Вы находитесь на странице: 1из 55

BAB III

PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

A. Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK)


1. Siklus 1
a. Persiapan
Untuk pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan (RTK)
berdasarkan program berjalan dengan baik. Oleh karena itu, prosesnya
diawali berdiskusi dengan kepala sekolah mengenai pentingnya media
pembelajaran bagi guru untuk membantu mereka dalam kegiatan
proses belajar mengajar di dalam kelas. Calon kepala sekolah sangat
menyadari bahwa kemampuan guru dalam membuat media
pembelajaran di SDN Selomerto minim. Mereka sangat jarang
menggunakan media dalam proses belajar mengajar apa yang
berhubungan dengan ICT atau Powerpoint. Hal ini terjadi
karena mereka belum bisa atau kemampuan mereka dalam membuat
power point masih kurang .
Untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menbuat
powerpoint salah satunya cara yang harus dilakukan adalah dengan
mengadakan Workshop adalah "Upaya Meningkatkan Kemampuan
Guru Dalam Membuat Media Pembelajaran Power Point Di SDN
Selomerto". Calon Kepala sekolah mengadakan rapat persiapan pada
tanggal 3 Agustus 2017. Hasil rapat tersebut memutuskan untuk
menyelenggarakan Workshop sebagai salah satu program On the
Job Learning (OJL) bagi calon kepala sekolah pada Hari
Kamis tanggal 9 Agustus 2017 pukul 13.00 - 16.40 WIB.
Dalam pertemuan ditetapkan bersama tentang pembentukan
panitia pelaksana melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah dan
narasumber. Kemudian panitia menyusun jadwal kegiatan Workshop,
menyiapkan surat undangan untuk nara sumber dan peserta, serta
daftar hadir. Menjelang satu hari sebelum pelaksanaan, tepatnya hari

30
31

Rabu tanggal 8 Agustus 2017 diadakan rapat pemantapan panitia


diruang kepala sekolah, untuk pemantapan persiapan agar pelaksanaan
Workshop, sebagai salah satu tugas dalam On Job Leaning (OJL) bagi
calon kepala sekolah tentang rencana tindak kepemimpinan (RTK)
dapat berjalan dengan baik.
b. Pelaksanaan
Rencana tindak kepemimpinan tentang Upaya Meningkatkan
Kemampuan Guru Dalam Membuat Media Pembelajaran Power
Point di SD Negeri Selomerto, terlaksana Pada Hari Kamis 9
Agustus 2017 dengan dihadiri oleh 14 orang. Nara sumber dalam
kegiatan tersebut adalah Bapak Daryadi, S.pd (Kepala Sekolah SDN
Selomerto)
Pelaksanaan diawali , dengan pembukaan Oleh Calon Kepala
Sekolah. Kemudian di lanjutkan penyampaian materi tentang media
pembelajaran oleh Bapak Daryadi S.Pd (Kepala Sekolah SDN
Selomerto). Menguraikan tentang difinisi media, landasan penggunaan
media pembelajaran, fungsi media, ciri- ciri pembelajaran yang
efektif, jenis jenis media dan bagaimana mengembangkan media
dengan menguraikan cara pembuatan powerpoint dalam pembelajaran
di kelas. Kesuksesan pembelajaran di kelas sangat dibantu oleh media
yang kita gunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan
adanya media pembelajaran akan menuntun guru dan peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Dalam Workshop narasumber banyak melakukan demonstrasi
bagaimana membuat master layout hingga membuat slide student
activity. Waktu pelaksanaan Workshop telah dimaksimalkan secara
efektif dan efisien. Sebab hari itu juga semua peserta Workshop dapat
menyelesaikan latihan membuat powerpoint dan
mempresentasikannya.
32

c. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dilaksanakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
dari kegiatan pembuatan media powerpoint.Kemudian kegiatan
monitoring dan evaluasi melibatkan kepala sekolah dan guru
senior,sebagaimana instrument monitoringnya terlampir.Instrumen
monitoring dan evaluasi diberikan setelah kegiatan
berlangsung.Kepala sekolah mengisi instrument siklus 1 berkaitan
dengan calon kepala sekolah dalam menyiapkan kegiatan dengan
kemampuan guru sebagai peserta dalam kegiatan pembuatan
powerpoint melalui workshop.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil perhitungan dari instrumen monitoring dan
evaluasi yang dilakukan peserta Workshop terhadap perencanaan
calon kepala sekolah tentang tindak kepemimpinan melalui
Workshop pada siklus 1 hasilnya adalah sebagai berikut :
x 100 % = 80 % kategori B (Baik )
dengan menggunakan kreterian sebagai berikut:

ANGKA HURUP KETERANGAN


86 100 A Amat Baik
76 85 B Baik
56 75 C Cukup
< 55 D Kurang

Tabel di atas memberikan gambaran kepada calon kepala


sekolah tentang predikat keberhasilan dalam perencanaan
pelaksanaan Workshop peserta dalam membuat media powerpoint.
Gambaran hasil monev di atas, menunjukkan bahwa
pelaksanaan kegiatan Workshop tersebut telah berjalan dengan baik.
Dalam proses pelaksanaannya tidak ada rintangan dan gangguan yang
33

dapat mempengaruhi kegiatan dan mengganggu konsentrasi peserta.


Peserta Workshop yang berjumlah 12 orang telah mengikuti kegiatan
tersebut dengan penuh semangat dan antusias, baik dalam mengikuti
semua arahan uraian materi dari instruktur maupun dalam hal tagihan
tugas pembuatan media powerpoint. Adapun hasil monitoring dan
evaluasi yang dilakukan calon kepala sekolah
terhadap peserta dalam pembuatan media powerpoin itu melalui
pengisian instrument monev dan penilaian powerpoint yang telah
dibuat guru tersebut. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

No Instrumen Skor
No Nama Guru Jml Klasifikasi
1 2 3 4 5 6 7 (%)
1 Rina Purwanti,S.Pd 4 4 3 3 3 4 4 25 89,28 Amat Baik
2 Estu Zuniawati,S.Pd 4 4 3 3 3 3 3 23 82,14 Baik
3 Rusmili,S.Pd 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57 Baik
4 Ika Kurniasih,S.Pd 4 3 3 3 4 4 4 25 89,28 Amat Baik
5 Tuminah,S.Pd 4 3 2 2 2 3 2 18 64,28 Cukup
6 Sri Sutarti,S.Pd 4 3 2 2 2 3 1 18 64,28 Cukup
7 Maudy Israel,S.Pd 4 3 2 2 2 3 2 18 64,28 Cukup
8 Siti Fatimah,S.Pd 4 3 3 3 3 4 3 23 84,14 Baik
9 Ira Kurniawati,S.Pd 4 4 3 3 4 4 4 26 92,85 Amat Baik
10 Siti Mudrikah,S.Pd 4 3 2 2 2 2 1 16 57,14 Cukup
11 Priyono,S.Pd 4 4 3 4 4 4 4 27 96,42 Amat Baik
12 Anggoro Suto,S.Pd 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57 Baik

Berdasarkan hasil penilaian power point yang telah dibuat guru,


dapat disimpulkan bahwa dari 12 orang guru terdapat 4 orang guru
memperoleh nilai diatas 86 dengan ketegori (A), 4 orang guru
memperoleh nilai diatas 71 dengan kategori (B), dan 4 orang guru
yang masih mendapat nilai di bawah 70 dengan ketegori (C).
34

Sebagai tindak lanjut, dari hasil penilaian di atas, maka ada tiga
orang guru yang memperoleh nilai predikat C yang perlu ditingkatkan
kemampuannya dalam membuat powerpoint. Keempat guru tersebut
diberikan pendampingan secara khusus oleh calon kepala sekolah dan
pemateri (Bapak Daryadi, S.Pd) dalam membuat media
powerpoint untuk mempersiapkan perbaikan di siklus 2.

2. Siklus 2
a. Persiapan
Setelah mengamati dan menganalisis setiap tahapan yang telah
dilaksanakan dalam pembuatan media powerpoint pada siklus 1, calon
kepala Sekolah dengan mudah bersama guru untuk
menyempurnakan dan mendiskusikan hal-hal yang harus
ditingkatkan pembuatan media powerpoint.
Hasil diskusi dengan rekan guru, pemateri dan calon
kepala sekolah, di putuskan adanya pendampingan kembali kepada
guru tertentu dengan menentukan jadwal kegiatannya.
b. Pelaksanaan
Melakukan kegiatan lanjutan kepada guru tertentu mengenai
hal-hal yang harus diperbaiki melalui kegiatan pendampingan oleh
calon kepala sekolah, dan dibantu oleh kepala sekolah sebagai
pemateri. Pendampingan dilaksanakan tanggal 14 Agustus 2017 dan
Calon kepala sekolah melakukan observasi terhadap kegiatan
pendampingan yang berlangsung.
c. Monitoring
Monitoring dilakukan melalui observasi kegiatan yang
melibatkan guru dan Kepala sekolah. Instrumen monitoring dilakukan
setelah kegiatan berlangsung untuk melihat perkembangan
pelaksanaan siklus I oleh calon kepala sekolah dengan
mengisi instrumen yang berkaitan dengan pembuatan media power
point di siklus 1.
35

d. Refleksi
Berdasarkan hasil instrumen monitoring yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah terhadap calon kepala sekolah pada siklus 2,
menunjukkan bahwa proses pendampingan kepada tiga orang guru
telah memperoleh nilai instrumen yang sangat memuaskan sebagai
berikut:
X 100 % = 91 % kategori A (Amat Baik)
Hal ini menunjukan bahwa calon kepala sekolah di bantu oleh
Kepala Sekolah dapat membimbing dengan baik melalui
pendampingan terhadap 4 (empat) orang guru yang masih memiliki
kekurangan dalam membuat media pembelajaran powerpoint pada
siklus I.Sedangkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan
calon kepala sekolah terhadap Keempat guru tersebut dalam membuat
media powerpoint melalui isian instrumen monev dan menilai kembali
instrumen monev tersebut, diperoleh perhitungan sebagai berikut:

No Instrumen Skor Klasifi


No Nama Guru Jml
1 2 3 4 5 6 7 (%) kasi
1 Tuminah,S.Pd 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57 Baik
2 Sri Sutarti,S.Pd 4 4 3 3 3 3 3 23 82,14 Baik
3 Maudy Israel,S.Pd 4 4 3 3 3 3 3 23 82,14 Baik
4 Siti Mudrikah,S.Pd 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57 Baik

Kriteria nilai yang digunakan adalah :

ANGKA HURUP KETERANGAN


86 100 A Sangat Baik
76 85 B Baik
56 75 C Cukup
< 55 D Kurang
36

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan setelah mengisi dan


menghitung instrumen monitoring dan evaluasi pada keempat guru
tersebut dalam membuat media powerpoint pada siklus 2 melalui
kegiatan pendampingan dapat disimpulkan bahwa ternyata telah dapat
memperbaiki yang kurang dalam membuat media powerpoint menjadi
baik.

