Вы находитесь на странице: 1из 7

TUGAS MATA KULIAH

TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN


(Penyebab Post-Harvest Losses pada Jeruk)

Disusun Oleh:
Kelompok/Shift : 5/A2
Anggota Kelompok : Maulid Nabil A. (240110150043)
Aulia Nisa F. (240110150044)
Muammar Fattan G. (240110150047)
Aldila Sela (240110150055)
M. Reza Alghifary (240110150056)
Rizqi Fadilah A. (240110150061)
Hari, Tanggal Kuliah : Senin, 18 September 2017
Jam : 13.30-15.30 WIB

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
PENYEBAB POST-HARVEST LOSSES PADA JERUK

A. Jeruk
Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus
dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon dengan
buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di antara
anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam
sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya. Prospek
pengembangan buah jeruk di Indonesia memang sangat bagus, baik untuk pasar
lokal maupun untuk pasar luar negeri. Secara nasional, produksi jeruk di
Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, meskipun dalam
segi luas panen masih mengalami fluktuasi. Jeruk bermutu diperoleh dari kebun
yang terpelihara dengan baik maka harus ada penanganan-penanganan yang baik
pula dalam mengelola jeruk pascapanen guna menambah daya beli konsumen
terhadap jeruk. Maka dari dari itu penting sekali mengetahui bagaimana cara
penanganan jeruk yang baik dilakukan pascapanen.

B. Perlakuan Pasca Panen Jeruk


Perlakuan-perlakuan pascapanen adalah bertujuan memberikan
penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan untuk konsumen, memberikan
perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjang masa simpan. Kegiatan
pasca panen bertujuan mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima
sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan karena penyusutan
dan kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis
hasil pertanian.
Buah jeruk mengandung air sangat banyak antara 80-95% sehingga
sangatlah mudah mengalami kerusakan karena benturan fisik. Kerusakan fisik
dapat terjadi pada seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen, selanjutnya
pemanenan, penanganan, grading, pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan
akhirnya sampai ke tangan konsumen. Kerusakan yang umum terjadi adalah
memar, terpotong, adanya tusukan-tusukan, bagian yang pecah, lecet dan abrasi.
Kerusakan dapat pula ditunjukkan oleh dihasilkannya stress metabolat (seperti
getah), terjadinya perubahan warna coklat dari jaringan rusak, menginduksi
produksi gas etilen yang memacu proses kemunduran produk. Kerusakan fisik
juga memacu kerusakan baik fisiologis maupun patologis (serangan
mikroorganisme pembusuk). Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut
pascapanen buah, secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal
dapat terjadi selama pertumbuhan dan perkembangan produk tersebut masih
dilapangan akibat adanya kerusakan mekanis selama operasi pemanenan, atau
melalui kerusakan fisiologis akibat dari kondisi penyimpanan yang tidak baik.
Pembusukan pada buah-buahan termasuk jeruk umumnya sebagai akibat infeksi
jamur. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh pH yang rendah (kurang dari 4.5)
atau keasamannya yang tinggi dibandingkan dengan sayuran yang pH nya rata-
rata lebih besar dari 5.
Aktivitas panen dan penanganan seperti teknik pemanenan yang kurang
tepat, sortasi yang tidak baik, pengemasan dan pengepakan, pengangkutan dan
penyimpanan yang kurang diperhatikan serta adanya serangan hama dan penyakit
dapat menyebabkan kerusakan buah jeruk hingga sekitar 25%. Kerusakan
mekanis selama panen bisa menjadi masalah yang serius, karena kerusakan
tersebut menentukan kecepatan produk untuk membusuk, meningkatnya
kehilangan cairan dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang
berakibat pada cepatnya kemunduran produk. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jeruk yang cara pengambilanya berhati-hati dan disimpan pada temperatur
kamar 23-31oC selama 3 minggu, yang busuk mencapai 7%; buah yang dijatuhkan
diatas lantai yang busuk sebanyak 12 %; buah yang dipetik basah yang busuk
sebesar 21%; buah yang dipetik terlalu masak yang busuk sebanyak 29%; buah
yang terkena sinar matahari selama satu hari yang busuk sebanyak 38%.

