Вы находитесь на странице: 1из 21

32

BAB III
TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN

A. Falsafah, Visi, Misi, dan Tujuan RSUP Persahabatan


1. Falsafah
Keberadaan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan yang
berdiri di salah satu kawasan hijau (area resapan) Ibukota Jakarta ini
sebenarnya dimulai semenjak era akhir dari Pemerintahan Sukarno. Pada
periode sekitar 1960-1965, Indonesia memiliki hubungan bilateral yang
ekstensif dengan beberapa negara Blok Timur, salah satunya dengan yang
terbesar yaitu Negara Rusia. Sebagai bagian dari hubungan kedua negara saat
itu yang erat; Pemerintah Rusia memberikan bantuan dan kerjasama dalam
banyak bidang, yang salah satunya adalah mendirikan rumah sakit di kawasan
Jakarta Timur yang dikenal sebagai Rumah Sakit (RS) Persahabatan. Nama
persahabatan pun dipilih secara simbolik untuk menggambarkan adanya
hubungan yang mesra antara kedua negara pada zaman itu.
Pembangunan RSUP Persahabatan di Rawamangun Jakarta Timur,
dimulai pada tahun 1961, berjalan selama 3 tahun, dan dipimpin langsung
oleh para insinyur Rusia. Penyerahan bantuan rumah sakit secara resmi oleh
Pemerintah Rusia kepada Pemerintah Indonesia dilakukan pada tanggal 7
November 1963. Tanggal tersebut kemudian dikenal sebagai hari jadi RS
Persahabatan, yang setiap tahun dirayakan secara resmi dengan kehadiran
wakil pemerintahan Indonesia (biasanya Menteri Kesehatan RI), perwakilan
beberapa negara sahabat Indonesia, dan tentu saja kehadiran pemerintah
Rusia (perwakilan dari Kedutaan Besar Rusia) sebagai tamu tetap.
Setelah penyerahan resmi di tahun 1963 hingga saat ini RSUP
Persahabatan mengalami berbagai perkembangan dalam hal perbaikan
fasilitas yang semakin moderen dan peningkatan fungsinya sebagai pusat
pelayanan kesehatan, sehingga sekarang diakui dan menjadi Rumah Sakit
terbaik dalam pelayanan kesehatan di bidang respirasi (pernapasan) di
33

Indonesia. Kita dapat membagi pertumbuhan dan perkembangan Rumah Sakit


Umum Pusat Persahabatan ke dalam 6 periode, sebagai berikut (10):
a. Periode I (1963 1975)
Pada periode awal ini RS Persahabatan merupakan rumah sakit
cabang (satelit) dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tenaga-
tenaga medis yang bekerja di RS Persahabatan pada periode ini terdiri atas
dokter ahli (spesialis) dan para dokter asisten dari RSCM-FKUI dan dokter
ahli dari Rusia. Setelah peristiwa G30SPKI, sesuai kebijakan Orde Baru,
semua tenaga dokter ahli dari Rusia dikembalikan ke negaranya.
Oleh karena RSCM merupakan rumah sakit pendidikan dari
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), maka secara otomatis
RS Persahabatan pun menjadi rumah sakit pendidikan FKUI yang
notabene adalah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. Hal ini
menyebabkan mayoritas dokter yang kemudian bekerja di RS
Persahabatan sampai sekarang merupakan lulusan terbaik di bidangnya
masing-masing.
b. Periode II (1975 1992)
Periode 1975-1992 ditandai dengan adanya perubahan status RS
Persahabatan menjadi rumah sakit mandiri, lepas dari RSCM, dan
selanjutnya menjadi rumah sakit umum (RSU) kelas B-3 wilayah Jakarta
Timur. Walaupun demikian, RSU Persahabatan tetap menjadi salah satu
rumah sakit pendidikan FKUI, terlepas dari statusnya yang sudah mandiri.
Sebagian dokter yang tadinya berasal RSCM, kemudian
mengkhususkan diri, mendalami, dan mengembangkan cabang ilmu
kedokteran di bidang respirasi (sistem dan organ pernapasan) seperti
pulmonologi, bedah toraks, patologi respirasi, radiologi respirasi dan lain-
lain akhirnya mampu menjadikan RSU Persahabatan sebagai rumah sakit
rujukan Nasional untuk penyakit paru. Tidak hanya di tingkat Nasional,
bahkan WHO memberikan pengakuan Internasional atas pencapaian
dokter-dokter RSU Persahabatan dengan menyematkan sertifikasi
34