B. Supervisi Guru Junior


1. Kegitan Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan supervisi guru junior pada OJL, merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, melalui implementasi tindakan
kepimpinan berupa mempengarui dan menggerakan rekan guru,
sehingga dapat lebih meningkat kompetensinya.
Sasaran utama supervisi akademik adalah kemapuan guru dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran. Menciptakan lingkungan
pembelajaran yang menyenangkan, memanfaatkan sumber
pembelajaran yang ada.Teknik supervisi yang digunakan adalah
teknik supervisi individual yaitu melaksanakan supervisi perseorangan
terhadap guru yunior. Supervisor hanya berhadapan dengan seorang
guru.
b. Pelaksanaan
Kegiatan supervisi akademik dalam pelaksanaannya dapat
dilaksanakan dengan cara Observasi dan kunjungan kelas. Tahapan
pelaksanaan supervisi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Pra observasi.
Hal yang pertama dilakukan sebelum pelaksanaan observasi
adalah melakukan konsultasi dengan kepala sekolah. Hal yang
dikonsultasikan adalah mengenai teknik observasi, guru yang akan
diobservasi, dan perangkat yang harus disiapkan dalam kegiatan
37

observasi. Setelah itu, penyusun selaku observer, menyusun


persiapan/ perencanaan, observer menyiapkan perangkat
observasi/instrumen yang akan digunakan dalam pelaksanaan
observasi diantaranya:
a) Instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran
b) Instrumen observasi kelas
c) Daftar pertanyaan setelah observasi
d) Format tindak lanjut hasil observasi
Kemudian melakukan pertemuan dengan guru junior yang
akan diobservasi, yaitu:
Nama : Siti Fatimah, S.Pd
Pelajaran yang diampu : Guru Kelas IV
Pengalaman Mengajar : Sebagai Guru Kelas dari tahun 2006
Calon Kepala Sekolah menunjuk rekan guru Siti Fatimah,
S.Pd dengan pertimbangan masa kerja yang paling sedikit
dibandingkan dengan rekan guru lainnya.
Pada pertemuan pertama observer meminta kesediaan
guru junior untuk diobservasi dalam proses pembelajarannya.
Setelah guru junior menyatakan bersedia, berikutnya disepakati
penentuan waktu pelaksanaan observasi dan menginformasikan
bahan-bahan yang perlu dipersiapkan oleh guru junior dalam
pelaksanaan observasi diantaranya: silabus, RPP, bahan ajar, alat
peraga atau media dan penilaian yang akan digunakan. Pada
pertemuan tersebut juga dimusyawarahkan tentang jadwal
pelaksanaan observasi.
Berdasarkan kesepakatan, jadwal pelaksanaan observasi Ibu
Siti Fatimah, S.Pd (guru kelas IV)adalah pada hari Rabu, 23
Agustus 2017. Pada pertemuan tersebut disepakati juga jadwal
pertemuan berikutnya yang dilaksanakan sebelum kegiatan
observasi yang bertujuan untuk mendiskusikan bahan-bahan yang
telah dipersiapkan guru junior. Pada pertemuan
38

ini observer memeriksa silabus, RPP, bahan ajar, alat peraga atau
media dan penilaian yang telah disiapkan, kemudian
mendiskusikan hal-hal yang perlu dilakukan perbaikan-perbaikan.
Observer dapat memberikan masukan yang sifatnya melengkapi
jika terdapat kekurangan dari bahan-bahan tersebut.
Untuk menghindari kemungkinan munculnya kekakuan dan
ketegangan guru junior pada pelaksanaan observasi nantinya, maka
diinformasikan pula tujuan observasi yang akan dilakukan.
Observasi guru junior adalah salah satu tugas peserta diklat calon
kepala sekolah pada kegiatan On The Job Learning dan tidak ada
hubungannya dengan penilaian kinerja guru di sekolah. Observasi
ini juga dapat membantu guru junior memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajarannya.
2) Observasi
Pada hari Rabu, 23 Agustus 2017, observer melakukan
observasi terhadap guru junior yang bernama Ibu Siti Fatimah,
S.Pd (Guru kelas 4). Sebelum melaksanakan observasi kelas,
diadakan dahulu pertemuan untuk melihat persiapan yang
dilakukan oleh guru junior. Observer meminta Silabus dan RPP
satu rangkap kemudian memberikan penilaian dengan mengisi
instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran, yang selanjutnya
akan digunakan sebagai bahan kontrol pada pelaksanaan observasi
kelas.
Setelah itu langsung melaksanakan observasi ke kelas 4. Pada
saat diobservasi Ibu Siti Fatimah, S.Pd (Guru kelas 4) mengajar
tematik dengan tema Indahnya Kebersamaan dengan Sub tema
kebersamaan dalam keberagaman
Di kelas, observer melakukan pengamatan langsung terhadap
pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada
kegiatan penutup.
39

Yang menjadi obyek pengamatan adalah aktivitas guru dan


siswa dalam proses belajar mengajar. Aktivitas guru dan siswa
dicatat pada catatan kejadian dan mengisi instrumen observasi
kelas yang telah dipersiapkan. Catatan kejadian dijadikan sebagai
bahan diskusi sekaligus bahan evaluasi pada saat kegiatan refleksi
pembelajaran. Untuk memperoleh bukti pelaksanaan pembelajaran
tersebut observer mendokumentasikannya dalam bentuk photo.
Pada kegiatan awal, ketua kelas menyiapkan teman-temannya
untuk belajar dan mengucapkan salam yang kemudian dibalas oleh
guru dengan salam pula. selanjutnya guru memeriksa kehadiran
siswa. Kemudian guru mengawali pembelajaran dengan
menanyakan kesiapan siswa untuk belajar. Guru kemudian
memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu beryukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa. Berikutnya guru melakukan apersepsi
dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran hari
itu (siswa dapat menyebutkan gerakan tari Bungong Jeumpa).
Selanjutnya pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk
menyebutkan gerakan-gerakan dalam tari Bungong Jeumpa.
Kemudian setelah siswa cukup menguasai gerakan tari Bungong
jeumpa, guru membagi siswa dalam berkelompok. Berikutnya,
guru mengajak siswa berlatih secara berkelompok dengan iringan
musik. Berikutnya, guru mengajak siswa untuk merenungkan
bahwa Bahwa Tuhan menciptakan budaya yang berbeda agar
kita saling mengharagai. Berikutnya, guru mengajukan pertanyaan
tentang sudut yang terbentuk dari tangan pada gerakan tari.
Kemudian siswa di minta memberI label di setiap sudut dan
menaksirkan besar masing-masing sudut yang telah di beri
label.Kemudian siswa menulis taksiran mereka dan melakukan
pembuktian dengan sudut-sudut tersebut menggunakan busur
derajat. Kemudian setelah melakukan pembuktian siswa menulis
kesimpulan hasil penaksirannya. Berikutnya,guru mengajukan
40

pertanyaan tentang perayaan hari besar agama di sekitar tempat


tinggal.Kemudian siswa diminta membuat gambar tentang
perayaan hari besar agama. Kemudian siswa diminta menceritakan
secara tertulis dan dipresentasikan secara kelompok. Berikutnya,
guru mengajukan pertanyaan tentang keragaman umat beragama di
lingkungan provinsi. Kemudian siswa diminta mencari informasi
dari berbagai sumber tentang keragamaan umat beragama.
Kemudian siswa diminta menuliskan informasi pada kertas HVS.
Kemudian setelah ditulis pada kertas siswa mempresentasikan
dalam kelompok. Berikutnya siswa melakukan perenungan dengan
menjawab pertanyaan yang terdapat dalam buku siswa. Kemudian
guru dapat menambahkan pertanyaan perenungan berdasarkan
lampiran di buku guru. Berikutnya untuk kegitan penutup. Siswa
dan guru menyimpulkan materi pembelajaran. Kemudian guru
mengajukan pertanyaan tentang materi yang sudah di pahami,
materi yang belum di pahami, dan hal apa yang ingin di ketahui
lebih lanjut. Kemudian guru mengajak siswa untuk saling
menghormati dan menghargai pertemanan. Berikutnya siswa diberi
tindak lanjut berupa PR. Kemudian salah seorang siswa memimpin
doa dan dilanjutkan dengan berpamitan dan memberi salam kepada
guru.
3) Pasca Observasi
Setelah observasi kelas pertama kepada Ibu Siti Fatimah
S.Pd. selesai, observer kembali melakukan pertemuan dengan guru
yang diobservasi. Ini dilakukan untuk mendiskusikan tentang
kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Pada pertemuan ini observer memberi masukan agar
guru yang diobservasi menggunakan media pembelajaran untuk
mempermudah penyampaian materi dan memotivasi siswa agar
lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.
4) Tindak Lanjut
41

Pada tahap tindak lanjut, supervisor memuji pembelajaran


yang telah dilaksanakan guru junior. Berdasarkan hasil penelaahan
kajian RPP, hasil observasi pembelajaran di kelas, dan diskusi
tentang kelebihan dan kekurangan hasil supervisi, maka dicapai
kesimpulan bahwa perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam
penampilan pembelajaran pada siklus kedua. Ada beberapa
kelemahan yang perlu dilakukan perbaikan pada siklus kedua,
yaitu:
Proses pembelajaran di kelas
a) Pada media pembelajaran, belum sesuai apa yang tercantum di
dalam RPP dan belum bervariasi.
b) Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman hasil
pembelajaran, pada kenyataannya guru belum membimbing
peserta didik untuk membuat rangkuman hasil pembelajaran dan
guru tidak menyuruh kepada siswa untuk menyalin pada
bukunya masing-masing.
Agar pada penampilan pada siklus kedua adanya perubahan
yang signifikan, di waktu-waktu segang dilaksanakan bimbingan
individu terhadap guru junior tentang penyusunan perangkat
pembelajaran, persiapan bahan ajar, persiapan media dan sumber
belajar serta instrument penilaian yang sesuai dengan kompetensi
dasar (KD), indikator, dan bahan ajar. Bimbingan penyusunan
perangkat pembelajaran terutama difokuskan pada hal-hal yang
masih kurang. Dengan bimbingan ini diharapkan adanya perubahan
dan dapat meningkatkan kompetensi guru junior dalam hal
pembelajaran.
42

c. Hasil
1) Hasil Kuantitatif
Tabel 3.
Hasil Penampilan Supervisi Akademik Guru Junior Siklus Pertama
Nama Guru Junior : Siti Fatimah, S.Pd.
Guru Kelas : IV
Aspek yang Siklus I
Diamati Kuantitatif Kualitatif
RPP 77,27 % Baik
Observasi 80,88 % Baik

2) Refleksi
Penampilan guru junior pada penyusunan perangkat
pembelajaran sudah baik mencapai 77,27 % namun ada beberapa
kelemahan dalam penyusunan RPP yaitu :
a) Pada tujuan pembelajaran, rumusan tujuan belum memenuhi
kriteria ABCDE (audien, behavior, kondisi, degree, dan
enviroment).
b) Materi/bahan ajar, belum menunjukkan kesesuaian dengan
kompetensi dasar (KD) dan indikator.
Penampilan guru junior berdasarkan hasil observasi
pembelajaran di kelas juga sudah baik mencapai 81,94%. Seperti
pada penyusunan perangkat pembelajaran, pada pelaksanaan
pembelajaran juga ada beberapa kelmahan, seperti :
a) Pada media pembelajaran, belum sesuai apa yang tercantum di
dalam RPP dan belum bervariasi.
b) Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman hasil
pembelajaran, pada kenyataannya guru belum membimbing
peserta didik untuk membuat rangkuman hasil pembelajaran dan
guru tidak menyuruh kepada siswa untuk menyalin pada
bukunya masing-masing.
43

d. Program Tindak Lanjut


Tabel 3.10
Instrument Tindak Lanjut
Hasil Supervisi Akademik Siklus Kesatu
Hasil
Catatan Realisasi
Nama Mata Skor Tindak
No Kelas Khusus Tindak
guru Pelajaran Kuantit Lanjut
Kualitatif Lanjut
atif
1. Siti Matematik IV 80,32 Perbaikan Bimbin Melakuk
Fatima a,SBdP,IP media gan an
h, S.Pd S pembelaja individ supervisi
ran ual guru
junior
pada
siklus
kedua

