Вы находитесь на странице: 1из 12

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Osteoporosis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS

1. A. Konsep Dasar Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursae. Pertumbuhan
dan perkembangan struktur ini terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja. Struktur tulang
dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot menyusun kurang lebih
50%. Kesehatan dan fungsi sistem muskuloskeletal sangat bergantung pada sistem tubuh
yang lain. Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak,
jantung, dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga
struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.

Pembagian skeletal, yaitu :

1. Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna
vertebrae, tulang iga, tulang hioid sternum.
2. Apendikular skeleton, terdiri dari :
1. Kerangka tulang lengan dan kaki
2. Ekstremitas atas ( skapula, klavikula, humerus, ulna, radial ) dan tangan (
karpal, metakarpal, falang )
3. Ekstremitas bawah ( tulang pelvik, femur, patela, tibia, fibula ) dan kaki (
tarsal, metatarsal, falang )

Kelompok tulang tubuh manusia :

1. Tulang-tulang panjang

a) Humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula.

b) Tulang-tulang ini tidak benar-benar lurus, tetapi agak melengkung, tujuannya supaya
tulang menjadi kuat menahan beban dan tekanan.

1. Tulang-tulang pendek

a) Perbandingan tebal dan panjang hampir sama,terdapat pada pergelangan tangan dan
kaki, bentuknya seperti kubus.

1. Tulang-tulang pipih

a) Tulang iga, tempurung kepala, panggul dan belikat.

b) Bentuk pipih berfungsi untuk perlindungan otak, rongga dada dan perlekatan yang luas.

1. Tulang-tulang tidak teratur


a) Tulang-tulang pada wajah dan vertebra

b) Ada kelompok tulang yang lain, tetapi fungsinya berbeda, yaitu tulang-tulang sesamoid.

Sel-sel penyusun tulang terdiri dari :

1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresi sejumlah besar


fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat
kedalam matriks tulang.
2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecah
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan
fosfat terlepas ke dalam darah.

Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral dan hormone
meliputi :

1. Kalsium dan fosfor. Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin
dan hormone paratiriod (PTH).
2. Kalsitonin. Diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menrunkan konsentrasi Ca serum.
3. Vitamin D. diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan
dugunakan tubuh.
4. Hormon paratiroid (PTH)
5. Hormon pertumbuhan
6. Glukokortikoid. Mengatur metabolisme protein.
7. Hormon seksual

a) Ekstrogen. Menstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat peran


hormone paratiroid.

b)Androgen. Seperti testosterone, meningkatkan anabolisme dan masa tulang.

Kerangka ada dua macam yaitu skelet aksis yang terdiri dari kurang lebih 80 tulang.
Disusun oleh ruas-ruas tulang belakang dan tulang-tulang di sekitarnya (tulang iga dan tulang
dada). Jenis kedua adalah skelet apendiks yang bawah serta tulang-tulang penghubung
anggota dengan skeleton aksis, misalnya scapula panggul dan klavikula.

Tulang-tulang tersebut membentuk persendian. Sendi dibagi berdasarkan fungsi dan


bentuk. Sendi adalah hubungan antara dua tulang atau lebih. Berdasarkan fungsinya sendi
dibagi menjadi :

1. Sinartrosis (tidak bergerak, tulang kepala). Tulang yang dihubungkan oleh jaringan
fibrous atau kartilago.
2. Diartrosis (bergerak). Persendian yang dapat bergerak lebih leluasa.
3. Amfiartrosis (kadang bergerak).

Berdasarkan bentuknya sendi dibagi menjadi :


1. Ada tidak rongga atau celah sendi
2. Jenis jaringan pengikat tulang

Berdasarkan pengikatnya sendi dibagi menjadi :

1. Pengikat jaringan fibrosa. Sendi ini tidak mempunyai celah. Tulang dihubungkan oleh
jaringan ikat fibrosa dan berubah sifatnya.
2. Sindermosis. Jaringan fibrosa membentuk ligamentum.
3. Glomphosis. Mungkin ada gerakan atau tidak. Hubungannya disebut sinkondrosis.
Terdapat pada tulang iga dan tulang dada.

