Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi berlubang sama halnya dengan penyakit kardiovaskular yang


ternyata tidak boleh diremehkan dan diabaikan begitu saja. Sisa makanan
yang masuk ke dalam lubang pada gigi yang berlubang, dapat menyebabkan
bakteri bersarang pada lubang tersebut. Lama kelamaan akan menggerogoti
bagian gigi tersebut sedikit demi sedikit, sampai pada akhirnya lubang
tersebut mencapai ke permukaan gusi bahkan sampai masuk ke dalam gusi
dan mengenai saluran akar gigi dan saraf-saraf atau pembuluh darah yang
terdapat dalam gusi. Bakteri-bakteri jahat tersebut akan masuk ke dalam
saraf-saraf pembuluh darah dan mengikuti jalannya aliran darah yang
melalui jantung, sehingga menyebabkan beberapa penyakit kardiovaskular.

B. Tujuan dan manfaat

Tujuan :

a. Untuk mengetahui hubungan penyakit kardiovaskular dengan


perawatannya dibidang kedokteran gigi.

Manfaat :

a. Dapat menambah informasi bagi mahasiswa dan petugas kesehatan


b. Meningkatkan kewaspadaan pada pengelolaan kasus-kasus periodontal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Cardiovascular Disease

Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah istilah bagi serangkaian gangguan


yang menyerang jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner
(CHD), penyakit serebrovaskular, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan penyakit
vaskular perifer (PVD). Definisi CVD juga menyangkut penyakit lain seperti
rheumatic heart disease (kerusakan jantung akibat rematik) dan penyakit jantung
kongenital (kerusakan bentuk struktur jantung sejak lahir). Penyebab utama penyakit
kardiovaskular adalah penggunaan tembakau, kolestrol tinggi, tekanan darah yang
tinggi, dan diabetes. Kurang olahraga dan makanan yang kurang sehat memburukkan
tingkat kolesterol, tekanan darah, dan diabetes.

Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan produksi insulin atau
reseptor insulin terganggu sehingga kadar glukosa darah dapat tidak terkontrol.
Klasifikasi diabetes melitus menurut ADA (American Diabetes Association) 2009
yaitu :

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang bertugas
menghasilkan insulin.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin
bersama resistensi insulin.

Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan
periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah
proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa
adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan Gingivitis. Apabila penyakit
gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit akan terus
berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum,
keadaan ini disebut dengan Periodontitis.

Trombosis cerebralis

Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem kardiovaskuler


termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan mikrosirkulasi. Menurut Robert
Virchow, terjadinya trombosis adalah sebagai akibat kelainan dari pembuluh
darah, aliran darah dan komponen pembekuan darah (Virchow triat). Trombus
dapat terjadi pada arteri atau pada vena, trombus arteri di sebut trombus putih
karena komposisinya lebih banyak trombosit dan fibrin.

Endokarditis Bakteriaslis
Endokarditis adalah infeksi lapisan dalam jantung (endokardium).
Endokarditis biasanya terjadi ketika bakteri atau kuman lain dari bagian lain dari
tubuh Anda, seperti mulut, menyebar melalui aliran darah dan menempel ke
daerah-daerah yang rusak di dalam jantung Anda. Jika tidak diobati, endokarditis
dapat merusak atau menghancurkan katup jantung dan dapat menyebabkan
komplikasi yang mengancam jiwa. Pengobatan untuk endokarditis termasuk
antibiotik dan, pada kasus berat, pembedahan..Endokarditis jarang pada orang
dengan jantung yang sehat. Orang yang menghadapi risiko terbesar dari
endokarditis adalah mereka yang memiliki katup jantung yang rusak, katup
jantung buatan atau cacat jantung lainnya.

Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan
darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal
sebagai pembunuh diam-diam karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-
satunya cara mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah.

Infrak Miokard
Infark miokard (IM), umumnya dikenal sebagai serangan jantung, terjadi
ketika sekelompok otot jantung mati karena penyumbatan mendadak dari arteri
koroner (trombosis koroner). Hal ini biasanya disertai dengan nyeri dada luar biasa
dan sejumlah kerusakan jantung.