Laboratorium Kuman Tuberkulosis RSU Persahabatan sebagai salah satu


Collaborating Center penting WHO.
c. Periode III (1992 - 2002)
RSU Persahabatan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Swadana sejak
tanggal 2 September 1992 dengan SK Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 747/Men.Kes/SK/IX/1992. Tahun 1997 RSU Persahabatan
memperoleh akreditasi penuh dari Departemen Kesehatan RI untuk 5
kegiatan melalui 7 standar pelayanan rumah sakit. Pada periode ini Depkes
RI mulai mengarahkan dan menetapkan RSU Persahabatan sebagai rumah
sakit yang mengembangkan ilmu kedokteran di bidang respirasi dan rumah
sakit rujukan (nasional) untuk kesehatan respirasi.
d. Periode IV (2002 - 2005)
Tahun 2002 dengan Peraturan Pemerintah No. 118 tahun 2000
tentang Pendirian Perusahaan Jawatan, status RSU Persahabatan berubah
menjadi Perusahaan Jawatan. Pada tahun 2005 RSUP Persahabatan telah
lulus akreditasi dari Departemen Kesehatan RI untuk 16 standar pelayanan
rumah sakit.
e. Periode V (2005 - 2011)
Tahun 2005 dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI, nomor :
1679/MENKES/PER/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Umum Pusat Persahabatan, menyebutkan bahwa RS Persahabatan
adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Kesehatan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Jenderal Bina
Pelayanan Medik. Pola pengelolaan keuangan adalah Badan Layanan
Umum (BLU) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Departemen Keuangan.
f. Periode VI (2011 Sekarang)
Pada Tanggal 3 Maret 2011 terjadi peningkatan kelas dan fungsi
RSUP Persahabatan menjadi rumah sakit Kelas A Pendidikan oleh karena
penilaian yang dilakukan Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa
...fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Pusat telah memenuhi
35

persyaratan dan kemampuan pelayanan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas


A serta penetapan RSUP Persahabatan sebagai Rumah Sakit Pendidikan
Eksitasi di bidang Pulmonologi, berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514/MENKES/SK/III/2011. Hal ini
tidak hanya merupakan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan
pelayanan kesehatan yang diberikan RSUP Persahabatan tetapi juga
merupakan peningkatan beban tanggungjawab kepada masyarakat untuk
senantiasa dapat memberikan tingkat pelayanan kesehatan tertinggi dalam
skala kelas rumah sakit rujukan di Indonesia.
2. Visi, Misi, dan Tujuan (11)
a. Visi
Menjadi rumah sakit terdepan dalam menyehatkan masyarakat dengan
unggulan kesehatan respirasi kelas dunia.
b. Misi
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian
dalam bidang kesehatan secara profesional dan berorientasi pada pasien.
c. Tujuan
Menjadikan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan prima dan
mampu :
1) Menerapkan upaya menjaga mutu dan keselamatan berkelanjutan.
2) Menjadikan rujukan utama dalam pelayanan kesehatan respirasi.
3) Memimpin dalam pendidikan dan penelitian bidang kesehatan respirasi
Indonesia.

3. Tugas dan Fungsi (11)


a. Tugas
RSUP Persahabatan mempunyai tugas menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan serasi, terpadu
dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan
36

pencegahan, melaksanakan upaya rujukan serta menyelenggarakan


pendidikan, pelatihan dan penelitian.
b. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut diatas, RSUP
Persahabatan mempunyai fungsi, antara lain :
1) Pelayanan medis
2) Pelayanan penunjang medis dan non medis
3) Pelayanan dan asuhan keperawatan
4) Pelayanan rujukan
5) Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit
6) Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan
7) Penelitian dan pengembangan
8) Pelayanan administrasi umum dan keuangan.

