Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB I

LAPORAN KASUS

Anamnesa (autoanamnesa) dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal


26 mei 2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Beji Wetan 2/4, Suruh, Kab. Semarang
Tgl pemeriksaan : 26 Mei 2014
No. CM : 00 52 98- 2012

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Mata kanan dan kiri kabur
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan mata kanan dan
kiri pasien kabur dan sulit untuk melihat pada jarak jauh. Mata yang kanan
dirasakan lebih kabur dari mata kiri. Pasien juga mengeluh kesukaran untuk
melihat saat di tempat kerja. Mata merah (-), nrocos (-). Pusing (-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat sakit serupa : (-)
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
- Riwayat Trauma : (-)
- Riwayat kaca mata : memakai kacamata dari SMP.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- R. Asma : disangkal
- R. Alergi : disangkal
- R. sakit serupa : (+) Ayah pasien. Sejak kecil

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis (GCS: E4 V5 M6)
Tanda Vital : -Tekanan Darah : 120/80
-Nadi : 80x/menit
-RR : 20 x/menit, regular
-Suhu : tidak diperiksa
Kulit : Sawo Matang
Kepala : Mesosefal
Thorak
Jantung : DBN
Paru-paru : DBN

Abdomen
Hati : Tidak ada kelainan
Limpa : Tidak ada kelainan
Limfe : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan

2
B. Status Oftalmologi

Oculi Dextra Pemeriksaan Oculi Sinistra


2/60 Visus 6/40
6/30 Koreksi Kacamata 6/8.5
Lama
S-2,25 C-0,75 A175 AR S-0,50 C-0,75 A175
Tidak dilakukan Sensus Coloris Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas di Parese/ Paralysis Gerak bola mata bebas di
segala arah ortophri, segala arah, ortophri,
eksoftalmus (-) eksoftalmus
Trikiasis (-), distikiasis (- Supercilia Trikiasis (-), distikiasis (-
), bulu mata rontok (-), ), bulu mata rontok (-),
krusta (-) krusta (-)
Hiperemis (-), spasme (-), Palpebra Superior Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), belvenomen ptosis (-), belvenomen
(+), nyeri tekan (-), massa (+), nyeri tekan (-), massa
(-), udem (-), entropion (- (-), udem (-), entropion (-
), ektropion (-) ), ektropion (-)
Hiperemis (-), spasme (-), Palpebra Inferior Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), belvenomen ptosis (-), belvenomen
(+), nyeri tekan (-), massa (+), nyeri tekan (-), massa
(-), udem (-), entropion (- (-), udem (-), entropion (-
), ektropion (-) ), ektropion (-)
Hiperemis (-), corpal (-), Conjuctiva Palpebra Hiperemis (-), corpal (-),
secret (-), cobelstone (-) secret (-), cobelstone (-)
Hiperemis (-), corpal (-), Conjuctiva Fornices Hiperemis (-), corpal (-),
secret (-), cobelstone (-) secret (-), cobelstone (-)
Injeksi konjungtiva (-), Conjunctiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-),
hiperemis (-), corpal (-), hiperemis (-), corpal (-),
pterygium (-), pterygium (-),
Simblefaron (-), secret (-) Simblefaron (-), secret (-)
Ikterik (-), hiperemis (-) Sclera Ikterik (-), hiperemis (-)
Jernih (+), defek (-), Cornea Jernih (+), defek (-),
neovaskularisasi (-), neovaskularisasi (-),
udem (-) udem (-)
Jernih, tindal efek (-), Camera Oculi Anterior Jernih, tindal efek (-),
kedalaman cukup, hifema kedalaman cukup, hifema
(-), hipopion (-) (-), hipopion (-)

3
Coklat, kripte (+), Iris Coklat, kripte (+),
tremulan (-), tremulan (-),
neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)
Bulat, central, reguler, Pupil Bulat, central, reguler,
diameter 3 mm, reflek diameter 3 mm, reflek
cahaya (N +) cahaya (N +)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Fundus Reflek Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Corpus Vitreum Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tensio Oculi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan System Canalis Tidak dilakukan
Lacrimalis
Tidak dilakukan Tes Flourescin Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Funduscopy Tidak dilakukan

IV. RESUME

Perempuan, 32 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata,
pusing bila melihat jauh. Disarankan oleh perusahaan untuk membuat kacamata
baru. Pasien sudah memakai kacamata sejak SMP.

