Вы находитесь на странице: 1из 13

JASA PENYEDIAAN TENAGA KERJA

TERMASUK JASA KENA PPN?

Abstrak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 83/PMK.03/2012


diatur bahwa jasa penyediaan tenaga kerja tidak terutang PPN
apabila memenuhi empat criteria berikut. Pertama pengusaha
penyedia jasa tenaga kerja tersebut semata-mata hanya
menyerahkan jasa penyediaan tenaga kerja, yang tidak terkait
dengan pemberian Jasa Kena Pajak lainnya, seperti jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konsultansi, jasa pengurusan perusahaan, jasa
bongkar muat, dan/atau jasa lainnya. Kedua tidak melakukan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan/atau sejenisnya
kepada tenaga kerja yang disediakan. Ketiga tidak bertanggung
jawab atas hasil kerja tenaga kerja yang disediakan setelah
diserahkan kepada pengguna jasa tenaga kerja. Dan keempat
tenaga kerja yang disediakan masuk dalam struktur kepegawaian
pengguna jasa tenaga kerja. Apabila tidak dapat memenuhi keempat
criteria tersebut seluruhnya maka atas penyediaan jasa tenaga kerja
tersebut terutang dan harus dipungut PPN.

Key words : Penetapan HPS Jasa Lainnya, PPN Jasa Lainnya,


Pelelangan Jasa Lainnya
Pendahuluan

Untuk kelangsungan ketersediaan tenaga kerja pendukung diawal


tahun berikutnya, dalam sebuah institusi baik yang berada di
lingkungan Kementerian, Lembaga, Institusi, atau Daerah biasanya
saat ini telah bersiap-siap untuk mengadakan lelang penyediaan
tenaga kerja tersebut. Tahap awal dalam persiapan lelang, Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS). Dari jumlah harga keseleruhan dalam HPS akan ditambahkan
10% sebagai jumlah PPN yang harus dipungut kepada pemenang
lelang. Khusus dalam pengadaan jasa tenaga kerja yang meliputi Jasa
Pengamanan (Satpam) dan Jasa Kebersihan (cleaning services), masih
ada kegamangan yang dirasakan oleh sebagian PPK tentang atas
pelelangan penyedia jasa tenaga kerja, dalam total HPS apakah perlu
ditambahkan PPN atau tidak?

Jasa Sebagai Objek PPN dan Bukan Objek PPN

Jasa sebagai Objek Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai


(PPN) diatur dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) sebagai mana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009,
selanjutnya disebut UU PPN. Khusus untuk jasa sebagai objek PPN
diatur dalam pasal 4 ayat ( 1) huruf c, e, dan h.

Selanjutnya dalam pasal 4A ayat (3) diatur tentang jenis jasa yang
tidak dikenai PPN meliputi jasa tertantu, salah satunya adalah jasa
tertentu dalam kelompok jasa tenaga kerja (huruf k). Dalam
penjelasan huruf k, dijelaskan bahwa :
Jasa tenaga kerja meliputi :

1. 1.jasa tenaga kerja;


2. 2.jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia
tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari
tenaga kerja tersebut; dan
3. 3.jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

Jasa Tenaga Kerja sebagai Jasa Tertentu Yang Tidak Dikenai PPN

Untuk memberikan kepastian hukum mengenai jasa tertentu yang


termasuk dalam kelompok jasa tenaga kerja yang tidak dikenai PPN,
selanjutnya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
83/PMK.03/2012 tentang kriteria dan/atau rincian jasa tenaga kerja
yang tidak dikenai PPN. Dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut
diatur tentang kriteria yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja, jasa
penyedia tenaga kerja, serta jasa penyelenggaraan pelatihan bagi
tenaga kerja yang tidak dikenai PPN. Apabila tidak dapat memenuhi
kriteria tersebut berarti jasa yang diserahkan terutang PPN. Berikut
criteria yang harus dipenuhi masing-masing jasa tenaga kerja, jasa
penyediaan tenaga kerja, dan jasa penyelenggraan pelatihan bagi
tenaga kerja yang tidak dikenai PPN.
Jasa tenaga kerja yang tidak dikenai PPN adalah jasa yang diserahkan
oleh tenaga kerja kepada pengguna jasa tenaga kerja dengan
kriteria:

1. tenaga kerja tersebut menerima imbalan dalam bentuk gaji,


upah, honorarium, tunjangan, dan sejenisnya; dan
2. tenaga kerja tersebut bertanggung jawab langsung kepada
pengguna jasa tenaga kerja atas jasa tenaga kerja yang
diserahkannya.
3. pengusaha penyedia jasa tenaga kerja tersebut semata-mata
hanya menyerahkan jasa penyediaan tenaga kerja, yang tidak
terkait dengan pemberian Jasa Kena Pajak lainnya, seperti jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konsultansi, jasa pengurusan
perusahaan, jasa bongkar muat, dan/atau jasa lainnya;
4. pengusaha penyedia tenaga kerja tidak melakukan pembayaran
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan/atau sejenisnya kepada
tenaga kerja yang disediakan;
5. pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas
hasil kerja tenaga kerja yang disediakan setelah diserahkan
kepada pengguna jasa tenaga kerja; dan
6. tenaga kerja yang disediakan masuk dalam struktur
kepegawaian pengguna jasa tenaga kerja.

Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga


kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja
tersebut adalah jasa untuk menyediakan tenaga kerja oleh
pengusaha penyedia tenaga kerja kepada pengguna jasa tenaga
kerja. Jasa penyediaan tenaga kerja meliputi kegiatan perekrutan,
pendidikan, pelatihan, pemagangan, dan/atau penempatan tenaga
kerja yang kegiatannya dilakukan dalam satu kesatuan dengan
penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja. Kriteria yang harus
dipenuhi oleh penyedia agar jasa yang diserahkan tidak dikenai PPN
adalah :
Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja adalah jasa
penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja yang diselenggarakan oleh
lembaga pelatihan kerja yang telah memperoleh izin atau terdaftar di
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
Termasuk dalam pengertian jasa penyelenggaraan pelatihan bagi
tenaga kerja adalah kegiatan pemagangan yang dilakukan dalam satu
kesatuan dengan penyerahan jasa penyelenggaraan pelatihan bagi
tenaga kerja.

Pelelangan Jasa Penyediaan Tenaga Kerja

Dalam pengadaan Barang dan/Jasa Pemerintah, pengadaan Jasa


Penyediaan Tenaga Kerja termasuk dalam kelompok pengadaan Jasa
Lainnya. Hal tersebut diatur dalam pasal 4 huruf d Peraturan
Presiden No 4 tahun 2015 dan penjelasannya sebagai perubahan
keempat atas Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Walaupun tidak diatur dengan
jelas jasa tenaga kerja, namun penjelasan pasal 4 huruf d
menjelaskan bahwa jenis jasa lainnya meliputi jasa tersebut namun
tidak terbatas. Artinya pelelangan jasa tenaga kerja dapat masuk
kedalam pelelangan jasa lainnya. Demikian juga dengan jasa
pengamanan (satpam).

Pada umumnya pelelangan yang dilakukan oleh Kementerian,


Lembaga, Institusi, atau Daerah adalah Jasa Penyedia Tenaga Kerja,
meliputi tenaga kebersihan (cleaning service) dan jasa pengamanan
(satpam). Lingkup pekerjaan dari penyedia meliputi mampu
menyediakan tenaga kerja (cleaning services dan satpam) sebagai
mana ditetapkan dalam spesifikasi teknis. HPS yang ditetapkan oleh
PPK meliputi biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya langsung
meliputi biaya gaji, upah, honorarium, tunjangan, atau sejenisnya
termasuk biaya pembelian peralatan yang digunakan dalam
melakukan pekerjaan kebersihan dan pakaian seragam. Biaya tak
langsung meliputi manajemen fee yang diterima oleh
perusahaan/perorangan penyedia jasa tenaga kerja.
Dengan melihat lingkup pekerjaan yang ditetapkan memang belum
dapat dipastikan apakah jasa tenaga kerja yang disediakan terutang
PPN atau tidak, untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut. Kondisi
pertama: apakah pengusaha tersebut hanya semata-mata
menyediakan atau menyerahkan jasa tenaga kerja saja. Artinya
setelah perusahaan penyedia mendapatkan dan menyerahkan
tenaga kerja yang didapat sesuai spesifikasi teknis yang ditetapkan
maka sudah selesai tugasnya. Selanjutnya berkaitan dengan
pengaturan penempatan, pengawasan, dan pemberian imbalan (gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan lainnya) dilakukan oleh Instansi
penerima. Yang bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja
cleaning service dan satpam tersebut ada pada instansi penerima.
Untuk itu tenaga kerja yang diserahkan termasuk dalam struktur
kepegawaian (pegawai tidak tetap) dari pengguna jasa tenaga kerja.
Apabila yang terjadi kondisi tersebut, maka PPN terutang hanya atas
biaya pembelian peralatan, pakaian, dan manajemen fee. Sedangkan
untuk biaya yang berkaitan dengan pembayaran biaya langsung
seperti gaji, upah, honorarium, dan tunjangan tidak dikenakan PPN.

