Вы находитесь на странице: 1из 18

KARYA TULIS ILMIAH

ANCO-ED (ANTI NARKOBA via COLORING BOOKS EDUCATION) :

KAJIAN POTENSI EDUKASI ANTI NARKOBA MELALUI TEKNIK

MEWARNAI GAMBAR SEBAGAI SOLUSI PENCEGAHAN

PENYALAHGUNAAN NARKOBA di USIA DINI

Ditulis Oleh:

Fitri Ramdhana

J1E112004

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena


atas berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul ANCO-ED (Anti Narkoba via
Coloring Books Education) : Kajian Potensi Edukasi Anti narkoba melalui
Metode Mewarnai Gambar sebagai Solusi Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba di Usia Dini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
M. Ikhwan Rizki, M.Sc. Apt., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan saran, pengarahan, motivasi, dan bimbingan selama pelaksanaan
penelitian hingga penyusunan karya tulis ilmiah ini, serta semua pihak yang telah
membantu baik tenaga maupun materi.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi dunia kefarmasian dan dapat menambah pengetahuan kita
semua.

Banjarbaru, Februari 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Cover. 1
Kata Pengantar...2
Daftar Isi ... 3
Ringkasan ..... 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah .. 7
1.3 Tujuan ..... 7
1.4 Manfaat ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Narkoba... 8
2.2 Dampak Penyalahgunaan Narkoba. 8
2.3 Penyebab Penyalahgunaan Narkoba... 9
2.4 Pengendalian Penyalahgunaan Narkoba .10
2.5 Metode Coloring Books Education 12
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS 14
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.. 18
RINGKASAN

Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary


crime) karena dampaknya yang sangat luar biasa pada ketahanan nasional
mengingat berkenaan langsung dengan generasi bangsa. Beberapa usaha
pengendalian penyalahgunaan narkoba telah dilakukan, usaha yang paling banyak
dilakukan adalah peningkatan upaya pada tahap rehibilitasi. Namun usaha ini
belum memberikan hasil yang memuaskan dikarenakan pertumbuhan
penyalahguna narkoba yang lebih cepat dibandingkan upaya rehabilitasi itu. Salah
satu metode edukasi yang sedang berkembang sekarang adalah metode edukasi
melalui coloring books education yang ditujukan untuk menyampaikan suatu
informasi tertentu. Hasil kajian menunjukkan bahwa metode ANCO-ED (Anti
Narkoba via Coloring Books Education) memiliki potensi yang besar sebagai
solusi preventif penyalahgunaan narkoba di usia dini karena kemudahannya untuk
diterapkan, ketertarikan anak-anak untuk mewarnai karena gambar yang menarik,
dan mudah disebarluaskan hingga daerah terpencil (remote area).
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dan merupakan negara
keempat dengan penduduk terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika
Serikat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk Indonesia
di tahun 2014 mencapai 252 juta jiwa dan akan meningkat menjadi 273 juta pada
tahun 2025 (BPS, 2014). Peningkatan jumlah penduduk Indonesia ternyata juga
meningkatkan kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat terjadi peningkatan kasus
penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari 26.678 di tahun 2010 menjadi 28.727
di tahun 2012 (Kemenkes RI, 2014).
Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary
crime) karena dampaknya yang sangat luar biasa pada ketahanan nasional
mengingat berkenaan langsung dengan generasi bangsa (Kemenkes RI, 2014). Hal
ini didukung oleh data United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC)
yang menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan
narkoba terus meningkat dari Rp 23,6 trilyun di tahun 2004 menjadi Rp 48 trilyun
di tahun 2008. Kerugian ini diyakini akan terus meningkat seiring peningkatan
penyalahguna narkoba di dunia. Hingga saat ini UNODC mendata bahwa
setidaknya ada peningkatan penyalahguna narkoba di dunia dari 167 juta
penduduk dunia di tahun 2011 menjadi 365 juta penduduk di tahun 2012
(UNODC, 2012).
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), beberapa usaha pengendalian
penyalahgunaan narkoba telah dilakukan, usaha yang paling banyak dilakukan
adalah peningkatan upaya pada tahap rehibilitasi (BNN, 2014). Namun usaha ini
belum memberikan hasil yang memuaskan dikarenakan pertumbuhan
penyalahguna narkoba yang lebih cepat dibandingkan upaya rehabilitasi itu.
Selain itu, usaha rehabilitasi ini tidak mampu menampung semua penyalahguna
narkoba terutama di daerah-daerah, karena keberadaannya yang umumnya hanya
ada di kota-kota besar (Prasetyo & Utami, 2014). Oleh karena itu, upaya
penemuan metode baru dalam pengendalian penyalahgunaan narkoba terus
dilakukan, terutama metode-metode edukasi yang mudah diterapkan dan mampu
tersebar luas ke seluruh daerah tempat penyalahguna narkoba berada.
Badan Narkotika Nasional (2014) menyatakan bahwa sudah saatnya
pengendalian penyalahgunaan narkoba diubah orientasinya dari penyembuhan
penyalahguna narkoba (kuratif) menjadi pencegahan munculnya penyalahguna
narkoba (preventif). Studi yang dilakukan Degi (2009) menunjukkan bahwa
kegiatan preventif mampu meningkatkan kewaspadaan masing-masing pribadi
terhadap narkoba, hingga akhirnya terciptalah lingkungan yang anti terhadap
narkoba. Oleh karena itu, kegiatan preventif sangat penting guna meningkatkan
pengetahuan dan membentuk karakter antinarkoba.
Kegiatan preventif hendaknya dilakukan sejak usia dini. Penelitian Werch
dan Diclemente (1994) menunjukkan bahwa edukasi yang diberikan kepada anak
(7-15 tahun) dan remaja (16-20 tahun) usia dini akan lebih mudah diterima dan
meningkatkan potensi terbentuknya karakter tertentu yang diharapkan. Upaya
preventif di usia dini ini juga menjadi semakin urgent karena data yang diperoleh
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa ada
peningkatan kasus penyalahguna narkoba pada kelompok umur < 16 tahun dari 88
kasus (2010) menjadi 132 kasus (2012) dan kelompok umur 16-19 tahun dari
1.515 (2010) menjadi 2.106 kasus (2012) (Kemenkes RI, 2014).
Salah satu metode edukasi yang sedang berkembang sekarang adalah
metode edukasi melalui mewarnai gambar pada buku (coloring books education)
yang ditujukan untuk menyampaikan suatu informasi tertentu. Penelitian Clarck
dan Dunser (2012) menyatakan bahwa metode edukasi coloring books ini mampu
meningkatkan banyaknya informasi yang berhasil diserap oleh siswa melalui
gambar dan tulisan ketika ia mewarnai, dibandingkan dengan hanya penyampaian
informasi melalui ceramah langsung. Ia menyatakan peningkatan ini disebabkan
oleh gambar edukasi yang menarik, tulisan edukasi yang mudah dimengerti, dan
kesukaan orang-orang untuk mewarnai.
Tingginya prevalensi kasus penyalahgunaan narkoba, belum
berkembangnya upaya preventif penyalahgunaan narkoba, serta besarnya potensi
metode coloring books education sebagai media edukasi melatarbelakangi penulis
untuk melakukan kajian potensi edukasi antinarkoba melalui ANCO-ED (anti
narkoba via coloring books education) sebagai salah satu solusi pencegahan
penyalahgunaan narkoba di usia dini. Hasil kajian diharapkan dapat diterima dan
bermanfaat untuk masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam kajian ini adalah bagaimana potensi teknik edukasi
ANCO-ED (Anti Narkoba via Coloring Books Education) sebagai solusi
pencegahan penyalahgunaan narkoba di usia dini?

1.3 Tujuan
Tujuan kajian ini yaitu untuk mengetahui potensi teknik edukasi ANCO-ED
(Anti Narkoba via Coloring Books Education) sebagai solusi pencegahan
penyalahgunaan narkoba di usia dini.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah sebagai berikut.
1. Menjadi referensi dasar dalam penerapan metode ANCO-ED (Anti Narkoba
via Coloring Books Education) di masyarakat.
2. Menjadi salah satu solusi metode preventif penyalahgunaan narkoba yang
mudah diterapkan dan disebarluaskan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Narkoba
Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa Inggris
narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan pembiusan. Narkotika berasal
dari bahasa Yunani yaitu narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak
merasakan apa-apa. Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya
sesuatu yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor
(bengong), bahan-bahan pembius dan obat bius.
Yang dimaksud Narkotika dalam UU No. 22 /1997 adalah Tanaman
Papever, Opium mentah, Opium masak, seperti Candu, Jicing, Jicingko, Opium
obat, Morfina, Tanaman koka, Daun koka, Kokaina mentah, Ekgonina, Tanaman
Ganja, Damar Ganja, Garam-garam atau turunannya dari morfina dan kokaina.
Sehingga dapat disimpulkan, narkoba adalah obat atau zat yang dapat
menenangkan syaraf, mengakibatkan ketidaksadaran, atau pembiusan,
menghilangkan rasa nyeri dan sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau
merangsang, dapat menimbulkan efek stupor, serta dapat menimbulkan adiksi atau
kecanduan, dan yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan sebagai Narkotika
(Eleanora, 2011).