Berdasarkan hasil penampilan guru junior yang dipaparkan di


atas maka dipandang perlu dilakukan penampilan siklus kedua pada
hari Senin tanggal 28 Agustus 2017 untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada penampilan siklus pertama dan hal-hal
yang sudah baik dilaksanakan tetap ditingkatkan kembali pada
penampilan siklus kedua. Agar pada siklus kedua adanya peningkatan,
penyusun terlebih dahulu melakukan bimbingan individual terhadap
guru junior tentang penyusunan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan Siklus II
a. Perencanaan
Seperti biasa, observasi diawali dengan pertemuan antara
observer dan guru junior. Dalam pertemuan ini dilakukan wawancara
seputar persiapan guru junior untuk melaksanakan proses
44

pembelajaran. Di sini guru junior memberikan silabus dan RPP untuk


dikaji dan dinilai sesuai instrumen yang telah disiapkan oleh observer.
Setelah tiba saatnya jam pelajaran Matematika,PPKn,dan SBdP
di kelas IV, observer melaksanakan kunjungan kelas dan mengamati
kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir.
Setelah itu Ibu Siti Fatimah, S.Pd. membagikan buku siswa
untuk mengerjakan soal. Dalam mengerjakan soal, peserta didik
melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya.
b. Pelaksanaan Observasi
1) Pra Observasi
Pada kegiatan pra observasi, hari Sabtu tanggal 26 Agustus
2017 penyusun menemui kembali guru junior Siti Fatimah, S.Pd.
(guru kelas IV) untuk mengkaji dan menelaah penyusunan RPP
hasil perbaikan sesuai kekurangan pada siklus pertama terutama
pada tujuan pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan
apakah sudah bervariasi, menanyakan kesiapan media dan sumber
belajar yang akan ditampilkan pada kegiatan pembelajaran siklus
kedua.
2) Observasi
Siti Fatimah, S.Pd.(Guru kelas IV) diobservasi yang kedua
kalinya pada hari Senin tanggal 28 Agustus 2017 pada mata
pelajaran Matematika,PPKn, dan SBdP.
Pada kegiatan awal, guru mengawali pembelajaran dengan
memberi salam dan menyapa siswa. Kemudian salah satu siswa
memimpin berdoa. Setelah berdoa, guru mengecek kehadiran
siswanya. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru
tentang materi, tujuan, manfaat dari kegiatan yang akan dilakukan.
Selanjutnya pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk
mengamati gambar pada buku. Setelah siswa mengamati, guru
menyampaikan bahwa Indonesia sangatlah kaya akan beragaman
budaya dan meminta siswa untuk mengidentifikasi besar sudut
45

yang ada di rumah adat. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa


kelompok dan mempresentasikan kepada kelompok lain.
Berikutnya siswa diminta membaca teks cerita pada buku. Setelah
siswa membaca, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
yang berbeda. Kemudian siswa mendiskusikan dan menulis
jawaban. Setelah menulis jawaban, siswa diminta membaca senyap.
Berikutnya siswa dibagi beberapa kelompok yang berbeda.
Kemudian siswa diminta berlatih menari dengan kelompoknya
dengan iringan musik tanpa aba-aba hitungan. Guru menyampaikan
rubrik penilaian dan setiap kelompok tampil di depan kelompok
lain. Berikutnya siswa dan guru menyimpulkan materi
pembelajaran. Kemudian guru mengajukan pertanyaan tentang
materi yang sudah di pahami, materi yang belum di pahami, dan
hal apa yang ingin di ketahui lebih lanjut. Kemudian guru
mengajak siswa untuk saling menghormati dan menghargai
pertemanan. Berikutnya siswa diberi tindak lanjut berupa PR.
Kemudian salah seorang siswa memimpin doa dan dilanjutkan
dengan berpamitan dan memberi salam kepada guru.
3) Pasca Observasi
Setelah selesai kegiatan observasi di kelas dan beristirahat
sejenak, penyusun sebagai observer mengadakan refleksi tentang
hasil pengkajian dan penelaahan RPP yang disusun oleh guru
junior serta hasil observasi yang baru saja dilakukan. Penyusun
menanyakan kembali kepada guru junior sesuai yang ditanyakan
pada penampilan pada siklus pertama. Observer dan guru junior
berdiskusi materi pertanyaan yang menyangkut tentang perasaan
guru junior setelah selesai melaksanakan pembelajaran, kesulitan
apa saja yang dihadapi guru junior atau siswa saat melaksanakan
pembelajaran, dan alternatif solusi untuk kesulitan tersebut.
46

c. Tindak Lanjut
Pada tahap tindak lanjut, supervisor memuji pembelajaran yang
telah dilaksanakan guru junior. Berdasarkan hasil penilaian supervisi
akademik yang dilakukan penyusun terhadap guru junior, mulai
penilaian penyusunan RPP yang disusun oleh guru junior dan
dilanjutkan dengan penilaian hasil observasi pembelajaran guru junior
di kelas.
d. Hasil
1) Hasil Kuantitatif
Tabel 3.11
Data Nilai Ibu Siti Fatimah, S.Pd. Siklus I dan Siklus II
Aspek yang Rata-
No Siklus I Siklus II Perubahan
di ukur Rata
1 RPP 77,27 % 93,18 % 85,23 % 15,91 %
2 Observasi 80,88 % 94,11 % 87,49 % 13,23 %

2) Refleksi
Kemampuannya dalam menyusun rencana pembelajaran
lebih baik dari siklus I. Ibu Siti Fatimah sudah dapat menyajikan
pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran. Hasil
menunjukan adanya peningkatan yang signifikan yaitu sebesar
13,23 % dari Observasi pertama pada siklus kedua.
47

e. Program Tindak Lanjut


Tabel 3.12
Instrument Tindak Lanjut
Hasil Supervisi Akademik Siklus Kesatu
Hasil Catatan Realisa
No Mata Skor Khusus Tindak si
Nama guru Kelas
. Pelajaran Kuantitat Kualitati Lanjut Tindak
if f Lanjut
1. Siti Matematika, IV 90,50 % Kelemah Guru Pada
Fatimah, SBdP,IPS an- Junior kegiata
S.Pd kelemah tetap nkegiat
an yang harus an
terjadi mening selanjut
pada katkan nya di
siklus kinerja sekolah
pertama sebagai .
sudah guru
diperbaik yang
i dan profesi
terlaksan onal.
a dengan
baik

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Ibu Siti Fatimah,


S.Pd. pada observasi pertama mendapat nilai dengan
katagori baik dan pada observasi kedua mendapatkan nilai sangat
baik. Namun demikian, guru harus tetap konsisten dalam
melaksanakan tugas profesinya.
Setelah penyusun melakukan serangkaian kegiatan supervisi
akademik terhadap guru junior melalui siklus kesatu dan siklus kedua,
benar bahwa kegiatan ini telah dapat memberikan pengalaman
48

langsung kepada penyusun sebagai calon kepala sekolah dalam hal


kompetensi supervisi akademik, mulai dari penyusunan perencanaan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program supervisi akademik. Pada
akhirnya kegiatan supervisi akademik guru junior ini, telah dapat
meningkatkan kompetensi supervisi akademik penyusun sebagai calon
kepala sekolah dan dapat dijadikan tindak lanjut dalam penyusunan
program supervisi akademik selanjutnya.
Dalam mengerjakan LKPD tersebut, peserta didik melakukan
diskusi dengan teman sekelompoknya. Kemudian masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusinya secara tertulis. Kemudian guru
membahas hasil diskusi peserta didik. Berikutnya guru memberikan
kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang mereka belum
mengerti. Pada bagian penutup, guru meminta peserta didik
menyimpulkan materi pembelajaran. Beberapa peserta didik
menyampaikan kesimpulan materi pembelajaran. Guru memberikan
pujian kepada peserta didik yang telah dapat menyimpulkan materi
pembelajaran. Kemudian guru mengulangi dan melengkapi
kesimpulan materi pembelajaran. Berikutnya guru memberikan tugas
sebagai bentuk penguatan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pesan
terakhir dari guru adalah agar peserta didik mengerjakan tugasnya dan
jika ada yang tidak dimengerti disarankan untuk bertanya kepada
temannya. Kemudian pelajaran ditutup dengan membaca doa.

C. PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN


1. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau
kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang terdiri dari standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, proses penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.Silabus menjawab pertanyaan tentang:
a. Apa kompetensi yang harus dikuasai peserta didik?
49

b. Bagaimana cara mencapai kompetensi tersebut?


c. Begaimana cara mengetahui pencapaian kompetensi tersebut?
d. Beberapa prinsip pengembangan silabus yaitu: ilmiah, relevan,
sistematis, konsisten, memadai, aktual, kontekstual, fleksibel, dan
menyeluruh.
Untuk menyusun dan mengembangkan silabus, maka langkah-
langkah yang dilakukan adalah:
a. Mengidentifikasi materi pelajaran dari setiap kompetensi dasar yang
ingin dicapai dari semua mata pelajaran yang akan diintegrasikan.
b. Mengidentifikasi tema-tema yang menarik bagi peserta didik, lalu
memilih beberapa tema yang akan dijadikan sebagai tema
pembelajaran.
c. Memetakan materi pelajaran untuk setiap tema/subtema yang sesuai.
Pemetaan materi perlu juga memperhatikan keruntutan dari materi
untuk setiap mata pelajaran dan tingkat kesulitan dari materi tersebut
agar mendapatkan alokasi waktu yang cukup.
d. Merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan pemetaan materi
pelajaran yang telah dilakukan.
e. Mendesain penilaian yang akan dilakukan untuk proses pembelajaran
yang telah dirancang berdasarkan tema atau sub tema yang telah
diajarkan.
f. Melaporkan hasil penilaian sesuai dengan kompetensi mata pelajaran
yang telah dicapai. Hasil penilaian ini akan dijadikan dasar bagi
pendidik untuk melakukan evaluasi pembelajaran. Hasil evaluasi ini
digunakan untuk mengidentifikasi tema dan materi pembelajaran
kembali.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Penyusunan perangkat pembelajaran merupakan hal penting yang
harus dilakukan oleh guru sebelum pelaksanaan proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran meliputi : 1). Analisa keterkaitan Standar
50

Kompotensi dengan Kompetensi Dasar, serta Indikator Pencapaian


Kompetensi, 2) Silabus, 3) program tahunan, dan 4) RPP.
Calon kepala sekolah juga adalah seorang guru, karenanya dalam
menjalankan kewajibannya sebagai seorang guru, yakni guru Bimbingan
dan konseling, sebagai calon kepala sekolah juga dituntut untuk
menyusun RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan)sebagaimana tugas yang
diembannya. Bahkan karena calon kepala sekolah adalah calon pemimpin
yang sedang dilatih, ia harus lebih memahami dan memberikan contoh
kepada rekan guru lainnya dalam menyusun perangkat pelayanan
bimbingan dan pembelajaran.
Tahap awal dalam pembelajaran adalah menyusun perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan pada pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Hal ini merupakan perencanaan kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Setiap
pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban membuat media
powerpoint secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
efisien, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemadirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta fsikologis
peserta didik. RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) atau sub
topik yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri
dan/atau kelompok di sekolah, dengan dikoordinasi, diFasilitasi, dan
disupervisi oleh kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh
kepala sekolah.
RPP mencakup: a) Data sekolah, mata pelajaran, dan
kelas/semester, Alokasi waktu; b) Standar Kompetensi (SK); c)
Kompetensi Dasar (KD); d). Indikator; e) Tujuan Pembelajaran; f) Materi
51

Ajar; g) Metoda Pembelajaran; h) Langkah-langkah Pembelajaran; i)