Status Oftalmologi Oculi Dextra Oculi Sinistra

Visus 2/60 6/40

Koreksi Kacamata Lama 6/30 6/8.5

AR S-2,25 C-0,75 A175 S-0,50 C-0,75 A175

V. DIAGNOSIS BANDING
- OD miopi
- OS miopi

VI. DIAGNOSIS
- OD Astigmatisme Miopia Simpleks
- OS Astigmatisme Miopia Simpleks

4
VII. TERAPI
Resep Kacamata
OD: S-2,25 C-0,25 A 175
OS: S-0.50 C-0,50 A 175
Jarak pupil 64 mm

IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam bonam bonam
Ad sanam bonam bonam
Ad kosmetikum bonam bonam
Ad fungsionam bonam bonam

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar
yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak
berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. Miopia berasal dari
bahasa yunani muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia
merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
nearsightedness.1,5
Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam
mata tidak terpusat pada satu titik saja. Astigmat merupakan kelainan
pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang
fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas
sinar tidak difokuskan ke retina tetapi di dua garis titik api yang saling tegak
lurus.2,6
Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang
masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan
terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua. Astigmatisme jenis
ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan retina, sedangkan titik
fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A dan retina.3,7

II.2 Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai
2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan
pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di
Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.4

6
Insidensi miopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal
umur, negara, jenis kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan faktor
lainnya. Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis,
hingga mencapai 70-90% di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths
Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat
bervariasi antara 30%-70%.4

II.3 Fisiologi Penglihatan Normal


Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama,
pembiasan sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan
yang berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor
aqueous, lensa, dan humor vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses
lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu
dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil
agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga
mengecil apabila cahaya yang terlalu terang memasukinya atau melewatinya,
dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba
atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata
sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang
sedang dilihat.8
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi
biasa. Mata memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-
ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa
mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan
anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea
dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa
kristalinaa, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor
vitreous. Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias
udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata)
1.40, dan humor vitreous 1.34. 8

7
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan
bayangan sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat
sederhana dan skemanya sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini
sangat berguna untuk perhitungan sederhana. Pada reduced eye dibayangkan
hanya terdpat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan
mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya bias
mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan
anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias
kornea jauh berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa
dalam mata, yang secara normal bersinggungan dengan cairan disetiap
permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira
sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari
mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan
menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan yang
mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari
indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung
permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya
akomodasi. 8
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan
oleh lensa kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat
membentuk bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya,
namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak,
tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih
menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal. 8

8
Gambar 1. Perbedaan Indeks Bias

Mata kita menjalani serangkaian proses untuk dapat melihat. Proses ini
mirip dengan proses yang terjadi dalam sebuah kamera saat digunakan untuk
memotret. Gelombang cahaya masuk melewati sejumlah lensa kamera yang
kemudian memfokuskan gambar yang kita potret serta memproyeksikannya
ke permukaan film. Pada mata kita, yang berfungsi sebagai film adalah retina.
Saat mata kita melihat suatu benda, mata kita menerima cahaya yang
dipantulkan oleh benda tersebut. Cahaya masuk melalui lensa mata yang
memfokuskan gambar dan memproyeksikannya ke retina yang terletak di
belakang. Retina merupakan lapisan sel-sel yang sangat sensitif terhadap
cahaya. Bagian retina yang dapat menerima dan meneruskan detil-detil
gambar disebut macula. Macula tersusun dari lapisan-lapisan sel yang dapat
mengubah energi cahaya menjadi impuls elektrokimia. Informasi ini
kemudian dikirim ke syaraf optik yang akan meneruskannya ke otak yang
kemudian memprosesnya sehingga dapat mengenali gambar tersebut. Itulah
cara kita melihat sesuatu. 8
Sel-sel yang menyusun retina pada mata kita terdiri dari sel-sel
berbentuk batang (rod), kerucut (cone), dan sel-sel ganglia. Total sel yang
berbentuk batang dan kerucut bisa mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya
berfungsi sebagai sensor cahaya atau photoreceptor. Rasio perbandingan rod
dan cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih banyak dari cone). Rod

