Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 216 kematian ibu setiap

100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan tahun 2015. Jumlah

total kematian ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di seluruh dunia. MMR di

Negara berkembang mencapai 239/100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi

dibandingkan Negara maju. Negara berkembang menyumbang sekitar 90 % atau 302.000

dari seluruh total kematian ibu yang diperkirakan terjadi pada tahun 2015. Indonesia

termasuk salah satu negara berkembang sebagai penyumbang tertinggi angka kematian ibu

di dunia. WHO memperkirakan di Indonesia terdapat sebesar 126 kematian ibu setiap

100.000 kelahiran hidup dengan jumlah total kematian ibu sebesar 6400 pada tahun 2015.

Angka ini sudah terjadi penurunan dari angka kematian ibu menurut SDKI 2012 yaitu

sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Tingginya kejadian preeklamsia di negara-negara Berkembang dihubungkan dengan


masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan
masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan
tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang
timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).

Preeklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,bersalin dalam

masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi,proteinuria,dan edema yang kadang-

kadangdisertai konvulusi sampai koma,itu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda

kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Rukiah, 2013).

Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan karena preeklamsia berat.

Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan

kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal

(maternal mortality). Menurut definisi WHO kematian maternal ialah kematian


seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah barakhirnya kematian oleh

sebab apa pun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk

mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan,

yakniyang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan

nifas,dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker, dan sebagainya

(associated causes). Angka kematian maternal (maternal mortality rate) ialah jumlah

kematian maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini

dibeberapa negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup.

Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan /atau edema pada

kehamilan 20 minggu atau lebih (Sujiyatni, 2009)

Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama(Prawirohardjo,2013).

Ibu hamil disertai dengan pre-eklampsia 90% persalinannya menggunakan

Sectio caesarea. Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik sectio caesarea, yaitu

transperitonealis, corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar adalah lahirnya

janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan

rahim (www.tenreng.files.wordpress.com/2008).

Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar, yaitu
adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar dengan frekuensi
di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh
darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat
berkemih, usus, serta infeksi akibat luka operasi. Pada operasi caesar yang direncanakan
angka komplikasinya kurang lebih 4,2% sedangkan untuk operasi caesar darurat (sectio
caesar emergency) berangka kurang lebih 19%. Setiap tindakan operasi caesar memiliki
tingkat kesulitan berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan
kepala janin pada akhir jalan lahir misalnya, sering terjadi cedera pada rahim bagian
bawah atau cedera pada kandung kemih (robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi
sebelumnya dimana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul sering
menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung
kemih dan usus (www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Data dari RSUD Dr. M. Zein Painan pada bulan Januari Desember 2016

sebanyak 56 orang yang mengalami preeklamsi berat, dan persalinannya sebagian besar

di rujuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Menelaah uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menerapkan asuhan


kebidanan dan menuangkannya dalam bentuk Manajemen Asuhan Kebidanan Pada
Ibu nifas Post Sectio Cesarea atas indikasi PEB di RSUP Dr. M. Djamil Padang .

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mampu melaksanakan dan memberikan asuhan kebidanan ibu nifas pada NyD
P1A0H1 dengan post SC atas indikasi PEB.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada NyD P1A0H1


dengan post SC atas indikasi PEB.

b. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data objektif pada NyD P1A0H1


dengan post SC atas indikasi PEB.

c. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi diagnosa dan atau masalah potensial


pada NyD P1A0H1 dengan post SC atas indikasi PEB.

d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada NyD


P1A0H1 dengan post SC atas indikasi PEB.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Preeklamsia Berat

2.1.1 PengertianPreeklamsia Berat (PEB)

Preeklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,bersalin dalam

masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi,proteinuria,dan edema yang kadang-

kadangdisertai konvulusi sampai koma,itu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda

kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Rukiah, 2013).

Pre eklampsi berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah siastolik 160

mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam33

(Prawiroharjo, 2013)

Preeklamsi Berat adalah Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai timbulnya

hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan / atau edema pada kehamilan

20 minggu atau lebih (Rahmawati E. N., 2013).