Alat dan Sumber Belajar; j) Penilaian.
3. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang
dimaksud berupa tertulis maupun tidak tertulis.
Jenis-jenis bahan ajar dapat dibedakan atas beberapa kriteria
pengelompokan. Menurut Koesnandar (2008), jenis bahan ajar
berdasarkan subjeknya terdiri dari dua jenis, yaitu : a) Bahan ajar yang
sengaja dirancang untuk belajar seperti buku, LKS. b) Bahan ajar yang
dirancang dapat dimanfaatkan untuk belajar menyatakan bahwa jika
ditinjau dari fungsinya maka bahan ajar yang dirancang terdiri atas 3
kelompok, yaitu : bahan ajar persentasi, bahan referensi, dan bahan
belajar mandiri.
Pengembangan bahan ajar harus didasarkan pada analisis
kebutuhan peserta didik terdapat beberapa alasan mengapa perlu
pengembangan bahan ajar, yaitu:
a. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar
yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.
b. Krakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat
disesuiakan dengan krakteristik siswa sebagai sasaran.
c. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan
masalah atau kesulitan dalam belajar.
Seperti yang diuraikan di atas tentang pengertian bahan ajar dan
dasar pengembangan bahan ajar, diantaranya adalah ketersediaan bahan
sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus
sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang
dikembangkan dapat disesuiakan dengan karakteristik peserta
didik sebagai sasaran. Maka pengembangan bahan ajar yang dilakukan
guru akan sangat bermanfaat.
52

4. Instrumen Penilaian
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata
lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan
proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan
dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan,
dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar
dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik,
baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang
telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek
afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau
ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi
hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:
a. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau
materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka?
b. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
c. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat
diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya
sehari-hari?
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar.
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran.
a. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak)
termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal,
53

mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan


mengevaluasi.
b. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima
jenjang, yaitu:
(1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) character
ization by evalue or calue complex.
c. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya

D. PENGAJIAN ASPEK MANA JERIAL


1. Di Sekolah Sendiri(SDN Selomerto)
a. Kajian RKS SDN Selomerto
Sebagai manajer, kepala sekolah diharapkan mau dan mampu
mendayagunakan sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan
visi, misi, dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah tentu
tidak sanggup menyusun rencana program kegiatan sekolah yang baik
hanya seorang diri. Untuk itu, dalam penyusunan rencana kerja
sekolah, kepala sekolah harus mendorong keterlibatan seluruh
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Keterlibatan secara langsung, dapat dikatakan
mereka masuk ke dalam anggota tim penyusun rencana kerja sekolah.
EDS sudah disusun rutin setiap tahun yang dilaksanakan oleh
tim pengembang dan hasil dari EDS sudah di jadikan dasar untuk
penyusunan RPS/ RKS (RKJM, RKT, RKAS). Tetapi mekanisme
penyusunan belum melibatkan siswa, tokoh agama dan tokoh
masyarakat. Oleh karena dalam menyusun EDS di harapkan
54

melibatkan semua steak holder pendidikan di SD Selomerto dengan


mengadakan sosialisa pada masyarakat. Dengan demikian diharapkan
dalam menyusun EDS lebih di optimal dan sesuai kondisi idealnya.
Penyusunan RKJM, RKS, dan RKAS dilakukan oleh Kepala
Sekolah, Guru, Komite Sekolah, dan tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan melalui musyawarah. Hal ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan 8 Standar Nasional Pendidikan. Pada akhirnya
sekolah menyusun skala prioritas program sekolah. Menuangkan
program yang akan dilaksanakan ke dalam Rencana Kerja Jangka
Menengah (RKJM) untuk 4 tahun ke depan. Semua rencana
pengembangan sekolah harus disesuaikan dengan visi, misi dan
tujuan sekolah, serta sumber daya dan sumber dana yang dimiliki.
Dokumen kelengkapan RKS yang ada antara lain EDS, RKJM,
RKT dan RKAS. RKAS disusun sudah memuat berdasarkan
rekomendasi pada instrument EDS, sehingga dokumen kelengkapan
pada saat ini masih ideal
Implementasi RKS masih digunakan sebagai acuan kegiatan
sekolah, tetapi dalam pembuatannya masih belum terlibatnya antara
dewan guru dan steak holder, sehingga tidak optimal karena
keterbatasn waktu stek holder dalam menyusun RKS. Oleh karena itu
sebaiknya pihak sekolah berkoordinasi dengan stekholder dan dewan
guru dalam menyusun RKS
Sekolah melakukan evaluasi diri pelaksanaan RKS setiap akhir
tahun dan hasil Evaluasi Dari Sekolah di laporkan pada pihak terkait
melalui Dinas pendidikan Kecamatan minimalsekali dalam setahun.

b. Kajian Pengelolaan Keuangan Sekolah


Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
55

Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah


prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan
bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping
itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan.
Sekolah sudah memiliki Program Perencanaan Pengelolaan
Keuangan Sekolah sesuai standart keuangan di SNP. Sumber
Keuangan Sekolah terdiri dari :
1) Dana BOS Pusat sebesar Rp 800.000/ siswa/ tahun
Berdasarkan Buku Panduan BOS tahun 2014, dana BOS
dapat digunakan untuk membiayai Pengembangan Perpustakaan,
Kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik baru, Kegiatan
pembelajaran dan ekstra kurikuler peserta didik, Kegiatan Ulangan
dan Ujian, Pembelian bahan habis pakai, Pembiayaan langganan
daya dan jasa, Pembiayaan perawatan sekolah,Pembiayaan
honorarium bulanan guru dan tenaga kependidikan honorer,
Membantu peserta didik miskin, Pembiayaan pengelolaan BOS,
Pembelian dan perawatan perangkat komputer, dan Biaya lainnya
jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah terpenuhi pendanaannya dari
BOS. Pembelian Laptop tidak tercantum dalam buku Panduan
BOS, padahal Laptop sangat dibutuhkan, oleh karena itu perlu
mengupayakan pembelian laptop.
2) Dana BOS Propinsi dialokasikan untuk kebutuhan sekolah yang
tidak dapat dipenuhi dari dana BOS Pusat.
Rencana pengelolaan keuangan disusun dalam RKAS,
berdasarkan RKS/ RKJM dan disusun oleh Kepala Sekolah dan
seluruh guru serta melibatkan Komite Sekolah. RKAS
disosialisasikan kepada semua warga sekolah dan disahkan oleh
Kepala Sekolah dan Bendahara. Program pengelolaan keuangan
dilakukan dengan transparan. Dokumen Keuangan(Pembukuan dan
dokumen lain yg sesuai / relevan)
56

Dokumen Keuangan Sekolah meliputi : RKS, RKAS, Bukti


fisik pengeluaran: Nota, kwitansi, faktur, Buku kas umum dan
buku pembantu kas, Buku pembantu bank, Buku pembantu pajak,
dan Laporan keuangan setiap triwulan.
Setiap transaksi keuangan baik penerimaan maupun
pengeluaran disertai dengan bukti yang sah, ditandatangani oleh
Bendahara dan disetujui oleh Kepala Sekolah dan dicatat dalam
Buku Pembantu Kas Tunai dan Buku Kas Umum. Buku Kas
ditutup setiap akhir bulan dengan ditandatangani oleh Bendahara
dan disetujui oleh Kepala Sekolah. Laporan Keuangan ditutup
setiap 3 bulan sekali dengan menyertakan buku kas umum, buku
pembantu kas, buku pembantu pajak, buku pembantu bank, dan
semua bukti pengeluaran (Nota, kwitansi, faktur).
Pertanggungjawaban dana diserahkan kepada pejabat yang
berwenang. Dana dari pemerinta dipertanggungjawabkan kepada
Pemerintah.Sekolah tidak memiliki dana mandiri dan swadaya
masyarakat.
Evaluasi penggunaan keuangan dilakukan dengan cara
mencocokkan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
dengan penggunaan anggaran sebenarnya yang dicatat dalam Buku
Kas dan dibuktikan dengan nota, faktur, dan kwitansi. Menyusun
laporan hasil monev pengelolaan keuangan untuk bahan
pertimbangan dan kajian dalam menyusun RKAS pada tahun
berikutnya, menyusun laporan keuangan per kegiatan oleh
bendahara BOS dan menyusun laporan keuangan setiap bulan
secara rutin, ditandatangan oleh Bendahara dan Kepala Sekolah.
c. Kajian Pengelolaan PTK
Pendidik dan tenaga kependidikan yang dapat melaksanakan
tugas dan fungsinya masing-masing secara baik sangat terkait dengan
kompetensi yang mereka miliki.
57

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (permendiknas) yang


mengatur tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah
nomor 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah, nomor 13
tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, nomor 16 tahun 2007
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, nomor 24
tahun 2008 tentang standar tenaga administrasi sekolah, nomor 25
tahun 2008 tentang tenaga perpustakaan, nomor 26 tahun 2008 tentang
standar tenaga laboratorium sekolah dan nomor 27 tahun 2008 tentang
standar kualifikasi dan kompetensi konselor.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami dan
menguasai untuk mengelola pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah. Mengkaji pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah tempat magang pada kegiatan on the job learning (OJL)
bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan
dimensi kompetensi manajerial khususnya kompetensi mengelola guru
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal.
Sekolah menyusun perencanaan tentang kebutuhan tenaga
Pendidik dan Tenaga kependidikan.
Sesuai dengan Permendiknas No.13 Th 2007 di SDN Selomerto
Kepala Sekolah memenuhi kriteria, yaitu memiliki kualifikasi
akademik S1 dari perguruan tinggi terakreditasi, memiliki pangkat
pembina dengan golongan IV/a, memiliki SK sebagai guru SD,
memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD, memiliki SK sebagai
kepala sekolah, memiliki pengalaman mengajar sekurang- kurangnya
5 tahun di SD, memiliki kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan social, tetapi tidak memilki sertifikat
sebagai kepala Sekolah.
Di SDN Selomerto guru memiliki kualifikasi akademik S1 dari
perguruan tinggi terakreditasi. Mengajar sesuai latar belakang
pendidikannya dengan rentetan kegiatan yaitu merencanakan,
58

melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran (Kompetensi


pedagogik), memiliki kompetensi kepribadian yang baik, kompetensi
sosial (mampu berkomunikasi secara efektif dan santun sesama guru,
tenaga administrasi dan orang tua siswa) dan kompetensi
professional (penguasaan materi pelajaran). Guru Kelas I s/d VI
memiliki beban mengajar 24 jam pelajaran per minggu.
Kepala Sekolah telah mengangkat tenaga honorer sebagai
operator sekolah,sehingga dalam pembuatan administrasi
dilaksanakan oleh tenaga operator walaupun tidak sepenuhnya.
Sekolah tidak memiliki tenaga perpustakaan sehingga guru
merangkap sebagai tenaga perpustakaan, sehingga mengusulkan
kepada kepala sekolah agar mengangkat tenaga honorer perpustakaan.
Pendidik yang ada di SDN Selomerto adalah belum memenuhi
ketentuan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan sehingga,
sekolah harus melaporkan ke instansi terkait dan mengakat guru
wiyata bakti. Pelaksana urusan administrasi umum sudah ada
operator. Penjaga sekolah merangkap sebagai petugas layanan khusus.
Kepala Sekolah memiliki kompetensi kepribadian,
kewirausahaan, supervisi, sosial dan manajerial sedang guru memiliki
kompetensi: pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.
Sekolah menyusun Orientasi Tugas Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dan Tata Kerja PTK. Administrasi PTK cukup lengkap
antara lain Buku Pokok Guru, DUK, DP3, Data Pribadi, Daftar usulan
kenaikan pangkat, Absensi, Program masing masing bidang dan
Administrasi terkait tugasnya masing masing.
Penilaian/Evaluasi Kinerja PTK dilakukan dengan cara
menyusun program, jadwal instrument penilaian, dan melaksanakan
serta menyusun hasil kegiatan Evaluasi kinerja PTK.
Sekolah menyusun rencana dan melaksanakan Pembinaan PTK.
Sekolah juga merencanakan dan melaksanakan Pengembangan PTK.
Tetapi belum dilaksanakan secara kontinue. Sekolah menyusun dan
59

