Вы находитесь на странице: 1из 32

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Saluran nafas atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Masing-
masing memiliki fungsi yang berperan dalam hal menjaga saluran nafas
atas. Hidung dan cavitas nasi berhubungan dengan fungsi penghidu,
pernafasan, penyaringan debu dan pelembapan udara pernafasan. Faring
berfungsi dalam hal respiratorik dan memungkinkan terjadinya vokalisasi
serta laring untuk melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing.3
Obstruksi saluran nafas atas adalah sumbatan pada saluran nafas atas
yang disebabkan oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor, dan
kelumpuhan nervus rekuren bilateral, sehingga ventilasi pada saluran nafas
terganggu (buku hijau). Obstruksi saluran nafas atas dapat menyebabkan
kegawatdaruratan saluran nafas mulai dari asfiksia hingga kematian.
Kegawatdaruratan saluran nafas membutuhkan tindakan segera diantaranya
dengan menggunakan perasat Heimlich, intubasi endotrakea, laringoskopi,
trakeostomi, dan krikotiroidostomi.
Oleh karena bahaya obstruksi pada saluran nafas atas, yang dapat
menyebabkan kematian, dan pentingnya penatalaksanaan awal obstruksi
jalan nafas, maka penulis tertarik mengangkat topik ini sebagai judul
penulisan makalah.
1.2 Batasan masalah
Makalah ini hanya terbatas pada definisi, anatomi, fisiologi, etiologi,
gejala klinis, pemeriksaan, dan penatalaksanaan obstruksi jalan nafas.
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang penatalaksanaan obstruksi saluran nafas atas.
1.4 Metode penulisan
Penulisan makalah ini berdasarkan tinjauan kepustakaan dengan
merujuk ke beberapa literatur yang ada
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Saluran Nafas Atas1

Gambar 1. anatomi saluran nafas atas

a. Hidung
Di dalam hidung (nasus) terdapat organum olfactorium perifer.
Fungsi hidung dan cavitas nasi berhubungan dengan:
a. Fungsi penghidu
b. Pernafasan
c. Penyaringan debu
d. Pelembapan udara pernapasan
e. Penampungan sekret dari sinus paranasales dan ductus
nasolacrimalis
Bentuk luar hidung sangat bervariasi dalam hal ukuran dan bentuk,
terutama karena perbedaan pada tulang rawan hidung. Punggung hidung
yang meluas dari akar hidung di wajah ke puncaknya (ujung hidung) .
Hidung meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian
internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara. Hidung
bagian luar tertutup oleh kulit dan disupport oleh sepasang tulang hidung.
Rongga hidung terdiri atas :
Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi
3

Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai


penapis udara
Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar
karena strukturnya yang berlapis
Sel silia yang berperan untuk mlemparkan benda asing ke luar
dalam usaha untuk membersihkan jalan napas. 1

Gambar 2 Rongga hidung


Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan
menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang
sempit, yang disebut septum. Masing-masing rongga hidung dibagi
menjadi 3 saluran oleh penonjolan turbinasi atau konka dari dinding
lateral. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat
banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di
sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia.
Rongga hidung dimulai dari Vestibulum, yakni pada bagian
anterior ke bagian posterior yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga
hidung terbagi atas 2 bagian, yakni secara longitudinal oleh septum
hidung dan secara transversal oleh konka superior, medialis, dan inferior.
4

Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan


dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam
paru-paru. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori atau penghidu
karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini
berkurang sejalan dengan pertambahan usia.
Vaskularisasi dan Persarafan
Pendarahan dinding medial dan lateral cavitas nasi terjadi
melalui cabang arteria spheno palatina, arteria ethmoidalis anterior
dan arteria ethmoidalis posterior, arteri palatina mayor, arteri labialis
superior, dan rami lateralis arteria facialis. Plexus venosus
menyalurkan darah kembali ke dalam vena sphenopalatina, vena
facialis, dan vena ophtalmica.
Persarafan bagian dua pertiga inferior membran mukosa hidung
terutama terjadi melalui nervus nasopalatinus, cabang nervus cranialis
V2. Bagian anterior dipersarafi oleh nervus ethmoidalis anteior,
cabang nervus nasociliaris yang merupakan cabang nervus cranialis
V1. Dinding lateral cavitas nasi memperoleh persarafan melalui rami
nasales maxilaris (nervus cranialis V2), nervus palatinus major, dan
nervus ethmoidalis anterior.
Fungsi Rongga Hidung
Terdapat 3 fungsi Rongga Hidung, antara lain :
a. Dalam hal pernafasan, udara yang diinspirasi melalui rongga
hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghangatan, dan pelembaban. Penyaringan dilakukan oleh
membran mukosa pada rongga hidung yang sangat kaya akan
pembuluh darah dan glandula serosa yang mensekresikan mukus
cair untuk membersihkan udara sebelum masuk ke Oropharynx.
Penghangatan dilakukan oleh jaringan pembuluh darah yang
sangat kaya pada ephitel nasal dan menutupi area yang sangat
5

luas dari rongga hidung. Dan pelembaban dilakukan oleh concha,


yaitu suatu area penonjolan tulang yang dilapisi oleh mukosa.
b. Epithellium olfactory pada bagian meial rongga hidung memiliki
fungsi dalam penerimaan sensasi bau.
c. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukkan suara-
suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonansi.

b. Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13
cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larynx pada
dasar tengkorak. Faring meluas dari dasar cranium sampai tepi bawah
cartilago cricoidea di sebelah anterior dan sampai tepi bawah vertebra
cervicalis VI di sebelah posterior. Dinding faring terutama dibentuk oleh
dua lapis otot-otot faring. Lapisan otot sirkular di sebelah luar terdiri dari
tiga otot konstriktor. Lapisan otot internal yang terutama teratur
longitudinal, terdiri dari muskulus palatopharyngeus, musculus
stylopharingeus, dan musculus salphingopharingeus. Otot-otot ini
mengangkat faring dan laring sewaktu menelan dan berbicara.
Fungsi Faring
Nasofaring ada saluran penghubung antara nasopharinx dengan
telinga bagian tengah, yaitu Tuba Eustachius dan
Tuba Auditory
ada Phariyngeal tonsil (adenoids), terletak pada
bagian posterior nasopharinx, merupakan bagian
dari jaringan Lymphatic pada permukaan posterior
lidah
Mempunyai fungsi respiratorik.
Orofaring Merupakan bagian tengah faring antara
palatum lunak dan tulang hyoid. Refleks
menelan berawal dari orofaring menimbulkan
6

dua perubahan, makanan terdorong masuk ke


saluran pencernaan (oesephagus) dan secara
simultan katup menutup laring untuk
mencegah makanan masuk ke dalam saluran
pernapasan
Mempunyai fungsi pencernaan makanan
Laringofaring Merupakan posisi terendah dari faring. Pada
bagian bawahnya, sistem respirasi menjadi
terpisah dari sistem digestil. Makanan masuk
ke bagian belakang, oesephagus dan udara
masuk ke arah depan masuk ke laring.
Vaskularisasi dan persarafan
Arteria tonsillaris, cabang arteria facialis melintas lewat musculus
constrictor pharyng superior dan masuk ke kutub bawah tonsil. Tonsila
palatina juga menerima ranting-ranting arterial dari arteria palatina
ascendens, arteria lingualis, arteria palatina descendens, dan arteria
pharyngea ascendens.
Ketiga muskulus konstriktor faring dipersyarafi oleh plexus
pharyngealis (nervus glossopharyngeus) yang terletak pada dinding
lateral faring, terutama pada muskulus konstriktor faringealis medius.
Susunan secara bertumpang tindih muskulus konstriktor menyisakan
empat celah pada otot-otot tersebut untuk struktur yang memasuki faring.

c. Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago (6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago
besar). Terbesar adalah Cartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal,
bagian depannya mengalami penonjolan membentuk adams apple, dan
di dalam cartilago ini ada pita suara. Sedikit di bawah cartilago thyroid
terdapat cartilago cricoid. Laring menghubungkan Laringopharynx
dengan trachea, terletak pada garis tengah anterior dari leher pada
vertebrata cervical 4 sampai 6.
7

Gambar 3. Anatomi laring

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya


vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi
benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak
suara dan terdiri atas:
Epiglotis daun katup kartilago yang menutupi ostium ke
arah laring selama menelan
Glotis ostium antara pita suara dalam laring
Kartilago Thyroid kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari
kartilago ini membentuk jakun ( Adams Apple )
Kartilago Krikoid satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring (terletak di bawah kartilago thyroid )
Kartilago Aritenoid digunakan dalam gerakan pita suara dengan
kartilago thyroid
Pita suara ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara; pita suara melekat
pada lumen laring.
8

2.2 Definisi Obstruksi Saluran Napas Atas


Obstruksi saluran napas atas adalah sumbatan pada saluran napas atas
(laring) yang disebabkan oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor
dan kelumpuhan nervus rekuren bilateral sehingga ventilasi pada saluran
pernapasan terganggu.1
2.3 Penyebab dan Gejala Klinis Obstruksi Saluran Napas Atas
Obstruksi saluran napas bagian atas disebabkan oleh trauma, tumor,
infeksi akut, kelainan kongenital hidung atau laring, difteri, paralysis satu
atau kedua plika vokalis, pangkal lidah jatuh ke belakang pada penderita
yang tidak sadar karena penyakit, cedera, atau narkose maupun karena
benda asing.
Obstruksi saluran napas bagian atas ditandai dengan sesak napas,
stridor inspiratore, ortopne, pernapasan cuping hidung, dan cekung di
daerah jugularis-supraklavikula-interkostal. Selanjutnya penderita akan
sianotik dan gelisah.
2.3.1 Kongenital
a. Atresia koana2
Atresia koana adalah tertutupnya satu atau kedua posterior
kavum nasi oleh membran abnormal atau tulang. Hal ini terjadi
akibat kegagalan embriologik dari membran bukonasal untuk
membelah sebelum kelahiran. Gejala yang paling khas pada atresia
koana adalah tidak adanya atau tidak adekuatnya jalan napas
hidung. Pada bayi baru lahir yang hanya bisa bernapas melalui
hidung, kondisi ini merupakan keadaan gawat darurat dan perlu
pertolongan yang cepat pada jalan napas atas untuk menyelamatkan
hidupnya. Obstruksi koana unilateral kadang-kadang tidak
menimbulkan gejala pada saat lahir tapi kemudian akan
menyebabkan gangguan drainase nasal kronis unilateral pada masa
anak-anak sedangkan atresia koana bilateral menyebabkan keadaan
darurat pada saat kelahiran.
9

Gambar 4. Atresia koana

Gambar 5. Atresia koana endoskopi


Atresia koana bilateral memerlukan tindakan yang darurat
bertujuan untuk menjamin jalan napas, karena dapat menyebabkan
asfiksia berat dan kematian setelah kelahiran. Kelainan penyerta
yaitu adanya meningosil sehingga operasi ini dilakukan bersama
bagian Bedah Saraf. Tindakan yang dilakukan adalah koanoplasti
dan pemasangan stent menggunakan pipa nasogastrik ukuran 12.

b. Stenosis subglotik3
Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara, sering terdapat
penyempitan. Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotik
ialah :
1. Penebalan jaringan submukosa dengan hyperplasia kelenjar
mucus dan fibrosis.
10

2. Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen yang


lebih kecil.
3. Bentuk tulang rawan normal dengan ukuran lebih kecil
4. Pergeseran cincin trakea pertama kearah atas belakang ke
dalam lumen krikoid.
Gejala stenosis subglotik ialah stridor, dispneu, retraksi di
suprasternal, epigastrium, interkostal serta subklavikula. Pada
stadium yang lebih berat akan ditemukan sianosis dan apnea
sebagai akibat sumbatan jalan, sehingga mungkin juga terjadi gagal
pernafasan (respiratory distress). Terapi tergantung kelainan yang
menyebabkannya.

