Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ns.Sukarni, M.Kep
DISUSUN OLEH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.
Makalah ini tentang Asuhan Keperawatan Katarak yang disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Sensori Persepsi
1. Ns. Sukarni, M.Kep selaku dosen mata kuliah Sistem Sensori Persepsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami
harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa maupun
masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita semua. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1
1.2.RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 2
1.3.TUJUAN ...................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1.DEFINISI ..................................................................................................................... 3
2.2.ETIOLOGI ................................................................................................................... 3
2.3.KLASIFIKASI ............................................................................................................. 4
2.4.PATOFISIOLOGI ........................................................................................................ 8
2.5.MANIFESTASI KLINIS ............................................................................................. 12
2.6.PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................................. 13
2.7.PENCEGAHAN........................................................................................................... 13
2.8.PENATALAKSANAAN ............................................................................................. 14
2.9.KOMPLIKASI ............................................................................................................. 16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.PENGKAJIAN ............................................................................................................. 17
3.2.PEMERIKSAAN FISIK .............................................................................................. 17
3.3.PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................. 18
3.4.ANALISA DATA ........................................................................................................ 19
3.5.DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................................. 20
3.6.INTERVENSI KEPERAWATAN............................................................................... 21
BAB IV PENUTUP
4.1.KESIMPULAN ............................................................................................................ 24
4.2.SARAN ........................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kebutaan karena katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan masalah
kesehatan global yang harus segera diatasi, karena kebutaan dapat menyebabkan
berkurangnya kualitas sumber daya manusia dan kehilangan produktifitas serta
membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pengobatannya (Arimbi, A.T, 2014).
Katarak yang merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di dunia
diperkirakan jumlah penderita kebutaan katarak di dunia saat ini sebesar 17 juta orang
dan akan meningkat menjadi 40 juta pada tahun 2020. Katarak terjadi 10% orang
Amerika Serikat dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang
berusia antara 65-74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari
75 tahun (Soehardjo, 2004). Katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia seiring dengan adanya transisi epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular. Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga Survei Kesehatan
Nasional (SKRT - SURKESNAS), prevalensi katarak di Indonesia sebesar 4,99%.
Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaanya yaitu dengan operasi.
Selama ini katarak dijumpai pada orang yang berusia diatas 55 tahun sehingga sering
diremehkan oleh kaum muda, namun saat ini katarak telah ditemukan pada usia muda
(35-40 tahun). Hal ini disebabkan kurangnya asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan
tubuh (Ady Novery, 2011). Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya
jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior
(Smeltzer, Suzzane C, 2002).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Katarak merupakan opasitas atau kekeruhan lensa atau penurunan kejernihan
lensa dapat bersifat congenital atau didapat yang memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi. Katarak dapat disebabkan beberapa hal namun pencetus utama adalah proses
penuaan. Katarak akan menyebabkan lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa,
atau denaturasi1 protein. Kemudian protein yang sama berkoagulasi untuk membentuk
area keruh di tempat serat protein lensa yang normalnya transparan. Akhirnya dalam
stadium lebih lanjut, sering kalsium di endapkan di dalam protein yang terkoagulasi, jadi
meningkatkan kekeruhan yang lebih lanjut. (Guyton, 1997; Ilyas, 2001; Mitchel, 2008;
Corwin, 2009; Vaughan, 2009)
2.2.Etiologi
Etiologi katarak menurut Wijaya (2015) yaitu:
a. Kelainan bawaan
Adanya gangguan proses perkembangan embrio saat dalam kandungan dan
kelainan pada kromosom secara genetik dapat menimbulkan kekeruhan lensa saat
lahir. Pada umumnya kelainan tidak hanya pada lensa tetapi juga pada bagian tubuh
yang lain sehingga berupa suatu sindrom.
b. Proses Penuaan
Seiring dengan bertambah usia, lensa mata akan mengalami pertambahan
berat, ketebalan, dan mengalami penurunan daya akomodasi. Setiap pembentukan
lapisan baru dari serat kortikal secara konsentris, nukleus lensa akan mengalami
1
Denaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan struktur tersier dan struktur
sekunder dengan penerapan beberapa tekanan eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik
terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organik (cth, alkohol atau kloroform), atau panas.