9
merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit
cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat
mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih
tanpa memerlukan banyak cahaya. Cone baru berfungsi saat ada cukup
cahaya, misalnya saat siang hari atau saat kita sedang menyalakan lampu yang
terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk memberikan kita detil-detil
obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang diterima sel-sel rod dan
cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia (ada sekitar satu juta sel)
dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan informasi tersebut
dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik. 8
Penglihatan binokular adalah kesinkronan penglihatan dengan kedua
mata. Penglihatan binokular ini lebih bersifat stereoskopis dan 3-dimensi.
Banyak faktor juga turut mempengaruhi bagaimana seorang manusia
mempersepsikan apa yang dilihatnya. Misalnya ukuran benda, cahaya di
sekitarnya, intervensi cahaya lain, panjang dan ukuran bayangan, aspek
perspektif, sudut pandang, akomodasi mata, dan usaha konvergensi
penglihatan (agar benda yang dilihat tampak jelas).
Faal penglihatan yang optimal dicapai seseorang apabila benda yang
dilihat oleh kedua mata dapat diterima setajam-tajamnya oleh kedua fovea,
kemudian secara simultan dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah
menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Faal penglihatan optimal
seperti tersebut di atas, yang terjadi pada semua arah penglihatan disebut
sebagai penglihatan binokular yang normal.2
Faal penglihatan yang normal dapat membedakan bentuk, warna dan
intensitas cahaya. Visus yang normal dapat terjadi apabila disertai fiksasi dan
proyeksi yang normal pula. Seorang bayi yang baru lahir, hanya dapat
membedakan gelap dan terang, belum ada daya fiksasi. Perkembangan fovea
sentralis terbaik terdapat pada umur 3-6 bulan setelah lahir. Bila setelah
berumur 6 bulan bayi masih terdapat kelainan deviasi, harus segera diberi
tindakan dengan maksud untuk mendapat pembentukan visus yang baik dan

10
juga mempertinggi kemungkinan hasil fungsional untuk melihat binokular
yang baik.2
Agar terjadi penglihatan binokular yang normal, diperlukan persyaratan
utama, berupa :2
1. Bayangan yang jatuh pada kedua fovea sebanding dalam ketajaman
maupun ukurannya, hal ini berarti bahwa tajam penglihatan pada
kedua mata tidak terlalu berbeda sesudah koreksi dan tidak terdapat
aniseikonia, yang baik disebabkan karena refraksi maupun
perbedaan susunan reseptor.
2. Posisi kedua mata dalam setiap arah penglihatan adalah sedemikian
rupa sehingga bayangan benda yang menjadi perhatiannya akan
selalu jatuh tepat pada kedua fovea. Posisi kedua mata ini adalah
resultante kerjasama seluruh otot-otot ekstrinsik pergerakan bola
mata.
3. Susunan saraf pusat mampu menerima rangsangan yang datang dari
kedua retina dan mensintesa menjadi suatu sensasi berupa bayangan
tunggal.
Apabila salah satu dari ketiga persyaratan tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka akan timbul keadaan penglihatan binokuler yang tidak normal.

II.4 Etiologi
1. Miopia
Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:
Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang
lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini,
panjang fokus media refrakta adalah normal ( 22,6 mm) sedangkan
panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;
1. Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata tersebut
disebabkan oleh adanya kelainan anatomis.