Pemblokiran arteri koroner yang paling sering disebabkan oleh kondisi


yang disebut aterosklerosis, yang merupakan penumpukan zat lemak secara
bertahap dalam aliran darah di sepanjang lapisan dalam arteri yang membatasi
aliran darah ke jantung. Zat-zat ini juga dapat membuat massa abnormal dari
trombosit yang menjadi bekuan darah. Jaringan parut yang dihasilkan dari otot
mati pada IM mengubah pola aktivitas listrik jantung. Perubahan-perubahan dalam
pola listrik ini terlihat dengan jelas dalam uji elektrokardiografi (EKG),.
BAB III

PEMBAHASAN

1. DIABETES MELITUS

Bila dibandingkan pasien diabetes dengan penyakit gusi yang ringan, maka
orang-orang dengan penyakit gusi parah memiliki prevalensi protein dalam
urin (proteinuria) yang signifikan dan sejumlah komplikasi kardiovaskular.
Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian dan kerjasama yang erat antara dokter
dan dokter gigi. Mengobati komplikasi periodontal dapat meningkatkan
kontrol metabolik dari penyakit diabetes.

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan produksi insulin


atau reseptor insulin terganggu sehingga kadar glukosa darah dapat tidak
terkontrol. Klasifikasi diabetes melitus menurut ADA (American Diabetes
Association) 2009 yaitu :

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang bertugas
menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin absolut. Proses
destruksi ini dapat terjadi karena proses imunologik maupun idiopatik.

b. Diabetes Melitus Tipe 2 Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

Setelah makan, hal yang normal jika gula darah (glukosa) konsentrasi
meningkat. Biasanya untuk satu atau dua jam sementara otot dan sel-sel akan
menyerap dan menggunakan glukosa untuk energi setelah itu kadarnya
kembali normal. Insulin, suatu hormon yang dikeluarkan oleh pankreas,
memfasilitasi proses penyerapan glukosa. Ini membantu tubuh
memanfaatkan glukosa darah dengan mengikat reseptor pada sel-sel seperti
kunci cocok menjadi kunci yang memungkinkan gula darah untuk memasuki
sel. Ketika kadar glukosa tetap tinggi selama lebih dari yang seharusnya, gula
darah dapat mengoksidasi protein yang menyebabkan kerusakan organ-organ
internal dan ini menciptakan memprihatinkan. Kadar gula darah tetap tinggi,
biasanya merupakan indikasi dari sel-sel menjadi resisten insulin. Resistensi
insulin terjadi ketika jumlah normal insulin disekresikan oleh pankreas tidak
mampu untuk membuka pintu ke sel. Untuk mempertahankan konsentrasi
glukosa darah normal, pankreas mengeluarkan insulin tambahan. Dalam
beberapa kasus (sekitar 1/3 dari orang-orang dengan resistensi insulin), ketika
sel-sel tubuh menolak atau tidak menanggapi bahkan tingkat tinggi insulin,
glukosa menumpuk dalam darah sehingga glukosa-darah tinggi atau diabetes
tipe 2. Penyebab pasti mengarah ke resistensi insulin tidak diketahui, tetapi
diabetes tipe 2 terus meningkat karena semakin banyak orang di AS menjadi
gemuk, tidak aktif secara fisik, atau keduanya. Diabetes didahului oleh
obesitas 90 persen dari waktu. Obesitas dan kurangnya memperburuk
resistensi insulin. Juga, orang-orang yang tahan insulin biasanya memiliki
ketidakseimbangan dalam lipid darah mereka (lemak darah), dengan
peningkatan tingkat trigliserida (lemak darah) dan menurunnya tingkat HDL
(kolesterol baik). Ketidakseimbangan ini di trigliserida dan HDL kolesterol
meningkatkan risiko penyakit jantung. Oleh karena itu, kadar kolesterol total
penderita diabetes dan prediabetics cenderung sangat tinggi.