Gambar 6. Stenosis subglotik


Pada umumnya terapi stenosis subglotik yang disebabkan oleh
kelainan submukosa ialah dilatasi atau dengan laser CO2. Stenosis
subglotik yang disebabkan oleh kelainan bentuk tulang rawan
krikoid dilakukan terapi pembedahan dengan melakukan
rekontruksi.

c. Laringomalasia3
Pada stadium awal ditemukan epiglotis lemah, sehingga pada
waktu inspirasi epiglotis tertarik ke bawah dan menutup rima
glotis. Dengan demikian bila pasien bernafas, nafasnya berbunyi
11

(stridor). Stridor merupakan gejala awal, dapat menetap dan


mungkin hilang timbul, ini disebabkan lemahnya rangka laring.

Gambar 7. Laringomalasia
Tanda sumbatan jalan nafas dapat dilihat dengan adanya
cekungan (retraksi) di daerah supra sterna, epigastrium, interkostal
dan supraklavikular. Bila sumbatan ini makin hebat, dilakukan
intubasi endotrakea.

2.3.2 Inflamasi
Epiglotits akut
Epiglotitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi
pada daerah supraglotis dari orofaring, meliputi epiglotis, valekula,
aritenoid, dan lipatan ariepiglotika.4 Epiglotitis akut biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri, bakteri paling sering ditemukan
adalah Haemophilus influenza. Epiglotitis akut paling sering terjadi
pada anak-anak berusia 2-4 tahun namun akhir-akhir ini dilaporkan
5
bahwa prevalensi dan insidennya meningkat pada orang dewasa.
Onset dari gejala epiglotitis akut biasanya terjadi tiba-tiba dan
berkembang secara cepat. Pada pasien anak-anak, gejala yang
sering ditemui adalah sesak napas dan stridor yang didahului oleh
demam, sedangkan pada pasien dewasa gejala yang terjadi lebih
ringan, dan yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri
tenggorokan dan nyeri saat menelan.4
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan riwayat perjalanan penyakit
dan tanda serta gejala klinis yang ditemui, dan dari foto rontgen
lateral leher yang memperlihatkan edema epiglotis (thumb sign)dan
12

6
dilatasi dari hipofaring. Penatalaksanaan pada pasien dengan
epiglotitis diarahkan kepada mengurangi obstruksi saluran napas
dan menjaganya agar tetap terbuka serta mengeradikasi agen
penyebab.4 Dapat dilakukan intubasi jika telah terjadi obstruksi,
dengan ekstubasi setelah 48-72 jam, serta pemberian antibiotika
yang adekuat.

2.3.3 Trauma7
a. Fraktur tulang mandibula
Fraktur ini paling sering terjadi. Fraktur mandibula ini sangat
penting dihubungkan dengan adanya otot yang bekerja dan berregio
atau berisersio pada mandibula yaitu otot elevator, otot depressor,
dan otot protusor. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya
riwayat kerusakan rahang bawah dengan gejala berikut :
Pembengkakan, ekimosis atau laserasi pada kulit
Nyeri
Anastesi pada satu bibir bawah, gusi,
Maloklusi
Gangguan morbilitas atau krepitasi
Malfungsi berupa trismus, rasa nyeri waktu mengunyah
Penanggulangan fraktur mandibula tergantung pada lokasi
fraktur, luasnya fraktur, dan keluhan yang diderita. Lokasi fraktur
ditentukan oleh pemeriksaan radiografi.

b. Paralisis laring
Paralisis n. laringeus superior
Cabang ekstern n. laringeus superior mensarafi m.
krikotiroid yang menegangkan pikta suara.cabang internnya
mengurus mukosa laring. Paralisis n. laringeus superior di
proksimal percabangannya menjadi cabang ekstern dan intern
menyebabkan penderita tersedak bila minum akibat anastesi
13

mukosa sebab tidak merasa minuman turun. Terjadi juga


perubahn nada dan resonansi suara bila penderita bicara keras
atau menyanyi terlalu lama karena tegangan pita suara
terganggu. Gerakan abduksi dan adduksi pita suara tidak
terganggu.
Paralisis n. laringeus rekurens
N.laringeus rekurens atau n. laringeus inferior melayani
m.abduktor dan m.adduktor pita suara. Paralisis n. laringeus
inferior mengakibatkan suara mendesau. Gejala ini dapat
menghilang dalam beberapa minggu bila terjadi kompensasi
oleh otot aduktor kontralateral sehingga pita suara yang sehat
bergerak melewati garis tengah sehingga bertemu dengan pita
suara yang lumpuh.
Paralisis bilateral n. laringeus rekurens menyebabkan sesak
nafas karena celah suara sempit karena kedua pita suara tidak
dapat abduksi pada inspirasi, sehingga menetap pada posisi
paramedian. Oleh karena itu, penderita terpaksa istirahat dan
menghindari keadaan yang memerlukan lebih banyak zat asam
seperti kerja, gerakan berlebihan, takut dan demam.
Menelan bahan kaustik
Larutan asam kuat seperti asam sulfat, nitrat dan
hidroklorid atau basa kuat seperti soda kaustik, potassium
kaustik dan amonium bila tertelan dapat mengakibatkan
terbakarnya mukosa saluran cerna. Pada penderita yang tidak
sengaja minum bahan tersebut, kemungkinan besar luka bakar
hanya pada mulut dan faring, karena bahan tersebut tidak
ditelan dan hanya sedikit saja masuk ke dalam lambung. Pada
mereka yang mencoba bunuh diri akan terjadi luka bakar yang
luas pada esofagus bagian tengah dan distal karena larutan
tersebut berada agak lama sebelum memasuki kardiak
14