11
2. Menurut Donders (1864), memanjangnya sumbu bolamata tersebut
karena bolamata sering mendapatkan tekanan otot pada saat
konvergensi.
3. Menurut Levinsohn (1925), memanjangnya sumbu bolamata
diakibatkan oleh seringnya melihat ke bawah pada saat bekerja di
ruang tertutup, sehingga terjadi regangan pada bolamata. 2,9
Myopia refraktif, adalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya
indek bias media refrakta.
Pada myopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena
beberapa macam sebab, antara lain :
1. Kornea terlalu melengkung (< 7,7 mm).
2. Terjadi hydrasi / penyerapan cairan pada lensa kristalinaa sehingga
bentuk lensa kristalinaa menjadi lebih cembung dan daya biasnya
meningkat. Hal ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium
awal (imatur).
3. Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya
terjadi pada penderita diabetes melitus). 2,9
Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya myopia, antara lain:
1. Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih
panjang dari normal akan melahirkan keturunan yang memiliki
sumbu bolamata yang lebih panjang dari normal pula.
2. Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia
yang lebih besar (70% 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika
(30% 40%). Paling kecil adalah Afrika (10% 20%).
3. Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat
memperbesar resiko myopia. Demikian juga kebiasaan membaca
dengan penerangan yang kurang memadai.9

2. Astigmat
Penyebab terjadinya astigmatismus adalah :

12
a. Kornea
Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling
besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,
sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan
pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.
Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan
kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta
akibat pembedahan kornea.3
b. Lensa Kristalin
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi
lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin
akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.
Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa kristalin ini disebut
juga astigmatismus lentikuler.3

II.5 Klasifikasi
1. Klasifikasi Miopia
Menurut perjalanan myopia:
1. Myopia stasioner, myopia simpleks, myopia fisiologis
Myopia yang menetap setelah dewasa.
2. Myopia progresif
Myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
3. Myopia maligna, myopia pernisiosa, myopia degenerative
Myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina atau kebutaan.2

Menurut klinis:

13
1. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi
bolamata yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun
lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.
2. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat
kondisi sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh
mata seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada.
Myopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka
terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.
3. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan
terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan
pada otot otot siliar yang memegang lensa kristalinaa. Di
Indonesia, disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat
myopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya
dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru buru
memberikan lensa koreksi.
4. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau
progressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi
dan tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah
mendapat koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu
ke waktu.
5. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan
oleh pemakaian obat obatan, naik turunnya kadar gula darah,
terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya.5
Menurut derajat beratnya miopi 2
1. Ringan : lensa koreksinya < 3,00 Dioptri
2. Sedang: lensa koreksinya 3,00 6,00 Dioptri.
3. Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita myopia kategori
ini rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma
sudut terbuka.

14
Menurut umur 2
1. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
2. Youth-onset myopia (< 20 tahun)
3. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
4. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).

2. Klasifikasi Astigmatisme 3,7


Berdasarkan letak titik astigmatismus
a. Astigmatisme regular.
Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian - meredian
utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di
sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus.
Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90, maka daya
bias terlemahnya berada pada meredian 180, jika daya bias terkuat
berada pada meredian 45, maka daya bias terlemah berada pada
meredian 135. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa
cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal.
Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang
lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme
regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Astigmatisme With The Rule.
Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian
horisontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis vertikal
atau Cyl + pada axis horisontal.

15
2) Astigmatisme Against The Rule.
Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada
meredian vertikal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis
horisontal atau dengan Cyl + pada axis vertikal.

Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias


terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut
titik B.

Sedangkan menurut letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular dibedakan


dalam 5 jenis, yaitu :

1. Astigmatismus Myopicus Simplex.

16
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki
angka yang sama.

2. Astigmatismus Hypermetropicus Simplex.


Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki
angka yang sama.

3. Astigmatismus Myopicus Compositus.


Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

17
4. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A
berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

5. Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi
sama - sama + atau -.

18
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Astigmatisme Simetris.
Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang
deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali adalah
axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan bernilai 180
(toleransi sampai 15), misalnya kanan Cyl -0,50X45 dan kiri Cyl -
0,75X135.
2. Astigmatisme Asimetris.
Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki
hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -
0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X100.
3. Astigmatisme Oblique.
Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung
searah dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20 terhadap meredian
horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55 dan kiri Cyl -
0,75X55.

b. Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya tidak
saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh
ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa
disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam
bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal).
Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau
lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan
memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.
Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidakberaturan
kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan optimal
masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku (hard contact
lens) atau dengan tindakan operasi (LASIK, keratotomy).