2.2 Dampak Penyalahgunaan Narkoba


Dampak penyalahgunaan narkoba antara lain :
a. Otak dan syaraf dipaksa untuk bekerja di luar kemampuan yang sebenarnya
dalam keadaan yang tidak wajar
b. Peredaran darah dan jantung dikarenakan pengotoran darah oleh zat-zat yang
mempunyai efek yang sangat keras, akibatnya jantung di rangsang untuk
bekerja di luar kewajiban.
c. Pernapasan tidak akan bekerja dengan baik dan cepat lelah sekali
d. Penggunaan lebih dari dosis yang dapat ditahan oleh tubuh akan mendatangkan
kematian secara mengerikan.
e. Timbul ketergantungan baik rohani maupun jasmani sampai timbulnya keadaan
yang serius karena putus obat (Eleanora, 2011).

2.3 Penyebab Penyalahgunaan Narkoba


Penyebab penyelahgunaan narkoba antara lain :
a. Faktor Subversi
Melalui tahapan memasyarakatkan narkoba di negara yang jadi sasaran,
maka praktis penduduknya atau bangsa di negara yang bersangkutan akan
berangsur-angsur untuk melupakan kewajibannya sebagai warga negara, subversi
seperti ini biasanya tidak berdiri sendiri dan biasanya diikuti dengan subversi
dalam bidang kebudayaan, moral dan sosial.
b. Faktor Ekonomi
Setiap pecandu narkoba setiap saat membutuhkan narkotika sebagai bagian
dari kebutuhan hidupnya yang cenderung dosisnya akan selalu bertambah,
dibandingkan dengan dengan beberapa barang dagangan lainnya, narkotika adalah
komoditi yang menguntungkan, meskipun ancaman dan resikonya cukup berat.
c. Faktor Lingkungan
1. Faktor dari dalam Lingkungan Keluarga
Masalah ini diawali oleh terpacunya orangtua untuk mengejar karier
atau kekayaan dengan segala cara termasuk menelantarkan keluarganya.
Rumah yang awalanya berfungsi sebagai tempat edukasi pertama terkait hal
baik dan buruk, sumber kasih sayang orangtua terhadap anak, dan sebagai
tempat pembentukan karakter pada anak, akan sedikit demi sedikit berubah
fungsi menjadi tempat persinggahan saja. Keadaan ini yang akan
mendorong anak-anak untuk mencari kesibukan sendiri dan kesenangan
sesaat di luar karena kurangnya kasih sayang dan bimbingan oleh
orangtuanya sendiri.
2. Faktor Dari Luar Lingkungan Keluarga
Adanya sindikat narkoba internasional yang terus berupaya menembus
mengedarkan narkoba ke banyak negara yang tujuannya semata-mata untuk
mencari keuntungan/subversi saja. Dengan jaringannya yang cukup
terorganisir dengan rapi, sindikat-sindikat narkoba ini berupaya dengan
keras untuk menciptakan konsumen-konsumen baru guna menyebarluaskan
pasar narkoba di seluruh penjuru dunia.
3. Lingkungan Yang Sudah Mulai Tercemar Oleh Kebiasaan
Penyalahgunaan narkotika dan obat keras, mudah sekali menyerap
korban-korban baru di sekitarnya. Lingkungan ini biasanya tercipta oleh
upaya pedagang atau sindikat narkoba. Ada juga yang tercipta karena
adanya pendatang baru ke dalam suatu lingkungan masyarakat yang
mengedarkan narkoba secara gratis lalu karena rasa ingin tahu akhirnya
tertarik untuk mencoba.
4. Lingkungan LIAR
Lingkungan seperti ini ialah suatu lingkungan yang lepas dari
pengawasan dan bimbingan. Lingkungan seperti ini dicita-citakan oleh
sekelompok anak-anak muda yang ingin mencari kebebasan tersendiri.
Kelompok ini diawali dengan perbuatan-perbuatan yang sifatnya
demonstratif, tindak kekerasan, perkelahian, termasuk penggunaan narkoba
secara bebas dan berlebihan. Lingkungan seperti ini juga sering menjadi
sumber distribusi narkoba ke lingkungan yang lebih besar.