menerapkan Tata Tertib dan Kode Etik Guru serta sekolah membuat
pelaporan PTK setiap bulan.
d. Kajian Pengelolaan Ketata usahaan Sekolah
Permendiknas tersebut ditetapkan bahwa Tenaga Administrasi
Sekolah perlu memiliki 4 kompetensi, yaitu: (1) Kompetensi
Kepribadian, (2) Kompetensi Sosial, (3) Kompetensi Teknis
Administrasi Sekolah, dan (4) Kompetensi Manajerial Ketatausahaan
Sekolah. Guna menjamin terselenggaranya administrasi sekolah yang
baik Kepala Sekolah harus melakukan pembinaan berkelanjutan
kepada tenaga administrasi sekolah melalui berbagai media,
kesempatan, dan cara-cara yang simpatik.
Salah satu tugas Kepala Sekolah adalah memastikan bahwa
administrasi sekolah dapat dilaksanakan dengan baik dalam rangka
menunjang pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang
tepat, penyusunan rencana kerja sekolah, pelaksanaan pembelajaran,
dan pelaporan kinerja sekolah. Tugas-tugas administrasi tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik apabila sekolah memiliki Tenaga
Administrasi Sekolah (TAS) yang memenuhi standar, seperti tertuang
dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah.
Mengkaji pembinaan tenaga administrasi sekolah tempat
magang pada kegiatan on the job learning (OJL) bertujuan untuk
melatih calon kepala sekolah mengembangkan dimensi kompetensi
manajerial khususnya kompetensi mengelola staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
Sekolah belum memiliki Program Kerja TAS, namun semua
penyelesaian administrasi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru.
Oleh krena itu kepala sekolah agar mengangkat tenaga honorer
administrasi yang terdiri dari: Kepala TAS, Pelaksana Urusan dan
Petugas Layanan Khusus Sekolah tidak memiliki Kepala TAS SD
60

hanya memiliki Petugas layanan khusus (Pesuruh honorer) dengan


kualifikasi pendidikan S1.
Sekolah tidak memiliki Kepala TAS dan pelaksana urusan,
hanya terdapat Petugas layanan khusus
yaitu Operator honorer. Tugas tenaga administrasi sekolah terhadap
pekerjaan yg ada secara idealnya sudah cukup mampu melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kebutuhan sekolah. Penjaga sekolah
mengerjakan semua tugas pesuruh.
Pembinaan TAS belum terprogram secara kontineu, untuk
pembinaan kepada pelaksana urusan, mengikuti instruksi dan
pembinaan baik dari tingkat UPT maupun Dinas
Pendidikan Kabupaten. Sekolah belum pernah ada rencana maupun
pelaksanaan pengembangan TAS.
Evaluasi/Penilaian Kinerja TAS hanya dilakukan oleh Kepala
Sekolah sesuai dengan kebutuhan. Pelaporan tentang hasil kerja TAS
mengikuti program dari UPTD atau Dinas Kabupaten.
e. Kajian Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Sekolah
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar
mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di
antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Sarana
dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang
penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah,
untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan
pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Dewasa ini masih sering ditemukan banyak sarana dan
prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah yang diterima
sebagai bantuan, baik dari pemerintah maupun masyarakat yang tidak
optimal penggunaannya dan bahkan tidak dapat lagi digunakan sesuai
dengan fungsinya. Hal itu disebabkan antara lain oleh kurangnya
61

kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki serta tidak


adanya pengelolaan yang memadai.
Standar sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs,
mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.
Hal ini tertuang dengan jelas pada permen 24 tahun 2007, dengan
standar inilah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
pembelajaran di SD/MI, SMP/MTs seharusnya ada, berfungsi, cukup
dalam jumlah dan memenuhi spesifikasi untuk menunjang proses
belajar tersebut. Sedangkan bagi penyelenggaraan pendidikan bagi
satu kelompok pemukiman permanen dan terpencil yang penduduknya
kurang dari 1000 (seribu) jiwa dan yang tidak bisa dihubungkan
dengan kelompok yang lain dalam jarak tempuh 3 (tiga) kilo meter
melalui lintasan jalan kaki yang tidak membahayakan dapat
menyimpangi standar sarana dan prasarana sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini.
Untuk itu diperlukan Kepala Sekolah yang mampu dan
memahami tentang manajemen sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan berbasis sekolah. Hal ini sesuai dengan kebijakan yang
telah digariskan oleh Kemendikbud tentang standar kompetensi yang
harus dimiliki oleh Kepala Sekolah, salah satu di antaranya adalah
dimensi kompetensi manajerial. Dalam hal ini Kepala Sekolah harus
memiliki kemampuan mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam
rangka pendayagunaan secara optimal. Sekolah memiliki perencanaan
program sarana prasarana.
Sekolah memiliki Program Pengadaan Sarana dan Prasarana dan
Tim Pengadaan Sarpras/Tim Belanja. Mekanisme Pengadaan Sarpras
sesuai ketentuan. Perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana
dilaksanakan dengan mengaau program yang jelas. Perbaikan dan
perwatan sesuai dengan program. Pemberdayaan sarana dan prsarana
dilaksanakan sesuai dengan program pemberdayaan yang telah
disusun.
62

Penghapusan barang dilaksanakan sesuai dengan program dari


Dinas Pendidikan Kabuapaten. Penginventarisasi Sarana dan
prasarana dilakukan dengan mencatat barang di buku inventaris oleh
salah seorang guru yang diberi tugas oleh Kepala Sekolah dan
merekap barang inventaris sesuai jenis dan jumlahnya, tetapi belum
melakukan penomoran pada barang inventaris sesuai jenis dan tahun
pengadaan. Upaya yang dilakukan adalah memberdayakan guru kelas
dan penanggung jawab ruangan untuk penomoran inventaris barang.
Pelaporan sarpras dilakukan secara berkala oleh petugas
inventaris yang memuat semua jenis barang inventaris yang
dilengkapi dengan jumlah dan keadaan barang. Pelaporan
disampaikan kepada Dinas Pendidikan.

f. Kajian Pengelolaan Kurikulum


Kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling
rentan terhadap perubahan. Paling tidak ada tiga faktor yang membuat
kurikulum harus selalu dirubah atau diperbaharui. Pertama, karena
adanya perubahan filosofi tentang manusia dan pendidikan, khususnya
mengenai hakikat kebutuhan peserta didik terhadap
pendidikan/pembelajaran. Kedua, cara karena cepatnya perkembangan
ilmu dan teknologi sehingga materi pembelajaran yang harus
disampaikan kepada peserta didik pun semakin banyak dan berragam.
Ketiga, adanya perubahan masyarakat, baik secara sosial, politik,
ekonomi, mau pun daya dukung lingkungan alam, baik pada tingkat
lokal maupun global.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami
pengelolaan kurikulum sekolah sehingga pada saatnya nanti setelah
menjadi kepala sekolah sudah dapat mengelola kurikulum sekolahnya
dengan baik.
Kurikulum sekolah disusun oleh Tim Pengembang Kurikulum
(TPK) sekolah dan disetujui dalam rapat dewan guru. Pengesahan
63

dilakukan oleh Ketua Komite dan Kepala Dinas Pendidikan


Kabupaten. Di dalamnya berisi visi, misi dan tujuan sekolah. Selain
itu terdapat struktur kurikulum yang dan tidak melebihi 36 jam
pelajaran tiap bidang studi. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan
sekolah (visi, misi, tujuan) yang disusun berdasarkan Standar Isi.
Muatan lokal sudah sesuai dengan karakter dan potensi daerah
karena materi muatan lokalnya berorientasi kepada lingkungan sekitar,
sehingga muatan lokal sangat mendukung proses pembelajaran
Pembinaan kegiatan pengembangan diri siswa sesuai dengan
karakteristik, potensi, minat dan bakat serta kondisi sekolah. Materi
pengembangan diri disesuaikan dengan minat dan bakat siswa untuk
memotivasi semangat belajar siswa.
Dokumen I memiliki kelengkapan sebagai berikut :Visi,
Misi, tujuan sekolah, struktur kurikulum yang disusun berdasarkan
kebutuhan sekolah mengacu standar isi, jumlah jam pelajaran 36
jam, muatan lokal sebagai muatan lokal potensi daerah, ada
pengembangan diri, ketuntasan belajar,kriteria kenaikan
kelas, kriteria kelulusan,dan kalender pendidikan.
Silabus Memuat identitas : Nama sekolah, mata pelajaran, kelas/
semester, SK, dan alokasi waktu. Komponen silabus disusun telah
memuat KD, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator
pencapaian kompetensi, Penilaian, alokasi waktu, sumber
belajar memuat Nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, SK,
dan Alokasi waktu. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan SI, SKL, dan Panduan penyusunan Kurikulum.
Pengembangan silabus sudah disusun di bawah supervisi Dinas
Pendidikan kabupaten, melalui pengarahan/pembinaan pengawas
sekolah setempat, melalui kegiatan KKG.
RPP Disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan atau lebih proses editing. RPP memuat identitas
nama satuan pendidikan, kelas, semester, Tema, Sub Tema,
64

KD, Indikator, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan


pembelajaran (penduhuluan, inti, penutup), penilaian hasil belajar dan
sumber belajar. Identitas memuat nama satuan pendidikan, kelas,
semester,Tema, Sub Tema, jumlah pertemuan. Kompetensi Dasar
(KD) sesuai dengan standar Isi. Indikator sesuai dengan indikator pada
silabus. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi
dasar. Cakupan materi sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari indikator dan
kompetensi yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran. Kegiatan
pembelajaran terbagi kedalam kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup. Kegiatan pembelajaran terbagi kedalam kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup Penilaian hasil belajar mengacu
kepada standar penilaianPenentuan sumber belajar didasarkan pada
KD, materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian.
g. Kajian Pengelolaan Peserta Didik
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur
kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut
menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses
belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur
sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah
dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.Penerimaan Peserta Didik
dilaksanakan sesuai perencanaan, dengan diawali pembentukkan
panitia PPDB, rapat kerja pembagian tugas dan proses pendaftaran.
Proses penerimaan peserta didik baru, tidak melalui proses seleksi,
penentuan calon terpilih, dan daftar ulang.
Pelaksanakan proses seleksi penerimaan peserta didik baru
dilakukan secara sederhana/ disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan setempat yaitu hanya sebatas seleksi usia. Pelaksanaan
PPDB merujuk pada SPM pendidikan dasar dengan jumlah peserta
didik maksimal 28 siswa per kelas. organisasi peserta didik. Sekolah
65

melakukan orientasi peserta didik yang bersifat akademik, mengatur


kehadiran dan ketidak hadiran peserta didik,mengatur evaluasi peserta
didik,mengatur kenaikan kelas, mutasi dan drop out ,mengatur kode
etik dan peningkatan disiplin peserta didik, mengatur organisasi
peserta didik.
Layanan bimbingan konseling dilaksanakan oleh guru kelas
masing-masing, walaupun bukan ahli, sehingga sekolah perlu
mengadakan pembimbingan guru kelas dalam proses layanan
bimbingan dan konseling dan Memotivasi guru untuk menambah
wawasan tentang bimbingan dan konseling, melaksanakan kegiatan
ekstra dan kokurikuler untuk peserta didik.
Program evaluasi terhadap peserta didik disusun dan
disosialisasi kepada seluruh siswa. Kemudian di laksanakan evaluasi
dan mekanisme penentuan penilaian terhadap evaluasi peserta didik.
Hasil evaluasi peserta didik dilaporkan kepada orang tua dan UPT
Dinas Pendidikan. Pembinaan Prestasi disusun dalam program
pembinaan prestasi unggulan
h. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
Seiring dengan diterapkannya kebijakan otonomi daerah,
pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah juga mengalami
perubahan mendasar melalui gagasan penerapan pendekatan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang dianggap sebagai
paradigma baru dalam pengoperasian sekolah. Pendekatan ini
memberi peran yang lebih luas kepada sekolah. Dengan kata lain,
pendekatan ini memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah
sehingga manajemen sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar
dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Untuk
itu, MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah
(efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, dan
pemerataan serta akses pendidikan dalam rangka peningkatan mutu.
66

Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, penerapan TIK perlu


dipertimbangkan untuk membantu pelaksanaan manajemen sekolah
yang lebih efektif dan efisien. Ruud (2005) menunjuk bahwa investasi
TIK di sekolah-sekolah yang kemudian diikuti dengan pengembangan
kompetensi guru dan siswa dalam bidang TIK dapat memperbaiki
efektifitas pengelolaan sekolah serta meningkatkan kinerja
(performance) akademik tenaga kependidikan dan peserta didik. Hal
ini dapat dipahami karena penerapan TIK di sekolah akan memberikan
kontribusi langsung kepada peningkatan proses manajemen dan
administrasi, peluang untuk mengembangkan bahan ajar dan belajar
mandiri, motivator bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuannya, dan sebagai alat untuk pengembangan profesi dan
mekanisme inovasi dalam sistem monitoring dan evaluasi proses dan
hasil pembelajaran.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami dan
menguasai untuk mengelola pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah. Mengkaji pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah tempat magang pada kegiatan on the job learning (OJL)
bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan
dimensi kompetensi manajerial khususnya kompetensi mengelola guru
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal.
Sekolah memilki sarana pembelajaran berbasis TIK, antara lain
2 buah televisi, 1 buah Radio, 1 buah Tape recorder, 1 buah VCD /
DVD Player, 5 unit Komputer, 5 buah laptop,3 projektor LCD,
jaringan internet dan berlangganan koran. Mengingat pentingnya
sarana untuk pengerjaan administrasi yang bersifat online dan untuk
pembelajaran.
Infrastruktur yang ada di sekolah hanya ruang guru , sedang
praktek yang berhubungan dengan TIK, multi media dan IPA
67

dilaksanakan di kelaas masing-masing. Sekolah sedang


mengupayakan pembangunan gedungnya.
Hanya beberapa orang guru yang bisa mengoperasikan
komputer dengan baik, sehingga kepala sekolah diharapkan dapat
memotivasi guru supaya lebih bersemangat dalam pelatihan
penggunaan media TIK, yang berdampak meningkatnya kualitas
pembelajaran.
Media TIK yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah
Tape Recorder, sedangkan Media TIK yang seperti TV Edukasi,
OHP/LCD,Proyektor, Kompter/Laptop, Internet, Televisi dan radio
masih jarang digunakan, oleh karena itu sekolah perlu
memprogramkan pembinaan dan pelatihan penggunaan TIK bagi
guru. Program pengembangan TIK di sekolah anatara lain
merencanakan:
1) Ruang Kelas ada computer dan LCD serta TV
2) KBM berbasis IT
3) Guru memanfaatkan Internet dalam pembelajaran.
4) Adanya program rehab prasarana ruang seluruh laborat yang
ada,perpustakaan dan kelas untuk siap dipakai sebagai ruangan
pembelajaran berbasis IT.
5) Adanya program penambahan alat alat IT dalam pembelajaran.
6) Adanya program perawatan alat alat IT dalam pembelajaran.
i. Monitoring dan Evaluasi
Dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sejauh ini
proses pembelajaran di kelas seolah-olah masih merupakan otoritas
sepenuhnya pada guru. Hampir tidak ada pihak luar yang peduli,
memerhatikan serta mencermati pelaksanaan pembelajaran guru
dihadapan siswanya. Bahkan sering dikatakan bahwa pekerjaan guru
adalah merupakan profesi yang tidak dapat dilihat oleh orang lain,
kecuali klien (siswa). Apabila ada pihak lain, baik itu pengawas,
kepala sekolah, apa lagi sesama guru yang ingin tahu bagaimana
68

seorang guru mengajar, maka hal ini dianggap tabu dan bisa dikatakan
tidak percaya kepada seorang guru.
Hal ini tentu dipengaruhi oleh budaya tertutup yang melingkupi
iklim kerja di sekolah-sekolah. Oleh karena itu walau pun kepala
sekolah dan pe-ngawas (supervisor) memiliki kewenangan untuk
monitoring dan menilai ki-nerja guru dalam pembelajaran, namun hal
ini kurang maksimal dilakukan.Penilaian kinerja guru sering hanya
diukur dari administrasi pembelajaran yang ditulis. Kunjungan kelas
seakan masih merupakan formalitas, atau bah-kan hanya dilakukan
bila seorang guru dianggap bermasalah.
Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas
sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi
manajerial, (c)kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi
pendidikan, (e) kom-petensi penelitian dan pengembangan, dan (f)
kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa daerah
menunjukkan kompetensi pengawas seko-lah masih perlu ditingkatkan
terutama dimensi kompetensi supervisi manaje-rial, supervisi
akademik, evaluasi pendidikan, dan kompetensi penelitian dan
pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan
kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam
jabatan, terlebih lagi bagi para calon pengawas sekolah.
Sekolah menyusun program pengawasan secara obyektif
bertanggung jawab dan berkelanjutan didasarkan pada Standar
Nasional Pendidikan, kemudian disosialisasikan ke seluruh pendidik
dan tenaga kependidikan.
Pengawasan pengelolan sekolah meliputi pemantauan,
supervise, evaluasi, pelaporan, dan tindak hasil pengawasan
sedangkan komite sekolah belum melakukan pemantauan. Oleh
karena itu sekolah mengupayakan agar komite sekolah secara teratur
dan berkelanjutan pemantau pengelolaan sekolah.
69

Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan


berkelanjutan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/
madrasah. Sekolah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah
dengan menetapkan prioritas indikator untuk
mengukur, menilai, kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka
pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan. Sekolah melaksanakan
evaluasi pembelajaran dan program kerja secara periodic
Evaluasi diri sekolah dilakukan secara periodik berdasar pada
data dan informasi yang sahih. Evaluasi dan Pengembangan
Kurikulum, Proses evaluasi dan pengembangan
Kurikulum diaksanakan secara komprehensif dan fleksibel, berkala,
integratif dan monolitik, menyeluruh dengan melibatkan berbagai
pihak meliputi : Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, Pemakai
Lulusan dan Alumni.
Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian setiap akhir
semester tetapi kepala sekolah tidak melaporkan hasil evaluasi kepada
komite dan pihak-pihak lain. Sekolah melaporkan hasil evaluasi hanya
kepada UPTD Kecamatan atau ke Dinas pendidikan
Sekolah mendokumentasikan dan menggunakan hasil
pemantauan, supervisi, dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk
memperbaiki kinerja sekolah dengan monitoring keberadaan dan
kontinuitas tata laksana kelas secara lengkap.

2. Di sekolah Magang (SD SINDUAGUNG)


a. Kajian RKS SDN Sinduagung
Sebagai manajer, kepala sekolah diharapkan mau dan mampu
mendayagunakan sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan
visi, misi, dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah tentu
tidak sanggup menyusun rencana program kegiatan sekolah yang baik
hanya seorang diri. Untuk itu, dalam penyusunan rencana kerja
sekolah, kepala sekolah harus mendorong keterlibatan seluruh
70

pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, baik secara langsung


ataupun tidak langsung. Keterlibatan secara langsung, dapat dikatakan
mereka masuk ke dalam anggota tim penyusun rencana kerja sekolah.
EDS belum disusun secara maksimal dan belum rutin setiap
tahun. Penyusunannya belum melibatkan Tim Pengembang Sekolah
dan baru dibuat satu kali pada saat akan dilaksanakan Akreditasi dan
belum dilaksanakan setiap tahun. Oleh karena itu sekolah diharapkan
menyusun EDS setiap satu tahun. Hal ini bertujuan agar sekolah
mengetahui kelebihan dan kekurangan sekolah, serta mengetahui
keberhasilan dan ketidak berhasilan sekolah dalam menggarap RKS
selama satu tahun, sehingga dapat menentukan Rencana Kerja
Sekolah pada tahun berikutnya.
EDS sudah disusun rutin setiap tahun yang dilaksanakan oleh
tim pengembang dan hasil dari EDS sudah di jadikan dasar untuk
penyusunan RPS/ RKS (RKJM, RKT, RKAS). Tetapi mekanisme
penyusunan belum melibatkan siswa, tokoh agama dan tokoh
masyarakat. Oleh karena dalam menyusun EDS di harapkan
melibatkan semua steak holder pendidikan di SD Selomerto dengan
mengadakan sosialisa pada masyarakat. Dengan demikian diharapkan
dalam menyusun EDS lebih di optimal dan sesuai kondisi idealnya.
Penyusunan RKJM, RKS, dan RKAS dilakukan oleh Kepala
Sekolah, Guru, Komite Sekolah, dan tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan melalui musyawarah. Hal ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan 8 Standar Nasional Pendidikan. Pada akhirnya
sekolah menyusun skala prioritas program sekolah. Menuangkan
program yang akan dilaksanakan ke dalam Rencana Kerja Jangka
Menengah (RKJM) untuk 4 tahun ke depan. Semua rencana
pengembangan sekolah harus disesuaikan dengan visi, misi dan
tujuan sekolah, serta sumber daya dan sumber dana yang dimiliki.
Dokumen kelengkapan RKS yang ada antara lain EDS, RKJM,
RKT dan RKAS. RKAS disusun sudah memuat berdasarkan
71

rekomendasi pada instrument EDS, sehingga dokumen kelengkapan


pada saat ini masih ideal
Implementasi RKS masih digunakan sebagai acuan kegiatan
sekolah, tetapi dalam pembuatannya masih belum terlibatnya antara
dewan guru dan steak holder, sehingga tidak optimal karena
keterbatasn waktu stek holder dalam menyusun RKS. Oleh karena itu
sebaiknya pihak sekolah berkoordinasi dengan stekholder dan dewan
guru dalam menyusun RKS
Sekolah melakukan evaluasi diri pelaksanaan RKS setiap akhir
tahun dan hasil Evaluasi Dari Sekolah di laporkan pada pihak terkait
melalui Dinas pendidikan Kecamatan minimalsekali dalam setahun.
b. Kajian Pengelolaan Keuangan
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah
prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan
bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping
itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan.
Sekolah sudah memiliki Program Perencanaan Pengelolaan
Keuangan Sekolah sesuai standart keuangan di SNP.
Sumber Keuangan Sekolah terdiri dari Dana BOS Pusat sebesar
Rp 800.000/ siswa/ tahun. Berdasarkan Buku Panduan BOS tahun
2014, dana BOS dapat digunakan untuk membiayai Pengembangan
Perpustakaan, Kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik baru,
Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler peserta didik, Kegiatan
Ulangan dan Ujian, Pembelian bahan habis pakai, Pembiayaan
langganan daya dan jasa, Pembiayaan perawatan sekolah,
Pembiayaan honorarium bulanan guru dan tenaga kependidikan
72