19
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-
mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika
timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu
diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini
sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

II.6 Gejala Klinis


1. Miopia 1
Gejala subyektif:
Kabur bila melihat jauh.
Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi), astenovergens.

Gejala obyektif:
Myopia simpleks:
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau
dapat disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar
papil syaraf optik.
Myopia patologik:
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks

20
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada:
1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan
keadaan myopia.
2. Papil syaraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia,
papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal.
Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh
papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang
tidak teratur
3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid
dan retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak
lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

2. Astigmat 3

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan


gejala-gejala sebagai berikut :
- Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus
juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

21
Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-
gejala sebagai berikut :
- Sakit kepala pada bagian frontal.
- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya
pende-rita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau
mengucek-ucek mata.

II.7 Diagnosis
Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi
Uji pinhole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah
berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau
kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman
penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut
terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman
pennglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media
penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.10
Uji Refraksi
Refraksi Subyektif:
- Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan
mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-
masing mata.10
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan
lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau
20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan
pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian
diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6,
atau 20/20 maka pasien menderita miopia.10

22
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).11
Contoh Perhitungan Ukuran kacamata
Seseorang dapat normal melihat benda di titik dekat (pp = 25 cm),
tetapi mengalami kelainan pada lensa mata, dimana ia hanya mampu melihat
benda paling jauh pada jarak 2 meter. Agar penglihatannya normal, orang
tersebut ditolong dengan kacamata. Perhitungan ukuran kacamata yang
dipakai sbb:
Jarak terjauh obyek/benda yang mampu dilihat 2 meter, sehingga
jarak bayangan pada kacamata harus berada -2 meter (bayangan maya
berjarak 2 m) S1 = -2 m

P=-0,5 D
Kacamata yang dipakai berkekuatan/daya -0,5 Dioptri

Refraksi Obyektif
- Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. 9 Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini
mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6

23
Gambar 8. Automated refractometer
www.shin-nippon.jp

Gambar 9. Hasil automated refractometer


www.shin-nippon.jp

- Streak Retinoskop
Yaitu dengan lensa kerja +2.00D pemeriksa mengamati refleks
fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop
(against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai
tercapai netralisasi.11
- Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat
berharga namun mempunyai keterbatasan4
1. Keratometer mengukur 4 titik pada permukaan kornea parasentral tanpa
mengindahkan kornea bagian sentral dan perifer.
2. Keratometer menilai secara rata-rata dan simetris pada titik-titik pada
permukaan kornea semimeridien 180 yang ber-lawanan.

24
3. Hasil pengukuran keratometer sangat tergantung pada zona permukaan
kornea mempunyai nilai radius dan kekuatan refraksi yang berbeda
(zona diameter 4 mm mempunyai kekuatan 36 D dan 2.88 mm
berkekuatan 50 D).
4. Ketepatan ukuran keratometer akan berkurang pada permukaan kornea
sangat landai (flat) dan sangat besar pada kornea yang sangat lengkung
(steep).

Gambar 10. Keratometri tipe B&L


http://www.yamout.us/eyeinformation/keratometry.htm

Uji Pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90
derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder,
atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan
lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat
vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua

25
juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang
ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-
lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.10

Gambar 7
Kipas astigmat
http://www.aoa.org/

Dioptri adalah ukuran kekuatan lensa yang diturunkan dari metode aljabar
kalkilasi optis.
II.8 Penatalaksanaan
Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah
kelainan refraksi atau mencegah jangan sampai menjadi parah.3
- Koreksi lensa
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,
perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena
itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti
pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan
lensa sferis konkaf di depan mata.8
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata
myopia ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula
meletakan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih
kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik. 8

26
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien
dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian
juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00
dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi. 1
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa
silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan
dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan
bertambah jelas.3
- Obat -obatan
Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat
setiap hari secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada
anak-anak usia kurang 20 tahun. 1
- Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan
standar. Tergantung dari respon individu dalam orthokeratology yang sesekali
beruba-ubah, penurunan myopia sampai dengan 3.00 dioptri pada beberapa
pasien, dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-
1.00 dioptri. Beberapa dari penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari
program orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki
beberapa pemikiran dalam keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea
secara menyeluruh. Dengan followup yang cermat, orthokeratology akan aman
dengan prosedur yang efektif. Meskipun myopia tidak selalu kembali pada
level dasar, pemakaian lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa
jam sehari adalah umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi. 1
Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah
secara maksimal sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan kornea
lebih tinggi dari pada permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat
menurunkan myopia hingga 2.00 dioptri. Orthokeratology dengan beberapa

