Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan
baru diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8U
dan panjang 1,6U, bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat diluar dan didalam
leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak
tahan suhu di atas 39C dan tidak tahan zat desinfektan. Gonokok terdiri dari 4 tipe,
yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada mucosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi sedang. Gonore tidak hanya mengenai alat-alat
genital tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan
menyebabkan konjungtivitis, penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir
dari ibu yang menderita servisitis gonore atau pada orang dewasa, infeksi terjadi
karena penularan pada konjungtiva melalui tangan dan alat-alat. 1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Histologi :
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel
silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat
limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak
mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk
dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal
berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat
mengandung pigmen.
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur
dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar
kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar
wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.
3
2.2 Definisi
2.3 Etiologi
2. Karakteristik Pertumbuhan
Neisseriae paling baik tumbuh pada kondisi aerob. Mereka
membutuhkan syarat pertumbuhan yang kompleks. Neisseria
menghasilkan oksidase dan memberikan reaksi oksidase positif, tes
oksidase merupakan kunci dalam mengidentifikasi mereka. Ketika
bakteri terlihat pada kertas filter yang telah direndam dengan tetrametil
parafenilenediamin hidroklorida (oksidase), neisseria akan dengan cepat
berubah warna menjadi ungu tua.
Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung
substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin,
protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2.
Pertumbuhannya dapat dihambat oleh beberapa bahan beracun dari
media seperti asam lemak dan garam. Organisme dapat dengan cepat
4
mati oleh pengeringan, penjemuran, pemanasan lembab dan
desinfektan. Mereka menghasilkan enzim autolitik yang dihasilkan dari
pembengkakan yang cepat dan lisis in vitro pada suhu 25 C dan pada
pH alkalis.
Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu
rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37oC dan ph 7,2-7,6 untuk
pertumbuhan yang optimal. Gram negative diplokokus biasa terlihat
didalam neutrofil. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2
bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat patogenik.Tipe 1 dan
2 memiliki vili yang bersifat virulen dan terdapat pada permukaannya,
sedangkan tipe 3 dan 4 tidak memiliki vili dan bersifat non-virulen. Vili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.4
2.5 Patofisiologi
Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata.
Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva
berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata
memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak
di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan.5
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium:
Infiltratif
Supuratif atau purulenta
Konvalesen (penyembuhan)
1. Stadium Infiltratif
Berlangsung 34 hari, ditemukan kelopak dan konjungtiva yang
kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak
dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada
konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik,
dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak
dan lebih menonjol. Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada
mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada
5
umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan
ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada umumnya
kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya
kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.
2. Stadium supuratif atau purulenta
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi.
Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang.
Blefarospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus.
Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan dengan sekret
kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensi
fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas
adalah sekret akan keluar dengan mendadak. Oleh karena itu harus
hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata
pemeriksa.
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan)
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi.
Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak
infiltratif. Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva masih nyata,
tidak kemotik. Sekret jauh berkurang. Pada neonatus infeksi
konjungtiva terjadi pada saat Bila tidak diobati, biasanya tidak
tercapai stadium III, tanpa penyulit, meskipun ada yang mengatakan
bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan spontan. 5,6
Klasifikasi menurut umur 5,6,7
Kurang dari 3 hari : Oftalmia gonoroika neonatorum
Lebih dari 3 hari : Oftalmia gonoroika infantum
Anak kecil : Oftalmia gonoroika yuvenilis
Orang dewasa : Oftalmia gonoroika adultum
6
2.6 Gambaran Klinis
Pada bayi dan anak ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental,
sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen.
Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada
konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan tebal.
7
tertutup oleh palpebra dan suhunya sama dengan suhu tubuh yang mengakibatkan
bakteri akan lebih mudah berkembang biak. Pada orang dewasa infeksi ini dapat
terjadi berminggu-minggu.1,6,8
Cara pemeriksaan:10
Siapkan preparat dari sekret atau kerokan konjungtiva diatas kaca objek
Setelah itu difiksasi di atas api bunsen sebanyak 3 kali. Lalu didinginkan
Tetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian Violet.
Diamkan selama 30 detik - 1 menit. Bilas dengan air mengalir.
Tambahkan Lugol selama 30 detik - 1 menit. Kemudian cuci dengan air
Bilas preparat dengan alkohol 96% selama 2 detik hingga zat warna larut
kemudian bilas dengan akuades.
