Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma penis merupakan jenis keganasan yang jarang dijumpai,

insidensinya hanya sekitar 1% dari seluruh jenis keganasan yang dijumpai pada

laki-laki. Meskipun insidensi di Amerika Serikat rendah, namun pada beberapa

negara di benua Asia (India), Afrika (Uganda dan Jamaika), serta Amerika Latin

(Brazil), insidensi kanker penis cukup tinggi. Insidensi karsinoma penis pada

umum lebih banyak dijumpai pada umur yang lebih tua, dan semakin meningkat

pada umur di atas 80 tahun. (Tri Kurnianto, 2008).

Patogenesis kanker pada penis hingga saat ini belum diketahui secara

pasti, namun faktor risiko yang diduga banyak dikaitkan dengan karsinoma penis

diantaranya berupa sirkumsisi yang tertunda pada masa anak-anak, phymosis,

merokok, serta infeksi HPV (Humanpapillomavirus).

Dalam proses karsinogenesis karsinoma penis, HPV berperan pada

RB/p16 dan p21/p53 pathway, meskipun demikian peran HPV yang terlibat secara

langsung dalam proses karsinogenesis masih belum diketahui secara pasti.

Karsinoma penis pada orang Yahudi jarang dijumpai, dan insidensi ini jauh lebih

rendah dibandingkan negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim atau

Kristen, keadaan ini dikaitkan dengan sirkumsisi yang dilakukan segera setelah

lahir pada anak-anak Yahudi, sedangkan negara-negara yang mayoritas

penduduknya Muslim maupun Kristen, yang pada umumnya sirkumsisi pada

umur anak di atas 10 tahun insidensinya lebih tinggi. Gajalakshmi dkk (1993)

1
dalam penelitiannya di India menyatakan bahwa karsinoma penis tidak dijumpai

pada laki-laki muslim dibandingkan dengan laki-laki yang beragama Kristen

maupun Hindu. Hal ini menegaskan pentingnya sirkumsisi dalam mereduksi

insidensi karsinoma penis.

Di Indonesia sendiri data epidemiologi mengenai karsinoma penis masih

sangat jarang. Penelitian Sastrodihardjo dkk (2009) di RS Sanglah Denpasar

Bali, adalah sebanyak 72 kasus penderita kanker penis selama 12 tahun (April

1993 Mei 2005). Beberapa penelitian menduga karsinoma penis berkaitan

dengan kebersihan individu dan efek karsinogenik dari smegma. (Tri Kurnianto,

2008).

Karsinoma penis memiliki karakteristik biologik tertentu dimana

diperlukan beberapa parameter demi kepentingan penentuan prognosis dan terapi

yang akurat. Pada penentuan prognosis dan terapi konvensional, beberapa

parameter yang dipakai diantaranya adalah gambaran histopatologi tumor, ukuran

tumor, derajat mitosis, umur penderita serta ada tidaknya metastasis pada kelenjar

getah bening.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker Penis adalah keganasan pada penis (Anurogo, 2008).
Kanker Penis adalah kanker yang sangat ganas pada alat reproduksi pria,

dan kalau tidak segera ditangani bisa memicu kanker pada organ tubuh

yang lain dan dapat menyebabkan amputasi pada penis (Bin Muhsin, 2011).
Kanker penis adalah kanker yang terdapat pada kulit dan jaringan penis

(Asrul Sani, 2010).


Kanker penis adalah karsinoma sel squamosa dari epitel glans penis atau

permukaan dalam prepusium (Tri Kurnianto, 2008).

3
Gambar 1. Kanker Penis (American Cancer Society, 2016)

2.2 Anatomi dan Histologi Penis

Penis terdiri dari tiga komponen utama : bagian distal (glans atau kepala),

bagian tengah (corpus atau shaft) dan bagian proksimal (root). Pada bagian kepala

terdapat glans dan sulkus koronaria, yang ditutup oleh foreskin (virtual sac),

permukaan bagian dalam dilapisi oleh membran halus. Glans bersifat kenyal, dan

berbentuk konus, serta terdiri dari meatus, corona dan frenulum. Meatus urethralis

vertikal dan berlokasi pada apeks, dimana muncul frenulum, glans corona

merupakan lipatan lingkaran pada dasar glans. Pada permukaan glans terdapat

empat lapisan anatomi: lapisan membran mukosa, termasuk epitelium dan lamina

propria, korpus spongiosum dan korpora kavernosa. Tunika albuginea

memisahkan kedua struktur ini, penile atau pendulous urethra terletak ventral

didalam korpus dan glans; sementara korpus spongiosum yang erektil

mengelilinginya.Pemotongan transversal dari shaft akan menampilkan kulit,

dartos dan fascia ganda yang disebut dengan penile fascia, albuginea dan korpus

kavernosum (American Cancer Society, 2016).