B. Struktur Organisasi RSUP Persahabatan (11)


RSUP Persahabatan dipimpin oleh Direktur Utama yang bertanggung
jawab kepada Dewan Pengawas yaitu Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang berfungsi sebagai pengawas
operasional Dewan Direksi. Direktur Utama bertugas memimpin, mengawasi,
dan mengkoordinasikan tugas rumah sakit agar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam menjalankan tugas, Direktur
Utama dibantu oleh:
1. Direktur Medis dan Keperawatan
Dalam menjalankan tugasnya, Direktur Medis dan Keperawatan dibantu
oleh tiga Kepala Bidang, yaitu Kepala Bidang Pelayanan Medis, Kepala
Bidang Pelayanan Perawatan, dan Kepala Bidang Fasilitas Pelayanan
Medis. Masing-masing Kepala Bidang tersebut membawahi dua Kepala
Seksi, yaitu Kepala Seksi Perencanaan Pelayanan dan Kepala Seksi
Monitoring & Evaluasi Pelayanan.
Tugas Direktur Medis dan Keperawatan meliputi pelayanan di 17 instalasi
yang ada di RSUP Persahatan, yaitu:
37

a. Instalasi Rawat Jalan


b. Instalasi Rawat Inap A (IRIN A)
c. Instalasi Rawat Inap B (IRIN B)
d. Instalasi Rawat Inap C (IRIN C)
e. Instalasi Manajemen Informasi Kesehatan
f. Instalasi Perawatan Intensif
g. Instalasi Bedah Sentral
h. Instalasi Patologi klinik
i. Instalasi Patologi Anatomi & Pemulasaran Jenazah
j. Instalasi Radiodignostik
k. Instalasi Radioterapi
l. Instalasi Anestesi & Reanimasi
m. Instalasi Pemeriksaan Medik Terpadu
n. Instalasi Farmasi
o. Instalasi Pusat Kesehatan Griya Puspa
p. Instalasi Rehabilitasi Medik
q. Instalasi Gawat Darurat
2. Direktur Umum, SDM, dan Pendidikan
Direktur Umum, SDM, dan Pendidikan dibantu oleh tiga kepala bagian
dalam menjalankan tugasnya, yaitu Kepala Bagian Umum, Kepala Bagian
Sumber Daya Manusia, dan Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian.
Masing-masing kepala bagian tersebut membawahi dua Kepala Sub
Bagian.
Tugas Direktur Umum, SDM dan Pendidikan meliputi pelayanan di 7
instalasi, yaitu:
a. Instalasi Sanitasi dan Pertamanan
b. Instalasi Logistik
c. Instalasi Gizi
d. Instalasi Pengamanan dan Perparkiran
e. Instalasi Pelayanan Pelanggan dan Hubungan Masyarakat
f. Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu
38

g. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit


3. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan dibantu oleh tiga kepala bagian dalam menjalankan
tugasnya, yaitu Kepala Bagian Anggaran, Kepala Bagian Perbendaharaan
& Mobilisasi Dana, dan Kepala Bagian Akuntansi. Masing-masing kepala
bagian tersebut membawahi dua kepala sub bagian.
Tugas Direktur Keuangan meliputi kegiatan perencanaan dan
penyusunan anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan mobilisasi dana.
Selain tugas tersebut, Direktur Keuangan juga memiliki tugas melakukan
pelayanan di Instalasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dan
Instalasi Pelayanan Sosial dan Pasien Jaminan.
4. Komite Medik
Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Utama. Komite Medis di RSUP Persahabatan membawahi 20 SMF, yaitu
Kebidanan, Bedah, Jantung, Kesehatan Anak, Penyakit Dalam, Bedah
Thorax, Paru, THT, Saraf, Kulit & Kelamin, Rehabilitasi Medik,
Radiologi, Mata, Kesehatan Jiwa, Patologi Klinik, Gigi & Mulut, Umum,
Anestesi, Patologi Anatomi, dan Radioterapi.
5. Satuan Pemeriksaan Intern
Bertugas melaksanakan pemeriksaan terhadap pengelolaan sumber daya
yang ada di RSUP Persahabatan.
6. Komite Etik dan Hukum
Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas melaksanakan pembinaan etika
profesi bagi profesional tenaga kesehatan yang ada di RSUP Persahabatan.

C. Akreditasi RSUP Persahabatan


Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan adalah Rumah Sakit Umum
Pemerintah Kelas A yang berada di Jakarta Timur, tepatnya di Jalan
Persahabatan Raya. Saat ini RSUP Persahabatan memiliki kapasitas 600
tempat tidur, terakreditasi untuk 16 bidang pelayanan kesehatan dan Patient
39

Safety, serta merupakan rumah sakit pusat rujukan (top referral) Nasional
untuk masalah kesehatan respirasi.

