Вы находитесь на странице: 1из 10

Manifestasi klinis

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga)
tingkatan yaitu :
1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turu
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa
lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
Patofisiologi

Muntah yang terus menerus mengakibatkan dehidrasi dan akhirny terjadi penurunan
jumlah darah dan nutrien yang bersirkulasi ke janin yang berkembanh. Perawaqtan dirumah
sakit mungkin diperlukan pada gejala-gejala yang berat saat klien memerlukan hidrasi
intravena dan koreksi terhadap ketidakseimbangan metabolik (Barbara R, 2004).

1. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun kadar
hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 g/dL sebagai
akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebut dengan
anemia fisiologi dan merupakan keadaan yang normal selama kehamilan.
2. Selama kehamilan, zat bisa tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari-
hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi, menurunkan absorpsi besi. Selama
kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel-sel darah merah ibu
dan transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel-sel darah merah. Janin harus
menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terakhir setelah kelahiran.
3. Selama trimester ketiga, jiaka asupan wanita tersebut tidak memadai, hemoglobinnya
tidak akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi anemia karena nutrisi.
Ini akan mengakibatkan penurunan transfer zat besi ke janin.
4. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD mengakibatkan
anemia melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran sel-sel darah merah.
2.1. Patofisiologi

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi
pada trimester I. Bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak
yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah yang berlebih menyebabkan dehidrasi,
sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang
pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital
berikut ini.
1. Liver
a) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
b) Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
c) Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan
fungsi umum.
2. Ginjal
1) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun, seperti:
a. Asam laktat
b. Benda keton
2) Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal.
a. Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
b. Mungkin terjadi albuminuria
3) Sistem saraf pusat.
a. Terjadi nekrosis dan perdarahan otak di antaranya perdarahan
ventrikel.
b. Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak
fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke
dengan gejala nistagmus, gangguan kesadaran dan mental serta
diplopia.
c. Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan.
Mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi umum
alat-alat vital dan menimbulkan kematian
2.2. Manifestasi Klinis

Dengan mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum dan gejalanya yang


progresif, hiperemesis dapat dibagi menjadi tingkatan sebagia berikut.

TINGKAT GEJALA KLINIS


GEJALA
KLINIS
Tingkat 1. Muntah terus-menerus sehingga menimbulkan :
pertama - Dehidrasi : turgor kulit turun
- Berat badan turun
- Mata cekung dan lidah kering
2. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan
terjadi regurgitasi ke esofagus
3. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
4. Frekuensi nadi sekitar 100 x/menit
5. Tampak lemah dan lemas
Tingkat 1. Dehidrasi makin meningkat akibatnya:
Kedua - Turgor kulit makin turun
- Lidah kering dan kotor
- Mata tampak cekung
2. Kardiovaskular:
- Frekuensi nadi semakin cepat di atas 100 x/menit
- Nadi kecil karena volume darah turun
- Panas badan meningkat
3. Liver fungsinya terganggu menimbulkan ikterus
khususnya tampak pada mata
- Fungsi lainnya terganggu
4. Ginjal : dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal
yang menyebabkan:
- Oligouria
- Anuria
- Terdapat timbunan benda keton aseton yang dapat
diperkarakan dengan baunya yang khas
5. Berat badan makin turun
6. Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat ruptur
wsofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom
Mallory Weiss

Tingkat 1. Muntah berhenti atau terjadi muntah campur darah


Ketiga karena mukosa lambung dan esofagus robek dan
menimbulkan perdarahan
2. Sindrom Mallory Weiss
3. Keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai
somnollen atau koma
4. Terdapat ensefaloti Wernicke:
- Nistagmus
- Diplopia
- Gangguan mental
5. Kardiovaskular:
- Nadi kecil, tekanan darahmenurun, dan temperatur
meningkat
6. Gastrointestinal:
- Ikterus semakin berat
- Terdapat timbunan aseton yang semakin tinggi dengan
bau yang makin
7. Ginjal
- Oligouria semakin berat dan menjadi anuria