Preeklampsa berat adalah tekanan darah diastolik 110 mmHg yang diserta oleh

proteinur ++ dengan menggunakan dipstick atau 5 mg/L pada pengumpalan urine 24

jam, setelah usia kehamilan 20 minggu (Lisnawat, 2013).

2.1.2.Etiologi

Penyebab preeklamsia saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti,walaupun

penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya

baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungan dengan kejadian. Itulah sebab

Preeklamsia disebut juga disease 0f theory gangguan kesehatan yang berasumsi pada

teori-teori tersebut antara lain (Rukiah, 2013).


2.1.3. Tanda dan gejala

Preeklampsia serta salah satu atau lebih gejalah dan tanda.

1. Tekanan darah 160/ 110 mmHg

2. Protenura : proteinuria 5 gram/ 24 jam atau dipstick + 4

3. Olgoria : produksi urine < 400-500 cc/ 24 jam

4. Kenaikan kreatinin setum

5. Edema paru dan sianosis

6. Nyeri epigastrum dan nyeri kuadran atas abdomen : disebabkan teregangnya kapsula

gilsone. Nyeri dapat sebagai gejala awal rupture hepar

7. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan

pandangan kabur.

8. Gangguan fungsi hepar : penngkatan SGOT dan SGPT

9. Hemolisis mikroangiopatik

10. Trambositopenia : < 100.000 sel/mm3

11. Sindroma HEELP (Hemolysis, Elevated Liver Enzime, Low Platelete Count) (Nugroho

T. , Patologi Kebidanan, 2012).

2.1.4 Patofisiologi
Meskipun penyebab preeklamsia masih belum diketahui,bukti meninfestasi

klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan,berupa perubahan patofisiologi tersamar

yang terakumulasi sepanjang kehamilan,dan akhirnya menjadi nyata secara klinis

(cunnigham, 2013).

Vasokonstriksi merupakan dasar pathogenesis Preeklamsia-eklamsia

Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total periver resisten dan menimbulkan

hipertensi Adanya vaskonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel

setempat,sehingga terjadi kerusakn endotel,kebocoran arteriole disertai pendarahan


mikro pada tempat endotel bahwa adanya vasokonstriksi utroplasenter yang

selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta.Hipoksia/anoksia jaringan

merupakan sumbr reaksi Hiporeksidasi lemak, sedangkan proses hiporeksedasi itu

sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen,sehingga dengan demikian akan

mengganggu metabolism di dalam sel peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase

lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh.Proksidase lemak

merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan anyara peroksidase terganggu,dimana

peroksidase dan oksidan lebih dominan,maka akan timbul keadaan yang disebut stress

oksidarif (Rukiah, 2013).

2.1.5 Komplikasi
1. Awal

a. Kejang meningkatkan kemungknan mortalitas maternal sepuluhkali lipat.

penyebab kematian maternal karena eklamsi adalah : kolaps

sirkulasi(hentijantung,edema pulmo,dan sok),perdarahan serebral dan gagal

ginjal.kejang menngkatkan kemungknan kematian fetal 40kali lipat,basanya di

sebabkan oleh hipoksia, asidosis dan asolusioplasenta.

b. Kebutuhan atau paralysis dapat terjadi karena lepasnyaretina atau perdarahan

intracranial.

c. Perdaraan post partum

d. Toksik delirum

e. Luka karena kejang, berupa laseras bibir atau lidah dan fraktur fetebra

f. Asprasi pneumonia

2. Komplikasi jangka panjang

a. 40% sampa 50% pasien dengan preeklams berat atau eklamsi memliki

kemungkinan kejadanyang sama pada kehamilan berkutnya.


b. Hipertensi permanen, terjad pada 30% samapai 50% pasen dengan preeklamsi

berat dan eklamsi (Nugroho T. , Patologi Kebidanan, 2012).

2.1.6 Pencegahan
1) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita
hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.

2) Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segera


apabila ditemukan.

3) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah


dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat dihilangkan.
Pencegahan di Rumah Sakit
Rawatan Konservatif (Usia Kehamilan <36 minggu ).

1. Tirah baring

2. Infus D5 : RL = 3:1

3. Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia )

4. Pasang kateter tetap (bila perlu )

5. Medikametosa:

a. Anti konvulsan MgSO4

b. Anti hipertensi Nifedpine 10 mg sublingual dilanjutkan dengan

10 mg q 8 jam.

c. Kortikosteroid (Oradexon i.m. 2 kali 10 mg) untuk kehamilan <

36 minggu

d. Antbiotikum, diuretikum dan kardiotikum hanyadiberikan atas

indikasi.

Perawatan aktif (terminasi kehamilan),yaitu pada keadaan dibawah ini :

1. Umur kehamilan > 36 minggu

2. Terdapat tanda-tanda impending eklamsia


3. Gawat janin

4. perawatan tidak terlihat tanda-tanda perbaikan penyakit (Rahmawati T.

, 2012).

2.1.7 Penatalaksaan

Di tinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsi berat

selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

a. Perawatan aktif yaitu segera diakhiri atau diterminasi d tambah pengobatan medicinal.

b. Perawatan konserfatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan di tambah pengobatan

medisinal

1. Perawatan aktif

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan

pemeriiksaan fetal asesmen (NST&USG)

Indkasi

1) Ibu

a) Usaia kehamilan 37 minggu atau lebih

b) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsi,

c) kegagalan terapi konservatif setelah 6 jam pengobatan medikamentosa

terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24 jam terapi medikamentosa

tidak ada perbaikan

2) Janin

a) Hasil fetal asesment jelek (NST&USG)

b) Adanya tanda IUGR

3) Labotatorium

Adanya HEELP syndrome (hemolsis dan peningkatan fungsi hepar,

trombositopenia) (Nugroho, 2012).


2.1.8 Determinan proksi / Dekat

Wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi preeklamsi berat,

sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.

2.1.8.1 Determinan intermedia

a. Status Reproduksi

1) Faktor usia

Umur reproduksi yang aman yaitu 20-35 tahun, sedangkan usia<20 >35

tahun mempunyai pengaruh besar terhadap resiko tinggi baik terhadap ibu

maupun janin (Manuaba, 2010). umur ibu yang baik untuk kehamilan dan

persalinan yaitu 20-35 tahun yang disebut juga sebagai usia reproduksi sehat.

Wanita yang melahirkan kurang dari usia 20 tahun atau lebih 35 tahun

mempunyai resiko tinggi, baik pada ibu maupun pada bayi, pada bayi yang

terdapat terjadi berat badan bayi rendah atau premature, sedangkanpada ibu

biasanya terjadi preeklamsi dan eklamsi (Prawiroharjo, 2012).

Wanita berusia kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun mempunyai

kemungkinan lebih besar mengalami preeklamsi berat. Kondisi rahim pada usia

kurang dari 20 tahun belum memungkinkan untukmelaksanakan proses

kehamilan dan persalinan yang sehat sehingga memungkinkan akan terganggu

dalam kehamilan maupun persalinan pada usia kurang 20 tahun lebih rentan

terjadi preeklamsi berat. Pada wanita besar dari 35 tahun mengalami

kemunduran alat reproduksi termasuk rahim sehingga bila terjadi kehamilan

juga akan menimbulkan resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya preeklamsi

berat.
2) Paritas

Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman yang ditinjau dari sudut

maternal. Primipara memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan multipara,

karena pada primi terjadi perubahan fisik dan fisikologis yang komplek dan

baru pertama dihadapinya. Perubahan- perubahan ini sangat memerlukan

adaptasi dan penyesuaian diri bagi wanita tersebut, namun pada ibu yang belum

bias beradaptasi dengan hal ini dapat meningkatkan resiko dan komplikasi yang

akan dihadapinya saat persalinan nanti.

