang dengan baik serta mendapat ASI.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 Tahun)

Pasien diasuh oleh orang tua pasien. Pertumbuhan dan

perkembangan pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan

5
perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang

menonjol.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 Tahun)

Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan cukup mendapat perhatian

dan kasih sayang. Pasien sangat dimanja oleh kedua orangtuanya, kemana-mana

selalu diantar dan ditemani oleh ayahnya. Sehingga, pasien sering merasa takut

apabila mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Pasien juga menjadi tidak mandiri

dan tidak bisa mengambil keputusan di saat menghadapi suatu masalah. Pasien

masuk sekolah dasar saat berumur 6 tahun, pasien bersekolah di Turen. Selama di

Sekolah Dasar pasien bergaul dengan anak sebayanya. Hubungan dengan teman-

teman sekelasnya baik. Pasien tidak pernah tinggal kelas. Prestasi pasien saat

bersekolah biasa-biasa saja.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir Dan Remaja (Usia 12-18 Tahun)

Tamat dari SD, pasien bersekolah di SMP Turen dan melanjutkan

pendidikannya di SMA Turen. Selama di sekolah pasien dikenal sebagai seorang

yang pendiam. Hubungan pasien dengan teman-temannya baik, begitu pula

hubungan pasien dengan keluarga. Pasien tidak mempunyai masalah yang berat

dalam keluarga.

5. Riwayat Pekerjaan

Setelah tamat SMA, pasien tidak bekerja secara formal. Sekarang

pasien seorang ibu rumah tangga.

6
6. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah di awal tahun 2003 dengan seorang pria yang bekerja

sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang berusia 3 tahun lebih tua dari pasien.

Saat pasien menikah, pasien berusia 28 tahun. Sekarang pasien dikaruniai 2 orang

anak perempuan. Anak pertama berusia 11 tahun, dan anak kedua berusia 7 tahun.

Setelah menikah, pasien masih sering merasa takut apabila mengerjakan segala

sesuatunya sendiri, sehingga pasien biasa ditemani oleh suaminya. Pasien lebih

sering meminta suaminya untuk mengambil sebagian besar keputusan penting

untuk dirinya dan mengenai masalah yang sedang dihadapinya.

7. Riwayat Kehidupan Sosial

Hubungan pasien dengan tetangga dan teman-teman sebayanya terjalin

dengan baik.

8. Riwayat Kehidupan Agama

Pasien beragama islam dan seorang yang taat beribadah.

9. Riwayat kehidupan keluarga

Pasien adalah anak terakhir dari 7 bersaudara (, , , , , , ). Ayah

pasien telah meninggal sejak 6 bulan yang lalu, sewaktu masih hidup ayah pasien

bekerja sebagai karyawan wiraswasta di bidang tekstil. Sedangkan, ibu pasien

seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA. Pasien sangat dekat

dengan kedua orang tuanya.

7
Setelah ayah pasien meninggal, saudara-saudara pasien mulai meributkan

masalah harta warisan, pasien sebenarnya tidak mempersalahkan masalah harta

warisan tersebut, akan tetapi kakak pertama dan kakak ketiga pasien saling salah

paham dan menjatuhkan satu sama lain. Pada situasi ini, kakak pasien selalu

mengutarakan dan meminta pendapat pasien mengenai pembagian harta warisan

tersebut, konflik dalam keluarga pasien inilah yang membuat pikiran pasien

semakin kacau.

10. Situasi sekarang

Saat ini pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya.

11. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :

Pasien merasa terganggu dengan penyakitnya dan pasien ingin

sembuh dari penyakitnya.

AUTOANAMNESIS

Tanggal : 3 Mei 2017 Ket : Iship (Dokter Internship)

Pukul : 11.00 11.30 P (Pasien)

Tempat : Poli Jiwa

Iship : Assalamualaikum, bu..

P : Walaikumsalam, dok.

Iship : Perkenalkan saya dokter Aulia. Boleh saya tahu nama ibu siapa?

8
P : P dok.

Iship : Berapa umur ibu sekarang?

P : 42 tahun, dok.

Iship : Apa pekerjaan ibu?

P : Ibu Rumah tangga.

Iship : Apa keluhan ibu sehingga ibu datang kesini?

P : Saya selalu merasa cemas dok.

Iship : Sejak kapan ibu selalu merasa cemas?