Pada Diabetes Mellitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek dan
adanya angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang,
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara
lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang
utama). Gangguan mikro sirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran
darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan
degenarasi dari serabut saraf. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-
bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena
plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai
kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi
melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini
menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.
Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai sifat
membentuk asam. Keasaman (pH) yang rendah menyebabkan pelarutan
progresif mineral enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan.
Hasil penelitian menunjukkan pasien Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol
lama berpengaruh pada karies gigi, dan pada pasien yang terkontrol terjadi
karies gigi yang tidak berarti dibandingkan orang normal.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis dari diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering
kencing terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping
itu kadang kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki,
cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka
sukar sembuh. Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan
adanya keluhan. Mereka mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat
check-up ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi. Memang saat ini tidak
ada keluhan tetapi mereka harus menyadari bahwa kadar glukosa darah yang
selalu tinggi dalam jangka panjang akan menimbulkan apa yang disebut
komplikasi jangka panjang akibat keracunan glukosa. Pasien dapat terkena
komplikasi pada mata hingga buta atau komplikasi lain seperti kaki busuk
(gangren), komplikasi pada ginjal, jantung, dll (Waspadji, dkk, 2002).
Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes mellitus yaitu
obesitas dan keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah
polidipsia, poliuria, dan polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat
tanggapan di dalam penyusunan diet penderita Diabetes mellitus
(Tjokroprawiro, dkk, 1986).

2. PENYAKIT PERIODONTAL

Aktifitas rutin sehari-hari seperti pengunyahan dan prosedur oral hygiene


dapat menyebabkan bakteriemi dari mikroorganisme mulut. Penyakit
periodontal menjadi penyebab meningkatnya terjadinya bakteriemi termasuk
keberadaan bakteri Gram negatif yang merupakan bakteri dominan pada
periodontitis. Jaringan periodontal yang mengalami periodontitis bertindak
sebagai reservoir endotoksin (LPS) dari bakteri Gram negatif. Endotoksin
dapat masuk ke dalam sirkulasi sistemik selama fungsi pengunyahan,
menimbulkan dampak negatif pada jantung. Pada seseorang periodontitis
ditemukan konsentrasi endotoksin yang lebih besar dibandingkan dengan
yang tanpa periodontitis. Infeksi periodontal berpotensi menjadi infeksi
sistemik, ini menyebabkan keadaan hiperkoagulasi dan peningkatan viskositas
darah. Bertambahnya kekentalan atau viskositas darah dapat meningkatkan
terjadinya penyakit jantung iskemi dan stroke karena resiko terbentuknya
thrombus. Pembentukan aterosclerosis diawali dengan sirkulasi monosit
menempel pada endotel. Setelah berikatan dengan endotel kemudian monosit
berpenetrasi kelapisan lebih dalam, terjadi pembesaran monosit dan terbentuk
atheromatous plaque. Pembentukan atheromatous plaque dan penebalan
dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah,
akibatnya terjadi berkurangnya aliran darah. Trombosis sering terjadi setelah
pecahnya plaque atheromatous, terjadi pengaktifan platelet dan jalur
koagulasi. Kumpulan platelet dan fibrin dapat menutupi pembuluh darah
menyebabkan iskemi seperi angina atau myocardial infarction.
Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakterial
terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus
gingiva yang nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan
sejumlah zat yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam
perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva dan
perkembangannya pada bagian tepi permukaan gigi terjadi ketika koloni
mikroorganisme berkembang. Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan
yaitu gingivitis dan periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling
sering dijumpai adalah proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak
yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal
dengan Gingivitis. Apabila penyakit gingiva tidak ditanggulangi sedini
mungkin maka proses penyakit akan terus berkembang mempengaruhi tulang
alveolar, ligamen periodontal atau sementum, keadaan ini disebut dengan
Periodontitis.

Penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu gingivitis dan
periodontitis. Konsep patogenesis penyakit periodontal yang diperkenalkan
oleh Page dan Schroeder terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu : Permulaan, Dini,
Menetap dan Parah. Tiga tahap pertama yaitu permulaan, dini dan menetap
merupakan tahap pada diagnosa gingivitis dan tahap parah merupakan
diagnosa periodontitis. Klasifikasi penyakit periodontal secara klinik dan
histopatologi pada anak-anak dan remaja dapat dibedakan atas 6 (enam) tipe :

1. Gingivitis kronis
2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LPJ)
3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)
4. Periodontitis kronis
5. Akut Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
6. Periodontitis Prepubertas
GEJALA KLINIS

Untuk mengungkapkan gejala-gejala penyakit periodontal dapat dinilai


melalui pemeriksaan secara klinis dan histopatologis.
1. Gingivitis Kronis
Prevalensi gingivitis pada anak usia 3 tahun dibawah 5 %, pada usia 6
tahun 50 % dan angka tertinggi yaitu 90 % pada anak usia 11 tahun.
Sedangkan anak usia diantara 11-17 tahun mengalami sedikit penurunan
yaitu 80- 90 %. Gingivitis biasanya terjadi pada anak saat gigi erupsi gigi
sulung maupun gigi tetap dan menyebabkan rasa sakit. Pada anak usia 6-7
tahun saat gigi permanen sedang erupsi, gingival marginnya tidak
terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan ini menyebabkan sisa
makanan masuk ke dalam gingiva dan menyebabkan peradangan. Terjadi
inflamasi gingiva tanpa adanya kehilangan tulang atau perlekatan jaringan
ikat. Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperamie, warna gingiva
berubah dari merah muda menjadi merah tua, disebabkan dilatasi kapiler,
sehingga jaringan lunak karena 4 banyak mengandung darah. Gingiva
menjadi besar (membengkak), licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva
spontan atau bila dilakukan probing, gingiva sensitif, gatalgatal dan
terbentuknya saku periodontal akibat rusaknya jaringan kolagen. Muncul
perlahan-lahan dalam jangka lama dan tidak terasa nyeri kecuali ada
komplikasi dengan keadaan akut. Bila peradangan ini dibiarkan dapat
berlanjut menjadi periodontitis.
2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP)
- Penderita biasanya berumur 12-26 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada
umur 10-11 tahun.
- Perempuan lebih sering diserang daripada laki-laki (3 : 1)
- Gigi yang pertama dirusak molar satu dan insisivus.
- Angka karies biasanya rendah.
- Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan fagositosis
- Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi,
tetapi pada tempat yang dirusak dijumpai kalkulus subgingiva.
- Gingiva bisa kelihatan normal tetapi dengan probing bisa terjadi
perdarahan dan gigi yang dikenai akan terlihat goyang.
3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)
GJP ini mirip dengan LJP, tetapi GJP terjadi secara menyeluruh pada gigi
permanen dan dijumpai penumpukan plak yang banyak serta inflamasi
gingiva yang nyata. Melibatkan keempat gigi molar satu dan semua
insisivus serta dapat merusak gigi lainnya (C, P, M2).
4. Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis merupakan suatu diagnosa yang digunakan untuk
menyebut bentuk penyakit periodontal destruktif, namun tidak sesuai
dengan kriteria periodontitis juvenile generalisata, lokalisata maupun
prepubertas.
- Penyakit ini mirip dengan gingivitis kronis, akan tetapi terjadi
kehilangan sebagian tulang dan perlekatan jaringan ikat.
- Perbandingan penderita antara perempuan dan laki-laki hampir sama
- Angka karies biasanya tinggi
- Respon host termasuk fungsi netrofil dan limposit normal
5. ACUTE NECROTIZING ULCERATIVE GINGIVITIS (ANUG)
- Adanya lesi berbentuk seperti kawah (ulkus) pada bagian proksimal
dengan daerah nekrosis yang luas, ditutupi / tidak ditutupi lapisan
pseudomembran berwarna putih keabu-abuan.
- Lesi yang mengalami inflamasi akut menambah serangan rasa sakit
yang cepat, perdarahan dan sangat sensitif bila disentuh.
- Gingiv berkeratin, edematus dan epitelnya terkelupas. Mulut berbau,
kerusakan kelenjar limpa , lesu dan perasaan terbakar.
- Penyakit ini sangat besar kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor
etiologi sekunder seperti stress dan kecemasan. Dapat juga
dipengaruhi faktor-faktor lain seperti kelelahan, daya tahan tubuh yang
menurun, kekurangan gizi, merokok, infeksi virus, kurang tidur,
disamping dipengaruhi faktor lokal lainnya.
6. Periodontitis Prepubertas
- Periodontitis prepubertas ada dua bentuk terlokalisir dan menyeluruh.
Bentuk terlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan
mempengaruhi hanya beberapa gigi saja, sedangkan bentuk
menyeluruh dimulai saat gigi tetap mulai erupsi dan mempengaruhi
semua gigi desidui.
- Pasien di bawah umur 12 tahun (4 atau 5 tahun).
- Perbandingan jenis kelamin hampir sama.
- Angka karies biasanya rendah
- Plak dan kalkulus yang melekat pada gigi biasanya sedikit
- Kehilangan tulang dan lesi furkasi (furcation involment) terlihat secara
radiografis.
- Kerusakan jaringan periodontal lebih cepat pada bentuk generalisata
dari pada bentuk terlokalisir.
Dalam kaitannya dengan umur panjang (usia harapan hidup), penemuan
paling penting menunjukkan bahwa indikator kuat kematian dini selain
penyakit jantung koroner adalah penyakit periodontal dan kebersihan
mulut yang buruk. Pria muda yang memiliki indeks kebersihan mulut
maksimum 6 memiliki risiko kematian 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan
yang memiliki indeks kebersihan 0. Selain itu, pria muda dengan periodontitis
memiliki risiko kematian hampir tiga kali lipat akibat penyakit jantung
koroner, dan sekitar 50% risiko masuk ke rumah sakit. Bila
dibandingkan dengan subjek yang menderita penyakit periodontal
ringan atau tidak ada, individu dengan gingivitis (penyakit periodontal
ringan) memiliki risiko kematian sekitar 23% lebih tinggi. Orang dengan
periodontitis, atau tidak ada gigi, memiliki risiko meninggal sekitar 50% lebih
tinggi.