4
c. Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing dilensa
atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensamenyebabkan humor aqueus dan
kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa (Vaughan, Dale,
2000).
d. Katarak Komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokularpada
fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsulposterior dan akhirnya
mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakitintraokular yang sering berkaitan
dengan pembentukan katarak adalahuveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis
pigmentosa dan pelepasan retina (Vaughan, Dale, 2000).
e. Katarak Toksik
Menurut Rosenfeld (2007), penggunaan jangka panjang kortikosteroid dapat
menyebabkan katarak subkapsular posterior. Insiden ini berhubungan dengan dosis
dan lama pengobatan, serta ada variasi kerentanan individu terhadap terjadinya
katarak yang diinduksi kortikosteroid. Phenothiazine, golongan utama obat
psikotropik, dapat menyebabkan penumpukan pigmen pada epitelium lensa anterior.
Penumpukan pigmen tersebut bergantung pada dosis dan lama pengobatan.
Penggunaan miotik, antikolinesterase, dapat menyebabkan katarak.
Pembentukan katarak mungkin terjadi pada pasien yang menerima terapi
antikolinesterase dalam jangka waktu yang lama dan yang sering menerima dosis.
Amiodaron, obat antiaritmia, pernah dilaporkan menyebabkan penumpukan pigmen
stellate anterior axial. Pada keadaan ini, kondisi signifikan jarang terjadi.
Penggunaan statin pada manusia menunjukkan tidak adanya hubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya katarak. Meskipun demikian, penggunaan bersama
simvastatin dan eritromisin mungkin berhubungan dengan dua sampai tiga kali
peningkatan resiko terjadinya katarak (Rosenfeld, 2007).
f. Katarak Ikutan
7
2.4.Patofisiologi
a. Penuaan
Menurut purnaningrum (2014) penuaan adalah penyebab utama dari katarak
Senilis. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada sel-sel yang
dibuang, seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan tebal sehingga
kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk
secara konsentris, sel-sel tua menumpuk ke arah tengah sehingga nukleus lensa
mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear). Crystallin (protein lensa)
mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi high-molecular-weight-protein.
Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi mendadak pada index refraksi lensa,
penyebaran sinar cahaya, dan penurunan transparansi. Perubahan kimia protein lensa
nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring berjalannya
usia lensa menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih
tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, terjadi
penurunan konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi
Natrium dan Kalsium.
b. Trauma
Menurut Siregar (2016) lensa menjadi putih (keruh) segera setelah masuknya
benda asing, karena robeknya kapsul lensa menyebabkan masuknya humor aqeous2
dan kadang-kadang korpus vitreum kedalam struktur lensa yang dapat menyebabkan
hidrasi pada serat lensa dan sebagai akibatnya lensa menjadi keruh. Pasien biasanya
mengeluh penglihatan kabur secara mendadak.
c. Diabetes Mellitus
2
Aqueous humor adalah cairan berair antara kornea dan lensa kristal. Ia memelihara tekanan yang
dibutuhkan untuk mengembang mata dan memberikan nutrisi untuk kornea pusat dan lensa karena
mereka tidak memiliki suplai darah sendiri
9
3
Sarbitol adalah Sebuah zat yang diproduksi oleh tubuh penderita diabetes yang dapat menyebabkan
kerusakan pada mata dan saraf
10
2.5.Pathway
Etiologi Katarak
2.6.Manifestasi Klinis
Menurut Octafarida (2011), kekeruhan lensa dapat terjadi dengan atau tanpa gejala,
dan mungkin tidak terlihat dalam pemeriksan okular rutin. Gejala katarak yang sering
muncul antara lain:
a. Silau (glare)
Salah satu dari gejala awal gangguan penglihatan pada katarak adalah silau
atau intoleransi terhadap cahaya yang terang, seperti cahaya matahari atau cahaya
dari lampu kendaraan bermotor.
