Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
2
KEDOKTERAN KOMUNITAS
3
pada level individu, tetapi juga determinan lainnya pada level keluarga,
komunitas dan lingkungan di mana pasien tersebut tinggal, bekerja.
2. Apa yang anda ketahui tentang upaya Pencegahan Penyakit yang ada di
masyarakat.Sebutkan dan Jelaskan (Five Level Prevention).
Promosi kesehatan ( Health Promotion)
4
ajakan menggunakan narkotik dan untuk menaggulangi stress, perlindungan
diri terhadap kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber
pencemaran, Isolasi terhadap penderita penyakit menular, Perlindungan
terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun
alergi. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS dan lain-
lain.
Diagnosis awal dan Pengobatan yang cepat dan tepat (Early Diagnosis
and Prompt Treatment)
Pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah
penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih
buruk lagi.Usaha ini dilakukan dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna
agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan maka
5
dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat (dibatasi),dan fungsi dari
alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.
6
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan
untuk bertahan. Misalnya, dengan tidak mengucilkan mantan PSK
di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
7
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan
sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun
keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya,
serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan
negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan
menentukan nasib sendiri (self determination).
8
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum
dilaksanakan melaui pusat kesehatan dan di bawahnya (termasuk sub-pusat
kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis kesehatan
masyarakat seperti Rumah Bersalin Desa dan Pelayanan Kesehatan Desa
seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara administratif,
Indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91 Kotamadya, 5.263
Kecamatan dan 62.806 desa
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah
satu program yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan
bertujuan untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap
obat-obatan. Program ini memungkinkan jamu yang merupakan obat-obat
herbal tradisional yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia,
dapat teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat diintegrasikan di dalam
pelayanan kesehatan formal. Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan
PHC bagi masyarakat, diperlukan kerjasama baik lintas sektoral maupun
regional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.Dalam penerapannya ada
beberapa masalah yang terjadi di Indonesia. Permasalahan yang utama ialah
bagaimana primary health care belum dapat dijalankan sebagaimana
semestinya. Oleh karena itu, ada beberapa target yang seharusnya
dilaksanakan dan dicapai yaitu:
a.Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan meningkatkan
kualitas pelayanan dan mencegah kesalahpahaman antara pusat keehatan
dan masyarakat
b.Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif untuk
menerapkan paradigma sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
d..Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer semakin
melebar dan semakin dekat pada budaya local.
9
5. Sebutkan upaya pelayanan kesehatan wajib yang ada di Puskesmas dan
jelaskan.
10
(GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan
Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
11
sebagian besar terkait perilaku masyarakat dan petugas kesehatan yang belum
sepenuhnya mendukung menuju perilaku hidup sehat. Upaya merubah
perilaku masyarakat menjadi perilaku sehat dapat dilakukan dengan
pendidikan kesehatan atau secara khusus promosi kesehatan. Atas dasar
keadaan tersebut maka wajib bagi petugas kesehatan memiliki kompetensi
melakukan promosi kesehatan.
12
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
13
1. Tahap persiapan
Mengacu pada SK Menkes 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman
manajemen K3 di RS. Pelaksanaan harus dimulai dari direktur utama/direktur RS
(manajemen puncak) dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari,
dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas RS. Menetapkan cara
penerapan K3 di RS. Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa meggunakan
jasa konsultan jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk
mengorganisasikan dan mengarahkan orang.
Membentuk kelompok kerja penerapan K3. Anggota kelompok kerja
sebaiknya terdiri
atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran,
tanggung jawab dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan
mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan
kebutuhan RS. Menetapkan sumber daya yang diperlukan, sumber daya disini
mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana.
2. Tahap Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan system manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan K3 di RS dapat mengacu pada standar Sistem Manajemen K3RS
diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan SMK3.
Perencanaan meliputi identifikasi sumber bahaya, penilaian dan
pengendalian factor risiko. RS harus melakukan kajian dan identifikasi sumber
bahaya, penilaian serta pengendalian faktor risiko. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan Kondisi dan kejadian yang dapat
menimbulkan potensi bahaya, Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat
terjadi.
Penilaian faktor risiko adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko
dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
kesehatan dan keselamatan. Pengendalian faktor risiko dilaksanakan melalui 4
14
tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan bahaya, menggantikan
sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi
(APP).
Dalam membuat peraturan RS harus membuat, menetapkan dan
melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan,
perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus
dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada
karyawan dan pihak yang terkait.
RS harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya
potensial dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indicator pengukuran, sasaran
pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART). Indikator kinerja harus dapat
diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi
mengenai keberhasilan
pencapaian SMK3 RS. Program K3 RS harus menetapkan dan melaksanakan
program K3RS, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan
dicatat serta dilaporkan.
Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masingmasing serta kerja
sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui
adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada
semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua
organisasi/satuan pelaksana K3 RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan
informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta
menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian
mencari jalan pemecahannya serta mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja,
sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu
diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
15
a. Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3 RS
Tugas pokok :
Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan K3
Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur
Membuat program K3RS
Fungsi :
Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan
yang berhubungan dengan K3
Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3
Pelatihan dan penelitian K3 di RS
Pengawasan terhadap pelaksanaan program K-3
Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif
Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS; Memberi
nasehat tentang manajemen k3 di tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan
peraturan dan inisiatif pencegahan
Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai
kegiatannya
Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru, pembangunan
gedung dan proses.
b. Struktur organisasi K3 di RS
Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur, bukan kerja rangkap dan
merupakan unit organisasi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur RS,
karena berkaitan langsung dengan regulasi, kebijakan, biaya, logistik dan SDM.
Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3 RS, yang dibantu oleh unit K3 yang
beranggotakan seluruh unit kerja di RS.
Keanggotaan:
Organisasi/unit pelaksana K3 RS beranggotakan unsur-unsur dari petugas dan
jajaran direksi RS.
16
Organisasi/unit pelaksana K3 RS terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua,
Sekretaris dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3 RS dipimpin oleh ketua.
Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta anggota.
Ketua organisasi/unit pelaksana K3 RS sebaiknya adalah salah satu manajemen
tertinggi di RS atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah langsung
direktur RS.
Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS adalah seorang tenaga profesional
K3 RS, yaitu manajer K3 RS atau ahli K3.
3. Tahap Pelaksanaan/Penerapan
Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di
dalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu
agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk
akhir dari pelatihan. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
diantaranya:
Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus)
Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui monitoring
lingkungan kerja dari hazard yang ada
Melaksanakan biological monitoring
Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
4. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah salah satu fungsi
manajemen K3 RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui
dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 RS itu berjalan, dan
mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 RS
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi meliputi:
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam system pelaporan RS
(SPRS):
17
Pencatatan dan pelaporan K3
Pencatatan semua kegiatan K3
Pencatatan dan pelaporan KAK
Pencatatan dan pelaporan PAK
2. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum
dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan secara berkala, terutama
oleh petugas K3 RS sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini
mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun
pemeriksaan terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring (Pemantauan
secara Biologis).
3. Melaksanakan audit K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan Audit K3 antara lain:
Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan
Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai
ketentuan
Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak.
5. Tahap tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen
Dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut dilakukan peninjauan ulang dan
peningkatan terhadap kebijakan, perarturan, pedoman, prosedur, program dan
kegiatan yang dilakukan secara periodik.
18
Kebijakan dan strategi: jelas. tertulis, dimengerti
Struktur organisasi dan sumber daya: dilist dan ditetapkan
Risk (HSE) Assessment: dibuat list bahaya, lokasi bahaya, personel yang
beresiko
Perencanaan dan prosedur tetap: rencana kendali bahaya dan penyusunan
protap berdasarkan manual kerja dan MSDS
Implementasi
Evaluasi dan tinjauan ulang untuk peningkatan berkelanjutan.
19
3.DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
20
Hal-hal yang dapat mempercepat terjadinya penyakit akibat kerja atau
sebaliknya menurunkan kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja seperti
faktor genetik atau kebiasaan memakai alat pelindung yang baik
6.Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
Misalnya Kanker paru dapat disebabkan oleh asbes dan bisa juga disebabkan
oleh kebiasaan merokok
7.Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Apabila dapat dibuktikan bahwa paling sedikit ada satu faktor pekerjaan yang
berperan sebagai penyebab penyakit dapat dikategorikan penyakit akibat kerja.
Sehingga sangat penting bagi dokter untuk menanyakan pekerjaan pasien saat
membuat suatu diagnosis klinis dan mengkaji apakah penyakit yang terjadi
akibat pajanan dari lingkungan kerja dan kemudian mampu untuk menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Kedokteran komunitas memberikan pelayanan komprehensif dari preventif,
promotif, kuratif hingga rehabilitatif. Fokus perhatian kedokteran komunitas
adalah masalah kesehatan dan penyakit yang terjadi pada komunitas di mana
individu tersebut tinggal, bekerja, atau bersekolah. Kedokteran komunitas
memberikan prioritas perhatian kepada penyakit-penyakit yang menunjukkan
angka kejadian yang tinggi pada populasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Week,Jl. Gregory R. Wagner, Kathleen M. Rest, Barry S. Levy. A public Health
Approach to Preventing Occupational Disesase and Injuries in Preventing
Occupational Disease and Injuries. Edisi ke-2, APHA, Washington,2005
24