2.4 Pengendalian Penyalahgunaan Narkoba


Ada tiga cara yang sederhana dalam upaya pengendalian penyalahgunaan
narkoba, antara lain :
1) Pencegahan
a) Pencegahan Umum
Pencegahan umum yang sudah dilakukan pemerintah hingga saat ini adalah
dengan menerbitkan banyak produk hukum berupa Undang-Undang,
Keputusan Menteri Kesehatan, Peraturan Presiden dan pembentukan badan
nasional khusus yang menangani kasus penyalahgunaan narkoba, seperti
Badan Narkotika Nasional (BNN).
b) Dalam Lingkungan Rumah Tangga
1. Menjadikan rumah untuk berteduh seluruh keluarga dalam arti yang
seluas-luasnya.
2. Membuat komunikasi yang harmonis antar seluruh anggota keluarga.
3. Keterbukaan orang tua dalam batas tertentu kepada anak akan memberi
kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggungjawab terbatas
dalam rumah tangga meskipun dalam arti yang sangat kecil.
c) Di Luar Lingkungan Rumah Tangga
1. Kelompok-kelompok di luar keluarga yang penuh perbedaan harus cepat
diarahkan kepada kegiatan-kegiatan positif dimana perbedaan-perbedaan
itu tidak menjadi penghalang, seperti kegiatan oleh raga, kesenian, sosial,
dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
2. Peningkatan pendidikan agama oleh tokoh agama setempat.
d) Seluruh Masyarakat Berperan Serta Dengan Pemerintah
1. Masyarakat harus cepat tanggap terhadap hal-hal yang menjurus ke
kejahatan narkoba.
2. Komunikasi harus dijalin sebaik-baiknya antara masyarakat dengan
aparat-aparat pemerintah dalam mengadakan pemberantasan
penyalahgunaan narkoba.
2) Pengobatan
Upaya ini harus segera dilakukan bila individu secara positif terdeteksi
memberikan tanda-tanda kecanduan narkoba. Dalam pengobatan ini, tidak
hanya persoalan deteksi pecandu serta pengawasan saja, perlu pula disertai
evaluasi serta bimbingan psikologis yang kontinyu, walaupun penderita sudah
kembali ke masyarakat, serta diperlukan juga partisipasi serta pengertian
maupun penerimaan masyarakat untuk membantu penderita menjalani
kehidupan yang wajar. Untuk penderita yang akut perlu diadakan di tempat-
tempat pengobatan yang mempunyai sarana-sarana perawatan (intensive unit
cart). Dalam keadaan kritis tindakan-tindakan harus segera diberikan sebelum
penderita mendapat perawatan dokter yang intensif.
3) Rehabilitasi
Rehabilitasi/pengembalian korban ke tengah-tengah masyarakat
merupakan upaya yang paling akhir, akan tetapi cukup rumit disebabkan oleh
beberapa alasan berikut.
a. Adanya post addiction syndrome keadaan sudah mengalami pengobatan
penderita masih menunjukkan gejala-gejala anxietas, depresi, keinginan
untuk memakai obat, keadaan emosional yang masih sangat labil.
b. Penderita masih sangat mudah terpengaruh pada lingkungan, sebabnya
karena adanya gangguan struktur kepribadian dasar, sehingga adanya
penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian diri sangat labil. Di sinilah
perlunya partisispasi serta pengawasan professional.
c. Mengingat kompleksnya masalah ini di mana menyangkut banyak segi-segi
kehidupan di masyarakata, maka diperlukan kerjasama dengan instansi-
instansi lain (prinsip pendekatan multi disipliner)
d. Terbatasnya fasilitas pengobatan dan rehabilitasi serta tenaga professional
yang terdidik.
Beberapa hal itu dapat diatasi melalui :
a. Rasa peduli dan kasih sayang yang tulus harus diberikan kepada korban
terutama dari keluarga.
b. Partisispasi masyarakat di mana korban biasa bergaul sangat penting
perannya guna memberikan semangat baru kepada korban dan
meyakinkannya masa depannya akan jauh lebih baik dari keadaannya
sekarang.
c. Mendekatkan korban kepada ajaran agama guna menambah keimanan dan
ketaqwaan agar tidak tergoda lagi dengan kenikmatan sesaat ketika
mengonsumsi narkoba (Eleanora, 2011).

