Вы находитесь на странице: 1из 11

METODE PENGAJARAN SOSIOLOGI

A. Pengertian Metode Pengajaran Sosiologi


Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau
bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru
dalam proses belajar mengajar yang bertujuan yang hendak dicapai, semakin tepat
metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik.
Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu
(Ulih Bukit Karo-Karo, 1985: 7). Menurut Rothwell dan Kazanas, Metode adalah
cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.

Menurut Sikun Pribadi Guru Besar IKIP Bandung berpendapat bahwa


pengajaran itu adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai
segi kognitif dan psikomotorik semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak
pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil
dalam mengerjakan sesuatu. Menurut Thoifuri bahwa metode pengajaran adalah
cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara
tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil
yang maksimal.

Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan


hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana,
1988: 76).
Metode mengajar adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang
ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar semakin
berhasillah pencapai tujuan, artinya apabila guru dapat memilih metode yang tepat
yang disesuaikan dengan bahan pengajaran, murid, situasi kondisi, media
pengajaran maka semakin berhasillah tujuan pengajaran yang ingin dicapai
(Sutomo, 1993: 155).

Jadi, metode pengajaran sosiologi adalah cara-cara atau teknik penyajian


bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai
metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka
seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan
situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan
pembelajaran.

B. Model Pembelajaran

Secara garis besarnya, metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi


dua bagian yakni:
1. Metode Pembelajaran Konvensional
Metode konvensional adalah metode yang biasa dipakai guru pada
umumnya atau sering dinamakan metode tradisional. Salah satu model
pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah
model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional mempunyai
beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya:
a. Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode
pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena
sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara
guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam
pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang
diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
b. Freire (1999), memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai
suatu penyelenggaraan pendidikan ber gaya bank penyelenggaraan
pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi
yang harus ditelan oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal.
Menurut Ujang Sukandi (2003), mendefenisikan bahwa pendekatan
konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan
tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui
sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses
pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa
pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang
lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa
lebih pasif sebagai penerima ilmu.
Sedangkan menurut Philip R. Wallace, pendekatan pembelajaran
dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang konservatif apabila mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan sebagai contoh bagi
muri-muridnya.
2. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat sangat kecil
3. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai persiapan akan masa
depan, bukan sebagai peningkatan kompetensi siswa di saat ini.
4. Penekanan yang mendasar adala pada bagaimana pengetahuan dapat diserap
oleh siswa dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur
keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi siswa terabaikan.
Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran,
penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus
telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan),
dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan
unjuk kerja secara langsung). Dalam kata lain, guru lebih sering menggunakan
strategi atau metode ceramah atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam
kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program
pembelajaran dilihat dair ketuntasannya menyampaikan seluruh meteri yang ada
dalam kurikulum.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat
dimaklumi sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada
guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran
lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi.
Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model
pembelajaran, dimana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat
memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau
maksimal.
Memang, model pembelajaran konvensional ini tidak harus kita tinggal,
dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-
tidaknya pada awal proses pembelajaran dilakukan. Atau kita memberikan kepada
anak didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan
dipergunakan.
Diantara metode-metode konvensional meliputi:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan guru dalam
menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas secara lisan kepada sejumlah
murid yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam metode ini yang
mempunyai peran utama adalah guru.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut :
Kelebihan Metode Ceramah
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
e. Guru mudah menerangkan pelajaran yang baik.
Kekurangan Metode Ceramah
a. Mudah menjadi verbalisme.
b. Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar
menerimanya.
c. Bila selalu digunakan dan terlalu lama membosankan.
d. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya ini sukar sekali.
e. Menyebabkan siswa menjadi pasif.

