Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara


penyakit menular seksual yang lain1, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara
endemik, termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun
terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore. Pada umumnya diderita oleh laki-laki
muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun. 2

Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan
baru diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8U
dan panjang 1,6U, bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat diluar dan didalam
leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak
tahan suhu di atas 39C dan tidak tahan zat desinfektan. Gonokok terdiri dari 4 tipe,
yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada mucosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi sedang. Gonore tidak hanya mengenai alat-alat
genital tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan
menyebabkan konjungtivitis, penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir
dari ibu yang menderita servisitis gonore atau pada orang dewasa, infeksi terjadi
karena penularan pada konjungtiva melalui tangan dan alat-alat. 1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Konjungtiva


Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh
sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.1 Konjungtiva
terdiri atas tiga bagian, yaitu :
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar
digerakkan dari tarsus.
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari
sclera di bawahnya.
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan
tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan
jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi dan
menyebar kebawahnya2

2
Histologi :

Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel
silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat
limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak
mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.

Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk
dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal
berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat
mengandung pigmen.

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan


satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2
atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus
bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan
fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal
ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa
tersusun longgar pada bola mata.1,2

Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur
dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar
kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar
wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.

3
2.2 Definisi

Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang


disertai dengan sekret purulen. Konjungtivitis gonore adalah penyakit menular
seksual yang dapat ditularkan secara langsung dari transmisi genital-mata, kontak
genital-tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus selama persalinan.1,2,3

2.3 Etiologi

Konjungtivis gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. Gonokok


merupakan kuman yang sangat pathogen, virulen, dan bersifat invasiv sehingga
reaksi radang terhadap kuman ini snagat berat.1

2.4 Morfologi Neisseria Gonorrhoeae


1. Ciri Organisme
Secara umum ciri Neisseriae adalah bakteri gram negatif,
diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 m. Masing-masing
cocci berbentuk ginjal. Ketika organisme berpasangan sisi yang cekung
akan berdekatan.

2. Karakteristik Pertumbuhan
Neisseriae paling baik tumbuh pada kondisi aerob. Mereka
membutuhkan syarat pertumbuhan yang kompleks. Neisseria
menghasilkan oksidase dan memberikan reaksi oksidase positif, tes
oksidase merupakan kunci dalam mengidentifikasi mereka. Ketika
bakteri terlihat pada kertas filter yang telah direndam dengan tetrametil
parafenilenediamin hidroklorida (oksidase), neisseria akan dengan cepat
berubah warna menjadi ungu tua.
Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung
substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin,
protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2.
Pertumbuhannya dapat dihambat oleh beberapa bahan beracun dari
media seperti asam lemak dan garam. Organisme dapat dengan cepat

4
mati oleh pengeringan, penjemuran, pemanasan lembab dan
desinfektan. Mereka menghasilkan enzim autolitik yang dihasilkan dari
pembengkakan yang cepat dan lisis in vitro pada suhu 25 C dan pada
pH alkalis.
Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu
rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37oC dan ph 7,2-7,6 untuk
pertumbuhan yang optimal. Gram negative diplokokus biasa terlihat
didalam neutrofil. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2
bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat patogenik.Tipe 1 dan
2 memiliki vili yang bersifat virulen dan terdapat pada permukaannya,
sedangkan tipe 3 dan 4 tidak memiliki vili dan bersifat non-virulen. Vili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.4

2.5 Patofisiologi
Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata.
Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva
berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata
memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak
di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan.5
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium:
Infiltratif
Supuratif atau purulenta
Konvalesen (penyembuhan)
1. Stadium Infiltratif
Berlangsung 34 hari, ditemukan kelopak dan konjungtiva yang
kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak
dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada
konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik,
dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak
dan lebih menonjol. Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada
mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada

5
umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan
ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada umumnya
kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya
kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.
2. Stadium supuratif atau purulenta
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi.
Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang.
Blefarospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus.
Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan dengan sekret
kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensi
fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas
adalah sekret akan keluar dengan mendadak. Oleh karena itu harus
hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata
pemeriksa.
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan)
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi.
Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak
infiltratif. Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva masih nyata,
tidak kemotik. Sekret jauh berkurang. Pada neonatus infeksi
konjungtiva terjadi pada saat Bila tidak diobati, biasanya tidak
tercapai stadium III, tanpa penyulit, meskipun ada yang mengatakan
bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan spontan. 5,6
Klasifikasi menurut umur 5,6,7
Kurang dari 3 hari : Oftalmia gonoroika neonatorum
Lebih dari 3 hari : Oftalmia gonoroika infantum
Anak kecil : Oftalmia gonoroika yuvenilis
Orang dewasa : Oftalmia gonoroika adultum

6
2.6 Gambaran Klinis

Pada bayi dan anak ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental,
sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen.
Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada
konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan tebal.

Pada orang dewasa gambaran klinis meskipun mirip dengan oftalmia


neonatorum tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang
tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih
menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar. Konjungtiva bulbi
superior paling sering mengalami infeksi karena pada konjungtiva bulbi superior

7
tertutup oleh palpebra dan suhunya sama dengan suhu tubuh yang mengakibatkan
bakteri akan lebih mudah berkembang biak. Pada orang dewasa infeksi ini dapat
terjadi berminggu-minggu.1,6,8

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret


dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji
sensitivitas untuk perencanaan pengobatan. Pada pemeriksaan sekret dengan
pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang
diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1%
selama 1 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah
mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel
dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses
sudah berjalan menahun. Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua
orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka
harus segera diobati.1,6,9

Pada pemeriksaan pewarnaan gram pada konjungtivitis gonore akan


ditemukan gonococcus gram negatif

Cara pemeriksaan:10

Siapkan preparat dari sekret atau kerokan konjungtiva diatas kaca objek
Setelah itu difiksasi di atas api bunsen sebanyak 3 kali. Lalu didinginkan
Tetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian Violet.
Diamkan selama 30 detik - 1 menit. Bilas dengan air mengalir.
Tambahkan Lugol selama 30 detik - 1 menit. Kemudian cuci dengan air
Bilas preparat dengan alkohol 96% selama 2 detik hingga zat warna larut
kemudian bilas dengan akuades.
Tetesi preparat dengan karbol fuhsin/safranin. Diamkan selama 30 detik.
Bilas dengan akuades.
Keringkan preparat dan diatasnya diberi satu tetes minyak imersi. Amati
di bawah mikroskop.

8
Hasil : Bakteri gram positif berwarna ungu

Bakteri gram negatif berwarna merah

Kultur

Lempeng agar modifikasi Thayer-Martin yang telah diinokulasi


harus diinkubasi pada suhu 35o C dalam udara lembab yang diperkaya
dengan karbon dioksida (stoples lilin), dan harus diobservasi tiap hari
selama2 hari. Laboratorium yang mengerjakan sejumlah besar spesimen
untuk N. gonorrhoeae sering kali lebih suka menggunakan agar coklat non-
selektif yang diperkaya dengan Iso vitalex, atau suplemen yang setara,
selain media MTM yang selektif, karena sebanyak 3-10% galur gonokokus
di daerah tertentu mungkin peka terhadap konsentrasi vancomycin yang
digunakan dalam media selektif. Koloni gonokokus mungkin masih belum
tampak setelah 24 jam. Koloni tersebut timbul setelah 48 jam sebagai koloni
kelabu sampai putih, opak, menonjol, dan berkilau, dengan ukuran dan
morfologi yang berbeda.11

Uji Resistensi

Isolat N. gonorrhoeae harus diskrining secara rutin untuk melihat


produksi R-laktamase dengan salah satu dari uji-uji yang disarankan, seperti
uji nitrocefin. Untuk uji nitrocefin, dibuat suspensi pekat dari beberapa
koloni dalam tabung kecil berisi 0,2 ml larutan saline, kemudian 0,025 ml
nitrocefin ditambahkan ke dalam suspensi dan dicampur selama satu menit.
Perubahan wama yang cepat dari kuning menjadi merah muda atau merah,
menunjukkan bahwa jalur tersebut menghasilkan R-laktamase.11

2.8 Diagnosis6

Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret


dengan pewarnaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di dalam sel

9
leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif intra dan
ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.