3. PENYAKIT KATUP JANTUNG

Penyakit katup jantung akan menyebabkan gangguan aliran darah melalui


katup. Aliran darah yang terganggu dapat menyebabkan kegagalan jantung.
Pasien yang memiliki penyakit katup jantung apabila terjadi bakteremia
(kuman yang terdapat dalam darah) dia akan peka terhadap endokarditis
bakterialis (infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada kutup jantung). Ketika
pencabutan gigi, pembedahan gusi maupun pembersihan karang gigi
subgingival akan menyebabkan perdarahan dan bakteremia tak terhindarkan.
Jadi kepada pasien penyakit katup jantung harus diberikan profilaksis
antibiotik terlebuh dahulu sebelum tindakan tindakan itu dilakukan.

Kuman-kuman komensal pada rongga mulut (seperti sterp, viridans) masuk ke


dalam sirkulasi saat terjadinya perdarahan pada tindakan dokter gigi, atau
bahkan dapat terjadi pada waktu mengunyah biasa pada seseorang yang
tengah menderita penyakit periodontal kronik. Perlindungan dengan antibiotik
dibutukan, tanpa perlindungan antibiotik akan mempertinggi resiko yang
berasal dari organisme-organisme dalam sirkulasi yang kemudian menempel
di miokardiumpada tempat yang telah menjadi tidak rata karena telah rusak
oleh penyakit atau oleh sebab-sebab lain. Peradangan yang terjadi kemudian
menyebabkan adhesi trombosit dan membentukvegetasi-vegetasi yang rapuh
dan fragmen-fragmen pecahannya akan masuk ke dalam sirkulasi sebagai
emboli. Endokarditis bakterialis sub-akut terjadi pada pasien-pasien yang
telah mempunyai penyakit jantung sebelumnya. Disebabkan oleh bakteremia
setelah tidakan dokter gigiyang menimbulkan perdarahan.