2.5 Metode Coloring Books Education


Metode coloring books education adalah metode edukasi yang dilakukan
melalui gambar dan tulisan edukasi dimana pembaca dapat mewarnainya sesuai
dengan informasi yang tertera. Metode ini dikembangkan sebagai salah satu
inovasi dalam belajar yang sasarannya terutama anak-anak. Namun, dalam
perkembangannya, metode ini juga dapat ditujukan untuk orang dewasa guna
karena diyakini mampu membuat suasana tenang dan meluapkan ekspresi yang
ada. Edukasi melalui metode ini ditujukan agar pembaca menjadi lebih aktif
dalam menyerap informasi dan menurunkan tingkat kebosanan ketika belajar
(National Geoghraphic Kids, 2012).
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 Riset yang telah dilakukan tentang metode Coloring Books Education
Beberapa riset yang telah dilakukan mengenai metode edukasi melalui
mewarnai gambar dan tulisan edukasi secara umum memberikan peningkatan
yang signifikan pada penyerapan informasi yang diberikan. Penelitian Iversen &
Koski (2006) menunjukkan bahwa metode mewarnai gambar dan tulisan edukasi
tentang apa yang dilakukan ketika terjadi kebakaran dan gempa bumi mampu
meningkatkan pemahaman anak setelah diberikan post-kuesioner tentang
informasi yang diberikan. Penelitian Gross (1989) juga menunjukkan bahwa
metode edukasi dengan mewarnai gambar membuat pasien pediatrik/anak lebih
tertarik untuk belajar ketika ia menjalani perawatan di rumah sakit, hal ini
disebabkan karena mewarnai gambar edukasi menjadi tempat penyaluran ekspresi
perasaannya dan informasi faktual pada gambar serta tulisan membuat pikirannya
tidak terfokus pada penyakitnya.
3.2 Penerapan Metode Coloring Books Education di negara lain
Metode coloring books education pernah diterapkan di Christchurch, New
Zealand oleh Clarck & Dunser (2012), metode mewarnai gambar yang mereka
ciptakan dikreasikan dengan teknologi augmented reality yang akan menghasilkan
gambar 3D ketika gambar yang diwarnai oleh anak-anak disorot menggunakan
kamera tertentu. Inovasi ini mendapat tanggapan positif yang besar dari orangtua
anak dikarenakan kemudahan penggunaannya dan memudahkan anak untuk
memahami informasi-informasi dasar yang diberikan oleh buku edukasi itu.
Selain itu, studi edukasi melalui mewarnai gambar juga dilakukan oleh Iversen
dan Koski (2006), mereka menciptakan buku edukasi tentang apa yang dilakukan
ketika terjadi kebakaran dan gempa bumi. Hasil studi mereka menunjukkan bahwa
anak-anak menjadi lebih aktif dan siap untuk waspada terhadap bencana.
3.3 Potensi AN-COED (Anti Narkoba via Coloring Books Education) sebagai
solusi preventif penyalahgunaan narkoba
Penerapan ANCO-ED (Anti Narkoba via Coloring Books Education)
memiliki potensi besar sebagai salah satu solusi upaya preventif penyalahgunaan
narkoba di usia dini, dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut.
1. Edukasi melalui mewarnai gambar edukasi mampu meningkatkan penyerapan
informasi pada anak (Clark & Dunser, 2012), ini menunjukkan bahwa metode
mewarnai bisa dijadikan sebagai metode penyampaian informasi.
2. Gambar-gambar edukasi yang dikemas menjadi sebuah buku dengan urutan
kejadian yang rapi dan terstruktur lebih menarik bagi orangtua dan anak untuk
tetap rutin belajar dan menghasilkan kegiatan positif di waktu luang (Clark &
Dunser, 2012), ini menunjukkan bahwa metode mewarnai mampu menarik
perhatian orangtua dan anak dalam belajar.
3. Kegiatan preventif terhadap penyalahgunaan narkoba menjadi fokus utama
Badan Narkotika Nasional (BNN) sejak tahun 2014 (BNN, 2014), ini
menunjukkan bahwa pemerintah mulai meningkatkan upaya pencegahan
dibandingkan sebelumnya yang berfokus pada pengobatan dan rehabilitasi.
4. Sosialiasi pengetahuan tentang narkoba oleh BNN kepada siswa sekolah dasar
dan sekolah menengah sudah dilakukan secara rutin 1 kali dalam sebulan oleh
duta antinarkoba bersama BNN di sekitar 15.000 sekolah di Indonesia (BNN,
2014), ini menunjukkan bahwa pemerintah menganggap bahwa pengetahuan
tentang narkoba sedini mungkin menjadi penting dalam upaya preventif kasus
penyalahgunaan narkoba bahkan disebarkan hingga daerah terpencil (remote
area).
5. Edukasi melalui mewarnai buku edukasi tentang pertolongan pertama terhadap
gempa bumi dan kebakaran membuat anak menjadi lebih aktif ketika diberikan
simulasi bencana kebakaran dan gempa bumi (Iversen & Koski, 2006), ini
menunjukkan bahwa anak bisa menerima dan memahami informasi yang
diberikan dengan mewarnai gambar edukasi.
6. Edukasi melalui mewarnai buku edukasi My Asthma Coloring Book mampu
membuat anak dan orangtua menjadi lebih tahu dan paham apa saja yang
dilakukan ketika terjadi asma dan pencegahannya (Naumann et al, 2004), ini
menunjukkan bahwa edukasi anak juga dapat menerima informasi kesehatan
melalui mewarnai gambar edukasi dan bisa dijadikannya sebagai penuntun
ketika menjalani aktifitas sehari-hari.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Melalui kajian di atas dapat disimpulkan bahwa ANCO-ED (Anti Narkoba