P : Kalau tidak salah sejak 1 tahun yang lalu dok, waktu saya sakit tipes,

sejak sakit itu dok, saya selalu merasa cemas. Pada saat itu, saya takut mati,

karena penyakit saya dok.

Iship : Sejak 1 tahun itu ibu selalu merasa cemas?

P : Tidak juga dok, waktu saya sembuh dari penyakit itu, cemasnya sudah

berkurang, kadang ada kadang tidak, biasa dalam 1 bulan itu dok tidak pernah

muncul. Tapi, 1 bulan terakhir lagi ini, baru mengganggu sekali lagi saya rasa ini

perasaanku.

Iship : Kalau boleh saya tau, pada keadaan-keadaan apa saja yang membuat ibu

merasa cemas?

9
P : Banyak dok yang bisa bikin saya cemas. Begini dok, waktu itu, mungkin

2 bulan yang lalu, kakak ipar saya meninggal, terus waktu itu suami saya juga

sakit, perasaan saya itu sangat was-was, saya takut kalau suami saya juga

meninggal, seperti kakak iparku. Saya memang takut, kalau dengar tentang berita-

berita kematian dok. Apalagi akhir-akhir ini saya punya banyak masalah.

Iship : Masalah apa yang sedang ibu hadapi sekarang?

P : Banyak dok, sekarang ini saudara-saudara saya sedang

memperebutkan harta warisan terus sepertinya saya yang merasa pusing dok,

padahal sebenarnya saya tidak mempermasalahkan masalah harta warisan itu dok,

belum lagi keluarga suami juga mempeributkan masalah surat-surat tanah, pusing

saya rasa dok kalau banyak sekali masalah.

Iship : Bagaimana dengan keluarga ibu?

P :Keluarga saya baik-baik saja dok. Saya punya dua orang anak, dua-

duanya perempuan dok. Kalau dalam keluarga tidak ada masalah dok, paling nanti

kalau ada yang sakit baru mucul lagi ini rasa cemasku dok. Yang saya pikir lagi

sekarang ini, suami saya mau ke Papua 2 minggu lagi, dan dia 1 minggu di sana,

saya takut kalau dia kenapa-kenapa di sana dok.

Iship : Insya Allah tidak seperti itu bu, ibu jangan terlalu menncemaskan hal

tersebut, nanti dokter akan berikan obat untuk penyakit ibu. Apa ibu juga merasa

susah tidur?

10
P :Iya dok. Biasanya saya tidur habis isya tapi lama itu baru saya bisa tidur

lelap. Biasanya kalau saya minum obat yang dikasi sama dokter ahli penyakit

dalam, nyenyak tidur ku tapi kalau saya coba-coba hentikan begitu, susah lagi

saya tidur.

Iship : Ibu sering ke poli penyakit dalam?

P : Iya dok. kalau saya sakit saya selalu periksa tentang penyakit saya ini.

Tapi dokter selalu bilang kalau itu cuma perasaan saya saja.

Iship :Maaf bu, kalau boleh saya tau, ibu biasanya ke poli penyakit dalam

dengan keluhan apa?

P :Yah, karena itu dok, sesak, jantung berdebar-debar, biasa juga karena

masalah pencernaan dok, sering-sering juga sakit ulu hatiku. Biasa saya diberikan

obat lanzoprazole.

Iship : Kalau ibu minum obat itu, apakah nyeri yang ibu rasakan berkurang?

P :Iya berkurang dok.

Iship :Apa selama sakit ibu juga merasa cepat lelah?

P :Iya, cepat lelah, capek, lemah, loyo, baru kerja sedikit capek dok, sampai

berkeringat dingin biasanya. Tapi kalau tidak datang ini penyakitku, saya yang

kerja semua, menyapu, mengepel, cuci piring, masak, saya semua yang kerja tapi

kalau datangmi lagi sakitku biasanya suami sama anakku yang tertua itu yang

bantu-bantu.

11
Iship :Bagaimana dengan nafsu makan ibu?

P :Saya memang sedikit porsi makanku dok, tapi akhir-akhir ini saya tambah

malas makan dok.

Iship :Ibu kalau waktu istirahat atau waktu-waktu senggang apa yang biasanya

ibu lakukan?

P :Paling nonton TV dok, tapi paling sering kalau lagi tidak ada saya

baring-baring di kamar dok.

Iship :Kalau begitu terima kasih banyak ya bu atas waktunya. Semoga ibu cepat

sembuh ya.

P : Iya sama-sama dok.