4
Komponen anatomi utama dari penis adalah korpus, glans dan preputium.

Korpus terdiri dari korpora kavernosa (jaringan rongga vaskular yang dibungkus

oleh tunika albuginea) dan di bagian inferior terdapat korpus spongiosum

sepanjang uretra penis. Seluruh struktur ini dibungkus oleh kulit, lapisan otot

polos yang dikenal sebagai dartos, serta lapisan elastik yang disebut Buck fascia

yang memisahkan penis menjadi dorsal (korpora kavernosa) dan ventral (korpus

spongiosum).

Kulit glans penis tersusun oleh pelapis epitel tatah berlapis tanpa keratin

sebanyak lima hingga enam lapis, setelah sirkumsisi bagian ini akan membentuk

keratin. Glans dipisahkan dengan korpus penis oleh balanopreputial sulcus pada

aspek dorsal dan lateral dan oleh frenulum pada regio ventral. Kelenjar sebaseus

pada penis dikenal sebagai kelenjar Tyson dan bertanggungjawab atas produksi

smegma (Tanagho EA, 2003).

Gambar 2. Anatomi Penis (Tanagho EA, 2003).

5
Uretra terbagi atas tiga bagian : prostatik (segmen proksimal pendek yang
dikelilingi oleh prostat), membranosa atau bulbomembranosa (memanjang dari
kutub bawah prostat hingga bulbus korpus spongiosum) dan penil (yang melewati
korpus spongiosum). Secara histopatologi, pelapis epitel uretra adalah tipe
transisional di bagian proksimal (prostatik), stratified squamous pada bagian distal
yang berhubungan dengan fossa navicularis dan stratified atau epitel
pseudostratified kolumnar bersilia pada kanal. Metaplasia skuamosa pada epitel
umumnya disebabkan oleh pengobatan dengan preparat estrogen. Struktur kelenjar
yang berhubungan dengan uretra adalah kelenjar intraepitelial dari lakuna
Morgagni (kelenjar intraepitel silindris selapis), Kelenjar Littre (Kelenjar musinus
tubuloacinar sepanjang korpus spongiosum), dan bulbouretral atau kelenjar
Cowper (mucous acinar pada profunda membran uretra).

Drainase limfatik penis terdapat pada nodus superfisial dan profunda. Di


bagian sentral beranastomosis diantara pembuluh-pembuluh limfe yang
menghasilkan drainase bilateral.

6
Gambar 3. Potongan Transversal Dari Korpus Penis (Tanagho EA, 2003).

2.3 Epidemiologi
Angka kejadian keganasan pada penis tidak terlalu besar, di

Amerika sekitar 1-2 di antara 100.000 pria. Kanker penis terjadi pada pria

yang berusia lebih dari 60 tahun dan mewakili sekitar 0,5% malignansi

pada pria di Amerika Serikat. Meskipun demikian, di beberapa negara,

insidennya berkisar 10%. Kanker penis jarang terjadi pada pria yang

disirkumsisi. Jenis paling sering adalah jenis squamous cell carcinoma,

kemudian jenis lain adalah melanoma. Salah satu faktor yang dapat

mencegah terjadinya hal ini adalah sirkumsisi (sunat). Pria yang sudah

menjalani sunat terutama pada saat bayi atau anak-anak, kemungkinan

mengalami kanker penis berkurang sedangkan sunat pada usia dewasa tidak

signifikan dalam mengurangi kemungkinan terjadinya kanker.


Suatu penelitian melaporkan bahwa 22% pasien berusia kurang dari

40 tahun, dan hanya 7% yang berusia kurang dari 30 tahun.

Jika kanker (carcinoma in situ atau CIS) terjadi di glans penis, disebut

7
erythroplasia of Queyrat. Namun jika terjadi di "follicle-bearing skin of the

shaft" disebut Bowen disease.


Angka kematian penderita karena kanker penis mencapai 22,4%.

Sebanyak 15-50% pasien kanker penis menunda periksa ke dokter selama

lebih dari 1 tahun. Sebagian besar kanker penis merupakan "squamous cell

carcinomas". Tumor penis dapat ditemukan dimana saja di penis, namun

terbanyak ditemukan di glans penis (48%) dan preputium (21%).


Insiden:
Rendah pada orang yang disirkumsisi.
Rendah: Israel (0,1 %), Puertorico (5 5,7 %).
Tinggi: China (22%), Birma (15%), Vietnam selatan (12%), Thailand

(7%).
Tampak pada kulit penis sebagai pertumbuhan massa mirip kutil,

tidak nyeri atau sebagai ulkus.