Kondisi kedua : setelah mendapatkan perusahaan penyedia tenaga


kerja, selanjutnya perusahaan tersebut menentukan dan mengatur
penempatan, pengawasan, dan pembayaran imbalan (gaji, upah,
honorarium, tunjangan,dan lainnya). Perusahaan penyedia tenaga
kerja bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dihasilkan tenaga
kerja yang direkrut. Artinya perusahaan tenaga kerja tersebut
bertanggung jawab penuh atas tenaga kerja yang dipekerjakan sesuai
spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Instansi pengguna terima
beres atas kebersihan dan keamanan sesuai yang telah ditetapkan
dalam spesifikasi teknis. Apabila yang terjadi kondisi tersebut, maka
besarnya PPN terutang harus dihitung dari keseluruhan biaya yang
dikeluarkan (biaya langsung dan biaya tak langsung).
Berikut disajikan contoh simulasi perhitungan PPN atas Jasa
Penyediaan Tenaga Kerja :

Kondisi Pertama :

Harga
Jml Sub Total PPN Jumlah
Satuan
No Uraian Satuan
Penerima (Rp) (10%) (Rp)
(Rp)
Honor
1 50 OB 2.100.000 1.260.000.000 0 1.260.000.000
Pegawai
Tunjangan
2 50 1 2.100.000 105.000.000 0 105.000.000
Hari Raya
3 Iuran BPJS 50 OB 54.000 32.400.000 0 32.400.000
4 Iuran JHT 50 OB 65.000 39.000.000 0 39.000.000
5 Iuran JKK 50 OB 5.000 3.000.000 0 3.000.000
Pakaian
6 50 Stell 300.000 15.000.000 1.500.000 16.500.000
Seragam
Peralatan
7 1 Bulan 15.000.000 180.000.000 18.000.000 198.000.000
Kebersihan
Managemen
8 1 Bulan 12.000000 144.000.000 14.400.000 158.400.000
Fee
Jumlah 1.778.400.000 33.900.000 1.812.300.000
Kondisi Kedua :
Harga
Jml Sub Total PPN Jumlah
Satuan
No Uraian Satuan
Penerima (Rp) (10%) (Rp)
(Rp)
Honor
1 50 OB 2.100.000 1.260.000.000 126.000.000 1.260.000.000
Pegawai
Tunjangan
2 50 1 2.100.000 105.000.000 10.500.000 105.000.000
Hari Raya
3 Iuran BPJS 50 OB 54.000 32.400.000 3.240.000 32.400.000
4 Iuran JHT 50 OB 65.000 39.000.000 3.900.000 39.000.000
5 Iuran JKK 50 OB 5.000 3.000.000 300.000 3.000.000
Pakaian
6 50 Stell 300.000 15.000.000 1.500.000 16.500.000
Seragam
Peralatan
7 1 Bulan 15.000.000 180.000.000 18.000.000 198.000.000
Kebersihan
Managemen
8 1 Bulan 12.000000 144.000.000 14.400.000 158.400.000
Fee
Jumlah 1.778.400.000 177.840.000 1.956.240.000

Kesimpulan

Jasa penyediaan tenaga kerja merupakan objek pajak yang terutang


PPN. Penghitungan besarnya PPN yang harus dipungut dalam
pelelangan untuk pengadaan jasa penyediaan tenaga kerja
tergantung dari kondisi yang terjadi setelah pelelangan sebagaimana
ditetapkan dalam lingkup pekerjaan. Pertanyaan mendasar yang
dapat disampaikan adalah siapakah yang membayar gaji, upah,
tunjangan, honorarium, dan sejenisnya kepada tenaga kerja yang
disediakan?. Apabila yang mebayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan sejenisnya kepada tenaga kerja yang disediakan
adalah perusahaan penyedia tenaga kerja, maka besarnya PPN yang
harus dipungut didasari atas jumlah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan (biaya langsung dan biaya tak langsung).

Apabila jawabannya, yang membayar gaji, upah, tunjangan,


honorarium, dan sejenisnya kepada tenaga kerja yang disediakan
adalah penerima jasa (K/L/D/I) maka besarnya PPN terutang yang
harus dipungut hanya atas jasa pembelian peralatan dan
perlengkapan kerja, pakaian seragam, dan manajemen fee yang
diterima perusahaan penyedia tenaga kerja.
Bahan bacaan :

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak


Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah sebagai mana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009;
2. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015;
3. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 83/PMK.03/2012
tentang Kriteria dan/atau Rincian Jasa Tenaga Kerja Yang Tidak
Dikenai Pajak Pertambahan Nilai
PERLAKUAN PPh ATAS JASA
OUTSOURCING TENAGA KERJA
SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S -
141/PJ.43/2006 TENTANG PERLAKUAN PPh ATAS JASA
OUTSOURCING TENAGA KERJA DIREKTUR JENDERAL
PAJAK,