27
lensa seragam, dapat mengurangi permukaan kornea yang tidak rata.
Orthokeratology adalah penampilan yang umum pada anak muda walaupun
menggunakan lensa yang kaku tetapi dapat mengontrol myopia, lensa kontak
yang permeable pada anak-anak menjadi pilihan yang disukai. 8
Mengurangi kelengkungan (artinya, membuat kondisinya menjadi lebih
flat/rata) permukaan depan kornea, yang tujuannya adalah mengurangi daya
bias sistem optis bolamata sehingga titik fokusnya bergeser mendekat ke retina.
Metode non operatif untuk ini adalah orthokeratology, yaitu dengan
menggunakan lensa kontak kaku untuk (selama beberapa waktu) memaksa
kontur kornea mengikuti kontur lensa kontak tersebut. 8
Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan
sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat
dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka
permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.5
Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft
contact lens) atau rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan
kornea. Lensa kontak menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik
dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan untuk mengoreksi miopia,
hiperopia, astigmatisma, anisometropia, anisokonia, afakia, setelah operasi
katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas permeable lens
dapat mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa kontak toric yang
memiliki kirvatura berbeda yang disatukan pada permukaan depan lensa dapat
diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma. 6,12

Gambar 11
Perbedaan soft contact lens dan RGP

28
http://www.allaboutvision.com/contacts/

Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat


menyebabkan hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi
adalah tarsal papillary conjunctivitis dan perubahan bulbar conjunctival,
epithelial keratopathy, corneal neovascularization, nonmicrobial infiltrates,
dan corneal warpage. Perubahan endotel dapat terjadi termasuk
polymegethism, pleomorphism, dan jarang berupa reduksi densitas sel
endotelial. Stromal edema sering terjadi, penipisan kornea juga pernah
dilaporkan. Gejala klinisnya dapat bermacam-macam. Asupan oksigen ke
kornea penting diperhatikan terutama pada pasien dengan kelainan refraksi
tinggi akibatnya lensa kontak yang dipakai lebih tebal dan lebih berpotensi
menimbulkan masalah.12
1. Soft Contact Lens
Soft contact lens terbuat dari poly-2-hydroxyethyl methacrylate
dan plastik fleksibel serta 30-79% air. Diameternya sekitar 13-15 mm
dan menutupi seluruh kornea. lensa ini dapat digunakan untuk miopia
dan hiperopia. Karena lensa ini mengikuti lengkung kornea maka tidak
dapat dipakai untuk mengoreksi astigmatisma yang lebih dari
astigmatisma minimal. Karena ukurannya yang lebih besar soft contact
lens lebih gampang dipakai dan jarang kemasukan benda asing antara
pada ruang lensa dan kornea serta adaptasinya juga cepat. 6,12

Gambar 12
soft contact lens
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm

29
Gambar 13
Lensa kontak bifokus
http://www.allaboutvision.com/

2. RGP (rigid gas permeable) lens


Lensa RGP terbuat dari fluorocarbon dan campuran polymethyl
methacrylate. Diameternya 6.5-10 mm in diameter dan hanya menutupi
sebagian kornea mengapung di atas lapisan air mata.
Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih tajam
dibanding soft contact lens, pertukaran oksigen yang lebih baik sehingga
dapat mencegah infeksi dan gangguan mata lain. Durasi pemakaian
lensa RGP dapat lebih lama dibanding soft contact lens. Lensa RGP
disesuaikan ukurannya pada setiap mata dengan lebih tepat dan teliti.
Kerugiaannya adalah lensa RGP kurang nyaman dibanding soft contact
lens dan masa adaptasinya yang lebih lama. Lensa RGP dapat
mengoreksi kelainan seperti keratoconus dimana terdapat irregularitas
bentuk kornea yang tidak dapat dikoreksi soft contact lens. 6,12Lensa
kontak toric dipakai untuk mengoreksi astigmat. Lensa ini memiliki dua
power untuk sferis dan silindris. Agar berada pada posisi yang tepat dan
stabil biasanya lensa ini lebih berat dan memiliki penanda di bawah. 6,12

Gambar 14

30
Lensa kontak toric
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm

3. Gabungan
Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft
contact lens dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni
lebih mudah dipakai dan pertukaran oksigen yang baik.