b. Poliopia uniokular (misalnya objek yang terlihat dua atau lebih)
Ini juga merupakan salah satu dari gejala awal katarak. Hal ini terjadi karena
refraksi yang iregular oleh lensa yang bervariasi sesuai indeks refraksi sebagai akibat
dariproses terbentuknya katarak.
c. Halo
Ini dapat dialami oleh pasien katarak yang mengalami pemecahan cahaya
putih menjadi spektrum warna karena adanya tetesan air di dalam lensa.
d. Titik hitam (black spots) di depan mata dapat terjadi pada beberapa pasien.
e. Bayangan kabur, distorsi bayangan, dan bayangan yang berawan/berasap mungkin
terjadi pada stadium awal katarak.
f. Kehilangan penglihatan
Kehilangan penglihatan pasien katarak bersifat tidak nyeri dan menurun
secara progresif bertahap. Pasien dengan kekeruhan disentral mengalami kehilangan
penglihatan lebih awal. Pasien ini melihat dengan baik ketika pupil berdilatasi karena
cahaya yang remang di malam hari. Pada pasien dengan kekeruhan perifer, hilangnya
penglihatan tertunda dan penglihatan semakin membaik dengan adanya cahaya yang
terang ketika pupil berkontraksi. Pada pasien dengan sklerosis nuklear, penglihatan
jauh semakin memburuk karena terjadi miopia indeks progresif. Pasien ini mampu
membaca tanpa kacamata presbiopi. Perbaikan penglihatan dekat ini disebut sebagai
13
2.7.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah
(slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, dan tonometer selain daripada
pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata,
konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pascabedah dan fisik
umum (Ilyas, 2009).
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum
dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya
tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat
kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam penglihatan
yang tidak memuaskan (Ilyas, 2009).
Menurut Khurana (2007), pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
b. Oblique illumination examination
c. Tes bayangan iris (shadow test)
d. Distant direct ophthalmoscopic examination
e. Slit-lamp examination
Pada oblique illumination examination dapat dijumpai warna lensa di daerah pupil
yang bervariasi sesuai dengan tipe katarak (Khurana, 2007). Tes bayangan iris (shadow
test)dilakukan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Dasar dari pemeriksaan ini
adalah makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior, maka makin besar bayangan iris
pada lensa yang keruh tersebut, sedangkan makin tebal kekeruhan lensa, maka makin
kecil bayangan iris pada lensa yang keruh(Ilyas, 2009).
2.8.Pencegahan
80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari.
Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata.
Sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melibatkan berbagai pihak,
termasuk media massa, kerjasama pemerintah, LSM, dan perdami.
14
Katarak dapat dicegah, diantaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes militus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengkonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degenerative pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan yang banyak mengandung vitamin, minyak sayuran,
sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah. Buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan
antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu
penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3000 orang dewasa selama 5
tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengkonsumsi multivitamin atau suplemen lain
yang mengandug vitamin C dan E. selama lebih dari 10 tahun. Ternyata resiko terkena
katarak 60% lebih kecil.
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh 2 atau 3 jenis
antioksidan (vit.C, vit.E, dan karotenoid). Memiliki resiko terkena katarak lebih rendah
dibandingkan dengan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih
rendah.
2.9.Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan
mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa
yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor diketahui dapat menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol yang menjanjikan dalam pencegahan katarak karna glukosa.
Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan
kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan anti-oksidan vitamin C dan E.
2.10. Komplikasi
Bila katarak di biarkan maka akan terjadi koplikasi berupa glaukoma dan uveitis .
glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang menyebabkan atrofo
saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doengoes,2000). Uveitis adalah inflamasi
salah satu struktur traktur uvea (Smeltzer,2002).