D. Tim Farmasi dan Terapi


Tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah sebagai berikut :
1. Menyusun formularium obat di RSUP Persahabatan.
2. Merencanakan obat dan barang farmasi serta anggarannya.
3. Memonitoring evaluasi implementasi formularium.
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dalam menjalankan tugasnya secara
teknis bertanggung jawab kepada Ketua Komite Medik dan secara
operasional tim bertanggung jawab kepada Direktur Medis dan Keperawatan
RSUP Persahabatan. Selain tugas, TFT juga memiliki fungsi, antara lain :
1. Memberi masukan kepada staf medis dan administrasi rumah sakit
untuk seluruh masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan,
termasuk obat-obatan yang sedang dalam penelitian.
2. Meninjau penggunaan obat-obatan (Drug Utilization Review) di rumah
sakit dan mendorong pelaksanaan standar terapi secara rasional.
3. Mengumpulkan dan meninjau laporan tentang efek samping obat.
4. Mengembangkan dan menyebarkan materi serta program pendidikan
yang berkaitan dengan obat-obatan kepada anggota staf medis dan
perawatan.
Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna serta ketertiban
pelayanan Instalasi Farmasi RSUP Persahabatan dipandang perlu adanya
kebijakan penggunaan obat di rumah sakit. Hal ini ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Persahabatan Nomor HK.00.06.00.85
A tentang Kebijakan Penggunaan Obat di RSUP Persahabatan adalah sebagai
berikut :
1. Kebijakan penggunaan obat di RSUP Persahabatan atas usulan TFT
setelah disetujui dan ditetapkan oleh Direktur Utama RSUP
Persahabatan.
2. Obat-obat yang dipakai di RSUP Persahabatan harus mengacu pada
formularium.
40

3. Formularium dibuat oleh TFT atas usulan Staf Medik Fungsional (SMF)
kemudian ditetapkan oleh Direktur Utama.
4. Instalasi Farmasi RSUP Persahabatan harus menyediakan obat-obat
sesuai formularium yang disepakati.
5. Semua SMF harus mengutamakan obat generik.
6. Semua Dokter yang bekerja di lingkungan RSUP Persahabatan wajib
menggunakan formularium.
7. Instalasi Farmasi RSUP Persahabatan dapat mengganti peresepan Dokter
sesuai dengan formularium dengan pemberitahuan terlebih dahulu
kepada Dokter yang bersangkutan.
8. Evaluasi terhadap obat-obat dalam formularium jika diperlukan minimal
setiap 6 bulan sekali.
9. Jika ada perubahan indikasi, efek samping, kebijakan pemerintah tentang
obat tertentu atau klasifikasi obat baru dapat diberikan perubahan segera
melalui SMF ditujukan ke TFT.
10. SMF yang menulis resep di luar formularium akan diperingatkan secara
lisan maupun tertulis oleh Direktur Utama RSUP Persahabatan atas
usulan TFT dan Komite Medik.
11. Masa berlaku formularium 3 tahun sejak tanggal dikeluarkan.

E. Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)


Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB) RSUP Persahabatan
berdiri sejak Tahun 1994 berada di bawah Instalasi Farmasi. Namun, sejak
Tahun 2000 sesuai dengan program pemerintah, ISSB berdiri menjadi suatu
instalasi yang terpisah dari Instalasi Farmasi.

1. Visi
Penghasil produk sterilisasi yang terjamin.
2. Misi
Menyelenggarakan pelayanan sterilisasi kassa, linen, dan instrumen di
ruangan dan menyelenggarakan pelayanan bersih siap pakai.
3. Tujuan, Tugas, dan Fungsi
41

ISSB merupakan suatu bagian atau departemen yang menyelenggarakan


proses pencucian, desinfeksi, pengemasan, dan sterilisasi terhadap semua
alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril.
Tujuan ISSB adalah :
a. Membantu unit lain di RSUP Persahabatan yang membutuhkan alat atau
bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril untuk mencegah infeksi.
b. Mencegah, menanggulangi, dan menurunkan angka infeksi.
c. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk
yang dihasilkan.
ISSB mempunyai berbagai tugas antara lain sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan rencana dan pengadaan semua kebutuhan alat
kesehatan yang harus disterilkan.
b. Persiapan perbekalan kesehatan melalui proses penerimaan, seleksi,
pencucian dan pengepakan.
c. Menyelenggarakan persiapan kapas dan kasa steril.
d. Melakukan pengawasan dan jaminan mutu terhadap proses serta hasil
sterilisasi melalui pemakaian indikator visual dan uji mikrobiologi
secara periodik.
e. Melakukan distribusi alat kesehatan steril pada unit pemakai.
f. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam usaha mencegah
serta mengendalikan timbulnya infeksi nosokomial.