2.9 Diagnosis Banding5


1. Konjungtivitis Angular
Konjungtivitis angular terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra,
disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah meradang. Konjungtivitis angular
disebabkan basil moraxella axenfeld. Pada konjungtivitis angular terdapat
sekret mukopurulen dan pasien sering mengedip. Pengobatan yang sering
diberikan adalah tetrasiklin atau basitrasin. Dapat juga diberi sulfas zincii
yang bekerja mencegah proteolisis. Dapat memberikan penyulit blefaritis.
2. Konjungtivitis mukopurulen
Konjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis dengan gejala umum
konjungtivitis kataral mukoid. Penyebabnya adalah staphylococcus atau
basil koch weeks. Terdapat hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir
yang mengakibatkan kedua kelopak melekat terutama pada waktu bangun
pagi. Sering ada keluhan seperti adanya halo (gambaran pelangi). Gejala
penyakit terberat terjadi pada hari ketiga dan bila tidak diobati akan berjalan
kronis. Dapat timbul adalah ulkus kataral marginal pada kornea atau
keratitis superfisial. Pengobatan dengan membersihkan konjungtiva dan
antibiotic yang sesuai. Penyulit yang dapat timbul adalah tukak kataral
marginal pada kornea atau keratitis superfisial.

2.10 Penatalaksanaan6
Berhubung seringnya timbul penyakit ulkus kornea disamping sangat
menular, maka sebaiknya dirawat, dikamar isolasi.
Pengobatan lokal: Mata dibersihkan setiap jam dengan kapas basah,
disusul dengan pemberian salep mata penisilin. Penisilin tetes mata dalam
bentuk larutan penisilin G 10.000 20.000 unit/ml setiap 30 menit,
kemudian salep mata diberikan setiap 5 menit selama 30 menit disusul
dengan pemberian salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari.

10
Pengobatan sistemik: penisilin 50.000 U/kgBB IM atau sulfa peroral. Bila
1-2 hari tak menunjukkan perbaikan atau memang tidak tahan penisilin,
maka dapat dipakai salep mata tetrasiklin, garamisin, kemisitin.
Bila 3 hari berturut-turut, pemeriksaan menunjukkan gonokok (-), pasien
dapat dipulangkan.
Jika didapatkan kelainan kornea, dapat ditambah dengan sulfas atropin
% 3 kali sehari 1 tetes.

2.11 Pencegahan1,2,5
Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular
seksual.
Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir
(harus diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).
Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi
dan pemberian kloramfenikol salep mata.
Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif
saat melahirkan.
Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir
dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.

2.12 Komplikasi6

Yang sering terjadi, berupa ulkus kornea sebelah atas, yang dimulai dengan
infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Bisa terjadi pada stadium I atau II, dimana
terdapat blefarospasme dengan sekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk
dibawah kongjungtiva palpebra superior, ditambah lagi kuman gonokok
mempunyai enzim proteolitik yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler,
sehingga dapat menimbulkan perforasi, menimbulkan endoftalmitis, panoftalmi
dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi. Oleh karena itu, setiap kongjungtivitis
gonore harus diperhatikan korneanya, sehingga bila terdapat kelainan dapat cepat
diobati dengan tepat. Pada pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati jangan

11
sampai mengenai kornea. Ulkus ini dapat terletak disentral atau diperifer. Bila ulkus
dibagian perifer bersatu dapat membentuk ulkus yang berbentuk lingkaran,
dinamakan ulkus anularis (marginal ring ulcer). Ulkus ini dapat perforasi, dan dapat
menyebabkan enoftalmitis yang dapat berakhir dengan kebutaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas SH, editor. In: Ilmu penyakit mata : mata merah dengan pengihatan
normal. 3rd ed. Jakarta, Balai Penerbit FKUI; 2005. p. 116-45
2. Voughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum (General
Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000. 103-5.
3. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB, editors. In : External Disease and
Corneal . Section 8 2007-2008. Infectious Disease of the External Eyes:
Clinical Aspect. American Academy of Ophthalmology. San Francisco.
p:139-91
4. Neisseria Gonorrhoeae.
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/devina-07114114.pdf
5. Wegman, John MD. Neonatal Conjunctivitis. http://www.ncbi.nihgov/.
6. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.
7. Mansjoer, Arif. Triyanti, Kuspuji, Savitri, Rakhmi, Wardhani, Wahyu Ika.
Setiowulan, Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3, Jilid 4. Media
Aescupapius FKUI, Jakarta: 1999. 51 2
8. Anonim. Conjunctivitis (Newborn / Childhood):
http://www/nlm.nih.gos/medlineplus/ency/article/001606.html.
9. Indriatmi W. Duh Tubuh Genital.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/0cddf24544f2a7cc584668e6b
3f644eae0d4bd8.pdf
10. Teknik Pewarnaan Gram Identifikasi Bakteri.
http://mikrobiolaut.files.wordpress.com/2011/03/modul-4.pdf
11. Yerhaegen JV, Engbaek K, Rohner P, Piot P, Heuck GC. Prosedur
Laboratorium Dasar Untuk Bakteriologi Klinis : Penyakit Menular Seksual.
Edisi 2. 2003. p:72-77

