Вы находитесь на странице: 1из 3

Laporan Kasus: Kista Nasolabial

ABSTRAK

Tujuan: Melaporkan kasus kista nasolabial, yakni lesi langka yang muncul pada jaringan
maxillofacial.

Laporan Kasus: Seorang pria berusia 56 tahun dengan kista nasolabial kanan tanpa rasa sakit.
Pembengkakkan yang dialami lunak, berubah-ubah, tidak nyeri, 2,8 X 2,6 cm, dengan jaringan
subcutaneous yang menyebabkan obliterasi pada lipatan nasobial. Computed tomography scan
menunjukkan adanya kista nonodontogenic pada daerah nasolabial dengan erosi bony minimal
dan beberapa scalloping dalam tulang adjacent.

Nasal dan struktur buccal telah pulih dengan baik tanpa adanya kekambuhan.

Kesimpulan: Kista nasobial adalah langka. Gejala yang umum yaitu pembengkakkan yang
terlihat jelas, namun tanpa rasa sakit. Operasi enukleasi adalah pilihan penanganan dengan
tingkat kekambuhan yang rendah.

Kata Kunci: Kista nasolabial Kista non-odontogenic Enukleasi Kista Klestadt Kista nasal
alveolar.

Pendahuluan

Kista NASOLABIAL adalah kista non-odontogenic yang sangat langka pada jaringan lunak
maxillofacial [1]. Kista nasolabial seringkali muncul sebagai pembengkakkan lokal tanpa rasa
sakit pada sulkus nasogenian dan lantai nasal alar [2].

Patogenesis kista nasolabial tidak sepenuhnya dimengerti. Saat ini, terdapat dua hipotesis yang
diterima; pertama mendeskripsikan bahwa kista tersebut timbul dari kista fisur wajah atau dari
sisa saluran nasolacrimal dan menyatakan bahwa kista ini diturunkan dari sekuestrasi jaringan
epitel embriologycal pada fisur wajah yang dihasilkan oleh fusi pada proses maxillary dan nasal
(lateral dan medial). Hipotesis kedua menyatakan bahwa sisa epitel saluran nasolacrimal yang
masih ada terletak di antara proses maxillary dan nasal yang membangkitkan kista nasolabial
[3].

Tes diagnostic meliputi flexible nasofibroscopy, computed tomography and magnetic


resonance imaging. Penanganan berupa operasi, biasanya marsupialisasi kista atau enukleasi
[4]. Tingkat kekambuhan bervariasi tergantung pada teknik, namun pada umumnya rendah [2].

Laporan Kasus
Pada Januari 2013, seorang pria berusia 56 tahun berkunjung ke ENT Department of Aseer
Central Hospital, Abha, Saudi Arabia. Keluhan utama pasien tersebut adalah pembengkakkan
dan elevasi pada daerah nasolabial kanan yang melebarkan bibirnya ke arah luar. Riwayat
medis pasien unremarkable (tidak punya kekhasan; biasa).

Pada pemeriksaan, terdapat asimetri wajah akibat tonjolan pada hidung bagian kanan, yang
menghalangi anterior kanan lubang hidung. Pembengkakkan tersebut lunak, berubah-
ubah/mengembang-mengempis, tidak nyeri, 2,8 X 2,6 cm, dengan jaringan subcutaneous yang
menyebabkan obliterasi pada lipatan nasolabial.

Pemeriksaan intra-oral menemukan penonjolan sulkus bucco-alveolar akibat pembengkakkan.


CT scan menunjukkan adanya kista nonodontogenic pada daerah nasolabial dengan erosi bony
minimal dan beberapa scalloping pada tulang adjacent Gambar (1). Berdasarkan penemuan
klinis dan radiografi, lesi tersebut dicurigai sebagai kista nasolabial.

Lesi diambil dengan operasi menggunakan pendekatan sublabial incision (pengirisan sublabial)
di bawah anestesi umum, dan specimen operasi tersebut dikirimkan untuk studi histopatologi
Gambar (2). Penemuan histopatologi menunjukkan pseudostratified columnar epithelium
(epitel silindris berlapis) dengan kejadian intermiten sel mirip goblet yang memproduksi mucin
dan juga cuboidal epithelial lining (lapisan epitel kubus). Stroma menunjukkan infiltrat
peradangan kronis nonspesifik.

Struktur buccal dan nasal yang pulih dengan baik tanpa adanya kekambuhan lesi setelah satu
tahun Gambar. (3).

Gambar (1): CT koronal menunjukkan jaringan lunak melingkar inferior terhadap poses nasal
maxilla pada lantai rongga nasal kanan.