Lokasi:
Distal Glans (48 %)
Preputium (21 %)
Sulcus Coronarius (6 %)
Shaft (< 2 %).
(Dito Anurogo, 2008)
2.4 Etiologi
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker penis.

Diduga penyebabnya adalah smegma (cairan berbau yang menyerupai keju,

yang terdapat di bawah kulit depan glans penis). Tetapi penyebabnya yang

pasti tidak diketahui.


Pria tidak disunat yang tidak menjaga kebersihan daerah di bawah kulit

depan glans penis dan pria yang pernah menderita herpes genitalis memiliki

resiko tinggi menderita kanker penis.


Beberapa hal diketahui menjadi faktor resiko penyakit ini, diantaranya :
a. Usia tua.
Usia tua insiden meningkat (85 tahun : 9,2 %).
b. Pria yang tak menjalani sunat. Sirkumsisi dilakukan untuk membantu

mencegah infeksi human papillomavirus (HPV).

8
c. Kebersihan daerah kemaluan yang tak terjaga. Pria yang menghindari

personal hygiene tubuh akan meningkatkan risiko terkena kanker.


d. Infeksi Human Papilloma Virus, biasanya tertular melalui hubungan

intim bebas
e. Penggunaan produk tembakau.
Laki-laki yang kebiasaan mengunyah tembakau dan produk-produk

terkait berada pada risiko lebih tinggi terkena kanker.


f. Kondisi fimosis atau tertutupnya saluran pembuangan akibat lubang

pada kulit bagian depan yang menutup sehingga sulit buang air kecil.
g. Ca serviks pada pasangan seksualnya.
Peranan infeksi virus terus dipelajari. Kanker penis (penile cancer)

berhubungan dengan keberadaan infeksi virus herpes dan human papilloma

virus (HPV). Human papilloma viruses (HPV) tipe 16 dan 18 telah

ditemukan pada sepertiga pria yang menderita kanker penis. Apakah virus

ini menyebabkan kanker ataukah hanya berperan sebagai saprophytes,

belum ditetapkan.
Penile intraepithelial neoplasia dipertimbangkan sebagai precursor,

tetapi hanya 5-15% dari lesi ini yang berkembang menjadi invasive

squamous cell carcinoma. Belum ada bukti nyata bahwa smegma

merupakan karsinogen (zat penyebab kanker), meskipun hal ini telah

dipercaya secara luas. (Dito Anurogo, 2008).


2.5 Patofisiologi
Kanker penis biasanya dimulai sebagai lesi kecil pada glans atau

kepala penis. Kanker penis berkisar dari putih-abu-abu, tidak teratur,

exophytic, massa endofit datar dan ulserasi. Sel kanker berangsur-angsur

tumbuh secara lateral di sepanjang permukaan penis dan bisa menutupi

seluruh kelenjar serta preputium sebelum menyerang corpora dan

keseluruhan batang penis. Semakin luas lesi, semakin besar kemungkinan

9
invasi lokal dan metastasis nodal. Kanker penis mungkin papilari dan

exophytic atau datar serta ulseratif. Jika kanker penis ini tidak diobati

secara dini makan dapat terjadi autoamputasi.


Lesi papilaris dan colitis memiliki tingkat pertumbuhan yang

serupa, tetapi lesi ulseratif cenderung bermetastasis ke kelenjar getah

bening dan hal ini berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup

dimana lebih rendah dari 5 tahun. Ukuran kanker yang lebih besar dari 5

cm dan melibatkan lebih dari 75% dari poros tersebut berasosiasi dengan

prevalensi tinggi metastasis nodal dan tingkat kelangsungan hidup lebih

rendah, tetapi hubungan yang konsisten antara ukuran kanker, kehadiran

metastasis inguinal node, dan kelangsungan hidup belum diidentifikasi.


Fasia Buck, yang mengelilingi corpora, bertindak sebagai

penghalang sementara. Jika kanker telah menembus fasia Buck dan

albuginea tunika, kanker telah dapat menyebar ke pembuluh darah dan

bahkan secara sistemik. Metastasis ke kelenjar getah bening femoral dan

inguinal adalah jalur awal untuk penyebaran kanker penis. Oleh karena,

crossover kelenjar getah bening maka sel kanker dapat menyebar secara

bilateral ke kedua kelenjar getah bening inguinalis.