12
Pemeriksaan status mental

Deskripsi umum

Penampilan : Seorang wanita, wajah sesuai umur, berpakaian dan

berpenampilan rapi, baju lengan panjang berwarna biru, celana panjang

berwarna hitam, jilbab hitam, perawakan kurus, cara berjalan biasa.

Kesadaran : Baik

Perilaku dan aktivitas psikomotor : tampak tenang.

Pembicaraan : Bicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume suara

biasa.

Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

Keadaan Afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi), empati,

perhatian

Mood : Cemas

Afek : Normotimia

Empati : Dapat di rasakan

Fungsi intelektual (kognitif)

Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan

taraf pendidikan

Daya konsentrasi : Baik

13
Orientasi (waktu, tempat dan orang) : Baik

Daya ingat (segera, jangka pendek dan jangka panjang) : Baik

Pikiran abstrak : Baik

Bakat kreatif : Tidak ada

Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

Gangguan persepsi

Halusinasi : tidak ada

Ilusi : tidak ada

Depersonalisasi : tidak ada

Derealisasi : tidak ada

Proses berpikir

Arus Pikiran

Produktivitas : Baik

Kontinuitas : Relevan dan koheren

Hendaya berbahasa : Tidak ada

Isi pikiran

Preokupasi : Pasien merasa cemas karena suami pasien akan keluar kota 2

minggu ke depan selama 1 minggu.

14
Gangguan pikiran : Waham tidak ada

Pengendalian impuls : baik

Daya nilai

Norma sosial : Baik

Uji daya nilai : Baik

Penilaian realitas : Baik

Tilikan (insight) : Derajat 6 (pasien sadar dirinya sakit dan perlu

pengobatan)

Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Pemeriksaan Fisik:

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit kuat angkat

Frekuensi pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,6 C

Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus, jantung, paru-paru dalam batas

normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

15
DIAGNOSIS MULTI AKSIAL

Aksis I : gangguan panik (F41.0)

Aksis II : Ciri Kepribadian Dependen.

Aksis III : Tidak ada diagnosis.

Aksis IV :Di tahun 2011, pasien menderita demam tifoid, dan

dirawat di RSWS selama 10 hari.

Aksis V : GAF Scale 70-61

PROGNOSIS

Bonam

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor :

Faktor pendukung :

Pasien sadar dirinya sakit dan mau berobat.

Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.

Faktor Penghambat :

Banyaknya masalah yang dihadapi oleh pasien.

RENCANA TERAPI

1. Farmakoterapi

Alprazolam 0,5 mg - -

16
Fluoxetin 20 mg 1 - 0 - 0

2. Psikoterapi suportif :

Ventilasi : memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapakan

isi hati dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.

Konseling : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien tentang

penyakitnya dan memberikan saran-saran yang dapat membantu dalam

menyelesaikan masalahnya.

Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang

keadaan pasien dengan masalah yang dihadapinya sehingga dapat

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menyembuhkan pasien.

FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas

terapi dan efek samping dari obat yang diberikan.

17
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Istilah panik berasal dari kata Pan. Pan adalah dewa Yunani setengah hantu

yang tinggal di pegunungan dan hutan yang perilakunya sangat sulit diduga. Pada

tahun 1895 deskripsi gangguan panik pertama kali dikemukakan oleh Sigmund

Freud dalam kasus agorafobia. Serangan panik merupakan ketakutan akan

timbulnya serangan serta diyakini akan segera terjadi. Individu yang mengalami

serangan panik berusaha untuk melarikan diri dari keadaan yang tidak pernah

diprediksi.

Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang

spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan atau

ketakutan yang kuat dan relative singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang

disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea. Frekuensi

pasien dengan gangguan panik mengalami serangan panik adalah bervariasi dari

serangan multiple dalam satu hari sampai hanya beberapa serangan selama

setahun. Di Amerika Serikat, sebagian besar peneliti dibidang gangguan panik

percaya bahwa agoraphobia hampir selalu berkembang sebagai suatu komplikasi

pada pasien yang memiliki gangguan panik.

18
B. EPIDEMIOLOGI

Penelitian epidemiologi telah melaporkan prevalensi seumur hidup untuk

gangguan panik adalah 1,5-5 % dan untuk serangan panik adalah 3 5.6 %.