2. Metode Tanya Jawab


Metode Tanya jawab adalah metode mengajar dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa
kepada guru.
Metode Tanya jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara
lain :
Kelebihan Metode Tanya Jawab
a. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
b. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan.
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab
dan mengemukakan pendapat.
Kekurangan Metode Tanya Jawab
a. Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa
untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang,
melainkan akrab.
b. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir dan mudah dipahami siswa.
c. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapa
menjawab pertanyaan.
d. Dalam jumlah siswa yang banyak tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu cara mendidik yang berupaya
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-
masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya, sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan bersama.
Metode diskusi ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, antara
lain :
Kelebihan Metode Diskusi
a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-
prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah dan
memotivasi anak didik.
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c. Memperluas wawasan.
d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.
Kekurangan Metode Diskusi
a. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu
yang panjang.
b. Tidak dapat di pakai pada kelompok yang besar.
c. Peserta mendapat informasi yang terbatas.
d. Mungkin di kuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.

4. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan
atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai
dengan penjelasan lisan.
Metode Demonstrasi memiliki kelebihan dan kelemahan, sebagai berikut :
Kelebihan Metode Demonstrasi
a. Dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit.
b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c. Proses pengajaran lebih menarik.
d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
Kekurangan Metode Demonstrasi
a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
dengan hal itu pelaksanaan demonstrasi akan lebih efektif.
b. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
c. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang.

5. Metode Campuran
Metode Campuran atau Electic Methods dapat diartikan campuran,
kombinasi atau gado-gado dalam bahasa Indonesia (metode-metode pilihan).
Metode electic yaitu cara menyajikan bahan pelajaran di depan kelas dengan
melalui macam-macam kombinasi beberapa metode, misalnya; metode ceramah
dengan metode diskusi bahkan dengan metode demonstrasi sekaligus
dipakai/diterapkan dalam suatu kondisi pengajaran. Oleh karena itu, metode ini
campuran dari unsur-unsur yang terdapat dalam metode-metode. Dalam
praktiknya, metode campuran ini dapat diterapkan seorang guru dalam suatu
situasi pengajaran di depan kelas, dengan persiapan yang baik dan sungguh-
sungguh dalam mempraktikkan metode ini. Hal ini dikarenakan, kemampuan guru
dalam menguasai bahan itu sendiri perlu latihan-latihan praktik terus agar mampu
menguasai berbagai metode. Suatu keharusan seorang guru menguasai berbagai
macam metode-metode dan menerapkan secara bervariasi di kelas secara
bersungguh sungguh

2. Metode Pengajaran Inkonvensional


Metode Pembelajaran Inkonvensional yaitu suatu teknik mengajar yang
baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti metode
mengajar dan modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, machine program,
masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan di beberapa
sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-
guru yang ahli menanganinya.