3) Kehamilan ganda

Preeklamsi dan eklamsi 3kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda

dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklamsi dan satu kematian ibu

karena preeklamsi. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor

penyebabnya adalah ditensia uterus.

a. Status kesehatan

1) Riwayat preeklamsi

Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, tanda /gejala preeklampsia

ringan adalah:

a) Tekanan darah sistol 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval

pemeriksaan 6 jam.

b) Tekanan darah diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval

pemeriksaan 6 jam

c) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu

d) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin

kateter atau urin aliran pertengahan.

Sedangkan penyakit preeklampsia digolongkan berat apabila satu atau


lebih tanda / gejala dibawah ini ditemukan:

a) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg

atau lebih

b) Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan

semikuantitatif.

c) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.

d) Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.

e) Edema paru-paru atau sianosis (Rozikhan, 2007).

Riwayat pernah mengalami preeklampsia

Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya memiliki risiko 5

sampai 8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan keduanya.

Sebaliknya, wanita dengan preeklampsia pada kehamilan keduanya, maka bila

ditelusuri ke belakang ia memiliki 7 kali risiko lebih besar untuk memiliki riwayat

preeklampsia pada kehamilan pertamanya bila dibandingkan dengan wanita yang tidak

mengalami preeklampsia di kehamilannya yangkedua

2) Riwayat hipertensi

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain.

Bila peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam

trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita

menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat

pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia.

Peningkatan tekanan sistolik sekurang kurangnya 30 mm Hg, atau peningkatan

tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mm Hg, atau adanya tekanan sistolik

sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90

mm Hg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mm Hg atau lebih, ini sudah dapat
dibuat sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan

jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100

mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat (Rozikhan, 2007).

3) Riwayat penderita diabetes militus

Penyakit yang menyertai hamil seperti diabetes mellitus dan kegemukan juga

berpengaruh terhadap preeklampsia.Penyakit ini merupakan kelainan herediter

dengan ciri berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah

tinggi, dan berkurangnya glikogenesis.Diabetes dalam kehamilan menimbulkan

banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik

dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya,

diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan (Nurmalichatun, 2013).

4) Status gizi

Selama masa hamil harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Makanan

bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat yang

sesuai dengan kebutuhan gizi. Makanan bergizi ini untuk memenuhi kebutuhan

janin dan meningkatkan prosuksi ASI. Pemasukan makanan ibu hamil pada

triwulan I sering mengalami penurunan karena menurunnya nafsu makan dan sering

timbul mula atau muntah, tetapi makanan ini harus tetap diberikan seperti biasa.

Untuk mengatasi rasa mual atau muntah sebaiknya porsi makanan ibu diberikan

lebih sedikit dengan pemberian lebih sering. Sedangkan triwulan II nafsu 10makan

ibu biasanya sudah meningkat. Kebutuhan akan zat tenaga lebih banyak

dibandingkan kebutuhan saat hamil muda, demikian juga kebutuhan zat pembangun

dan zat pengatur seperti lauk-pauk, sayuran dan buah-buahan berwarna

5) Stres / cemas
Kemungkinan stres yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama bisa

berdampak negatif dan positif, dimana kedua stres ini dapat mempengaruhi perilaku

ibu. Terkadang stres tersebut bersifat instrinsik dan ekstrinsik. Stres ekstrinsik

timbul karena faktor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa

reproduksi

2.2 Usia ibu


Usia / Umur adalah variabel yang selalu diperhatkan dalam menyelidikan

epdemologi. untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan klien

dan mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau tidak < 20 tahun atau > 35

tahun.Persalinan preterm meningkat pada usia ibu < 20 dan > 35 tahun, ini disebabkan

karena pada < 20 tahun alat reproduksi untuk hamil belum matang sehingga dapat

merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Sedangkan

pada umur >35 tahun juga dapat menyebabkan persalinan preterm karena umur ibu

yang sudah resiko tinggi

Krisnadi, dkk (2009) menjelaskan bahwa ibu hamil dengan usia muda yaitu

kurang dari 20 tahun peredaran darah menuju serviks dan uterus belum sempurna hal

ini menyebabkan pemberian nutrisi pada janin berkurang. Demikian juga peredaran

darah yang kurang pada saluran genital menyebabkan infeksi meningkat sehingga juga