Sebagai contohnya, satu penelitian terakhir pada lebih dari 1.600 orang dewasa

yang dipilih secara acak di Texas menemukan bahwa angka prevalensi seumur

hidup adalah 3,8 % untuk gangguan panik, 5,6 % untuk serangan panik, dan 2,2 %

untuk serangan panik dengan gejala yang terbatas yang tidak memenuhi kriteria

diagnostik lengkap.

Jenis kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki,

walaupun kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki mungkin berperan

dalam distribusi yang tidak sama tersebut. Perbedaan antara kelompok Hispanik,

kulit putih non-Hispanik, dan kulit hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-

satunya yang dikenali berperan dalam perkembangan gangguan panik adalah

riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama. Gangguan paling sering

berkembang pada dewasa muda - usia rata-rata timbulnya adalah kira-kira 25

tahun. Tetapi baik gangguan panik maupun agorafobia dapat berkembang pada

setiap usia. Sebagai contohnya. gangguan panik telah dilaporkan terjadi pada

anak-anak dan remaja. dan kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.

19
C. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Faktor Biologis

Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah

menghasilkan berbagai temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan

panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di dalam struktur otak dan

fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian lainnya telah menghasilkan

hipotesis yang melibatkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat di dalam

patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien

gangguan panik telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik,

beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang berulang dan berespon secara

berlebihan terhadap stimuli yang sedang. Sistem neurotransmiter utama yang

terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

Faktor Genetika

Gangguan panik memiliki keterlibatan komponen genetika yang jelas.

Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan

panik. Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko gangguan

panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan

gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien

dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar monozigot.

20
Faktor Psikososial

Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk

menjelaskan patogenesis gangguan panik dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku

menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari

perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik.

Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari

pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan

kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan ringan

menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.

Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panik kemungkinan

melibatkan arti bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis

serangan panik mungkin berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu

oleh reaksi psikologis.

D. GEJALA KLINIK

Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif

singkat dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan

menyebabkan minimal 4 dari gejala-gejala somatik berikut:

- Palpitasi

- Berkeringat

- Gemetar

21
- Sesak napas

- Perasaan tercekik

- Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman

- Mual dan gangguan perut

- Pusing, bergoyang. melayang. atau pingsan

- Derealisasi atau depersonalisasi

- Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila

- Rasa takut mati

- Parastesi atau mati rasa

- Menggigil atau perasaan panas.

Serangan panik pertama seringkali sama sekali spontan, walaupun

serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan

fisik, aktivitas seksual, atau trauma emosional sedang. DSM-IV menekankan

bahwa sekurangnya serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak

memiliki tanda) untuk memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan panik.

Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan

cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan

suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu

untuk menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa

22
kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda

fisik adalah takikardia. palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat.

Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan

agoraphobia. Pada beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan

bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa

risiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah

lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

E. DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis untuk gangguan panik termuat dalam DSM-IV,

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Suatu periode

tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau lebih)

gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10

menit:

- Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat.

- Berkeringat.

- Gemetar atau berguncang

- Rasa nafas sesak atau tertahan

- Perasaan tercekik

- Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman

- Mual atau gangguan perut

23
- Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang.

- Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa

diri sendiri).

- Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila

- Rasa takut mati.

- Parestesia (mati rasa atau sensasi geli)

- Menggigil atau perasaan panas.

Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis

utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik. Untuk diagnosis

pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat dalam

masa kira-kira satu bulan.

Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada

bahaya.

Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga

sebelumnya (unpredictable situation).

Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala ansietas pada periode

diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi

juga ansietasantipsikotik yaitu ansietas yang terjadi setelah membayangkan

sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.

24
F. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik

adalah sejumlah gangguan medis dan juga gangguan mental. Untuk

gangguan medis misalnya infark miokard, hipertiroid, hipoglikemi, dan

feokromositoma. Sementara itu, diagnosis banding gangguan mental untuk

gangguan panik adalah pura-pura, gangguan buatan, fobia sosial dan

spesifik, gangguan stress pasca traumatik, dan gangguan depresi.

G. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja

akhir atau masa dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak,

remaja awal, dan usia pertengahan dapat terjadi. Biasanya kronik dan

bervariasi tiap individu. Frekuensi dan kepasrahan serangan panik

mungkin berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi beberapa kali sehari

atau kurang dari satu kali dalam sebulan. Penelitian follow up jangka

panjang gangguan panik sulit diinterpretasikan. Namun demikian kira-kira

30-40% pasien tampaknya bebas dari gejala follow up jangka panjang,

kira-kira 50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak

mempengaruhi kehidupannya secara bermakna dan kira-kira 10-21 % terus

memiliki gejala yang bermakna.

Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80

% dari semua pasien. Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama

gejala singkat cenderung memiliki prognosis yang baik.

25
H. PENATALAKSANAAN

Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika

penderita memahami bahwa penyakit panik melibatkan proses biologis

dan psikis. Obat-obatan dan terapi perilaku biasanya bisa mengendalikan

gejala-gejalanya. Selain itu, psikoterapi bisa membantu menyelesaikan

berbagai pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi perasaan dan

perilaku cemas.

Farmakoterapi

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik

adalah obat antidepresi dan anticemas:

Golongan Trisiklik

Di antara obat trisiklik, data yang paling kuat menyatakan bahwa

clorpromazin dan imipramin adalah efelktif dalam pengobatan panik.

Pengalam klinis menyatakan bahwa clorpromazin dan imipramin harus

dimulai dari dosis rendah, 10 mg per hari, dan dititrasi perlahan-lahan pada

awalnya dengan 10 mg sehari tiap dua sampai tiga hari, selanjutnya lebih

cepat, dengan 25 mg sehari setiap dua sampai tiga hari, jika dosis rendah

ditoleransi dengan baik. Lama pemakaian obat untuk menunjukkan respon

adalah 8 sampai 12 minggu.

26
Monoamin Oxidase Inhibitors

Obat yang biasa digunakan adalah fenelzin. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa obat ini lebih efektif dibandingkan dengan obat

golongan trisiklik. Dosis MAOIs harus mencapai dosis untuk pengobatan

depresi, dan uji coba terapeutik harus berlangsung 8 sampai 12 minggu.

Selective Seratonin Reuptake Inhibitors/SSRIs ( Misalnya fluoksetin).

Digunakan terutama pada pasien gangguan panik yang disertai

dengan depresi. Obat yang biasa digunakan adalah fluoksetin. Dosis awal

dapat serendah 2 atau 4 mg perhari dan harus dinaikkan dalam 2 sampai 4

mg interval sehari tiap dua sampai empat hari. Tujuannya adalah untuk

mencapai dosis terapeutik sebesar 20 mg sehari. SSRIs lebih disukai

karena efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu menyebabkan

ketergantungan fisik.

Benzodiazepin

Bekerja lebih cepat daripada antidepresi, tetapi bisa menyebabkan

ketergantungan fisik dan menimbulkan beberapa efek samping, misalnya

rasa mengantuk. gangguan koordinasi dan perlambatan waktu reaksi.

27
Terapi Kognitif dan Perilaku

Terapi kognitif dan perilaku merupakan terapi yang efektif untuk

gangguan panik. Dua pusat utama terapi kogmitif untuk gangguan panik

adalah instruksi tentang kepercayaan salah dari pasien dan informasi

tentang serangan panic. Instruksi tentang kepercayaan yang salah berpusat

pada kecenderungan pasien untuk keliru menginterpretasikan sensasi

tubuh yang ringan sebagai tanda untuk ancaman serangan panic, kiamat

atau kematian. Informasi tentang serangan panik adalah termasuk

penjelasan bahwa serangan panik jika terjadi tidak mengancam kehidupan.

28
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang wanita 42 tahun datang ke poli jiwa RSWS diantar oleh suaminya

dengan keluhan cemas dialami sejak 1 tahun yang lalu, dan makin memberat 1

bulan terakhir. Awalnya 1 tahun yang lalu pasien menderita demam tifoid, dan

sempat dirawat di RSWS selama 10 hari. Sejak saat itu pasien selalu merasa

cemas dan takut mati apalagi bila pasien mendengar tentang berita kematian. Saat

ini pasien merasa cemas, karena 2 minggu ke depan suami pasien akan melakukan

perjalanan Papua selama 1 minggu, hal tersebut sangat membebani pikiran pasien.

Pasien terkadang merasa sulit untuk bernapas, seperti tercekik, sesak,

jantung berdebar-debar, sakit kepala, pusing, keringat dingin, nyeri ulu hati, susah

tidur, dan seperti mau mati. Hal ini sudah dirasakan oleh pasien sebanyak 3 kali

selama kurun waktu 1 bulan. Keadaan ini biasanya muncul secara tiba-tiba,

sehingga pasien merasa takut untuk keluar rumah.