lambung. Diagnostik berdasarkan riwayat menelan zat kaustik


dan adanya luka bakar di sekitar dan dalam mulut.
c. Trauma trakea
Trauma tumpul tidak menimbulkan gejala atau tanda, tetapi
dapat juga mengakibatkan kelainan lebih hebat berupa sesak nafas
karena penekanan jalan nafas atau aspirasi darah atau emfisema
kutis bila trakea robek.Trauma tumpul trakea jarang memerlukan
tindakan bedah. Penderita diobservasi. Bila terjadi obstruksi jalan
nafas dikerjakan trakeostomi. Pada trauma tajam yang
menyebabkan robekan trakea, dilakukan trakeotomi di distal
robekan, dan dijahit.
d. Trauma intubasi
Pemasangan pipa endotrakea yang lama dapat menimbulkan
udema laring dan trakea. Gejalanya suara penderita terdengar
parau, dan adanya kesulitan menelan, gangguan aktivitas laring,
dan beberapa derajat obstruksi pernafasan. Pengobatan yang
diberikan kortikosteroid. Bila obstruksi nafas terlalu hebat,
dilakukan trakeostomi.

2.3.4 Tumor3
a. Hemangioma3
Hemangioma biasanya timbul di daerah subglotik. Sering pula
disertai dengan hemangioma di tempat lain, seperti di leher.
15

Gambar 8. Hemangioma

Gejalanya ialah terdapat hemoptisis dan bila tumor itu besar,


terdapat juga sumbatan laring. Terapinya ialah dengan bedah laser,
kortikosteroid atau dengan obat-obat skleroting.

Gambar 9. Hemangioma

b. Papiloma laring3
Tumor ini digolongkan dalam 2 jenis :
1. Papiloma laring juvenile, ditemukan pada anak, biasanya
berbentuk multiple dan mengalami regresi saat dewasa
16

2. Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan


mengalami resolusi dan merupakan prekanker.
Gejala utama adalah suara parau. Kadang-kadang terdapat pula
betuk. Apabila papiloma telah menutup rima glottis maka timbul
sesak nafas dengan stridor. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan laring langsung, biopsy serta
pemeriksaan patologi-anatomik.

Gambar 10. Papiloma laring


Terapi :
Ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro atau juga dengan
sinar laser. Karena sering tumbuh lagi, tindakan ini diulang
berkali-kali. Kadang dalam seminggu tampak papiloma tumbuh
lagi.
Sekarang tersangka penyababnya ialah virus, untuk
terapinya diberikan vaksin dari massa tumor, obat anti virus,
hormone, kalsium atau ID methionin.Tidak dianjurkan
memberikan radioterapi karena papiloma dapat berubah menjadi
ganas.
c. Tumor ganas laring3
Penyebabnya belum diketahui pasti. dikatakan para ahli bahwa
perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang-orang
dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Serak adalah gejala
utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita
suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.
Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik
17

disebabkan oleh ketidakteraturan pita suara, oklusi atau


penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligament krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf.
Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau
paralisis komplit. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga
ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan penurunan berat badan.
Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh
komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan
perikondrium.

Gambar 11. Tumor ganas laring


Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi antomi
dari bahan biopsy laring dan bajah pada KGB leher. Ada 3 cara
yang lazim digunakan yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatik
atau kombinasi. Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis atau
parsial tergantung lokasi dan penjalaran. Pemakaian sitostatik
belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian sitostatik tidak
sampai selesai karena keadaan umum memburuk, disamping harga
obat yang mahal, sehingga tidak terjangkau oleh pasien.

2.3.5 Benda Asing Saluran Nafas Atas3


Benda asing di hidung
Benda asing di hidung sering terjadi pada anak, dan pada anak
sering luput dari perhatian, gejala yang sering ditimbul yaitu
18

hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan


berbau, kadang kadang demam, nyeri, epitaksisi dan bersin. Hasil
pemeriksaan tampak edem dengan inflamasi mukosa hidung
unilateral dan dapat terjadi ulserasi.
Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung ialah dengan
memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian
atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring.
Setelah itu pengeit diturunkan sedikit dan ditarik ke depan, dengan
cara ini menda asing ikut terbawa keluar. Dapat pula menggunakan
cunam Nortman atau wire loop. Pemberian antibiotic sistemik
selama 5 7 hari hanya jika kasus benda asing hidung yang telah
menimbulkan infeksi.
Benda asing di orofaring dan hipofaring3
Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut antara
lain di tonsil, dasar lidah, valekula dan sinus piriformis yang akan
menimbulkan rasa nyeri menelan (odinofagia), baik saat makan
maupun meludah, terutama benda asing tajam seperti tulang ikan
dan tulang ayam. Pemeriksaan di dasar lidah, valekula dan sinus
piriformis diperlukan kaca tenggorokan yang besar (no 8 10).
Benda asing di sinus piriformis menunjukkan tanda Jakcson
(Jacksons Sign) yaitu terdapat akumulasi ludah di sinus piriformis
tempat benda asing tersangkut.
Bila benda asing menyumbat intoitus esophagus, maka tampak
ludah tergenang di kedua sinus piriformis. Benda asing di tonsil
dapat diambil dengan memakai pinset atau cunam. Biasanya yang
tersangkut di tonsil ialah benda tajam, seperti tulang ikan, jarum,
atau kail. Benda asing di dasar lidah, dapat dilihat dengan kaca
tenggorokan yang besar.
Pasien diminta menarik lidah sendiri dan pemeriksaan
memegang kaca tenggorokan dengan tangan kiri, sedangkan tangan
kanan memegang cunam untuk mengambil benda tersebut. Bila
19