honorer, Membantu peserta didik miskin, Pembiayaan pengelolaan


BOS, Pembelian dan perawatan perangkat komputer, dan Biaya
lainnya jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah terpenuhi pendanaannya
dari BOS. Pembelian Laptop tidak tercantum dalam buku Panduan
BOS, padahal Laptop sangat dibutuhkan, oleh karena itu perlu
mengupayakan pembelian laptop.Dana BOS Propinsi dialokasikan
untuk kebutuhan sekolah yang tidak dapat dipenuhi dari dana BOS
Pusat.
Rencana pengelolaan keuangan disusun dalam RKAS,
berdasarkan RKS/ RKJM dan disusun oleh Kepala Sekolah dan
seluruh guru serta melibatkan Komite Sekolah. RKAS disosialisasikan
kepada semua warga sekolah dan disahkan oleh Kepala Sekolah dan
Bendahara. Program pengelolaan keuangan dilakukan dengan
transparan.
Dokumen Keuangan Sekolah meliputi : RKS, RKAS, Bukti
fisik pengeluaran: Nota, kwitansi, faktur, Buku kas umum dan buku
pembantu kas, Buku pembantu bank, Buku pembantu pajak, dan
Laporan keuangan setiap triwulan.
Setiap transaksi keuangan baik penerimaan maupun pengeluaran
disertai dengan bukti yang sah, ditandatangani oleh Bendahara dan
disetujui oleh Kepala Sekolah dan dicatat dalam Buku Pembantu Kas
Tunai dan Buku Kas Umum. Buku Kas ditutup setiap akhir bulan
dengan ditandatangani oleh Bendahara dan disetujui oleh Kepala
Sekolah. Laporan Keuangan ditutup setiap 3 bulan sekali dengan
menyertakan buku kas umum, buku pembantu kas, buku pembantu
pajak, buku pembantu bank, dan semua bukti pengeluaran (Nota,
kwitansi, faktur). Pertanggungjawaban dana diserahkan kepada
pejabat yang berwenang. Dana dari pemerinta dipertanggungjawabkan
kepada Pemerintah tidak memiliki dan mandiri. Sekolah tidak
memiliki dana mandiri dan swadaya masyarakat.
73

Evaluasi penggunaan keuangan dilakukan dengan cara


mencocokkan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
dengan penggunaan anggaran sebenarnya yang dicatat dalam Buku
Kas dan dibuktikan dengan nota, faktur, dan kwitansi. Menyusun
laporan hasil monev pengelolaan keuangan untuk bahan pertimbangan
dan kajian dalam menyusun RKAS pada tahun berikutnya,
menyusun laporan keuangan per kegiatan oleh bendahara BOS dan
menyusun laporan keuangan setiap bulan secara rutin, ditandatangan
oleh Bendahara dan Kepala Sekolah.
Laporan disusun oleh bendaharasehingga sekolah perlu
mengupayakan agarlaporan keuangan disusun oleh setiap unsur yang
terlibat.
Pendidik dan tenaga kependidikan yang dapat melaksanakan
tugas dan fungsinya masing-masing secara baik sangat terkait dengan
kompetensi yang mereka miliki.
c. Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) yang
mengatur tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah
nomor 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah, nomor 13
tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, nomor 16 tahun 2007
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, nomor 24
tahun 2008 tentang standar tenaga administrasi sekolah, nomor 25
tahun 2008 tentang tenaga perpustakaan, nomor 26 tahun 2008 tentang
standar tenaga laboratorium sekolah dan nomor 27 tahun 2008 tentang
standar kualifikasi dan kompetensi konselor.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami dan
menguasai untuk mengelola pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah. Mengkaji pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah tempat magang pada kegiatan on the job learning (OJL)
bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan
dimensi kompetensi manajerial khususnya kompetensi mengelola guru
74

dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara


optimal.
Sekolah menyusun perencanaan tentang kebutuhan tenaga
Pendidik dan Tenaga kependidikan. Sesuai dengan Permendiknas
No.13 Th 2007 di SDN Sinduagung Kepala Sekolah memenuhi
kriteria, yaitu memiliki kualifikasi akademik S1 dari perguruan tinggi
terakreditasi, memiliki pangkat pembina dengan golongan IV/a,
memiliki SK sebagai guru SD, memiliki sertifikat pendidik sebagai
guru SD, memiliki SK sebagai kepala sekolah, memiliki pengalaman
mengajar sekurang- kurangnya 5 tahun di SD, memiliki kompetensi
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial, tetapi
tidak memilki sertifikat sebagai kepala Sekolah.
Di SDN Sinduagung guru memiliki kualifikasi akademik S1 dari
perguruan tinggi terakreditasi. Mengajar sesuai latar belakang
pendidikannya dengan rentetan kegiatan yaitu merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran (Kompetensi
pedagogik), memiliki kompetensi kepribadian yang baik, kompetensi
sosial (mampu berkomunikasi secara efektif dan santun sesama guru,
tenaga administrasi dan orang tua siswa) dan kompetensi
professional (penguasaan materi pelajaran). Guru Kelas I s/d VI
memiliki beban mengajar 24 jam pelajaran per minggu.

d. Kajian Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah


Tugas administrasi di bebankan kepada TAS honor. Sekolah
belum memiliki kepala laboratorium, teknisi labotatorium sekolah,
maupun laboranhal ini terjadi karena tidak memilki ruangan khusus
untuk laboratorium IPA,Kepala sekolah berperan sebagai kepala
laboratorium sehingga sekolah perlu mengusulkan kepada kepala
sekolah agar mengangkat tenaga honorer kepala laboratorium.
Sekolah tidak memiliki kepala perpustakaan, sehingga kepala
sekolah merangkap sebagai kepala perpustakaan, oleh karena itu
75

berusaha untuk mengangkat tenaga honorer. Sekolah juga tidak


memiliki tenaga perpustakaan sehingga guru merangkap sebagai
tenaga perpustakaan, sehingga mengusulkan kepada kepala sekolah
agar mengangkat tenaga honorer perpustakaan.
Pendidik yang ada di SDN Sinduagung sudah memenuhi
ketentuan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Pelaksana
urusan administrasi umum dikerjakan oleh TAS honorer dan Penjaga
sekolah merangkap sebagai petugas layanan khusus.
Kepala Sekolah memiliki kompetensi kepribadian,
kewirausahaan, supervisi, social dan manajerial sedang guru memiliki
kompetensi: pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Sekolah
menyusun Orientasi Tugas Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan
Tata Kerja PTK.
Administrasi PTK cukup lengkap antara lain Buku Pokok
Guru, DUK,DP3, Data Pribadi, Daftar usulan kenaikan
pangkat, Absensi, Program masing-masing bidang dan Administrasi
terkait tugasnya masing-masing.
Penilaian/Evaluasi Kinerja PTK dilakukan dengan cara
menyusun program, jadwal instrument penilaian, dan melaksanakan
serta menyusun hasil kegiatan Evaluasi kinerja PTK.
Sekolah menyususn rencana dan melaksanakan Pembinaan PTK.
Sekolah menyusun dan menerapkan Tata Tertib dan Kode Etik Guru.
Sekolah membuat pelaporan PTK setiap bulan.
Sekolah belum memiliki Program Kerja TAS, namun semua
penyelesaian administrasi sudah dilaksanakan oleh TAS honorer.
Sekolah tidak memiliki Kepala TAS SD hanya memiliki Petugas
layanan khusus (TAS honorer) dengan kualifikasi pendidikan strata
satu (S1)
Sekolah sudah memiliki TAS honorer dan pelaksana urusan
yang dikerjakan oleh tiap-tiap guru sesuai tugasnya yaitu: 1 Orang
Guru mengerjakan urusan keuangan,1 Orang Guru mengerjakan
76

urusan sarpras, 1 Orang Guru mengerjakan urusan humas, 1 Orang


Guru mengerjakan urusan kesiswaan, 1 Orang Guru mengerjakan
urusan kurikulum, 1 Petugas layanan khusus yaitu Pesuruh.
Sehubungan sekolah hanya memiliki 1 orang TAS honorer maka
Kepala sekolah membagi tugas yang sesuai dengan kemampuan
personalnya yaitu:
1) 1 orang TAS mengerjakan urusan administrasi kepegawaian
2) 1 orang guru mengerjakan urusan keuangan
3) 1 orang guru mengerjakan urusan sarpras
4) 1 orang guru mengerjakan urusan humas.
5) 1 orang guru mengerjakan urusan kesiswaan
6) 1 orang guru mengerjakan urusan kurikulum
7) Penjaga sekolah mengerjakan semua tugas pesuruh.
Pembinaan TAS belum terprogram secara continyu, tetapi
mengikuti instruksi dan pembinaan baik dari tingkat UPTD. Sekolah
belum pernah ada rencana maupun pelaksanaan pengembangan TAS.
Evaluasi/Penilaian Kinerja TAS hanya dilakukan oleh tingkat UPTD
sesuai dengan kebutuhan. Pelaporan tentang hasil kerja TAS
mengikuti program dari UPTD.
e. Kajian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah
Sekolah memiliki Program Pengadaan Sarana dan Prasarana dan
Tim Pengadaan Sarpras/Tim Belanja. Mekanisme Pengadaan Sarpras
sesuai ketentuan.
Perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana dilaksanakan
dengan mengaau program yang jelas. Perbaikan dan perwatan sesuai
dengan program. Pemberdayaan sarana dan prasarana dilaksanakan
sesuai dengan program pemberdayaan yang telah disusun.
Penghapusan barang dilaksanakan sesuai dengan program dari
Dinas Pendidikan Kabuapaten. Penginventarisasi Sarana dan
prasarana dilakukan dengan mencatat barang di buku inventaris oleh
salah seorang guru yang diberi tugas oleh Kepala Sekolah dan
77

merekap barang inventaris sesuai jenis dan jumlahnya, tetapi belum


melakukan penomoran pada barang inventaris sesuai jenis dan tahun
pengadaan. Upaya yang dilakukan adalah memberdayakan guru kelas
dan penanggung jawab ruangan untuk penomoran inventaris barang.
Penginventarisasi Sarana dan prasarana dilakukan dengan
mencatat barang di buku inventaris oleh salah seorang guru yang
diberi tugas oleh Kepala Sekolah dan merekap barang inventaris
sesuai jenis dan jumlahnya, tetapi belum melakukan penomoran pada
barang inventaris sesuai jenis dan tahun pengadaan. Upaya yang
dilakukan adalah memberdayakan guru kelas dan penanggung jawab
ruangan untuk penomoran inventaris barang.
Pelaporan sarpras msih dilaporkan setiap semester belum
dilakukan setiap triwulan, oleh karena itu sekolah harus
mengupayakan pelaporan setiap triwulan.
f. Kajian Pengelolaan Kurikulum
Kurikulum sekolah disusun oleh Tim Pengembang Kurikulum
(TPK) sekolah dan disetujui dalam rapat dewan guru. Pengesahan
dilakukan oleh Ketua Komite dan Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten. Di dalamnya berisi visi, misi dan tujuan sekolah. Selain
itu terdapat struktur kurikulum yang dan tidak melebihi 36 jam
pelajaran tiap bidang studi. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan
sekolah (visi, misi, tujuan) yang disusun berdasarkan Standar Isi.
Muatan lokal sudah sesuai dengan karakter dan potensi daerah
karena materi muatan lokalnya berorientasi kepada lingkungan sekitar,
sehingga muatan lokal sangat mendukung proses pembelajaran
Pembinaan kegiatan pengembangan diri siswa sesuai dengan
karakteristik, potensi, minat dan bakat serta kondisi sekolah. Materi
pengembangan diri disesuaikan dengan minat dan bakat siswa untuk
memotivasi semangat belajar siswa.
Dokumen I memiliki kelengkapan sebagai berikut :Visi,
Misi, tujuan sekolah, struktur kurikulum yang disusun berdasarkan
78