Metastase pada simpul-simpul daerah inguinal menyebabkan

terjadinya nekrosis kulit, infeksi kronis, dan, akhirnya kematian akibat dari

sepsis atau perdarahan sekunder terhadap erosi ke dalam pembuluh

femoral. Metastase jauh dari sel kanker dapat menyerang hati, tulang, paru-

paru, atau otak. Karsinoma penis terjadi secara progresif dan terbukti

berakibat fatal pada pasien yang tidak diobati dalam waktu 2 tahun

(Brosman, 2011).

10
Gambar 4. Tahap-tahap terjadinya kanker (Tanagho EA, 2003).

2.6 Grading dan Klasifikasi


Pada kanker penis, biasa digunakan sistem klasifikasi Jackson dan TNM

sebagai berikut:
a. Klasifikasi Jackson:
Stage I (A): tumor terbatas pada glans, prepusium, atau keduanya.
Stage II (B): tumor mencapai batang penis.
Stage III (C): tumor bermetastase ke inguinal.
Stage IV (D): tumor menginvasi struktur di sekitarnya, metastase ke

inguinal, atau metastase jauh.


b. Menurut TNM (tumor, nodus, metastase):
TX : tumor tidak dapat dikaji.
T0 : tumor tidak jelas.
Tis : ada CIS (Carsinoma In Situ).
Ta : ada carsinoma verrucos yang tidak infasif.
T1 : tumor infasif ke jaringan sub epitel.
T2 : tumor infasif ke corpora spongiosum atau cavernosum.
T3 : tumor infasif ke uretra atau prostat.
T4 : tumor infasif ke struktur yang berdekatan.

N : Kelenjar Limfe

N0 : Tidak terdapat metatase ke kelenjar limfe regional.

N1 : Metatase didalam kelenjar limfe inguinal superfasial.

N2 : Metatase multiple / bilateral di kelenjar limfe inguinal

superfasial.

11
N3 : Metatase di kelenjar inguinal profunda/didalam pelvis

(unilateral atau belateral).

M : Metastasis jauh

Mx : Metastasis jauh tidak dapat diperiksa

M0 : Tidak ada metastasis jauh

M1 : Terdapat metastasis jauh

Stage Grouping

Stage 0 Tis N0 M0

Ta N0 M0

Stage I T1 N0 M0

Stage II T1 N1 M0

T2 N0,N1 M0

Stage III T1, T2 N2 M0

T3 N0, N1, N2 M0

Stage IV T4 Any N M0

Any T N3 M0

Any T Any N M1

12
Gambar 5. Staging TNM pada Kanker Penis (Springer, 2010)

Metastasis:
1) Ekstensi Langsung
Lesi distal, umumnya ke korpus penis.
Fasia Buck di penis dapat berfungsi sebagai rintangan sementara

sehingga urethra dan buli-buli jarang terlibat.


2) Limfogen
Lesi kulit, preputium ke lnn Inguinalis superfisialis.
Lesi glans, corpus ke lnn inguinalis profundus, iliaca externa, pelvic.
Dapat terjadi penyebaran silang (bilateral), akibat limfe menyilang garis

tengah.

13
3) Hematogen
Terjadi pada stadium lanjut.
(Mellyssa Hutabarat, 2010)
2.7 Manifestasi klinis
Gejalanya berupa:
a. Bengkak pada penis meskipun tidak dalam kondisi ereksi.
b. Terdapat tanda-tanda radang seperti nyeri atau terdapat luka

pada penis dengan sebab yang tidak jelas.


c. Lesi yang sulit sembuh, disertai subtle induration pada kulit,

pertumbuhan kecil di kulit (a small excrescence), papula, pustula,

tumbuhnya kutil atau veruka (a warty growth), atau

pertumbuhan exophytic.
d. Perubahan warna pada kulit penis juga dapat menjadi tanda awalnya.
e. Terdapat benjolan pada lipat paha, artinya terjadi pembesaran kelenjar

getah bening pada daerah tersebut. Terkadang ditemukan suatu

massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan (hemorrhage) di daerah

lipat paha (inguinal) karena nodal metastases. Kondisi ini menandakan

bahwa stadium kanker sudah dalam taraf lanjut.


f. Nyeri penis dan perdarahan dari penis (pada stadium lanjut).
g. Penderita dengan kanker yang telah menyebar luas (advanced metastatic

cancer) dapat mengeluhkan lemah (weakness), penurunan berat badan

(weight loss), kelelahan (fatigue), lesi pada penis kemungkinan dapat

berdarah.
h. Banyak pria tidak periksa ke dokter sampai kanker mengerosi (eroded)

preputium dan menjadi berbau tidak sedap karena infeksi dan nekrosis.
(Dito Anurogo, 2008)

14
Gambar 6. Kanker penis
Kategori lesi pada penis:
a. Lesi yang jinak (benign lesions)
Misalnya: pearly penile papules, hirsute papillomas,

dan coronal papillae.


b. Lesi yang berpotensi menjadi ganas (premalignant)
Ini berhubungan dengan Leukoplakia dan squamous cell

carcinoma. Contoh yang paling umum adalah balanitis xerotica

obliterans.
c. Lesi yang ganas (malignant neoplasm atau malignant carcinoma)
Ini termasuk variants dari squamous cell carcinoma seperti: carcinoma

in situ (CIS), erythroplasia of Queyrat, dan Bowen disease.