GEJALA KLINIS

PEMERIKSAAN KETERANGAN
DIAGNOSTIK
Laborotorium - Leokosit dengan jenis neutrofil
- Anemia monokrom normosister
- LED meningkat
- Imunoglobulin semua meningkat
- Fiksasi antigama
- Hemolitik komplement dan komplement c3
dalam serum menurun
- Bilirubin meningkat
- Pada urin ada proteiunaria dan hematuria
Ekokardiografi - Vegetasi besar (>5 mm)
- Prolaps mitral, fibrosis, dan katup mitral
-
4. TROMBOSIS SEREBRAL ATAU KORONER
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem kardiovaskuler
termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan mikrosirkulasi. Menurut Robert
Virchow, terjadinya trombosis adalah sebagai akibat kelainan dari pembuluh
darah, aliran darah dan komponen pembekuan darah (Virchow triat). Trombus
dapat terjadi pada arteri atau pada vena, trombus arteri di sebut trombus putih
karena komposisinya lebih banyak trombosit dan fibrin, sedangkan trombus
vena di sebut trombus merah karena terjadi pada aliran daerah yang lambat
yang menyebabkan sel darah merah terperangkap dalam jaringan fibrin
sehingga berwarna merah. Trombosis dalam adalah satu penyakit yang tidak
jarang ditemukan dan dapat menimbulkan kematian kalau tidak di kenal dan
di obati secara efektif. Kematian terjadi sebagai akibat lepasnya trimbus vena,
membentuk emboli yang dapat menimbulkan kematian mendadak apabila
sumbatan terjadi pada arteri di dalam paru-paru (emboli paru).

GEJALA KLINIS

1. Pembengkakan

Pembengkakan disebabkan karena adanya edema. Timbulnya edema


disebabkan oleh sumbatan vena di bagian proksimal dan peradangan
jaringan perivaskuler. Apabila pembengkakan ditimbulkan oleh sumbatan
maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri,
sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan perivaskuler maka
bengkak timbul pada daerah trombosis dan biasanya di sertai nyeri.
Pembengkakan bertambah kalau penderita berjalan dan akan berkurang
kalau istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki agak ditinggikan.
2. Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada
trombosis vena dalam dibandingkan trombosis arteri. Pada trombosis vena
perubahan warna kulit di temukan hanya 17%-20% kasus. Perubahan
warna kulit bisa berubah pucat dan kadang-kadang berwarna ungu.
Perubahan warna kaki menjadi pucat dan pada perubahan lunah dan
dingin, merupakan tanda-tanda adanya sumbatan cena yang besar yang
bersamaan dengan adanya spasme arteri, keadaan ini di sebut flegmasia
alba dolens.

3. Sindroma post-trombosis.
Penyebab terjadinya sindroma ini adalah peningkatan tekanan vena
sebagai konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena
besar. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding
vena dalam di daerah betis sehingga terjadi imkompeten katup vena dan
perforasi vena dalam. Semua keadaan di atas akan mengkibatkan aliran
darah vena dalam akan membalik ke daerah superfisilalis apabila otot
berkontraksi, sehingga terjadi edema, kerusakan jaringan subkutan, pada
keadaan berat bisa terjadi ulkus pada daerah vena yang di kenai.

Manifestasi klinis sindroma post-trombotik yang lain adalah nyeri pada


daerah betis yang timbul / bertambah waktu penderitanya berkuat (venous
claudicatio), nyeri berkurang waktu istirahat dan posisi kaki ditinggikan,
timbul pigmentasi dan indurasi pada sekitar lutut dan kaki sepertiga
bawah.
Trombosis serebral terjadi pada pasien yang peka terhadap tindakan bedah
dalam kedokteran gigi, yang disebabkan oleh rasa nyeri dan takut . pada
keadaan seperti ini dibutuhkan perawatan medik yang cepat. Perawatan
yang tepat adalah mengubungi terlebih dahulu dokter yang merawatnya.