kebutuhan sekolah mengacu standar isi, jumlah jam pelajaran 36


jam, muatan lokal sebagai muatan lokal potensi daerah, ada
pengembangan diri, ketuntasan belajar,kriteria kenaikan
kelas, kriteria kelulusan,dan kalender pendidikan.
Silabus Memuat identitas : Nama sekolah, mata pelajaran, kelas/
semester, SK, dan alokasi waktu. Komponen silabus disusun telah
memuat KD, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator
pencapaian kompetensi, Penilaian, alokasi waktu, sumber
belajar memuat Nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, SK,
dan Alokasi waktu. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan SI, SKL, dan Panduan penyusunan Kurikulum.
Pengembangan silabus sudah disusun di bawah supervisi Dinas
Pendidikan kabupaten, melalui pengarahan/pembinaan pengawas
sekolah setempat, melalui kegiatan KKG.
RPP Disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan atau lebih proses editing. RPP memuat identitas
nama satuan pendidikan, kelas, semester, Tema, Sub Tema,
KD, Indikator, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran (penduhuluan, inti, penutup), penilaian hasil belajar dan
sumber belajar. Identitas memuat nama satuan pendidikan, kelas,
semester,Tema, Sub Tema, jumlah pertemuan. Kompetensi Dasar
(KD) sesuai dengan standar Isi. Indikator sesuai dengan indikator pada
silabus. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi
dasar. Cakupan materi sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari indikator dan
kompetensi yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran. Kegiatan
pembelajaran terbagi kedalam kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup. Kegiatan pembelajaran terbagi kedalam kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup Penilaian hasil belajar mengacu
79

kepada standar penilaianPenentuan sumber belajar didasarkan pada


KD, materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian.
g. Kajian Pengelolaan Peserta Didik
Pelaksanakan proses seleksi penerimaan peserta didik baru
dilakukan secara sederhana/ disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan setempat yaitu hanya sebatas seleksi usia. Pelaksanaan
PPDB merujuk pada SPM pendidikan dasar dengan jumlah peserta
didik maksimal 28 siswa per kelas. organisasi peserta didik. Sekolah
melakukan orientasi peserta didik yang bersifat akademik, mengatur
kehadiran dan ketidak hadiran peserta didik,mengatur evaluasi peserta
didik,mengatur kenaikan kelas, mutasi dan drop out ,mengatur kode
etik dan peningkatan disiplin peserta didik, mengatur organisasi
peserta didik.
Layanan bimbingan konseling dilaksanakan oleh guru kelas
masing-masing, walaupun bukan ahli, sehingga sekolah perlu
mengadakan pembimbingan guru kelas dalam proses layanan
bimbingan dan konseling dan Memotivasi guru untuk menambah
wawasan tentang bimbingan dan konseling, melaksanakan kegiatan
ekstra dan kokurikuler untuk peserta didik.
Program evaluasi terhadap peserta didik disusun dan
disosialisasi kepada seluruh siswa. Kemudian di laksanakan evaluasi
dan mekanisme penentuan penilaian terhadap evaluasi peserta didik.
Hasil evaluasi peserta didik dilaporkan kepada orang tua dan UPT
Dinas Pendidikan. Pembinaan Prestasi disusun dalam program
pembinaan prestasi unggulan.
h. Kajian Pengelolaan pemanfatan TIK dalam Pembelajaran
Sekolah memilki sarana pembelajaran berbasis TIK, antara
lain 1 buahtelevisi, 1 buah Radio, 1 buah Tape recorder, 1 buah VCD /
DVD Player, 1 unit Komputer, 1 buah laptop, jaringan internet dan
berlangganan koran.
80

Mengingat pentingnya sarana untuk pengerjaan administrasi,


sekolah perlu mengupayakan penambahan laptop dan pembelian
infocus untuk mengerjakan administrasi yang bersifat online dan
untuk pembelajaran di kelas.
Infrastruktur yang ada di sekolah hanya perpustakaan yang
cukup luas dan lengkap, sedang praktek yang berhubungan dengan
Laoratorium Bahasa, TIK, multi media dan IPA dilaksanakan di kelas
masing-masing. Sekolah sedang Mengupayakan
pembangunan prasarana, karena merupakan penunjang keberhasilan
pembelajaran
Hanya beberapa orang guru yang bisa mengoperasikan
komputer dengan baik, sehingga kepala sekolah diharapkan dapat
memotivasi guru supaya lebih bersemangat dalam pelatihan
penggunaan media TIK, yang berdampak meningkatnya kualitas
pembelajaran.
Baru seorang yang memiliki sertifikat teknik penguasaan
TIK, hal ini terjadi karena keterbatasan finansial untuk memperoleh
sertifikat, sehingga sekolah diupayakan membantu guru untuk biaya
kursus komputer.
Media TIK yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah
Televisi, radio, Tape Recorder, VCD dan majalah. Media TIK yang
seperti TV Edukasi, OHP/LCD , Proyektor, Kompter/Laptop, Internet
masih jarang digunakan, oleh karena itu sekolah perlu
memprogramkan pembinaan dan pelatihan penggunaan TIK bagi
guru.
Program pengembangan TIK di sekolah anatara lain
merencanakan :
1) Ruang Kelas ada computer dan LCD serta TV
2) KBM berbasis IT
3) Guru memanfaatkan Internet dalam pembelajaran.
81

4) Adanya program rehab prasarana ruang seluruh laborat yg


ada,perpustakaan dan kelas untuk siap dipakai sebagai ruangan
pembelajaran berbasis IT.
5) Adanya program penambahan alat alat IT dalam pembelajaran.
6) Adanya program perawatan alat alat IT dalam pembelajaran.
i. Kajian Monitoring dan Evaluasi
Sekolah menyusun program pengawasan secara obyektif
bertanggung jawab dan berkelanjutan didasarkan pada Standar
Nasional Pendidikan, kemudian disosialisasikan ke seluruh pendidik
dan tenaga kependidikan.
Pengawasan pengelolan sekolah meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan tindak hasil pengawasan sedangkan komite
sekolah belum melakukan pemantauan. Oleh karena itu sekolah
mengupayakan agar komite sekolah secara teratur dan berkelanjutan
pemantau pengelolaan sekolah.
Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas
sekolah/madrasah. Sekolah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja
sekolah denganmenetapkan prioritas indikator untuk mengukur ,
menilai,kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan
Standar Nasional Pendidikan.Sekolah melaksanakan evaluasi
pembelajaran dan program kerja secara periodic. Evaluasi diri sekolah
dilakukan secara periodik berdasar pada data dan informasi yang sahih
Evaluasi dan Pengembangan KTSP, Proses evaluasi dan
pengembangan KTSP diaksanakan secara komprehensif dan fleksibel,
berkala, integratif dan monolitik, menyeluruh dengan melibatkan
berbagai pihak meliputi : Dewan Pendidikan, Komite Sekolah,
Pemakai Lulusan dan Alumni.
Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian setiap akhir
semester tetapi kepala sekolah tidak melaporkan hasil evaluasi kepada
komite dan pihak-pihak lain. Sekolah melaporkan hasil evaluasi
82

hanya kepada UPTD Kecamatan atau ke Dinas pendidikan. Sekolah


mendokumentasikan dan menggunakan hasil pemantauan, supervisi,
dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja
sekolah dengan monitoring keberadaan dan kontinuitas tata laksana
kelas secara lengkap.
Kegiatan pengkajian 9 aspek managerial baik di sekolah sendiri
maupun di sekolah magang telah dapat meningkatnya kompetensi
penyusun dalam hal kepemimpinan managerial.

E. PENINGKATAN KOMPETENSI BERDASARKAN AKPK YANG


KURANG Di Sekolah Magang
Untuk lebih meningkatkan kompetensi penulis pada dimensi sosial di
SDN Sinduagung maka penulis mengadakan wawancara dengan kepala
sekolah SDN Sinduagung yang dipimpin oleh Rusmiati, S.Pd.MM.Pd bahwa
informasi yang telah saya dapat tentang kegiatan sosial yang dilakukan
di sekolah tersebut adalah kegiatan menyantuni anak kurang mampu yang
rutin dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Hasil dari wawancara dengan Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :
a. Menghubungi Kepala Sekolah
Mendatangi Kepala Sekolah SDN Sinduagung memohon ijin
untk menggali informasi mengenai Kompetensi Sosial sesuai dengan
kelemahan penulis berdasarkan hasil AKPK kurang sesuai dengan
yang diharapkan
b. Mengidentifikasi topik yang sesuai dengan kelemahan AKPK
Penulis memohon bantuan untuk memilih topic kegiatan social
yang telah di laksanakan oleh SDN Sinduagung yaitu memberikan
santunan kepada siswa yang kurang mampu.
c. Pelaksanaan Kegiatan
Menggali informasi kegiatan topik yang digali menggunakan
teknik wawancara, kegiatan ini dilaksanakan pada
83

hari Rabu tanggal tiga puluh bulan Agustus bertempat di SDN


Sinduagung
d. Hasil Kegiatan.
Hasil dari kegiatan wawancara tersebut di atas adalah sebagai
berkut
1) Rancangan Kegiatan
Pada tahap rancangan kegiatan dilakukan penyusunan
struktur organisasi kepengelolaan kegiatan sosial yang akan
digunakan pada tahap pelaksanaan kegiatan, yaitu :
a) Ketua
b) Sekertaris
c) Bendahara
d) Anggota
Kegiatan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan
adalah mengidentifikasi permasalahan sosial yang ada di SDN 1
Cimahi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan hasil
identifikasi dari tim yang terbentuk maka barulah mereka
melakukan kegiatan sosial yang telah dirancang sebelumnya.
2) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan yaitu melakukan
kegiatan dana santunan sosial hasil identifikasi kompetensi yang
dianggap rendah atau tidak memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pelaksanaan
kegiatan santunan dilaksanakan bertahap sesuai dengan tema
kegiatan yang dirancang sesuai kebutuhan diantaranya :
a) Membuat kotak amal sekolah.
b) Mengumpulkan sedekah / amal dari guru setiap bulannya.
c) Membuat amplop sedekah kepada orang tua murid yang mampu
pada setiap bulan.
3) Monitoring dan Evaluasi (Monev) pelaksanaan tindakan
84

Pada tahap monev pelaksanaan kegiatan, tim yang terbentuk


akan menentukan siapa yang akan diberikan santunan dengan cara
mengumpulkan data dari siswa yang tidak mampu di SDN 1
Sinduagung, setelah data terkumpul maka akan di evaluasi antara
tim dengan kepala sekolah selaku pimpinan.

e. Hasil yang di peroleh


Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan kegiatan
pengumpulan dana santunan sosial yang dilaksanakan melalui
program yang telah dibentuk adalah sebagai berikut:
Memperlihatkan tingkat kompetensi sosial yang ada di SDN
Sinduagung setelah terselenggaranya kegiatan sosial menunjukan
adanya hasil yang baik dalam upaya peningkatan kompetensi sosial
penulis di sekolah magang, maka program tersebut akan menjadi point
yang akan penulis pelajari untuk diaplikasikan disekolah induk yaitu
di SDN Selomerto

Вам также может понравиться