(Dito Anurogo, 2008)
2.8 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
Tampak adanya bengkak pada penis
Tampak adanya perubahan warna pada penis
Tampak adanya kutil pada kulit penis
Tampak adanya lesi pada penis
Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan

(hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal

metastases.
Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap.
Klien tampak meringis akibat nyeri
Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus

dan lemah.

15
Klien tampak pucat.

b. Palpasi :

Adanya massa pada daerah inguinal.


Nyeri tekan pada daerah inguinal
2.9 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda

tumor (tumor markers) pada kanker penis.


b. Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia

dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan

penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat

membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.


c. Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis,

dengan leukocytosis dan hypoalbuminemia.


d. Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan

penyebaran (absence of metastases).


Prosedur diagnostik:
a. Biopsi
Tes diagnostik yang paling penting adalah biopsi. Biopsi diperlukan

untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat direncanakan

pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah kecil

jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop. Tes-tes lain juga dapat

mengindikasikan kanker yang ada, tetapi hanya biopsi yang dapat

membuat diagnosis pasti. Biopsi kelenjar getah bening sentinel adalah

jenis lain dari biopsi. Hal ini penting untuk mengetahui apakah sel-sel

kanker telah menyebar ke daerah lain di luar penis. Dalam teknik ini,

dokter menghapus satu atau beberapa kelenjar getah bening sentinel-

node pertama ke dalam sistem getah bening yang mengalir dekat

16
dengan nodul untuk memeriksa sel-sel kanker. Dalam kasus kanker

penis, kelenjar getah bening sentinel terletak tepat di bawah kulit di

pangkal paha. Jika sel kanker yang terdeteksi, itu berarti bahwa

penyakit ini mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening lain di

wilayah ini atau di luar melalui pembuluh darah dan getah bening.
b. Imaging Modalitas
Direkomendasikan untuk:
Mengetahui staging dari penyakit
Untuk menentukan tindak lanjut pasien
Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker
c. USG
USG dilakukan untuk:
Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis.
Penilaian terhadap kelenjar getah bening.
Mendeteksi adanya metastase
d. CT SCAN
CT SCAN dilakukan untuk:
Penilaian kelenjar getah bening
Limited utilitas di lesi primer
e. MRI
Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI

menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar

rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh

darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.


f. Tomography Emisi Positron (PET) scan.
PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam

tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien.

Zat ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan

energi. Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara

aktif, menyerap lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi

zat ini untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh. Beberapa

dokter akan menggunakan PET scan untuk mencari bukti penyebaran

17
kanker penis, meskipun tidak secara khusus disetujui untuk

menggunakan ini. Hal ini diketahui bermanfaat dalam stadium kanker

paru-paru skuamosa dan kerongkongan, dan meningkatkan pengalaman

yang pada akhirnya dapat menjadi alat yang lebih standar dalam

mendiagnosis kanker penis.


(Dito Anurogo, 2008)

2.10 Gambaran Makroskopis

Secara garis besar karsinoma penis memiliki tiga pola pertumbuhan,

diantaranya : penyebaran superfisial yang disertai dengan pertumbuhan horizontal

dan invasi, pertumbuhan vertikal yang invasif secara profunda serta multisentrik.

Namun yang sering dijumpai adalah kombinasi dari ketiga pola. Pada permukaan

kulit lebih sering didapati pola karsinoma multisentrik. Massa umumnya berwarna

putih keabu-abuan, dengan permukaan tumor yang iregular dan/atau granular

parsial/seluruhnya menggantikan permukaan kulit pada glans penis. Bentuk

permukaan glans penis pada umunya berupa flat, ulseratif atau deformasi dengan

massa yang eksofitik.

Gambar 7. Penektomi Parsial Menunjukkan Fimosis dan Neoplasma

18
Sepanjang Permukaan Kompartemen Anatomi Penis (Stanley Brosman, 2011)

2.11 Gambaran Histopatologi Karsinoma Penis

Diagnosis berdasarkan histopatologi dapat dilakukan berdasarkan hasil

punch biopsy, excisional biopsy ataupun incisional biopsy.Diferensiasi dari

karsinoma penis sangat bervariasi, dari diferensiasi baik, sedang hingga buruk.