Tetesi preparat dengan karbol fuhsin/safranin. Diamkan selama 30 detik.
Bilas dengan akuades.
Keringkan preparat dan diatasnya diberi satu tetes minyak imersi. Amati
di bawah mikroskop.
8
Hasil : Bakteri gram positif berwarna ungu
Kultur
Uji Resistensi
2.8 Diagnosis6
9
leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif intra dan
ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.
2.10 Penatalaksanaan6
Berhubung seringnya timbul penyakit ulkus kornea disamping sangat
menular, maka sebaiknya dirawat, dikamar isolasi.
Pengobatan lokal: Mata dibersihkan setiap jam dengan kapas basah,
disusul dengan pemberian salep mata penisilin. Penisilin tetes mata dalam
bentuk larutan penisilin G 10.000 20.000 unit/ml setiap 30 menit,
kemudian salep mata diberikan setiap 5 menit selama 30 menit disusul
dengan pemberian salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari.
10
Pengobatan sistemik: penisilin 50.000 U/kgBB IM atau sulfa peroral. Bila
1-2 hari tak menunjukkan perbaikan atau memang tidak tahan penisilin,
maka dapat dipakai salep mata tetrasiklin, garamisin, kemisitin.
Bila 3 hari berturut-turut, pemeriksaan menunjukkan gonokok (-), pasien
dapat dipulangkan.
Jika didapatkan kelainan kornea, dapat ditambah dengan sulfas atropin
% 3 kali sehari 1 tetes.
2.11 Pencegahan1,2,5
Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular
seksual.
Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir
(harus diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).
Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi
dan pemberian kloramfenikol salep mata.
Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif
saat melahirkan.
Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir
dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.
2.12 Komplikasi6
Yang sering terjadi, berupa ulkus kornea sebelah atas, yang dimulai dengan
infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Bisa terjadi pada stadium I atau II, dimana
terdapat blefarospasme dengan sekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk
dibawah kongjungtiva palpebra superior, ditambah lagi kuman gonokok
mempunyai enzim proteolitik yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler,
sehingga dapat menimbulkan perforasi, menimbulkan endoftalmitis, panoftalmi
dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi. Oleh karena itu, setiap kongjungtivitis
gonore harus diperhatikan korneanya, sehingga bila terdapat kelainan dapat cepat
diobati dengan tepat. Pada pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati jangan
11
sampai mengenai kornea. Ulkus ini dapat terletak disentral atau diperifer. Bila ulkus
dibagian perifer bersatu dapat membentuk ulkus yang berbentuk lingkaran,
dinamakan ulkus anularis (marginal ring ulcer). Ulkus ini dapat perforasi, dan dapat
menyebabkan enoftalmitis yang dapat berakhir dengan kebutaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas SH, editor. In: Ilmu penyakit mata : mata merah dengan pengihatan
normal. 3rd ed. Jakarta, Balai Penerbit FKUI; 2005. p. 116-45
2. Voughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum (General
Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000. 103-5.
3. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB, editors. In : External Disease and
Corneal . Section 8 2007-2008. Infectious Disease of the External Eyes:
Clinical Aspect. American Academy of Ophthalmology. San Francisco.
p:139-91
4. Neisseria Gonorrhoeae.
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/devina-07114114.pdf
5. Wegman, John MD. Neonatal Conjunctivitis. http://www.ncbi.nihgov/.
6. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.
7. Mansjoer, Arif. Triyanti, Kuspuji, Savitri, Rakhmi, Wardhani, Wahyu Ika.
Setiowulan, Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3, Jilid 4. Media
Aescupapius FKUI, Jakarta: 1999. 51 2
8. Anonim. Conjunctivitis (Newborn / Childhood):
http://www/nlm.nih.gos/medlineplus/ency/article/001606.html.
9. Indriatmi W. Duh Tubuh Genital.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/0cddf24544f2a7cc584668e6b
3f644eae0d4bd8.pdf
10. Teknik Pewarnaan Gram Identifikasi Bakteri.
http://mikrobiolaut.files.wordpress.com/2011/03/modul-4.pdf
11. Yerhaegen JV, Engbaek K, Rohner P, Piot P, Heuck GC. Prosedur
Laboratorium Dasar Untuk Bakteriologi Klinis : Penyakit Menular Seksual.
Edisi 2. 2003. p:72-77
13