pasien sangat perasa sehingga menyulitkan tindakan, maka


sebelumnya dapat disemprotkan obat pelali (anestetikum), seperti
xylocain atau pantocain. Tindakan pada benda asing di valekula
dan sinus piriformis kadang kadang untuk mengeluarkannya
dilakukan dengan cara laringoskopi langsung.

Gambar 12. Laringoskopi


Benda asing di laring3
Benda asing pada laring bisa bersifat total atau subtotal. Jika
benda asing dilaring menutupi secara total merupakan kegawatan
dan akan menimbulkan gejala berupa disfonia sampai afonia, apne
dan sianosis. Pertolongan pertama harus segera dilakukan karena
asfiksia dapat terjadi dalam waktu hany abeberapa menit. Tehnik
yang dilakukan berupa Heimlich (Heimlich manueuver). Menurut
teori Heimlich , benda asing masuk ke dalam laring ialah pada
waktu inspirasi, dengan demikian paru penuh oleh udara,
diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan
botol itu maka sumbatan akan terlempar keluar.

Gambar 13. Perasat Heimlich


20

Sumbatan tidak total dilaring dapat menyebabkan gejala suara


parau, disfonia sampai afonia, batuk yang di sertai sesak,
odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari
benda asing (pasien akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak
benda asing itu tersangkut) dan dispne dengan derajat bervariasi.
Gejala dan tanda ini jelas bila benda asing masih tersangkut di
laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih
meninggalkan reaksi laring oleh karena udem. Pada kasus
sumbatan subtotal, tidak menggunakan perasat Heimlich, pasien
masih dapat dibawa ke rumah sakit terdekat untuk di beri
pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau bronkoskop,
atau jika alat alat tersebut tidak tersedia maka dapat di lakukan
trakeostomi, dengan pasien tidur dengan posisi Trendelenburg,
kepala lebih rendah dari badan, supaya benda asing tidak turun ke
trakea.

2.4 Diagnosis Obstruksi Saluran Napas Atas3,4


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang.
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak adalah :
Serak (disfoni) sampai afoni
Sesak napas (dispnea)
Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi.
Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal,
epigastrium, supraklavikula dan interkostal. Cekungan itu terjadi
sebagai upaya dari otot-otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen
yang adekuat.
Gelisah karena pasien haus udara (air hunger)
Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui
letak sumbatan, diantaranya adalah :
21

Laringoskop. Dilakukan bila terdapat sumbatan pada laring.


Laringoskop dapat dilakukan secara direk dan indirek.
Nasoendoskopi
X-ray. Dilakukan pada foto torak yang mencakup saluran nafas bagian
atas. Apabila sumbatan berupa benda logam maka akan tampak
gambaran radiolusen. Pada epiglotitis didapatkan gambaran thumb like.
Foto polos sinus paranasal
CT-Scan kepala dan leher
Biopsi

2.5 Stadium Obstruksi Saluran Napas Atas


Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium:
Stadium I : Adanya retraksi di suprasternal dan stridor. Pasien tampak
tenang
Stadium II : Retraksi pada waktu inspirasi di daerah suprasternal
makin dalam, ditambah lagi dengan timbulnya retraksi di daerah
epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah.
Stadium III : Retraksi selain di daerah suprastrenal, epigastrium juga
terdapat di infraklavikula dan di sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan
dispnea.
Stadium IV : Retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak
sangat ketakutan dan sianosis, jika keadaan ini berlangsung terus maka
penderita akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena
hiperkapnea. Pada keadaan ini penderita tampaknya tenang dan tertidur,
akhirnya penderita meninggal karena asfiksia.1

2.6 Tindakan pada Obstruksi Saluran Napas Atas7


Pada prinsipnya penanggulangan pada obstruksi atau obstruksi saluran
napasatas diusahakan supaya jalan napas lancar kembali.
Tindakan konservatif :Pemberian antiinflamasi, antialergi,
antibiotika serta pemberian oksigen intermiten,
22

yang dilakukan pada obstruksi laring stadium I


yang disebabkan oleh peradangan.
Tindakan operatif/resusitasi : Memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut
(intubasi orotrakea) atau melalui hidung
(intubasi nasotrakea), membuat trakeostoma
yang dilakukan pada obstruksi laring stadium
II dan III, atau melakukan krikotirotomi yang
dilakukan pada obstruksi laring stadium IV.1,5,6

Untuk mengatasi gangguan pernapasan bagian atas ada tiga cara, yaitu :
1. Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut
atau hidung.Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat
(lifesaving procedure) dan dapat dilakukan tanpa atau dengan
analgesia topikal dengan xylocain 10%.Indikasi intubasi endotrakea
adalah :
- Untuk mengatasi obstruksi saluran napas bagian atas.
- Membantu ventilasi.
- Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
- Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal
dari lambung.
Keuntungan intubasi, yaitu:
- Tidak cacat karena tidak ada jaringan parut.
- Mudah dikerjakan.
Kerugian intubasi, yaitu:
- Dapat terjadi kerusakan lapisan mukosa saluran napas atas.
- Tidak dapat digunakan dalam waktu lama.
Orang dewasa 1 minggu, anak-anak 7-10 hari.
- Tidak enak dirasakan penderita.
- Tidak bisa makan melalui mulut.
- Tidak bisa bicara.
23

Komplikasi yang dapat timbul yaitu stenosis laring atau trakea.