dapat menyebabkan persalinan preterm meningkat. Sedangkan menurut Kristiyanasari

(2010), ibu hamil dengan usia di atas 35 tahun juga berisiko karena terjadi penurunan

fungsi dari organ akibat proses penuaan. Adanya kehamilan membuat ibu memerlukan

ekstra energi untuk kehidupannya dan juga kehidupan janin yang sedang

dikandungnya. Selain itu pada proses kelahiran diperlukan tenaga yang lebih besar

dengan kelenturan dan elastisitas jalan lahir yang semakin berkurang (Rahmawati,

2013).
2.3 Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita

(BKKBN, 2006). Paritas dibedakan menjadi primipara dan multipara

(Prawirohardjo,2010).

Resiko kesehatan ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama, keempat

dan seterusnya. Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko kesehatan

yang timbul karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, setelah itu

jalan lahir baru akan dicoba dilalui janin.

Sebaliknya jika terlalu sering melahirkan rahim akan menjadi semakin lemah

karena jarinagan parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini

menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta tidak

mendapatkan aliran darah yang cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin akibatnya

pertumbuhan janin terganggu (Depkes RI,2004). Hal tersebut akan meningkatkan

resiko terjadinya persalinan preterm.

2.4 Kehamilan ganda


Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih bangsa,

hereditas, umur, dan paritas ibu merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

kehamilan kembar.Faktor utama yang meningkatkan kemungkinan terjadinya

kehamilan kembar adalah terapi infertilitas.

Ditemukan 97 kasus persalinan kehamilan kembar dari 7265 total persalinan

Paling banyak ditemukan pada umur 21 25 tahun.Terdapat 85 kasus yang memiliki

riwayat kehamilan kembar dalam keluarga. Cara persalinan yang paling banyak dengan

cara Seksio Sesarea sebanyak 47 kasus. Angka kematian perinatal masih saja terjadi

disebabkan oleh komplikasi dan penyulit yang terjadi saat persalinan. Komplikasi dapat

terjadi kapan saja, sehinga sangat penting akan tersedianya dokter yang berpengalaman
dalam penanganan komplikasi dari kehamilan kembar untuk menghasilkan luaran bayi

yang maksimal dan meminimalkan morbiditas dan mortalitas.


BAB III

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NyD P1A0H1 HARI KE I


DENGAN POST SC ATAS INDIKASI PEB

Di RSUP. Dr. M. Djamil Padang

FORMAT PENGKAJIAN PADA IBU NIFAS PATOLOGIS

I. PENGKAJIAN (Tanggal/Jam: 20 September 2017/15.45 Wib)


A. Identitas
Nama :NyD Nama :TnD
Umur :24 Th Umur :27 Th
Pendidikan :SLTA Pendidikan :SLTA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :swasta
Alamat Kantor :- Alamat Kantor :-
No telp :- No telp :-
Alamat rumah :Solok Selatan
No telp :0812xxxxxxxx
B. Anamnesa
1. Keluhan utama : Nyeri luka bekas operasi.
2. Riwayat perkawinan: ini perkawinan pertama ibu.
3. Riwayat Obstretik
a. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas:
Gravid aterm, partus SC di Cyto IBS, bayi tunggal, BBL bayi 2600 gr,PBL 48
cm, A/S 8/9, JK laki-laki, bayi dipindahkan ke ruang bayi HCU keb.
4. Riwayat KB
Ibu tidak pernah menggunakan KB jenis apapun.
5. Pola Kebutuhn Sehari-Hari
a. Nutrisi: ibu puasa setelah operasi.
b. Eliminasi: ibu terpasang kateter, urin terakhir jam 20.00 wib 1000cc.
c. Istirahat: ibu kurang istirahat akibat rasa nyeri bekas luka operasinya.
d. aktivitas: ibu bedrest dan membutuhkan bantuan orang lain dalam
beraktivitas
7. Riwayat Psikososial: ibu cemas lukanya tidak akan sembuh, ibu merasa sedih
tidak bisa bertemu dengan anggota keluarga lainya, ibu khawatir dengan keadaan
bayinya.

C. PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)


1. Pemeriksaan Umum
1) Umum : Sedang
2) Kesadaran : Composmetis
3) Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah :160/100 mmHg
- Nadi : 76x/menit
- Suhu : 370 C
- Respirasi : 22 x/Menit
2. Pemeriksaan Khusus
b. Pemeriksaan Wajah: palpebra oedema, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik.
c. Pemeriksaan Payudara
Payudara tampak bersih, terjadi hiperpygmentasi pada papilla dan aerrola
mamme ibu, papilla menonjol, tidak ada pembengkakan, belum ada pengeluaran ASI.
c. Pemeriksaan abdomen :
1) TFU : 1 jari dibawah pusat,
2) Kontraksi : baik.
3) Luka bekas operasi ditutup perban
d.Pemeriksaan genitalia.
Terdapat lokhea rubra, Ibu terpasang kateter, urin terakhir pukul 20.00 wib 1000 cc .

e. Pemeriksaan Ekstremitas
- Atas
Ekstremitas atas terpasang infus, di tangan kanan RL drip MgSO4 8 gr % 28 tetes/menit
dan tangan kiri RL drip oksitocin 2 amp 20 tetes / menit. Tidak ada oedema.
- Bawah
Tidak terdapat oedema.
f. Pemeriksaan Laboratorium

- hb : 13,6 g/dl

- leukosit : 9.670/mm3

- hematokrit : 40 %

-Trombosit:230.000/mm3

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NyD P1A0H1 HARI KE I


DENGAN POST SC ATAS INDIKASI PEB

S O A P

Tgl: 20- 1. Pemeriksaan Umum Dx: Ny D 1. Informasikan pada ibu


) Keada 09-2017 1) Umum P1A0H1 hari bahwa keadaan ibu
Pukul: : Sedang ke I dengan saat ini butuh rawatan
16.00 2) Kesadaran post SC atas di RS, ibu mengerti
wib : Composmetis indikasi dan mau dirawat.
3) Tanda-tanda Vital PEB+gemelli
-nyeri - TD :160/100 mmHg 2. Lakukan observasi
luka - Nadi : 76x/menit Dx potensial: TTV, TD:
bekas - Suhu : 370 C -Luka bekas 160/100mmHg,N:76x/i
operasi - Respirasi : 22 x/Menit operasi P:22x/i,S:387C.
potensial
-pusing 2. Pemeriksaan Khusus terjadinya 3. Anjurkan ibu untuk
Pemeriksaan Wajah: infeksi mobilisasi dini, ibu
palpebral oedema, -PEB sudah miring kiri dan
konjungtiva merah potensial kanan.
muda, sklera tidak terjadinya
ikterik. impending 4. Observasi abdomen
Pemeriksaan Payudara eklampsia dan perban luka ibu,
Payudara tampak luka ibu bersih tidak
bersih, terjadi ada darah yang
hiperpygmentasi pada merembes dan perban
papilla dan aerrola sudah diganti.
mamme ibu, papilla
menonjol, tidak ada 5. Perhatikan personal
hyegine ibu, ibu di
pembengkakan, belum mandikan dan siap di
ada pengeluaran ASI. vulva hyegine
Pemeriksaan
abdomen : 6. Anjurkan ibu untuk
TFU : 1 jari dibawah diit makanan, ibu diit
pusat, TKTP sesuai anjuran
Kontraksi : baik. tim gizi RS.
Luka bekas operasi
tertutup perban 7. Lanjutkan pemberian
Pemeriksaan terapi dari tim medis,
genitalia. RL drip MgSO4 8gr%
Terdapat lokhea rubra, 28 tetes/i, RL drip
Ibu terpasang kateter, oksitocin 2 amp 20
urin terakhir pukul 20.00 tetes/i, injeksi
wib 1000 cc cefriaxone, dopamet
Pemeriksaan 3x500 mg, pct 3x500
Ekstremitas mg, vit c 3x1, gastrul
- Atas II/rektal.
Ekstremitas atas
terpasang infus, di 8. Observasi intake dan
tangan kanan RL drip outpute ibu, diuresis
MgSO4 8 gr % 28 ibu pukul 20.00 wib
tetes/menit dan tangan 1000 cc.
kiri RL drip oksitocin 2
amp 20 tetes / menit.
Tidak ada oedema.
- Bawah
Terdapat oedema.
Pemeriksaan
Laboratorium
- hb : 13,6 g/dl
- leukosit : 9.670/mm3
- hematokrit : 40 %
Trombosit:230.000/mm3
Catatan Perkembangan :