Contoh Metode Pembelajaran Sosiologi secara Konvensional

Dari hasil observari penggunaan metode pembelajaran di Pondok


Pesantren Musyahadah Gunung Djati, peneliti lebih memilih menggunakan
metode konvensional dalam kegiatan penelitian pada mata kuliah Metode
Pengajaran Sosologi ini. Karena dengan metode konvensional peneliti merasa
lebih tepat dalam proses pembelajaran dan metode yang di gunakan.
Jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar adalah sepuluh
siswa. Peneliti mencoba melakukan observasi dalam dua kali pertemuan dalam 45
menit/pertemuan. Materi yang disampaikam adalah tentang interaksi sosial dan
konflik
Teknik yang di gunakan olah guru adalah teknik penyajian tanya
jawab.karena guru menggunakan metode ceramah karena guru menberikan
pengertian tentang kejadian kejadian sosial disekitarnya maka guru memancing
siswa dengan pertanyaan yang meyangkut disekitar lingkungan siswa dan siswa
disuruh untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Hasil pengamatan, peneliti menyampaikan materi atau penyajian materi
melalui metode ceramah kemudian memberikan kesempatan kepada siswanya
untuk mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini dibutuhkan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan peneliti melalui metode
ceramah, namun ketika diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
baru selesai disampaikan, sebagian siswa tidak menjawab dengan benar, siswa
masih kelihatan bingung dan ketika di suruh bertanya kepada berkaitan dengan
materi pelajaran hanya satu sampai dua orang siswa saja yang bertanya dan yang
bertanya itu-itu saja orangnya.
Cara mengajar seperti ini kurang meningkatkan motivasi belajar siswa di
karenakan metode yang digunakan dalam mengajar kurang memberikan variasi
dan bersifat monoton sehingga membuat peserta didik cepat jenuh. Inovasi
diperlukan untuk memberikan suasana baru agar para siswa dapat memperopeh
perlajaran yang semestinya. Kenyataan yang terjadi dari cara mengajar yang
dilakukan oleh peneliti tidak membuat sebagian siswa termotivasi untuk belajar di
karenakan metode yang digunakan oleh peneliti mencoba menyampaikan dengan
ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Hampir semua siswa antusias sekali dan
khidmat sekali dalam mengikuti proses belajar mengajar, namun tetap sebagian
siswanya lagi masih kurang termotivasi dengan teman-temannya baik yang
menjawab pertanyaan/bertanya maupun yang berdiskusi (yang menyampaikan
materi oleh siswa).
Motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara berdiskusi dan memberikan
sebuah apresiasi bagi setiap siswa yang antusias sekali dan berprestasi dalam
setiap pertemuan. Namun, hal itu harus disampaikan sebelum berlangsungnya
belajar mengajar. Cara ini terbukti membuat siswa lebih antusias untuk
mendengarkan. Hal ini diterapkan oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa rata-
rata siswa menyukai hal-hal yang terkait dengan apresiasi dari seorang guru,
apalagi jika hal yang dibicarakan tersebut. Namun, tidak harus setiap hari juga,
setiap satu minggu sekali juga tidak mengurangi semangatnya siswa.
Belajar mengajar menjadi menarik perhatian peserta didik dan tidak
monoton. Metode yang digunakan tidak membuat peserta didiknya cepat jenuh,
sehingga setiap kegiatan proses belajar mengajar harus selalu mencari metode-
metode yang baru meskipun tidak semua metode tersebut diterapkan ketika proses
belajar mengajar.
Namun, tidak hanya metode yang membuat siswa dapat terlibat langsung
ke dalam sebuah peran saja yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Sebagaimana yang di ungkapkan Djamarah dan Zain (2006: 87) bahwa
penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi
kendala dalam mencapai tujuan yang telah di rumuskan.
Menurut Purwanto (dalam Talajan. 2012: 61), menjelaskan bahwa
memilih metode mengajar yang baik dan selalu menyesuaikan dengan materi
pembelajaran maupun kondisi peserta didik. Metode yang di gunakan guru dalam
mengajar akan berpengaruh, terhadap kelancaran proses pembelajaran, dan
menentukan tercapainya tujuan dengan baik. Untuk itu diusahakan dalam
memilih metode yang menuntut kreativitas pengembangan nalar dan
membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar guru dituntut untuk
memiliki kreativitas dalam penggunaan metode pembelajaran. Peneliti berusaha
untuk merubah kembali metode sebagian pembelajarannya, dengan cara
menyampaikan sebuah materi yang dikaitkan atau mengambil contoh dari
kehidupan-kehidupan sehari hari, khususnya bagi kehidupan para remaja. Dan
memakai alat peraga seperti, infocus.
Menurut Purwanto (dalam Talajan. 2012: 61), menjelaskan bahwa
menciptakan metode atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat. Pengunaan
alat peraga atau metode pendidikan akan memperlancar tercapainya tujuan
pembelajaran. Guru berusaha untuk selalu kreatif dalam menciptakan metode
pembelajaran sehingga akan lebih menarik perhatian peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran. Pengunaan alat peraga yang menarik akan
membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Freire, Paulo. 1999. Menggugat Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Guntur Talajan. 2012. Menumbuhkan Kreativitatas dan Prestastasi Guru.
Yogyakarta: Laksbang Pressindo
Nana Sudjana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Sinar
Baru
Sukandi, Ujang. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa dan Bagaimana.
Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Cetakan ke- 1.
Surabaya: Usaha Nasional.
Thoifuri. 2008. Menjadi Guru Inisiator. Kudus: STAIN kudus press.
Ulih Bukit Karo-Karo. 1985. Metodologi Pengajaran. Salatiga: CV Saudara.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
http://cupitakyt.blogspot.co.id/2013/10/metode-belajar-mengajar-
konvensional.html

Вам также может понравиться