Paling sering dijumpai tipe dengan keratinisasi dan derajat diferensiasi sedang.

Jarang dijumpai karsinoma penis dengan diferensiasi yang sangat baik serta

karsinoma penis dengan diferensiasi buruk tanpa keratinisasi yang solid. Ireguler

kecil dari selsel atipik, cords, atau lembaran kohesif besar terdapat pada lamina

propria atau corpus spongiosum.

Tumor yang bersifat invasif superfisial cenderung terdiferensiasi baik dan

tumor yang invasif profunda pada umumnya terdiferensiasi buruk. Karsinoma

invasif profunda memiliki selsel dengan bentuk spindle, pleomorfik,

acantholytic, giant, basaloid ataupun clear. Pada tumor dengan diferensiasi buruk

dapat didapati nekrosis pada sel-sel individual atau comedo-like necrosis serta

gambaran mitotik.

Sekitar 50-65% dari keseluruhan karsinoma sel skuamosa penis

merupakan subtipe usual (classic, typical). Karakteristiknya berupa sarangsarang

tumor yang infiltratif yang terdiri atas sel-sel neoplastik poligonal dengan batas sel

yang jelas, sitoplasma yang banyak dan eosinofilik, serta cenderung membentuk

maturasi skuamosa dan keratin. Inti yang atipia dapat bervariasi dari atipia ringan

hingga anaplastik, namun kebanyakan tumor terdiri dari sel-sel neoplastik dengan

pleomorfisme sedang. (Stanley Brosman, 2011)

19
Gambar 8. Karsinoma sel skuamosa. (a) Diferensiasi baik (Grade 1)
SCC. Pada sarang-sarang tumor tamapak atipia sitologi yang
minimal, terbatas pada lapisan basal/parabasal, dengan sitoplasma
eosinofilik yang banyak, batas sel yang jelas serta pembentukan keratin
pearl. (b). SCC diferensiasi sedang (Grade 2) dengan atipia inti yang
lebih jelas. (Stanley Brosman, 2011)
2.12 Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada

penis tampak luka yang menyerupai jerawat atau kutil. Untuk

menyingkirkan faktor lain, kemungkinan dokter juga melakukan USG atau

MRI. Pemeriksaan pasti mengetahui adanya kanker dengan biopsi.


Diagnosis dilakukan dengan:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium.
Darah : lengkap, LFT, BUN-Creatinin.
Urine lengkap.
2) Radiologi
Foto thorax.
CT scan : Thorax, abdomen dan pelvic.
3) Biopsi (invasif)
(Akatsuki, 2010)
2.13 Penatalaksanaan
Pengobatan kanker penis bervariasi, tergandung kepada lokasi dan beratnya

tumor, antara lain:


a. Terapi Medikamentosa
Neoplasma intraepitel seperti Bowen disease atau erythroplasia of

Queyrat dapat diterapi dengan topical 5-fluorouracil.

20
b. Pembedahan

Pembedahan yang paling sering dilakukan untuk

pengobatankanker penis adalah :


1) Eksisi local
Dilakukan jika kanker masih terbatas pada penis dan masih kecil.
2) Microsurgery
Adalah pembedahan pada tumor penis dengan mikroskop untuk

menghilangkan jaringan tumor dan mempertahankan jaringan yang

sehat sekecil mungkin.


3) Bedah laser
Merupakan pembedahan dengan menggunakan sinar laser untuk

membakar atau memotong sinar laser. Bedah laser (Laser surgery)

digunakan pada pasien dengan lesi jinak (benign) dan ganas

(malignant) yang ada di permukaan (superficial). Terapi ini telah

diterapkan pada kasus-kasus local and limited invasive disease.

Empat tipe laser yang digunakan dalam bedah laser, yaitu: carbon

dioxide, argon, dan potassium-titanyl phosphate (KTP) lasers.


4) Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah memotong ujung kulit penis yang terkena kanker.

Pada pasien dengan tumor yang berukuran kecil yang terbatas pada

preputium, cukup dengan khitan (sirkumsisi).

Gambar 9. Sirkumsisi
5) Penektomi

21
Penektomi adalah pemotongan penis sebagian atau total.

Penectomi merupakan pengobatan yang tepat untuk kanker penis.