4. Struktur Organisasi
ISSB RSUP Persahabatan merupakan instalasi tersendiri yang
berada langsung di bawah Direktur Umum, SDM dan Pendidikan. Fasilitas
pelayanan yang dilakukan oleh Sterilisasi dan Binatu antara lain
menyelenggarakan rencana persiapan yang harus disterilkan, persiapan
perbekalan kesehatan melalui proses penerimaan, seleksi, pencucian dan
pengepakan, penyelenggaraan penyiapan kassa dan kapas steril,
melakukan pengawasan dan jaminan mutu terhadap proses serta hasil
sterilisasi melalui pemakaian indikator visual dan uji mikrobiologi secara
42

periodik, melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam usaha


mencegah serta mengendalikan timbulnya infeksi nosokomial.
Dalam menjalankan pelayanan, ISSB membawahi dua (2) unit kerja yaitu:
1. Unit Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang
bertujuan untuk menghancurkan semua mikroba termasuk endospora.
Proses sterilisasi terdiri dari lima (5) tahap, yaitu dekontaminasi,
pengemasan, sterilisasi, penyimpanan dan distribusi. Fungsi dari unit
sterilisasi adalah penyiapan alat dan bahan steril di rumah sakit,
sedangkan tugas dari unit sterilisasi adalah mensterilkan, menyimpan
dan mendistribusikan.
Alur kerja unit sterilisasi antara lain :
a. Penerimaan barang non steril
b. Pembersihan
c. Pengumpulan
d. Pengeringan
e. Pengemasan
f. Sterilisasi
g. Penyimpanan
h. Distribusi barang steril

Ada dua (2) kategori sterilisasi yang digunakan di ISSB yaitu :


a. Suhu 134C, menggunakan otoklaf dengan steam uap suhu
tinggi, selama 7 menit untuk instrumen, linen, dan kasa.
b. Suhu 121C, menggunakan gas Etilen Oksigen (EO) dengan
steam suhu rendah, selama 20 menit untuk bahan-bahan karet dan
kaca.
Unit sterilisasi memiliki 3 ruangan untuk menjalankan seluruh proses
sterilisasi, yaitu :
a. Ruang dekontaminasi (Unclean Area)
43

Adalah ruang dimana dilakukan proses untuk pengurangan jumlah


mikroorganisme pencemar atau substansi lain yang berbahaya
sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
b. Ruang Bersih (Clean Area)
Adalah ruang dimana dilakukan proses untuk barang yang akan
dikemas dan diproduksi serta disterilkan. Tekanan udara di ruang ini
harus bertekanan negatif sehingga tidak mengontaminasi ruangan
lain.
Ruangan ini terdiri dari :
1) Ruang pengemasan alat
Adalah ruang dimana dilakukan proses pengemasan alat. Idealnya
alat operasi juga dilakukan pengemasan di ruang ini, tetapi tidak
demikian karena Instalasi Bedah Sentral (IBS) melakukan sendiri
proses pengemasan alat operasi, kemudian dilakukan proses
sterilisasi oleh ISSB.
2) Ruang produksi
Adalah ruang untuk melakukan kegiatan produksi kapas dan kasa
menjadi kemasan untuk siap disterilisasi. Khusus untuk linen, IBS
yang melakukan proses tersebut.
c. Ruang Sterilisasi (Steril Area)
Adalah ruang dilakukan sterilisasi alat atau bahan. Tekanan udara di
ruang ini adalah positif. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan
otoklaf yang menggunakan uap air sebagai sumber panasnya dengan
kapasitas kurang lebih 1 m3, 800 liter. Ada 2 jenis otoklaf yang
digunakan, yaitu :
1) Otoklaf Udono sebanyak 3 unit masing-masing buatan tahun
1984, 1986, 1988 yang dioperasikan secara manual.
2) Otoklaf Gettinge sebanyak 1 unit buatan Tahun 2000 yang
dioperasikan secara otomatis dengan suhu sterilisasi 120C
selama 20 menit.
d. Ruang penyimpanan barang steril
44