Manifestasi klinik
Tanda dan Gejala
a. Muntah yang hebat
b. Haus
c. Dehidrasi
d. Berat badan turun
e. Keadaan umum mundur
f. Kenaikan suhu
g. Icterus
h. Gangguan cerebral ( kecerdasan menurun, derilium )
i. Laboratorium : Protein,aseton, uribilinogen, porphirin dalam urin bertambah, silinder ( +
).
Tidak ada batas yang jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh,
sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut
berat ringannya dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:
1. Tingkat I (ringan)
Mual secara terus menerus
Mempengaruhi keadaan umum pasien, dehidrasi, turgor turun, merasa lemah, nafsu
makan tidak ada, berat badan menurun dan mata cekung dan lidah kering.
Merasa nyeri pada epigastrium karena asam lambung meningkat dan terjadi
regurgitasi ke esophagus.
Nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun.
2. Tingkat II
Dehidrasi makin meningkat akibatnya:
Tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit makin turun, lidah kering dan kotor,
mata tampak cekung, berat badan menurun.
Kardiovaskuler:
Frekuensi nadi semakin cepat, nadi kecil karena volume darah turun, suhu kadang-
kadang naik.
Liver fungsinya terganggu menimbulkan ikterus yang khususnya tampak pada mata.
Ginjal: dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan oliguria,
anuria dan terdapat timbunan benda keton aseton yang dapat diperkirakan dengan
baunya yang khas.
Berat badan makin turun.
Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat rupture esophagus dan pecahnya
mukosa lambung pada syndrome Mailory Weiss.
3. Tingkat III
Muntah berhenti atau terjadi muntah campur darah karena mukosa lambung dan
robek dan menimbulkan perdarahan.
Sindrom Mallory Weiss.
Keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma.
Terdapat ensefalopati Wernicke: Nistagmus, diplopia dan gangguan mental.
Kardiovaskuler: Nadi kecil, tekanan darah menurun dan temperature meningkat.
Gastrointestinal: Ikterus semakin berat dan terdapat timbunan aseton yang semakin
tinggi dengan bau yang makin tajam.
Ginjal: Oliguria semakin berat dan menjadi anuria.

Patofisiologi hiperemesis gravidarum


Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen,
oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Hormone estrogen yang meningkat
menyebabkan menurunnya produksi asam lambung (HCL) dan menurunnya kecepatan
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Di awali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan
darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi jaringan menurun untuk
memberikan nutrisi dan mengkonsumsi O2. Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan
metabolism menuju kearah anaerobic yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah
yang berlebihan dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih
tinggi.
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, bila
terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil
wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Wanita
yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum
dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer
dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan
tertimbunlah zat metabolik yang toksik.

2.4 Manifestasi Klinik


Menurut berat ringannya gejala, hperemesis gravidarum dapat dibagi dalam tiga
tingkatan (Manuaba, 2001; Winkjosastro, 2005).
a. Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium.
Nadi meningkat sekitar 100x/menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai
peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
b. Tingkat II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan
tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, sehu kadang-kadang naik,
hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati.
Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini
juga terjadi perdarahan dari esophagus, lambung dan retina.
(Runiari. N, 2010)
Runiari. N, 2010, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum: Penerapan
Konsep dan Teori Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

C. Manifestasi Klinis
Hiperemesis Gravidarum dibagi menjaddi tiga tingkatan gejala (Ratna Hidayati,
Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis,Salemba Medika, Jakarta,
2009 hal 67):
1. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
a. Termasuk tingkat ringan.
b. Mual muntah terus-menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan,
penurunan berat badan dan nyeri pada epigastrium, peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah, turgor kulit berkurang, lidah kering, serta mata cekung.
2. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
a. Termasuk tingkat sedang.
b. Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan ibu menderita lebih parah,
apatis, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan cepat,
peningkatan suhu tubuh (dehidrasi), ikterus ringan, penurunan berat badan, mata
cekung, penurunan tekanan darah, haemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat
juga terjadi acetonuria, serta napas bau aseton.
3. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
a. Termasuk tingkat berat.
b. Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi
teraba lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan meningkat, penurunan tekanan
darah, serta terjadi ikterus. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai ensefalopatiw ernicke, dengan gejala: nistagmus diplopia dan perubahan
mental.
Tanda dan Gejala
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:

1. Tingkatan I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum.
Nadi meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan mata cekung.

2. Tingkatan II

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

3. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan
gejala: nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati.
(Wiknjosastro, 2005)

Вам также может понравиться