Teknik intubasi endotrakea:
- Posisi pasien tidur telentang, leher fleksi sedikit dan kepala ekstensi
- Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri,
dimasukkan melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong
ke kiri. Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu
laringoskop diangkat keatas, sehingga pita suara dapat terlihat.
- Dengan tangan kanan, pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut
terus melalui celah antara kedua pita suara kedalam trakea.
- Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan
baik.
- Jika menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang
tidur telentang itu pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir,
sehingga kepala mudah diekstensikan maksimal.
- Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri
dan dimasukkan mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis
diangkat horizontal ketas bersama-sama sehingga laring jelas
terlihat.
- Pipa endotrakea dipegang dengan tangan kanan dan dimasukkan
melalui celah pita suara sampai di trakea. Kemudian balon diisi
udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan plester.
24

Gambar 3. Teknik pelaksanaan intubasi endotrakea


2. Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran
tirokrikoid (krikotirotomi).Krikotiromi merupakan tindakan
penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas. Bahayanya besar
tetapi mudah dikerjakan, dan harus dikerjakan cepat walaupun
persiapannya darurat.
Krikotirotomi merupakan kontraindikasi pada anak di bawah usia
12 tahun, demikian juga pada tumor laring yang sudah meluas ke
subglotik dan terdapat laringitis. Bila kanul dibiarkan terlalu lama
maka akan timbul stenosis subglotik karena kanul yang letaknya
tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan di sekitar subglotis, sehingga
terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya diganti dengan trakeostomi
dalam waktu 48 jam. Teknik krikotirotomi:
- Pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi
atlantooksipitalis.
- Puncak tulang rawan tiroid mudah diidentifikasi difiksasi dengan
jari tangan kiri.
- Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke
bawah sampai ditemukan kartilago krikoid. Membran krikotiroid
terletak di antara kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi
dengan anestetikum kemudian dibuat sayatan horizontal pada
kulit.
- Jaringan di bawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah.
- Setelah tepi bawah kartilago terlihat, tusukkan pisau dengan arah
ke bawah.
- Kemudian masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai
pipa plastik untuk sementara.
25

Gambar 4. Krikotirotomi yang dilakukan pada obstruksi laring


stadium IV

3. Trakeostomi
Trakeostomi adalah suatu tindakan bedah dengan mengiris atau
membuat lubang sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea
dengan dunia luar untuk mengatasi gangguan pernapasan bagian atas.
Indikasi trakeostomi adalah:
1. Mengatasi obstruksi laring.
2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran pernapasan
atas.
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus.
4. Untuk memasang alat bantu pernapasan (respirator).
5. Untuk mengambil benda asing di subglotik, apabila tidak
mempunyai fasilitas bronkoskopi.
a. Keuntungan trakeostomi yaitu:
- Dapat dipakai dalam waktu lama.
- Trauma saluran napas tidak ada.
- Penderita masih dapat berbicara sehingga kelumpuhan otot
laring dapat dihindari.
- Penderita merasa enak dan perawatan lebih mudah
26

- Penderita dapat makan seperti biasa.


- Menghindari aspirasi, menghisap sekret bronkus.
- Jalan napas lancar, meringankan kerja paru.
Kerugian trakeostomi, yaitu:
- Tindakan lama.
- Cacat dengan adanya jaringan sikatrik.
Jenis irisan trakeostomi ada dua macam:
- Irisan vertikal di garis median leher.
- Irisan horizontal.
Berdasarkan jenis trakeostomi:
- Trakeostomi letak tinggi, yaitu di cincin trakea 2-3.
- Trakeostomi letak tengah, yaitu setinggi trakea 3-4.
- Trakeostomi letak rendah, yaitu setinggi cincin trakea 4-5.
Untuk perawatan trakeostomi, yang harus diperhatikan adalah:
1. Kelembaban udara masuk.
- Dapat dilakukan dengan uap air basah hangat.
- Nebulizer.
- Kassa steril yang dibasahi diletakkan di permukaan stoma.
2. Kebersihan dalam kanul.
- Jangan tersumbat oleh sekret, dianjurkan disuksion -1 jam
pada 24 jam pertama dan tidak boleh terlalu lama setiap
suksion, biasanya 10-15 detik. Bila lama penderita bisa sesak
atau hipoksia atau cardiac arrest.
- Lakukanlah berkali-kali sampai bersih.
3. Anak: kanul dibersihkan setiap hari kemudian pasang kembali.
Pengangkatan kanul dilakukan secepatnya, atau dengan indikasi
berikut:
- Tutup lubang trakeostomi selama 3 menit, penderita tidak sesak.
- Dalam 25 jam tidak ada keluhan sesak bila lubang trakeostomi
ditutup waktu tidur, makan dan bekerja.
- Penderita sudah dapat bersuara.
27