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
3.5.1. Anamnesis
Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
3.5.2. Keluhan Utama
- Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
- Pengembunan, berkabut, dan penglihatan terasa seperti tertutup
- Pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan
distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
- Pupil, yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
3.5.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ditemukan tanda dan gejala dari katarak seperti penurunan ketajaman
penglihatan yang progresif, penglihatan terasa tertutup, pandangan kabur dan
menyilaukan dengan penerangan, sulit melihat pada malam hari serta perubahan
warna pupil menjadi tampak kekuningan, putih atau abu-abu
3.5.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat masalah penglihatan sebelumnya, riwayat penyakit
diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit metabolic lain yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya katarak.
3.5.5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat masalah penglihatan dalam keluarga, diabetes melitus, hipertensi,
dan lain-lain
3.2.Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop
direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan
identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah
18
3.4.Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
1. P Penglihatan Proses degenerasi 1. Resiko Cidera
2. Pandangan kabur 2. Ansietas
seperti berkabut Lensa bertambah berat &
tebal
Kemampuan akomodasi
m
Sel-sel tua menumpuk ke a
rah tengah
Nucleus lensa mengalami
penekanan & pengerasan
Agregasi protein
P indeks refraksi
Penglihatan m
Tindakan bedah
Pupil berubah warna Proses degenerasi Gangguan Citra Tubuh
(Kekuningan, abu-abu,
putih) Lensa bertambah berat &
tebal
Kemampuan akomodasi
m
Sel-sel tua menumpuk ke a
rah tengah
Nucleus lensa mengalami
penekanan & pengerasan
Agregasi protein
Perub.kimia protein lensa
Pigmentasi lensa
Lensa menjadi keruh
3.5.Diagnosa Keperawatan
3.5.1. Resiko cidera b.d keterbatasan penglihatan
3.5.2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3.5.3. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
3.5.4. Gangguan citra tubuh b.d penyakit, pembedahan, perceptual
21
3.6.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
.
1. Resiko Tujuan: Klien dapat Manajemen 1. Klien dengan
cidera b.d terbebas dari resiko Lingkungan: gangguan
keterbatasa cidera 1. Sediakan penglihatan harus
n Kriteria Hasil: lingkungan beradaptasi
penglihata Klien terbebas yang aman dengan
n dari cidera untuk pasien lingkungan
Klien mampu 2. Menghindarka sekitarnya
menjelaskan n lingkungan 2. Lingkungan yang
cara/metode yang berbahaya dapat
untuk mencegah berbahaya menyebabkan
cidera 3. Menganjurkan klien cidera
Klien mampu keluarga untuk 3. Keluarga dapat
memodifikasi menemani membantu klien
gaya hidup klien dengan masalah
untuk mencegah 4. Letakkan penglihatannya
cidera benda yang 4. Memudahkan
sering klien untuk
digunakan menggunakan
dalam alat-alat untuk
jangkauan kebutuhan
klien sehari-hari
5. Memindahkan 5. Meminimalisir
barang-barang resiko cidera
yang dapat pada klien
membahayaka
n
2. Ansietas Tujuan: Klien tidak Pengurangan 1. Pendekatan
b.d merasa cemas dengan Kecemasan: dengan tenang
perubahan perubahan status 1. Gunakan dapat membuat
status kesehatannya pendekatan klien tenang pula
kesehatan Kriteria Hasil: yang dan menjalin
Klien mampu menenangkan hubungan saling
mengidentifikasi 2. Jelaskan percaya
dan tentang 2. Kurangnya
mengungkapkan penyakit dan pengetahuan
gejala cemas prosedur yang tentang penyakit
Mengidentifikasi akan dijalani dan prosedur
, klien penatalaksanaan
mengungkapkan 3. Identifikasi dapat memicu
dan tingkat terjadinya cemas
menunjukkan kecemasan 3. Dengan
teknik untuk klien mengetahui
mengontrol 4. Dorong klien tingkat
22
antibiotic yang
sesuai
4. Gangguan Tujuan: Klien memiliki Peningkatan Citra 1. Mengetahui
citra tubuh pandangan positif Tubuh persepsi klien
b.d tentang perubahan 1. Kaji secara tentang
penyakit, fisiknya akibat verbal dan perubahan
pembedah perubahan status non-verbal fisiknya
an, kesehatan respon klien 2. Membantu klien
perseptual Kriteria Hasil: terhadap untuk
Klien memiliki tubuhnya menyiapkan diri