Gambar (2): Tampilan intraoperative kista nasobial kanan yang diekspos melalui sublabial
incision.

Gambar (3): Foto ekstra-oral dan intra-oral setelah 1 tahun sejak operasi.

Diskusi

Kasus kami adalah pria, pada dekade ke-enamnya, yang memiliki kista nasolabial tanpa rasa
sakit pada bagian kanan. Kista nasolabial biasanya unilateral, meskipun kasus bilateral telah
diestimasi berada pada sekitar 10% dari total kasus. Terdapat insidend kista nasobial yang lebih
tinggi pada wanita dibanding pria pada dekade keempat hingga kelima pada hidup mereka,
dengan rasio wanita banding pria yaitu 4:1 [1-3].

Keluhan utama pasien kami yaitu pembengkakkan tanpa rasa sakit dan elevasi daerah
nasolabial kanan yang melebarkan mulutnya kea rah luar. Sahin [5] menekankan bahwa kista
nasolabial adalah submucosal dan extra-osseus, yang membesar melalui sulkus gingivobuccal
dan melebarkan seluruh jaringan lunak keluar. Kista nasolabial biasanya berupa
pembengkakkan tanpa rasa sakit pada lipatan sublabial, bibir, wajah, dan dapat menyebabkan
obstruksi hidung. Rasa sakit dapat timbul apabila kista terinfeksi.

Diagnosis kasus kami didasarkan terutama pada penemuan klinis yang didukung oleh investigasi
radiografi dan dikonfirmasi oleh histopatologi.

Diagnosis awal dan penanganan biasanya dilakukan pada tahap-tahap awal karena lesi
menyebabkan permasalahan kosmetik; sangat jarang menjadi besar secara dimensi [6].
Diagnosis kista nasolabial klinis yang esensial. Radiografi tidak mendeteksi lesi jaringan lunak ini
kecuali ketika ia menyebabkan erosi tulang maxillary yang signifikan. Diagnosis gambar yang
lebih canggih, seperti computed tomography dan magnetic resonance imaging, dapat
menunjukkan sifat alamiah kista yang dimiliki oleh lesi-lesi tersebut dalam detail dan reliabilitas
yang lebih besar, hubungan mereka dengan nasal alae dan tulang maxillary, serta keterlibatan
tulang, yang memfasilitasi diagnosis [7].

El-Din dan El-Hamd [8] menekankan bahwa histopatologi kista nasolabial menunjukkan suatu
ciliated pseudostratified columnar epithelium dan kadang-kadang stratified squamous
epithelium yang melapisi lumen kista.

Diagnosis diferensial kista nasobial dilakukan dengan lesi odontogenic seperti canine space
abscess, follicular, periodontal and residual cysts, and salivary gland neoplasms (neoplasma
kelenjar ludah). Kista nasolabial yang terinfeksi dapat disalahartikan sebagai furunkel pada
nasal vestibule floor (lantai vesbula hidung); kecuali untuk wujud ini, akan tetapi, ciri kista
nasolabial yang terifeksi sangat spesifik, dan terdapat keraguan yang kecil pada diagnosis [9].

Kista nasolabial pada kasus kami dihapuskan dengan operasi melalui pendekatan sublabial
incision di bawah anestesi umum. Jae Yong et al., [10] menekankan bahwa penanganan dapat
dilakukan dengan operasi excision (pemotongan), injeksi bahan sklerosi pada kista, dan metode
marsupialisasi endoskopi. Excision pada kista melalui sublabial incision merupakan modalitas
penanganan yang paling dipilih dengan tingkat kekambuhan yang sangat rendah dan alasan
kosmetik. Sublabial incision lebih baik daripada external incision terutama atas alasan kosmetik.

Setahun setelah operasi, struktur nasal dan buccal kasus kami pulih dengan baik tanpa
kekambuhan. Su et al., [4] menekankan bahwa kekambuhan tidak terjadi apabila dinding sac
dihapuskan sepenuhnya.

Kesimpulannya, kista nasolabial adalah langka di populasi pada umumnya. Gejala umumnya
yaitu pembengkakkan lokal tanpa rasa sakit, rasa sakit lokal (bila terinfeksi) dengan obstruksi
nasal total atau parsial. Mayoritas diagnosis berupa klinis dan didukung oleh radiografi.
Histopatologi menunjukkan non-ciliated columnar epithelium dan sel yang memproduksi
mucus. Penanganan yang dapat dipilih yaitu operasi enukleasi, yang memiliki tingkat
kekambuhan rendah.

Вам также может понравиться