S O A P

Tanggal: 1. Pemeriksaan Umum Dx: Ny D 1. Informasikan pada


1) Keada 21-09-2017 1) Umum P1A0H1 hari ibu bahwa keadaan
: Sedang ke 2 dengan ibu saat ini masih
-nyeri luka 2) Kesadaran post SC atas butuh rawatan di RS,
bekas : Composmetis indikasi ibu mengerti dan mau
operasi 3) Tanda-tanda Vital PEB+gemelli dirawat.
- TD :140/90 mmHg
-tidak - Nadi : 80x/menit Dx potensial: 2. Lakukan observasi
nyaman - Suhu : 36,50 C -Luka bekas TTV, TD:
dengan - Respirasi:20 x/Menit operasi 140/90mmHg,N:80x/i
slang 2.PemeriksaanKhusus potensial P:20x/i,S:36,5C.
kateter yang terjadinya
terpasang a. Pemeriksaan infeksi 3. Anjurkan ibu untuk
Wajah: palpebra -PEB mobilisasi dini, ibu
oedema, konjungtiva potensial sudah bisa duduk.
merah muda, sklera terjadinya
tidak ikterik. impending 4. Observasi abdomen
b. Pemeriksaan eklampsia dan perban luka ibu,
Payudara luka ibu bersih tidak
Payudara ada darah yang
tampak bersih, merembes dan perban
terjadi sudah diganti.
hiperpygmentasi
pada papilla dan 5. Perhatikan personal
aerrola mamme ibu, hyegine ibu, ibu di
papilla menonjol, mandikan dan siap di
tidak ada vulva hyegine
pembengkakan,
belum ada 6. Anjurkan ibu untuk
pengeluaran ASI. diit makanan, ibu diit
c. Pemeriksaan TKTP sesuai anjuran
abdomen : tim gizi RS.
TFU : 1 jari
dibawah pusat, 7. Lanjutkan pemberian
Kontraksi: baik. terapi dari tim medis,
Luka bekas RL drip MgSO4
operasi tertutup 8gr% 20 tetes/i,
perban injeksi cefriaxone,
d.Pemeriksaan dopamet 3x500 mg,
genitalia.
Terdapat lokhea pct 3x500 mg, vit c
rubra,Ibu terpasang 3x1.
kateter,urin terakhir
pukul 19.00 wib 8. Observasi intake dan
700 cc . outpute ibu, diuresis
ibu pukul 19.00 wib
e.Pemeriksaan 700 cc.
Ekstremitas
- Atas
Ekstremitas atas
terpasang infus, di tangan
kanan RL drip MgSO4 8 gr
% 28 tetes/menit. Tidak ada
oedema.

- Bawah
Tidak terdapat
oedema.
f.Pemeriksaan
Laboratorium
- hb : 11,2 g/dl
- leukosit : 23.820/mm3
- hematokrit : 33 %
- Trombosit : 233.000/mm3