Gerakan sendi dipengaruhi oleh letak bagian lunak sendi yang disebut aposigi (sendi siku
yang tidak dapat bertemu), ketegangan ligamentum (sendi lutut), ketegangan otot (sendi
paha), atau bentuk permukaan tulang pembentuk sendi.

Beberapa jenis gerakan sendi adalah rotasi : berputar pada sumbu, sirkumduksi : berputar
pada satu titik. Satu sumbu dapat ditemui pada sendi siku, sedangkan dengan dua sumbu pada
sendi pergelangan tangan.

Bursae adalah kantong yang berisi cairan yang memudahkan gerakan pada suatu sendi.
Bursae dapat terganggu oleh radang yang disebut bursitis, ditandai dengan edema, panas,
merah, dan nyeri serta perubahan funsi sendi.

Beberapa jenis otot adalah otot polos (terdapat pada usus, saluran kemih, pembuluh
darah), otot lurik (terdapat pada otot jantung dan otot kerangka). karena adanya kontraksi,
terjadi gerakan tubuh dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Gangguna gerakan (arthritis) bisa karena rusaknya permukaan tulang rawan/sendi dan
kurangnya pelumas (termasuk di sini adala reumatik). Beberapa sistem yang berperan dalam
musculoskeletal adalah :

1. Sistem kerangka, yang menyiapkan pengungkit tulang\


2. Sistem otot, yang menyediakan tenaga untuk menggunakan pengungkit
3. Sistem saraf, yang mengatur kegiatan tubuh.

1. B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteoporosis

1. Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara
progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres
yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).

Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang berkurang. Resorpsi
terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga tulang menjadi tipis (Pusdiknakes,
1995). Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena penurunan masa
tulang total.

1. Etiologi Osteoporosis

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

1. a. Determinan Massa Tulang

1) Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam
pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii
seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun
terhadap fraktur karena osteoporosis

2) Faktor mekanis

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan
berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan
langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot
besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada
lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai
pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau
pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa
besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di
sampihg faktor genetik

3) Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang
bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan
maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang
melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.

1. b. Determinan Penurunan Massa Tulang

1) Faktor genetik

Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang
yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang
besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang
normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta
beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian
terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia,
maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang
mempunyai tulang kecil pada usia yang sama

2) Faktor mekanis

Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah
terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal.
Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.

3) Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium,
merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan
masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada
wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan
keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan
kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui
urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

4) Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung
sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.

Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila
makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui
tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan
kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif

5) Estrogen.

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan


keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi
kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

6) Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan
massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

7) Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan
alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi
lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

1. Patofisiologi Osteoporosis

Osteoporosis menunjukan adanya penurunan absolut dari jumlah tulang yang diperlukan
sebagai kekuatan penyanggah mekanik. Berkurangnya masa tulang, dan demikian pula
dengan massa otot sesungguhnya berkaitan dengan proses menua. Hanya apabila
berkurangnya (hilangnya) jaringan tulang cukup luas sampai menimbulkan gejala maka
disebut osteoporosis.

Osteoporosis dapat dikategorikan menjadi 2 kategor, meliputi :

1. Primer : bentuk yang lebih umum


1. Sekunder : berkurangnya jaringan tulang yang berkaitan dengan bermacam-
macam sindrom patologik yang jelas. Hal ini meliputi :
1. Malnutrisi sebagai akibat kekurangan protein dalam diet atau karena
sindrom malabsorpsi
2. Beberapa kelainan endokrin seperti sindrom cushing tirotoksikosis
3. Immobilisasi yang cukup lama.

Berkurangnya kalsium

dalam diet

Rangsangan sekresi PTH aktivasi osteoklas rearbsorpsi

kalsium tulang

berkurangnya meningkatnya

arbsorpsi kalsium sensitivitas


osteoklas

terhadap PTH

menurunnya sintesis vitamin D

yang aktif oleh ginjal

kadar ekstrogen yang rendah

skema tentang kemungkinan patogenesis osteoporosis post manepouse. Garis


putus-putus menunjukan hambatan balik (Robins&Kumar, 1995).
1. Manifestasi Klinik Osteoporosis

Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteoporosis adalah :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur
kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12) adalah:
2. Nyeri timbul mendadak
3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan
aktivitas
6. Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan

1. Komplikasi Osteoporosis

Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra


mengakibatkan deformitas skelet.

1. Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis

Pemeriksaan non-invasif yaitu ;

1. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total
dan massa tulang.
2. Pemeriksaan absorpsiometri
3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi
tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
5. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya
dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada
pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

1. Penatalaksanaan Medis

Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :

1. a. Pengobatan

1) Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan


tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik

2) Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang


adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
b. Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:

1) Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal

2) Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

a) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

b) Latihan teratur setiap hari

c) Hindari :

i. Makanan tinggi protein

ii. Minum alkohol

iii. Merokok

iv. Minum kopi

v. Minum antasida yang mengandung aluminium

1. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis

1. a. Pengkajian

Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteoporosis meliputi :

1) Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu


mengidentifikasi adanya :

a) Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang

b) Berat badan menurun

c) Biasanya di atas 45 tahun

d) Jenis kelamin sering pada wanita

e) Pola latihan dan aktivitas

f) Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium)

g) Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein


h) Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, Sindrom
Cushing, akromegali, Hipogonadisme

2) Pemeriksaan fisik :

a) Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri pergerakan

b) Periksa mobilitas pasien

c) Amati posisi pasien yang nampak membungkuk

3) Riwayat Psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul
kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji
masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang
menyertainya.

1. b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien osteoporosis sebagai berikut
:

1) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.

2) Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan
proses penyakit

3) Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

4) Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik

5) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

1. c. Tujuan

Sasaran umum pasien dapat meliputi dapat meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik, dapat
menggunakan koping yang positif, nyeri reda, cedera tidak terjadi, dan memahami
osteoporosis dan proram pengobatan.

1. d. Intervensi

Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis yang ditemukan, meliputi :

1) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit

Intervensi :

a) Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki posisi tulang
belakang

b) Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat


c) Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian
dan mencegah kontraktur

d) Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih


menggunakannya dan jelas tujuannya

e) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ekstrogen, kalsium, dan vitamin D

f) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin C dan D

g) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium

2) Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan
proses penyakit

Intervensi :

a) Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian.


Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien bahwa perawat bersedia membantu
mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi

b) Klasifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang
telah diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien selama perawatan

c) Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan kesuksesan


atau kebanggan saat itu. Ini dapat membantu upaya mengenal diri kembali

d) Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang positif. Hal ini
akan mengembalikan rasa percaya diri

e) Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman

3) Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

Intervensi :

a) Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring

b) Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot

c) Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki otot

d) Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh

e) Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur

f) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri

4) Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotis


Intervensi :

a) Anjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk memperkuat otot, mencegah atrofi, dan
memperlambat demineralisasi tulang progresif

b) Latihan isometrik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh

c) Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh yang baik

d) Hindari aktivitas membungkuk mendadak, melengok, dan mengangkat beban lama

e) Lakukan aktivitas di luar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk memperbaiki
kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D

5) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

a) Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan aktivitas fisik yang sesuai, serta
istirahat yang cukup

b) Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara detail

c) Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman. Misalnya, lantai tidak licin, tangga
menggunakan pegangan untuk menghindari jatuh

d) Anjurkan mengurangi kafein, alcohol, dan merokok

e) Jelaskan pentingnya perawatan lanjutan

1. e. Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :

1) Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi

a) Melakukan ROM secara teratur

b) Menggunakan alat bantu saat aktivitas

c) Menggunakan brace / korset saat aktivitas

2) Koping pasien positif

a) Mengekspresikan perasaan

b) Memilih alternatif pemecah masalah

c) Meningkatkan komunikasi

3) Mendapatkan peredaan nyeri


a) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat

b) Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari

c) Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur

4) Tidak mengalami fraktur baru

a) Mempertahankan postur yang bagus

b) Mempegunakan mekanika tubuh yang baik

c) Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

d) Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)

e) Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari

f) Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah

g) Menciptakan lingkungan rumah yang aman

h) Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan

5) Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.

a) Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang

b) Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi

c) Meningkatkan tingkat latihan

d) Gunakan terapi hormon yang diresepkan

e) Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran

Вам также может понравиться