4. HIPERTENSI

Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit jantung


dan penyebab utama gagal ginjal dan stroke. Petugas kesehatan gigi
memiliki peran penting dalam deteksi dan penanganan pasien hipertensi.
Untuk tindakan kedokteran gigi terhadap pasien hipertensi menggunakan
obat analgesia yang tidak mengandung adrenalin. Pengunngan 3%
prilocaine dengan felypressin. Perawatan gigi efektif untuk pasien
hipertensi yang tidak terkontrol harus ditunda samapai terkontrol.

GEJALA KLINIS

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya


gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya
tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang
hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan
jantung. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama
bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit
sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala
biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala
lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-
kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat
mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium,
stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi
dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

5. INFRAK MIOKARD

Infark miokard terjadi ketika arteri koroner atherosklerotik menyempit


yang tersumbat oleh pembentukan trombus, sehingga pada akhirnya
nekrosis bagian dari otot jantung yangdisuplai oleh arteri tersebut. Rasa
sakit bisa disertai dengansesak napas, gelisah, mual, dan diaforesis.Risiko
kematian tertinggi setelah infark miokard akut terjadi selama 12 jam
pertama ketikarisiko ventrikel fib-rillation terbesar. Pasien yang telah
menderita infark miokard dalam 6 bulanterakhir berada pada peningkatan
risiko infark tamba-nasional. Akibatnya, hanya perawatanminimal untuk
masalah gigi akut disarankan dalam waktu 6 bulan infark, dan umumnya
hanyasetelah berkonsultasi dengan dokter pasien.Perawatan gigi elektif
biasanya dapat diberikan setelah 6 bulan telah berlalu setelah
infarkmiokard. Konsultasi dengan dokter dianjurkan dan, jika tidak ada
masalah dicatat, doktergigi dapat melanjutkan dengan pengobatan
menggunakan prinsip-prinsip meliputi janji pagi, pro-menemukananestesi
lokal, lisan atau sedasi inhalasi jika diperlukan, dan pemantauan ketat dari
vital pasien tanda-tanda.

Gejala Klinis

Nyeri dada kiri seperti ditusuku-tusuk atau diiris menjalar ke lengan


kiru. Nyeri dada serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan lama, serta
tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat atau pemberian nitrogengliseri.
Rasa nyeri kadang di daerah epigastrium dan dapat menjalan ke unggung
sehingga pasien merasa gelisah, yakut, berkeringat dingin dan lemas.
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara cardiovascular disease yang
berkaitan di bidang keperawatan gigi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
mengenai kesehatan gigi dan mulut antara lain :
- Rawat gigi dan gusi, serta ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin setiap
enam bulan.
- Untuk mengontrol sariawan dan infeksi jamur, serta hindari merokok.
- Kontrol gula darah yang baik juga dapat membantu mencegah atau
meringankan mulut kering yang disebabkan oleh diabetes.
- Menggunakan dental floss paling tidak sekali sehari untuk mencegah plak
muncul di gigi.
- Menggunakan pembersih mulut anti bakteri untuk mengurangi jumlah
bakteri penyebab sakit gigi pada mulut.
- Menggosok gigi, terutama setelah makan. Gunakan sikat gigi dengan bulu
yang lembut.
- Perbaiki pola hidup, jauhkan dari penyebab stres.
- Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan atau kawat orthodontik perlu
mendapat perhatian khusus. Pemakai gigi tiruan harus melepas gigi tiruan
sebelum tidur dan dibersihkan dengan seksama agar meminimalkan
kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena kebersihan yang tidak
terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Joseph SA. Manual of Cardiovascular diagnosis and therapy. 1st ed.. Boston :
Little Brown. 1980, p. 277-283

Lubis, I. 2006. Manifestasi diabetes melitus dalam rongga mulut. Artikel.

Matthews, R.W. dan J.L Burton. 1989. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam
untuk Mahasiswa Kedokteran Gigi. Jakarta: Binarupa Aksara

Susanto, A. 2004. Penyakit Periodontal dan Penyakit Jantung Koroner.Artikel

Toole JF. Cerebro vascular disorders. New York : Raven Press. 1984, p. 172-
173

Вам также может понравиться