Komplikasi trakeostomi:
- Waktu operasi:
- Perdarahan, lesi organ sekitarnya, apnea dan shock.
- Pasca operasi:
- Infeksi, sumbatan, kanul lepas, erosi ujung kanul atau desakan
cuff pada pembuluh darah, fistel trakeokutan, sumbatan subglotis
dan trakea, disfagia, granulasi.
Teknik trakeostomi:
- Penderita tidur telentang dengan kaki lebih rendah 30 untuk
menurunkan tekanan vena di daerah leher. Punggung diberi
ganjalan sehingga terjadi ekstensi. Leher harus lurus, tidak boleh
laterofleksi atau rotasi.
- Dilakukan desinfektan daerah operasi dengan betadin atau
alkohol.
- Anestesi lokal subkutan, prokain 2% atau silokain dicampur
dengan epinefrin atau adrenalin 1/100.000. Anestesi lokal atau
infiltrasi ini tetap diberikan meskipun trakeostomi dilakukan
secara anestesi umum.
- Dilakukan insisi.
- Insisi vertikal: dimulai dari batas bawah krikoid sampai fossa
suprasternum, insisi ini lebih mudah dan alir sekret lebih mudah
- Insisi horizontal: dilakukan setinggi pertengahan krikoid dan
fossa sternum, membentang antara kedua tepi depan dan medial
m.sternokleidomastoid, panjang irisan 4-5 cm.
o Irisan mulai dari kulit, subkutis, platisma sampai fasia colli
superfisial secara tumpul. Bila tampak ismus, maka ismus
disisikan ke atas atau ke bawah. Bila mengalami kesukaran dan
tidak memungkinkan, potong saja.
- Bila sudah tampak trakea maka difiksasi dengan kain tajam.
Kemudian suntikkan anestesi lokal kedalam trakea sehingga tidak
timbul batuk pada waktu memasang kanul.
28

- Stoma dibuat pada cincin trakea 2-3 bagian depan, setelah


dipastikan trakea yaitu dengan menusukkan jarum suntik dan
letakkan benang kapas tersebut. Kemudian kanul dimasukkan
dengan bantuan dilator.
- Kanul difksasi dengan pita melingkar leher, jahitan kulit
sebaiknya jahitan longgar agar udara ekspirasi tidak masuk ke
jaringan dibawah kulit.

Gambar 5. Trakeostomi yang dilakukan pada obstruksi laring


stadium II dan III
29

4. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)


Perasat heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar yang
terletak di hipofaring.
Prinsip mekanisme perasat heimlich adalah dengan memberi
tekanan pada paru. Diibaratkan paru sebagai sebuah botol plastik
berisi udara yang tertutup oleh sumbatan. Dengan memencet botol
plastik itu sumbatan akan terlempar keluar.
Perasat heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga
pada anak.Komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptur lambung,
ruptur hati dan fraktur iga.
Teknik perasat heimlich:
- Penolong berdiri di belakang pasien sambil memeluk badannya.
- Tangan kanan dikepalkan dan dengqan bantuan tangan kiri, kedua
tangan diletakkan pada perut bagian atas.
- Kemudian dilakukan penekanan pada rongga perut kearah dalam
dan kearah atas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan
dengan hentakan 4-5 kali benda asing akan terlempar keluar. Pada
anak, penekanan cukup dengan memakai jari telunjuk dan jari
tengah kedua tangan.
- Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, dapat dilakukan
dengan cara penolong berlutut dengan kedua kaki pada kedua sisi
pasien. Kepalan tangan diletakkan di bawah tangan kiri di daerah
epigastrium.
- Dengan hentakan tangan kiri ke bawah dan ke atas beberapa kali
udara dalam paru akan mendorong benda asing keluar.
30

Gambar 6. Perasat heimlich


31

BAB III
PENUTUP

Obstruksi saluran napas atas adalah sumbatan pada saluran napas atas
(laring) yang disebabkan oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor dan
kelumpuhan nervus rekuren bilateral sehingga ventilasi pada saluran pernapasan
terganggu.
Obstruksi saluran napas atas dapat disebabkan oleh radang akut dan
radang kronis, benda asing, trauma akibat kecelakaan, perkelahian, percobaan
bunuh diri dengan senjata tajam dan trauma akibat tindakan medik yang dilakukan
dengan gerakan tangan yang kasar, tumor pada laring baik berupa tumor jinak
maupun tumor ganas, serta kelumpuhan nervus rekuren bilateral.
Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium, yaitu
Stadium I: adanya retraksi di suprasternal dan stridor. Pasien tampak tenang.
Stadium II: retraksi pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,
ditambah lagi dengan timbulnya retraksi di daerah epigastrium. Pasien sudah
mulai gelisah. Stadium III: retraksi selain di daerah suprastrenal, epigastrium juga
terdapat di infraklavikula dan di sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea.
Stadium IV: retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak sangat
ketakutan dan sianosis, jika keadaan ini berlangsung terus maka penderita akan
kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea. Pada keadaan
ini penderita tampaknya tenang dan tertidur, akhirnya penderita meninggal karena
asfiksia.
Penanggulangan pada obstruksi saluran napas atas diusahakan supaya
jalan napas lancar kembali. Tindakan konservatif berupa pemberian antiinflamasi,
antialergi, antibiotika serta pemberian oksigen intermitten, yang dilakukan pada
sumbatan laring stadium I yang disebabkan oleh peradangan. Tindakan operatif
atau resusitasi dengan memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut (intubasi
orotrakea) atau melalui hidung (intubasi nasotrakea), membuat trakeostoma yang
dilakukan pada sumbatan laring stadium II dan III, atau melakukan krikotirotomi
yang dilakukan pada sumbatan laring stadium IV.
32