Gambar 15
Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP
http://ads.allaboutvision.com/

- Bedah Refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:
Radial keratotomy (RK)
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.
Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah
hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman
dari insisi. Meskipun pengalaman beberapa orang menjalani radial
keratotomy menunjukan penurunan myopia, sebagian besar pasien sepertinya
menyukai dengan hasilnya. Dimana dapat menurunkan pengguanaan lensa
kontak.5
Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti
variasi diurnal dari refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan
ganda pada satu mata, kadang-kadang penurunan permanen dalam koreksi

31
tajam penglihatan dari yang terbaik, meningkatnya astigmatisma,
astigmatisma irregular, anisometropia, dan perubahan secara pelan-pelan
menjadi hiperopia yang berlanjut pada beberapa bulan atau tahun, setelah
tindakan pembedahan. Perubahan menjadi hiperopia dapat muncul lebih awal
dari pada gejala presbiopia. Radial keratotomy mungkin juga menekan
struktur dari bola mata. 5
Photorefractive keratectomy (PRK)
Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser
pada pusat kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92%
pasien mencapai visus 6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive
keratectomy. 1-1.5 dari koreksi tajam penglihatan yang terbaik didapatkan
hasil kurang dari 0.4-2.9 % dari pasien. 5
Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah
photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih.
Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya
lebih baik pada waktu sebelum operasi. Photorefractive keratectomy refraksi
menunjukan hasil yang lebih dapat diprediksi dari pada radial keratotomy. 5
- Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (lasik)
Merupakan salah satu tipe PRK, laser digunakan untuk membentuk kurva
kornea dengan membuat slice (potongan laser) pada kedua sisi kornea.5
BAB III
KESIMPULAN

Perempuan, 32 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram pada kedua


mata, dan pusing bila melihat jauh. Pasien memakai kacamata untuk kegiatan
sehari-hari, tapi sebulan terakhir dirasakan panglihatan bertambah buram dan
mengganggu pekerjaan. Disarankan oleh perusahaan untuk membuat kacamata
baru. Pasien sudah memakai kacamata sejak SMP. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan:

32
Status Oftalmologi Oculi Dextra Oculi Sinistra

Visus 2/60 6/40

Koreksi Kacamata Lama 6/30 6/8.5

AR S-2,25 C-0,75 A175 S-0,50 C-0,75 A175

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan autorefrakter disimpulkan bahwa


pasien menderita myopia astigmatisme. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan
pasien yang merasa penglihatan menjadi buram dan sulit melihat benda pada jarak
jauh.
Pasien dikoreksi menggunakan trial and error set didapatkan hasil OD: S-
2,25 C-0,25 A 175 ; OS: S-0.50 C-0,50 A 175 dengan Jarak pupil 64 mm didapatkan
visus OD 6/6 ; OS 6/6.

DAFTAR PUSTAKA

1. Despopoulos A. and Silbernagi S, Color Atlas of Physiology 3rd Edition.


London: Thieme, 2003; 344-346.
2. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,
Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.
3. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York:
Blackwell Publishing, 2003; 20-26.
4. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan
& Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.
5. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.

33
6. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and
Refraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.
7. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive
Errors, Thieme, p. 127-136, 2000.
8. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6th
Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.
9. Roque M., 2009. Astigmatism, PRK. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101
10. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related
Amblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pd
f??tool=pmcentrez
11. Choi H. Y., Jung J. H. and Kim. M. N., 2010. The Effect of Epiblepharon
Surgery on Visual Acuity and With-the-Rule Astigmatism in Children. Korean
J Ophthalmol 2010; 24(6) : 325-330. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-
6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrez

34

Вам также может понравиться