Pasien juga sering merasa cepat lelah meskipun mengerjakan suatu

pekerjaan yang yang tidak menguras banyak energi. Menurut suami pasien, akhir-

akhir ini pasien tampak seperti kehilangan minat untuk beraktivitas, tetapi disaat

pasien tidak merasa cemas, pasien masih dapat mengerjakan kegiatan sehari-

harinya seperti biasa. Pasien memang sering mengalami cemas yang berlebihan

meskipun menghadapi suatu masalah yang kecil, seperti disaat pasien ingin buang

air kecil di malam hari, pasien akan membangunkan suaminya untuk

mengantarnya ke kamar mandi yang terletak tidak jauh dari kamar tidur pasien,

29
pasien merasa takut apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan saat pasien

sedang berada di kamar mandi. Sejak 1 tahun terakhir pasien rajin kontrol ke

dokter ahli penyakit dalam mengenai penyakitnya tersebut, namun dokter tersebut

mengatakan tidak ada kelainan atau penyakit yang bermakna.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan penampilan seorang wanita,

wajah sesuai umur, berpakaian dan berpenampilan rapi, baju lengan panjang

berwarna biru, celana panjang berwarna hitam, jilbab hitam, cara berjalan biasa.

Kesadaran baik. Perilaku dan aktivitas psikomotor : tampak tenang.

Pembicaraan : bicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume suara biasa. Sikap

terhadap pemeriksa : kooperatif. Mood : cemas. Afek : Normotimia. Empati :

Dapat dirabarasakan. Daya konsentrasi : Baik. Orientasi (waktu, tempat dan

orang) : baik. Daya ingat (segera, jangka pendek dan jangka panjang) : baik.

Pikiran abstrak : baik. Derealisasi dan depersonalisasi : tidak ada.

Proses pikiran ; produktivitas : cukup, kontinuitas : relevan dan koheren.

Hendaya berbahasa : tidak ada. Preokupasi : Pasien merasa cemas karena suami

pasien akan keluar kota 2 minggu ke depan selama 1 minggu. Gangguan pikiran :

waham tidak ada, pengendalian impuls : baik, daya nilai norma sosial : baik, uji

daya nilai : baik, penilaian realitas : baik, tilikan (insight) : pasien sadar dirinya

sakit dan perlu pengobatan. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya. Berdasarkan

pemeriksaan internus tidak ditemukan adanya kelainan.

Berdasarkan PPDGJ III F41 Gangguan Anxietas Lainnya menjelaskan

bahwa:

30
Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada

situasi lingkungan tertentu saja.

Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan juga beberapa

unsur dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.

Berdasarkan PPDGJ III F41.0 Gangguan Anxietas Panik menjelaskan

bahwa:

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing

tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan

diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik ,harus ditemukan

walaupun harus tidak terus menerus,disamping rasa cemas atau kekhawatiran

berlebihan.

Berdasarkan PPDGJ III untuk mendiagnosis pasien Gangguan Anxietas

Panik (F41.0) harus memenuhi pedoman diagnostik, yaitu:

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak

menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis

tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik, harus ditemukan walaupun

hasus tidak terus menerus,disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

Dari hasil pemeriksaan mental ditemukan gejala Anxietas dan depresi yang

masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat.dan tidak

ditemukan Gangguan isi pikir dan gangguan realitas.sehingga pasien di diagnosis

dalam kategori Gangguan Anxietas Panik (F41.0)

31
BAB V

KESIMPULAN

Gangguan panik adalah gangguan yang ditandai dengan serangan panik

yang spontan dan tidak diperkirakan, atau periode kecemasan atau ketakutan yang

kuat dan relative singkat ( biasanya kurang dari 1 tahun). yang disertai dengan

gejala somatik.

Wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada laki-laki, gangguan paling

sering berkembang pada dewasa muda.

Faktor yang berperan dalam etiologi dan patofisiologi terjadinya gangguan

panik, diantaranya faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.

Beberapa golongan obat yang efektif untuk gangguan panic adalah obat

trisiklik dan tetrasiklik, Mono Amine Oksidase Inhibitor (MAOIs), Serotonin

Spesific Inhibitors (RSSI) dan Benzodeazepine.

32
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan.

Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I Edisi Ketiga. Media

Aesculapius. Jakarta. 2007.

Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT. Nuh Jaya.

Jakarta. 2007.

33

Вам также может понравиться