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N. Editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-


tenggorok. Edisi 5. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2005.
2. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Editor. Kepala dan Leher dalam: Buku ajar
ilmu bedah. Edisi revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997.
3. D Gerard,MD. Epiglotitis. Dalam: Daniel J Kelley MD, Francisco Talavera,
harmD, PhD, Gregory C Allen,MD, Christopher L Slack, MD, Arlen D
Meyers,MD,MBA (editor). http://www.emedicine.com.
4. D Gerard,MD. Croup Dalam: Daniel J Kelley MD, Francisco Talavera,
PharmD, PhD, Gregory C Allen,MD, Christopher L Slack, MD, Arlen D
Meyers,MD,MBA (editor). http://www.emedicine.com.
5. Adams GL, Boies LR, Jr. Highler PA. Boies Buku Ajar THT. Edisi 6. Effendi
H. Santoso RAK. Editor. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1993.
6. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi 13.
Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta. 1994.
7. Hermani B, Abdurrachman. Penanggulangan sumbatan laring. Dalam:
S.A.Efiaty, I.Nurbaiti, B.Jenny, R.D.Ratna (editor). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi VI. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2003 : 243 - 253.

Вам также может понравиться

  • Bab 1
    Bab 1
    Документ22 страницы
    Bab 1
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Prinsip Dan Metode Pemeriksaan Fisik Dasar
    Prinsip Dan Metode Pemeriksaan Fisik Dasar
    Документ22 страницы
    Prinsip Dan Metode Pemeriksaan Fisik Dasar
    Eka Maulana
    100% (1)
  • Ika R. Sutejo, Azham P - Modul - Ketrampilan Klinik Dasar Pemeriksaan Fisik Dan BLS (3) - (F.K) PDF
    Ika R. Sutejo, Azham P - Modul - Ketrampilan Klinik Dasar Pemeriksaan Fisik Dan BLS (3) - (F.K) PDF
    Документ69 страниц
    Ika R. Sutejo, Azham P - Modul - Ketrampilan Klinik Dasar Pemeriksaan Fisik Dan BLS (3) - (F.K) PDF
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Perdarahan Hamil Muda
    Perdarahan Hamil Muda
    Документ15 страниц
    Perdarahan Hamil Muda
    istiqomah
    Оценок пока нет
  • Latihan 7
    Latihan 7
    Документ4 страницы
    Latihan 7
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Dosis Antihistamin
    Dosis Antihistamin
    Документ4 страницы
    Dosis Antihistamin
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Latihan 2
    Latihan 2
    Документ4 страницы
    Latihan 2
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • LATIHAN6
    LATIHAN6
    Документ3 страницы
    LATIHAN6
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Latihan 1
    Latihan 1
    Документ4 страницы
    Latihan 1
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Kuisioner Ibu Hamil
    Kuisioner Ibu Hamil
    Документ2 страницы
    Kuisioner Ibu Hamil
    Dede Kusmawan
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ1 страница
    Kata Pengantar
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Chapter II
    Chapter II
    Документ13 страниц
    Chapter II
    rulisakarozi
    Оценок пока нет
  • Deteksi Dini Pendengaran
    Deteksi Dini Pendengaran
    Документ11 страниц
    Deteksi Dini Pendengaran
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Appendix
    Appendix
    Документ10 страниц
    Appendix
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi Keputihan
    Patofisiologi Keputihan
    Документ32 страницы
    Patofisiologi Keputihan
    Priyo Utomo
    50% (2)
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ22 страницы
    Bab 1
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Bab 1 Mata Merah
    Bab 1 Mata Merah
    Документ0 страниц
    Bab 1 Mata Merah
    Taufik Tias
    Оценок пока нет
  • Algoritma Pada Pasien IMS
    Algoritma Pada Pasien IMS
    Документ3 страницы
    Algoritma Pada Pasien IMS
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Panduan Skill Lab Modul 5.2 Oktober 2015 PDF
    Panduan Skill Lab Modul 5.2 Oktober 2015 PDF
    Документ57 страниц
    Panduan Skill Lab Modul 5.2 Oktober 2015 PDF
    Muhammad Ridho
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Bakterial Akut
    Konjungtivitis Bakterial Akut
    Документ12 страниц
    Konjungtivitis Bakterial Akut
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Status Pasien Epilepsi
    Status Pasien Epilepsi
    Документ11 страниц
    Status Pasien Epilepsi
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • PEMERIKSAAN REKTUM
    PEMERIKSAAN REKTUM
    Документ6 страниц
    PEMERIKSAAN REKTUM
    Aslam Achmad Ahyubii Al-Fatih
    Оценок пока нет
  • Lapsus Keratitis Udah Fix
    Lapsus Keratitis Udah Fix
    Документ15 страниц
    Lapsus Keratitis Udah Fix
    rien2903
    100% (1)
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ4 страницы
    Daftar Isi
    Asyifa Tsulus Sandy
    Оценок пока нет
  • Lapsus Ulkus Kornea
    Lapsus Ulkus Kornea
    Документ12 страниц
    Lapsus Ulkus Kornea
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Opthalmologi PDF
    Opthalmologi PDF
    Документ128 страниц
    Opthalmologi PDF
    rejotangan
    Оценок пока нет
  • Cover Laporan
    Cover Laporan
    Документ1 страница
    Cover Laporan
    Kambang Pernambucano
    Оценок пока нет
  • Panduan Skill Lab Modul 5.2 Oktober 2015 PDF
    Panduan Skill Lab Modul 5.2 Oktober 2015 PDF
    Документ57 страниц
    Panduan Skill Lab Modul 5.2 Oktober 2015 PDF
    Muhammad Ridho
    Оценок пока нет
  • OPTIMALKAN KESEIMBANGAN
    OPTIMALKAN KESEIMBANGAN
    Документ32 страницы
    OPTIMALKAN KESEIMBANGAN
    Asyifa Tsulus Sandy
    Оценок пока нет