body image 2. Gunakan agar tidak
positif bimbingan berpikir negative
Mampu antipasif tentang
mengidentifikasi menyiapkan perubahan fisik
kekuatan klien terkait yang akan
personal dengan dialami
Mendeskripsika perubahan- 3. Mengkritik
n secara faktual perubahan citra dirinya
perubahan tubuh yang menunjukkan
fungsi tubuh telah bahwa klien tidak
Mempertahanka diprediksikan menerima apa
n interaksi sosial 3. Monitor yang terjadi pada
frekuensi tubuhnya
mengkritik 4. Pengetahuan dan
dirinya informasi yang
4. Jelaskan cukup dapat
pengobatan, membantu klien
kemajuan dan berpikir positif
prognosis 5. Mengungkapkan
penyakit perasaan dapat
5. Dorong klien menjadi data bagi
mengungkapka perawat untuk
n perasaannya melihat respon
6. Fasilitasi klien terhadap
kontak dengan perubahan
individu lain fisiknya
dalam 6. Menunjukkan
kelompok kecil pada klien bukan
hanya klien yang
mengalami
perubahan fisik
tersebut.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Katarak merupakan opasitas atau kekeruhan lensa atau penurunan kejernihan lensa
dapat bersifat congenital atau didapat yang memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi. Penyebab terjadinya katarak terjadi karena kelainan bawaan, proses
penuaan, penyakit sistemik dan trauma. Gejala katarak yang sering dialami seperti
silau, pandangan kabur, kehilangan penglihatan. Penuaan merupakan sebagian besar
yang dialami oleh penderita katarak itu disebabkan oleh perubahan kimia protein
lensa nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring
berjalannya usia lensa menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang
seharusnya jernih tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina.
Katarak dapat dicegah, diantaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal
pada penderita diabetes militus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengkonsumsi
makanan yang dapat melindungi kelainan degenerative pada mata dan antioksidan
seperti buah-buahan yang banyak mengandung vitamin.
4.2.Saran
Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia
sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering
terjadi. Penggunaan pelindung mata ketika memotong rumput, membersihkan semak
dan kandang, bekerja dengan logam atau berpartisipasi dalam olah raga dapat
menurunkan insiden terjadinya katarak traumatic dengan pencegahan terhadap cedera,
perawatan secara teratur pada DM, hipoparatiroid, dan edermatitis atopik dapat
mengurangi insiden terjadinya katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik
ini. Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung
vit.C ,vit.A dan vit E.
25
DAFTAR PUSTAKA
Alfin, S.K. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan Pada Katarak. Journal Keperawatan Version
1.11
Doenges, M.E,. Moorhouse dan M.F, Geissler A.C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3. Jakarta: EGC.
Fausto, Mitchell Kumar Abbas. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Khurana, A.K., 2007. Comprehensive Ophthalmology . 4th ed. New Delhi: New Age
International (P) Limited.
M, Dina Octafarida. 2011. Hubungan Merokok dengan Katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25418. Di akses tanggal 21 September
2016.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Purnaningrum, Nungki Rusydiana and Arimadyo S., A. Kentar. 2014. Perbedaan Tajam
Penglihatan Pascaoperasi Fakoemulsifikasi Pada Pasien Katarak Senilis Dengan
Diabetes Mellitus Dan Tanpa Diabetes Melitus. Undergraduate thesis, Faculty of
Medicine Diponegoro University.
Rofiudin, Adib. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Post Operasi Katarak Di Ruang
Kenanga Rsud H.Soewondo Kendal.
26
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-
adibrofiud-6318. Di akses tanggal 23 September 2016.
Siregar, Hera Kesumawati. 2016. Hubungan Tajam Penglihatan Setelah Pembedahan Katarak
Traumatik Dengan Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhinya di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2009-2013. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/57970. Di akses
tanggal 28 September 2016.
Smeltzer, C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddarth).
Jakarta: EGC.
Vaughan, Daniel . 2000. Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.