S O A P

Tanggal: 22- 1. Pemeriksaan Umum Dx: Ny D 1. Memantau TTV


1) Keada 09-2017 1) Umum P1A0H1 hari ke ibu,TD:130/90,
: Sedang 3 dengan post N:80x/i, P:20x/i,
-nyeri bekas 2) Kesadaran SC atas indikasi S: 36,5C
luka operasi : Composmetis PEB+gemelli
3) Tanda-tanda Vital 2. Observasi
-ingin - TD :130/90 mmHg Dx potensial: abdomen dan
bertemu - Nadi : 80x/menit -Luka bekas perban luka ibu,
bayinya - Suhu : 36,50 C operasi luka ibu bersih
- Respirasi:20 x/Menit potensial tidak ada darah
-senang bisa 2.Pemeriksaan terjadinya yang merembes
bertemu Khusus infeksi dan perban sudah
keluarganya -PEB potensial diganti.
Pemeriksaan terjadinya
Wajah: palpebral impending 3. Perhatikan
tidak oedema, eklampsia personal hyegine
konjungtiva merah ibu, ibu siap di
muda, sklera tidak vulva hyegine
ikterik.
Pemeriksaan 4. Anjurkan ibu
Payudara untuk diit
Payudara makanan, ibu diit
tampak bersih, TKTP sesuai
terjadi anjuran tim gizi
hiperpygmentasi RS.
pada papilla dan
aerrola mamme ibu, 5. Lanjutkan
papilla menonjol, pemberian terapi
tidak ada dari tim medis,
pembengkakan, RL 20 tetes/i,
pengeluaran ASI injeksi
sudah ada. cefriaxone,
Pemeriksaan dopamet 3x500
abdomen : mg, pct 3x500
1. TFU :2 jari mg, vit c 3x1.
dibawah
pusat, 6. Melepaskan
2. Kontraksi : kateter ibu, ibu
baik. sudah tidak
3. Luka bekas terpasang kateter
operasi
tertutup
perban
Pemeriksaan
genitalia.
Terdapat lokhea rubra.
Pemeriksaan
Ekstremitas
- Atas
terpasang infus, di
tangan kanan RL 20
tetes/menit. Tidak ada
oedema.

- Bawah
Tidak terdapat
oedema.

S O A P

Tanggal: 1. Pemeriksaan Umum Dx: Ny D 1. Memantau TTV


1) Keada 23-09-2017 1) Umum : Sedang P1A0H1 hari ke ibu,TD:130/90,
2) Kesadaran : Composmetis 4 dengan post N:80x/i, P:20x/i,
-bekas luka 3) Tanda-tanda Vital SC atas S: 36,5C
operasi - TD :140/90 mmHg indikasi
masih nyeri - Nadi : 88x/menit PEB+gemelli 2. Observasi
- Suhu : 360 C abdomen dan
-pusing - Respirasi : 22 x/Menit Dx potensial: perban luka ibu,
2.Pemeriksaan Khusus -Luka bekas luka ibu bersih
-ingin Pemeriksaan Wajah: operasi tidak ada darah
menemui palpebral tidak oedema, potensial yang merembes
bayinya konjungtiva sedikit terjadinya dan perban
pucat, sklera tidak infeksi sudah diganti.
ikterik. -PEB potensial
Pemeriksaan Payudara terjadinya 3. Perhatikan
Payudara tampak impending personal hyegine
bersih,terjadi eklampsia ibu, ibu siap di
hiperpygmentasi pada vulva hyegine
papilla dan aerrola
mamme ibu, papilla 4. Anjurkan ibu
menonjol, tidak ada untuk diit
pembengkakan, makanan, ibu
pengeluaran ASI sudah diit TKTP sesuai
ada. anjuran tim gizi
Pemeriksaan abdomen : RS.
TFU :2 jari dibawah pusat,
Kontraksi : baik. 5. Lanjutkan
Luka bekas operasi pemberian terapi
tertutup perban dari tim medis,
Pemeriksaan genitalia. injeksi
Terdapat lokhea rubra. cefriaxone,
Pemeriksaan Ekstremitas dopamet 3x500
- Atas mg, pct 3x500
mg, vit c 3x1.
Terpasang injeck
pump, tidak oedema. 6. Membuka infus
ibu, tangan
- Bawah kanan ibu
Tidak terdapat oedema. trpasang injeck
Pemeriksaanlaboratorium pump.
- hb : 10,6 g/dl
- leukosit : 15.460/mm3
- hematokrit : 32 %
- Trombosit : 281.000/mm3

Вам также может понравиться