via Coloring Book Education) memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai
salah satu upaya preventif penyalahgunaan narkoba di usia dini. Studi lebih lanjut
tentang konten tulisan dan gambar metode ANCO-ED sangat diperlukan guna
bisa diterapkan langsung ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

BNN, 2014. Laporan Akhir : Survey Nasional Perkembangan Penyalahgunaan


Narkoba Tahun Anggaran 2014. Badan Narkotika Nasional. Jakarta.
BPS, 2014. Statistik Penduduk Indonesia Tahun 2014. Badan Pusat Statistik,
Jakarta.
Clark, A. & Dunser, A.. 2012. An interactive augmented reality coloring book.
IEEE Symposium on 3D User Interfaces. Proceedings. 2012 : 7-10.
Degi, C. L. 2009. A review of drug prevention system development in Romania
and its impact on youth drug consumption trends, 1995-2005. Drug and
Alcohol Review. 28 (4) : 410-425.
Eleanora, F. N. 2011. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Pencegahan dan
Penanggulangannya. Jurnal Hukum. 25 (1) : 439 - 452.
Gross, P. R.. 1989. Preparation book for hospitalized pediatric patients: content
and design. The Journal of biocommunication. 16 (2) : 7-10.
Iversen, E. & Koski, R.. 2006. Oakland fire horses and friends: An earthquake and
fire safety coloring book for children. 8th US National Conference on
Earthquake Engineering. 14 : 8166-8175.
Kemenkes RI, 2014. Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia.
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 1 : 1-15.
National Geoghraphic Kids, 2012. An Educational & Activity Book. National
Geoghraphic Society, USA.
Naumann, P.L., Huss, K., Calabrese, B., Smith, T., Quartey, R., Van de Castle, B.,
Lewis, C., Hill, K., Walker, J., Winkelstein, M.. 2004. A+ Asthma Rural
Partnership coloring for health: an innovative rural asthma teaching
strategy. Pediatric Nursing. 30 (6) : 490-494.
Prasetyo, S. & Utami, D. S.. 2014. Prevensi Sekunder Pemakaian Zat Adiktif.
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 1 : 16-22.
UNODC, 2012. World Drug Report 2010. United Nations Office on Drugs and
Crime, French.

Вам также может понравиться