13

Вам также может понравиться

  • Gambar 5
    Gambar 5
    Документ2 страницы
    Gambar 5
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Presentation Mata
    Presentation Mata
    Документ27 страниц
    Presentation Mata
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Cover Mata
    Cover Mata
    Документ3 страницы
    Cover Mata
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • 5.partograf Who
    5.partograf Who
    Документ30 страниц
    5.partograf Who
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Refarat Obgyn Nining
    Refarat Obgyn Nining
    Документ14 страниц
    Refarat Obgyn Nining
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Buku Dewa Obstetri For ISILO
    Buku Dewa Obstetri For ISILO
    Документ32 страницы
    Buku Dewa Obstetri For ISILO
    Roman
    Оценок пока нет
  • Dapus
    Dapus
    Документ1 страница
    Dapus
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Andi Cover
    Andi Cover
    Документ1 страница
    Andi Cover
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Документ1 страница
    Lembar Pengesahan
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • PERSALINAN NORMAL
    PERSALINAN NORMAL
    Документ7 страниц
    PERSALINAN NORMAL
    Kurniawan Eko Yunianto
    100% (1)
  • Andi Lapkas Fix
    Andi Lapkas Fix
    Документ16 страниц
    Andi Lapkas Fix
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Andi Cover
    Andi Cover
    Документ1 страница
    Andi Cover
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Hemoroid Interna
    Hemoroid Interna
    Документ21 страница
    Hemoroid Interna
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Hemorrhage in Pregnancy APH PPH
    Hemorrhage in Pregnancy APH PPH
    Документ38 страниц
    Hemorrhage in Pregnancy APH PPH
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Lapkas Obgyn Nining
    Lapkas Obgyn Nining
    Документ23 страницы
    Lapkas Obgyn Nining
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Frambusia PPT Hampir Fix
    Frambusia PPT Hampir Fix
    Документ81 страница
    Frambusia PPT Hampir Fix
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Cover Lapkas Nining
    Cover Lapkas Nining
    Документ2 страницы
    Cover Lapkas Nining
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ12 страниц
    Bab I
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • FRAKTUR
    FRAKTUR
    Документ29 страниц
    FRAKTUR
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • MALARIA
    MALARIA
    Документ9 страниц
    MALARIA
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Документ2 страницы
    Journal Reading
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Документ2 страницы
    Journal Reading
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Hernia Inguinalis
    Hernia Inguinalis
    Документ10 страниц
    Hernia Inguinalis
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Gambar 5
    Gambar 5
    Документ2 страницы
    Gambar 5
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Hernia Inguinalis
    Hernia Inguinalis
    Документ10 страниц
    Hernia Inguinalis
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Validity of Ranson's Criteria in Acute Pancreatitis OK Dengan Tabel
    Validity of Ranson's Criteria in Acute Pancreatitis OK Dengan Tabel
    Документ9 страниц
    Validity of Ranson's Criteria in Acute Pancreatitis OK Dengan Tabel
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Gambar 5
    Gambar 5
    Документ2 страницы
    Gambar 5
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Pustaka Frambusia
    Tinjauan Pustaka Frambusia
    Документ13 страниц
    Tinjauan Pustaka Frambusia
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет
  • Parade Ortho
    Parade Ortho
    Документ101 страница
    Parade Ortho
    Nining Rhyanie Tampubolon
    Оценок пока нет