Sehubungan dengan surat Saudara tanpa Nomor tanggal 28 April


2006 perihal tersebut di atas, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai
berikut :

1. Dalam surat tersebut, Saudara mengemukakan hal-hal sebagai


berikut :

a. Kontrak/tagihan jasa outsourcing tenaga kerja pada umumnya


terdiri dari jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja (biaya
personil) ditambah dengan imbalan jasa manajemen (management
fee) sejumlah prosentase tertentu;

b. Jasa tersebut merupakan Jasa Kena Pajak, sehingga atas


penyerahannya terutang Pajak pertambahan Nilai dengan Dasar
Pengenaan Pajak sebesar total tagihan (biaya personil dan jasanya)
sesuai Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-05/PJ.53/2003;

c. Jika tagihan/kontrak atas jasa tersebut dapat dipisahkan antara


biaya personil dan jasanya, maka Pajak Penghasilan Pasal 23 yang
harus dipotong oleh pengguna jasa adalah sebesar 15% X 40% atau
6% dari jumlah imbalan bruto tidak termasuk PPN hanya atas
pemberian jasanya saja, sesuai Surat Dirjen Pajak Nomor S-
470/PJ.313/2003;
d. Sebagai contoh untuk memperjelas masalah adalah sebagai berikut

Tagihan/kontrak jasa outsourcing tenaga kerja (dalam rupiah) :


- Biaya personil 20.000.000
- Jasa manajemen 10% 2.000.000
jumlah 22.000.000
PPN 10% 2.200.000
Jumlah tagihan 24.200.000

Jika mengacu pada poin c di atas, maka atas tagihan seperti contoh
tersebut, pengguna jasa akan memotong Pajak Penghasilan Pasal 23
sebesar 6% X Rp. 2.000.000 = Rp. 120.000 sehingga jumlah yang
dibayarkan pengguna jasa kepada pemberi jasa adalah Rp. 24.200.000
- Rp. 120.000 = Rp. 24.080.000;

e. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Saudara memohon


penegasan apakah perlakuan PPh Pasal 23 terhadap jasa outsourcing
tenaga kerja sudah benar.

2. Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-undang


Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 antara
lain diatur bahwa atas penghasilan berupa imbalan sehubungan
dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan,
dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21 yang
dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badan
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam
negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib
membayarkan sebesar 15% (lima belas persen) dari perkiraan
penghasilan neto.

3. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-


170/PJ./2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Jenis Jasa Lain dan
Perkiraan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2000, antara lain diatur bahwa :

a. Jenis jasa lain tersebut antara lain adalah :


i. Jasa teknik dan jasa manajemen;
ii. Jasa rekruitmen/penyediaan tenaga kerja.

b. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dipotong atas imbalan


sehubungan dengan jasa tersebut pada butir a adalah 15% x 40% atau
6% (enam persen)dari jumlah bruto tidak termasuk PPN;

c. Yang dimaksud dengan jumlah imbalan bruto untuk jasa lain selain
jasa konstruksi dan jasa catering adalah jumlah imbalan yang
dibayarkan hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam
kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa
dengan material/barang akan dikenakan atas seluruh nilai kontrak.

4. Berdasarkan ketentuan di atas dengan ini ditegaskan sebagai


berikut :

a. Apabila PT ABC ikut serta secara langsung dan bertanggung


jawab dalam pelaksanaan manajemen penyediaan tenaga kerja, maka
atas jasa tersebut termasuk dalam pengertian jasa manajemen, yang
atas imbalannya dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
sebesar 15% x 40% atau 6% (enam persen) dari jumlah bruto tidak
termasuk PPN;

b. Apabila PT ABC hanya sebagai penyedia tenaga kerja, dan tidak


bertanggung jawab atas pelaksanaan manajemennya, maka atas jasa
tersebut termasuk dalam pengertian jasa rekruitmen/penyediaan
tenaga kerja yang atas imbalannya dikenakan pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 23 sebesar 15% x 40% atau 6% (enam persen) dari
jumlah bruto tidak termasuk PPN;

c. Yang dimaksud dengan jumlah imbalan bruto untuk jasa lain selain
jasa konstruksi dan jasa catering adalah jumlah imbalan yang
dibayarkan hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam
kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa
dengan material/barang akan dikenakan atas seluruh nilai kontrak

Semoga info d atas bisa bermanfaat bagi teman-teman.

Вам также может понравиться