C. Penyebab Kehilangan Pasca Panen Jeruk


Kehilangan Pasca Panen (KPP) diukur sebagai hilangnya berat suatu
produk pangan yang dapat dimakan. Penyebab terjadinya kehilangan pada saat
pasca panen jeruk diantaranya disebabkan oleh beberapa kesalahan yang sering
dilakukan pada saat panen :
1. Panen pada saat buah belum masak atau membiarkan buah di pohon
melampaui batas masak fisiologis demi mengejar harga tinggi atau karena
terjerat sitem ijon, penggunaan alat panen yang tidak tepat, dan cara panen
yang belum benar.
2. Penggunaan wadah (packing) yang tidak tepat
3. pengangkutan dari kebun ke gudang yang sembarangan
4. belum dilakukan sortasi dan grading (pemutuan)
5. Buah jeruk setelah dipetik masih melakukan proses fisiologis yaitu
respirasi dan transpirasi yang menyebabkan perubahan kandungan zat-zat
dalam buah. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk
memecah senyawa-senyawa organik (substrat) menjadi CO2, H2O dan
energi. Sedangkan transpirasi adalah proses kehilangan air melalui
penguapan.
6. panen dilakukan tidak sebelum akhir fase kemasakan buah
7. Adanya respirasi menyebabkan buah menjadi masak dan tua yang ditandai
dengan proses perubahan fisik, kimia, dan biologi antara lain proses
pematangan, perubahan warna, pembentukan aroma dan kemanisan,
pengurangan keasaman, pelunakan daging buah dan pengurangan bobot.
8. Laju respirasi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui daya
simpan sayur dan buah setelah panen. Semangkin tinggi laju respirasi,
semakin pendek umur simpan. Bila proses respirasi berlanjut terus, buah
akan mengalami kelayuan dan akhirnya terjadi pembusukan yang sehingga
zat gizi hilang. Laju respirasi buah dan sayuran dipengaruhi oleh faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi respirasi adalah
tinggkat kedewasaan, kandungan substrat, ukuran produk, jenis jaringan
dan lapisan alamiah seperti lilin, ketebalan kulit dan sebagainya.
Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi adalah suhu, konsentrasi gas
CO2 dan O2 yang tersedia, zat-zat pengatur tumbuh, dan kerusakan yang
ada pada buah.
9. Pemetikan dilakukan dengan sembarang tidak menggunakan guntuing atau
clipes dan tidak mengenai kulit buah jeruk dengan tangkai sekitar 2 mm.
10. Pemetiakn dilakukan saat hujan atau baru saja hujan. Pemetikan sebaiknya
dilakukan apabila permukaan buah telah kering. Jeruk yang dipanen
diusahakan tidak terluka dan jangan sampai terjatuh.
11. Wadah yang digunakan untuk menampung buah yang telah dipetik terbuat
dari bahan yang merusak kulit buah. Buah yang letaknya tinggi harus
dipetik dengan bentuan tangga supaya tidak merusak pohon.
12. Penyimpanan buah jeruk tidak pada suhu antara 10 15 C dengan
kelembaban 85 90 %, sehingga mengurangi kualitas jeruk

D. Contoh Negara yang menangani Pasca Panen Jeruk


Jeruk (Citrus sp.) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia.
Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami
atau dibudidayakan. Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah
jeruk keprok (Citrus reticulate/nobilis L.), jeruk siam (C. microcarpa L. dan C.
sinesis L) yang terdiri atas Siam Pontianak, Siam Garut, Siam Lumajang, serta
jeruk besar (C. maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan
Bali (Kemenristek, 2000). Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan
yang mempunyai peranan penting di pasaran dunia maupun dalam negeri, baik
dalam bentuk segar maupun olahannya. Karena mempunyai nilai ekonomis tinggi,
maka pemerintah tidak hanya mengarahkan pengelolaan jeruk bagi petani kecil,
tetapi juga mengorientasikan kepada pola pengembangan industri jeruk yang
komprehensif. Tanaman jeruk adalah tanaman tahunan dan sudah sekitar 70-
80% dikembangkan di Indonesia dan setiap tahunnya mengalami perkembangan
dalam pembudidayaannya baik mencakup luasan lahan, jumlah produksi bahkan
permintaan pasar (Kementan, 2011).
Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan
dibudidayakan secara luas di Indonesia. Hal ini terlihat dari total produksi jeruk di
Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi setelah pisang dengan angka 1,8
juta ton, (BPS, 2011). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
pemenuhan kebutuhan jeruk juga meningkat. Pada tahun 2010, kebutuhan
produksi buah jeruk diprediksi sebesar 2.355.550 ton dan jika produktivitasnya 17
- 20 ton per ha, makapada tahun tersebut diperlukan luas panen kurang lebih
127.327 ha dari 70.000 ha luas panen yang tersedia pada tahun 2004 (Litbang
Deptan, 2005). Pada kenyataannya, total produksi jeruk pada tahun 2010 sebesar 2
juta ton pun belum memenuhi perkiraan kebutuhan yang ada.
Berdasarkan data FAO tahun 2009-2013 terdapat lima negara yang
memberikan kontribusi produksi jeruk terbesar di dunia yaitu Brazil, USA, Cina,
India dan Meksiko. Brazil menempati urutan pertama sebagai negara produsen
jeruk di dunia dengan rata-rata produksi 18,30 juta ton atau berkontribusi 26,22%
(Gambar 4.8) terhadap produksi jeruk dunia. Urutan kedua ditempati oleh USA
dengan kontribusi 11,34% diikuti oleh Cina (8,98%), India (7,60%), dan Meksiko
(5,85%). Negara-negara lainnya memberikan kontribusi 40,02% terhadap total
produksi jeruk di dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2004. Panduan


Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan Jeruk. Jakarta. Dalam jurnal
Ratna Dkk 2013.

Direktorat Pembinaan SMK kemendikbud RI (Dikti). 2013. Agribisnis Tanaman


Buah. Jakarta.

Kementan. 2016. Outlook Jeruk. Pusdatin, Kementan. Terdapat pada:


epublikasi.setjen.pertanian.go.id

Ratna, DKK. 2013. Kajian pra panen jeruk siam (citrus suhuiensis tan) untuk
ekspor. Kalimantan Selatan.

Wiguna, Adi. 2015. Pasca Panen Hasil Pertanian. Terdapat pada:


adidwiguna.blogspot.co.id/2015/02/pasca-panen-hasil-pertanian.html
(Diakses pada tanggal 23 September 2017)

Вам также может понравиться