Jika tumornya terbatas pada daerah kecil di ujung penis, dilakukan

penektomi parsial (pengangkatan sebagian kecil penis). Untuk

stadium lanjut dilakukan penektomi total disertai uretrostomi

(pembuatan lubang uretra yang baru di daerah perineum). Amputasi

sebagian (amputasi parsial) cocok jika kanker meliputi

glans penis dan bagian distal penis saat ereksi (distal shaft).
Pada beberapa situasi/keadaan, local wedge resection dapat

dikerjakan dengan mudah, ini berhubungan dengan rata-rata

rekurensi sebesar 50%. Jika surgical resection baik dengan wedge

maupun partial penectomy tidak memberikan kebebasan yang cukup

(adequate margin), maka strategi total penectomy haruslah

dipertimbangkan. Jika sebagian sisa penis (residual penis) dan

urethra tidak cukup bagi pasien untuk kencing sambil berdiri, maka

dapat dilakukan tindakan perineal urethrostomy.

Gambar 10. Post Operasi Penektomi


6) Mohs micrographic surgery (MMS)

22
Teknik bedah lainnya adalah Mohs micrographic surgery (MMS),

yang dapat dipakai (applicable) untuk pasien

dengan noninvasive disease.


c. Kemoterapi

Kemoterapi bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap pengangkatan

tumor. Obat-obatan yang paling banyak digunakan antara lain: cisplatin,

bleomycin, methotrexate, dan fluorouracil.


d. Terapi Radiasi/Radioterapi
Radioterapi perupakan pengobatan pelengkap dari pembedahan yang

bertujuan mengurangi resiko kekambuhan/rekurensi. Pada stadium

lanjut kombinasi pembedahan, kemoterapi dan radioterapi mungkin

diperlukan.
Macamnya:
1. External beam radiation therapy
2. Brachytherapy
Indikasi terapi radiasi:
1. Pria muda dengan kanker pada glans atau coronal sulcus dengan

ukuran kecil (<3 cm), superficial, lesi exophytic, atau noninvasive.


2. Pasien menolak tindakan bedah atau datang dengan metastatic

disease dan memerlukan terapi "palliative". Khitan/sunat

(circumcision) direkomendasikan sebelumnya untuk memulai terapi

radiasi untuk kanker yang melibatkan/menyertai preputium (kulup

zakar).
3. Terapi radiasi memiliki kekurangan. Squamous cell

carcinomas cenderung resistant, dan dosis untuk high tumor yaitu

0.6 Gy yang diperlukan untuk merawat tumor dapat menyebabkan

urethral fistulae, strictures, penile necrosis, nyeri, dan edema.


Jika kanker terinfeksi, maka efek terapi dapat berkurang, sedangkan

risiko terjadinya komplikasi akan meningkat.

23
Terapi radiasi dilakukan setelah pengangkatan tumor yang

terlokalisir dan tumor yang belum menyebar. Efek samping dari

terapi radiasi adalah nafsu makan berkurang, lelah, reaksi kulit

(misalnya iritasi dan kemerahan), cedera atau luka bakar pada

rektum, sistitis dan hematuria. Radiasi biasanya dilakukan sebanyak

5 kali/minggu selama 6-8 minggu. (Asrul, 2010).


Penatalaksanaan berdasarkan stadium tumor:
A. Tumor primer.
1) Sirkumsisi.
Terbatas pada lesi superfisial, noninvasif terbatas pada/di

preputium.
2) Partial panectomy.
Pilihan untuk lesi distal (amputasi 2 cm dati tepi tumor).
3) Total panectomy dengan oerineal urethrostomy.
Lesi proximal, ada infiltasi ke profunda.
4) Lymphadenectomy.
Radial ilioinguinal lymphadenectomy pada Ca Penis masih

kontroversi.
5) Sentinel node biopsy (cabanas 1977).
Sentinel node terletak 32 jari laterodistal dari tuberculum

pubicum pada pertemuan v. epigastrica superficial dan v.

saphena. Bila kelenjar positif dilakukan Lymphadenectomy.


B. Tumor lanjut dan metastasis.
Bersifat paliatif.
Untuk mengatasi nyeri, perdarahan, massa inguinal superfisial.
1) Kemoterapi : Bleomycin, methorexate, cisplatin, 5FU.
2) Radiasi : Bila penderita menolak operasi.
6.000 rad selama 3 6 minggu.
Dapat digunakan brakiterapi dengan Iridium 192
(Tri Kurnianto, 2008)

2.14 Pencegahan
Khitan (circumcision) ditetapkan sebagai pencegah (prophylactic)

yang efektif untuk kanker penis. Perlu diketahui, kanker penis ditemukan

24
lebih sering ketika khitan/sunat ditunda hingga pubertas. Khitan saat

dewasa hanya sedikit bahkan tidak memberikan proteksi dari kanker penis

(Asrul, 2010).
2.15 Diagnosis banding
a. Infeksi berat.
b. Lues.
c. Chancroid.
d. Condyloma acuminata.
(Dito Anurogo, 2008)
2.16 Komplikasi
Sedikit komplikasi bedah yang dijumpai pada eksisi tumor

primer, penectomy partial atau complete, misalnya:


a. Infeksi
b. Edema
c. Striktua uretra jika urethral meatus yang baru harus dibuat.
Komplikasi yang berhubungan dengan inguinal node dissections:
a. Komplikasi dini (early complications) misalnya: infeksi luka (wound

infection), seroma, skin flap necrosis, phlebitis, dan emboli paru-paru

(pulmonary embolus)
b. Komplikasi lanjutan (late complications)

misalnya : lymphedema pada scrotum dan anggota gerak bagian bawah

(kaki).
Komplikasi terapi radiasi:
Biasanya terlihat pada tumor yang berukuran lebih besar dari 4 cm.
a. urethral strictures (pada 50% pasien)
b. urethral fistula
c. penile necrosis
d. edema
e. nyeri pada penis
Pembedahan setelah terapi radiasi diperlukan pada 20-60% pasien.
(Dito Anurogo, 2008)
2.17 Prognosis
Keberhasilan pengobatan tergantung pada stadium, lokasi, dan

besarnya kanker. Pengobatan untuk mengatasi kanker tergantung pada

stadium kanker. Bila masih dalam stadium 1 maka terapinya pembedahan.

Terdapat berbagai jenis teknik bedah hingga jika diperlukan dilakukan

25
amputasi penis, hal ini tergantung kondisi tumor dan stadiumnya (Mellyssa

Hutabarat, 2010).
Jika terdeteksi secara dini, kanker penis dapat disembuhkan dengan

prognosis positif. Pelajari cara untuk mendiagnosa kanker penis untuk

memulai pengobatan dan untuk mencegah kanker dari menyebar. Jika

kanker tidak diobati selama 2 tahun, dapat menyebabkan kematian.


(Sylvia & Price, 2006)

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai karsinoma penis diatas, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Karsinoma penis merupakan suatu penyakit yang bersifat ganas yang

dapat berulang dan dapat menjadi suatu penyakit dengan tingkat

epidemik yang dapat terjadi di daerah tertentu.


2. Karsinoma penis memiliki gejala yang memerlukan suatu proses

identifikasi sehingga diperoleh suatu diagnosa yang lebih tepat.


3. Karsinoma penis memiliki stadium yang menggambarkan tingkat

keparah dari penyakit tersebut.


4. Pengelolaan karsinoma penis dibagi dalam 2 tahap, yaitu pertama

terhadap lesi primer, dan tahap kedua terhadap metastasis pada

kelenjar limfe inguinal.


5. Karsinoma penis memerlukan penatalaksanaan yang bervariasi

tergantung stadium penyakit, lokasi lesi dan metastase dari kelenjar

limfa.

26
6. Prognosis dari karsinoma penis tergantung dari waktu dimulainya

penanganan.

DAFTAR PUSTAKA

Akatsuki. 2010. Kanker Penis. http://akatsuki-ners.blogspot.com/ [Akses: 3 April


2011]
Anurogo,Dito. 2008. Kanker Penis. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
pil=3&dn=20080218175411. [Akses: 3 April 2011]
Asrul. 2010. Kanker Penis. http://dokter-herbal.com/kanker-penis.html. [Akses: 3
April 2011]
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Brosman, Stanley. 2011. Penile Cancer.
http://emedicine.medscape.com/article/446554-overview#a0199 [Akses: 3
April 2011]
Craft, Martha. 2010. Diagnosa Keperawatan Nanda. Yogyakarta: Digna Pustaka
Hutabarat, Mellyssa. 2010. Kanker Penis.
http://www.meillyssach.co.cc/2010/09/kanker-penis.html. [Akses: 3 April
2011]
Kurnianto, Tri. 2008. Perawatan Ca Penis.
http://trikurnianto.multiply.com/photos/album/19/Perawatan_CA_penis. [
Akses: 3 April 2011]
Muhsin, Bin. 2011. Kanker Penis.
http://islamicherbalmedicine.blogspot.com/2011/03/kanker-penis.html. [A
kses: 3 April 2011]
Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2016. Atlanta, Ga: American
Cancer Society; 2016.
Tanagho EA, McAninch JW. Chapter 23: Genital Tumors. In: Smiths General
Urology 16th edition. San Francisco: McGraw-Hills, 2003.
American Joint Committee on Cancer. Penis. In: AJCC Cancer Staging Manual.
7th ed. New York: Springer; 2010:447451.

27

Вам также может понравиться