Merupakan ruang yang digunakan untuk menyimpan alat atau bahan


yang sudah steril. Penyimpanan tersebut harus memenuhi standar
yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu
mengenai :
1) Suhu (18-22C), kelembaban (35-75%) dan penerangan yang
memadai.
2) Cara penataan barang yang diatur sebagai berikut; alat atau bahan
yang sudah steril harus berada pada posisi atau berjarak minimal :
a) 5 cm dari dinding
b) 19-24 cm dari lantai
c) 43 cm dari langit-langit
Dalam rangka memaksimalkan pelayanan berupa alat atau bahan yang
sterilitasnya terjamin, ISSB melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap proses sterilisasi yang dilakukan dengan menggunakan tiga (3)
jenis indikator, yaitu :
a. Indikator mekanik
Berfungsi dalam memberikan informasi mengenai temperatur,
tekanan, waktu sterilisasi, dan fungsi mekanik lainnya dari alat
sterilisasi untuk memberikan indikasi adanya masalah apabila ada
alat yang rusak atau tidak bekerja dengan baik sehingga memerlukan
perbaikan.

b. Indikator kimia
Berfungsi dalam penandaan terjadinya paparan sterilisasi yang
ditandai dengan adanya perubahan warna pada indikator.
Terdiri dari 3 macam indikator, yaitu :
1) Indikator internal menggunakan Comply, berfungsi untuk
memastikan penetrasi uap sterilisasi sampai ke bawah atau tidak.
45

2) Indikator eksternal menggunakan Otoclaftive, berfungsi untuk


mengamankan alat dan sebagai penanda (tanda bahan atau
instrumen telah disterilisasi atau belum).
3) Indikator Bowie Dick Test, berfungsi untuk menilai kinerja atau
efisiensi pompa vakum pada alat sterilisasi, sehingga dapat
diketahui adanya kebocoran udara atau tidak.
c. Indikator biologi (Attest)
Adalah sediaan yang berisi populasi mikroorganisme yang spesifik
dalam bentuk spora yang bersifat resisten dalam proses sterilisasi
tertentu. Mikroorganisme yang digunakan adalah :
1) Untuk sterilisasi suhu tinggi (134oC), menggunakan bakteri
Bacillus stearosubtillus.
2) Untuk sterilisasi suhu rendah (120oC), menggunakan bakteri
Bacillus subtillus.
Indikator ini berfungsi untuk memastikan apakah proses
sterilisasi telah berhasil dengan hilangnya bakteri berspora melalui
kalibrasi bakteri pembanding.
Indikator mekanik dan kimia digunakan secara rutin dalam
setiap proses sterilisasi bahan dan instrumen, sedangkan indikator
biologi hanya digunakan setiap tiga (3) bulan sekali karena
memerlukan biaya berlebih untuk menyiapkan bakteri
pembandingnya.
Uji mikrobiologi dilakukan 3 bulan sekali oleh Instalasi
Laboratorium Mikrobiologi. Untuk kalibrasi dilakukan tiap tahun
oleh Balai Pengamatan Fasilitas Kesehatan.
2. Unit Binatu dan Kamar Jahit
Unit ini memberikan pelayanan berupa pencucian bahan atau kain yang
digunakan di seluruh ruangan rawat rumah sakit (khusus untuk pasien
HIV-AIDS dan flu burung, linen dan bahan lainnya sudah dilakukan
perendaman dengan desinfektan di masing-masing ruang rawat). Selain
46

itu, juga melayani penjahitan baju operasi, selimut, seprai, handuk,


perlak, dan lain sebagainya.
Kriteria penyimpanan yang benar:
a. Dekat dengan ruang sterilisasi atau OK.
b. Penerangan memadai.
c. Suhu udara 18oC-22oC.
d. Kelembapan 35-75%.
e. Penyimpanan yang lama diperlukan lampu ultraviolet meletakkan
rata-rata 19-24 cm dari lantai, minimal 43 cm dari plavon, 5 cm dari
dinding.

F. Instalasi Sanitasi dan Pertamanan


Pelayanan kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan kebutuhan
dasar yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara
keseluruhan, mengacu pada SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204/Menkes/SK/HXII/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, maka program kesehatan lingkungan menjadi
penting karena sebagai upaya untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial,
pencemaran lingkungan dan masalah K3, sehingga dapat menjamin
keamanan, keselamatan, dan kenyamanan bagi pasien, pengunjung dan
karyawan termasuk masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit.
Instalasi Sanitasi RSUP Persahabatan secara struktural berada
dibawah Direktur Umum, SDM dan Pendidikan. Dalam rangka memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, instalasi ini mempunyai visi
dan misi, yaitu:

1. Visi
Menjadi percontohan kesehatan lingkungan rumah sakit terdepan di
Indonesia.
2. Misi
a. Menyiapkan perangkat teknologi pencegah dan pengendalian
pencemaran lingkungan.
b. Menerapkan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan rumah sakit secara
cepat dan tepat serta sistematis melalui kegiatan pengoperasian dan
47

memelihara sarana, prasarana dan peralatan kesehatan lingkungan


(IPAL dan Incenerator).
c. Melaksanakan konsultasi masalah kesehatan lingkungan rumah sakit
dengan membangun kualitas SDM sanitasi yang mampu memenuhi
persyaratan kompetensi yang berlaku.
d. Menyediakan informasi kesehatan lingkungan secara lengkap dan
akurat dan melayani penelitian dan pelatihan di bidang kesehatan
lingkungan rumah sakit.
3. Tugas Pokok
Instalasi ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a.Menyusun perencanaan strategi sanitasi rumah sakit.
b.Menyusun perencanaan program kerja, pengembangan SDM, bahan, alat
dan fasilitas sanitasi rumah sakit.
c.Melaksanakan dan mengimplementasikan program kesehatan
lingkungan rumah sakit agar memenuhi kebutuhan program dan
mengikuti standar yang berlaku.
d.Merencanakan dan melaksanakan pemberdayaan peralatan dan fasilitas
sanitasi (Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Incenerator dan alat
laboratorium lingkungan untuk menjadi satuan bisnis unit.
e.Merumuskan pelayanan keteknisan tentang masalah sanitasi di rumah
sakit.
f. Melayani penelitian atau riset, pelatihan dan praktek lapangan bidang
sanitasi bagi institusi pendidikan.
g.Mengorganisasi dan monitoring serta evaluasi pelaksanaan program
kerja sanitasi.
h.Melakukan koordinasi kerja dengan unit kerja lain terkait pekerjaan
sanitasi dan lintas sektoral instansi di luar rumah sakit.
i. Menyusun mekanisme kerja sanitasi (pedoman, SOP, dan lain-lain).
j. Mengevaluasi kinerja instalasi secara menyeluruh.
k.Menyusun laporan perkembangan kinerja sanitasi.
Fungsi dari instalasi ini adalah menciptakan mutu kesehatan
lingkungan rumah sakit yang menjamin kepuasan pelangggan, mencegah
48

infeksi nosokomial (Environmental Infection) dan mencegah serta


mengendalikan pencemaran lingkungan hidup. Instalasi sanitasi juga
bertanggung jawab atas pengolahan limbah. Klasifikasi limbah di RSUP
Persahabatan adalah dibagi menjadi :
1. Pengolahan Limbah Padat
a. Pengolahan limbah padat non medis RSUP Persahabatan
bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Wilayah Jakarta Timur. Limbah
atau sampah non medis ini terdiri atas sampah rumah tangga,
dikumpulkan dalam satu (1) bak besar di dekat incenerator untuk
diangkut setiap dua (2) hari sekali oleh petugas dari dinas kebersihan.
b. Pengolahan limbah padat medis bertujuan sebagai upaya untuk
mengendalikan dan menanggulangi kemungkinan terjadinya infeksi
nosokomial, khususnya di lingkungan rumah sakit. Hal ini dilakukan
dengan cara melakukan pembakaran api secara sempurna terhadap
limbah padat infeksi yang berupa sampah medis.
Proses pembakaran tersebut dinamakan Insinerasi, yaitu proses
oksidasi kering bersuhu tinggi yaitu 1200C yang dapat mengurangi
limbah yang mudah terbakar menjadi bahan organik yang tidak mudah
terbakar dan mengakibatkan penurunan yang sangat signifikan, baik
volume maupun berat. Alat yang digunakan untuk proses tersebut adalah
Incenerator tipe HLF-10 buatan PT. Indoporlen Sakti (Furnace
Engineering), dengan komponen mesin sebagai berikut :
1) Burner (ada 3 burner)
2) Instalasi listrik
3) Instalasi air
4) Mesin blower
5) Ruang pembakaran
6) Tangki bahan bakar minyak
7) Cerobong asap dengan tinggi mencapai 15 meter
Pembakaran dilakukan setiap hari kerja Senin-Jumat pukul
10.00-11.30 WIB. Sampah medis yang dibakar antara lain berasal dari
ruang rawat inap, poliklinik, laboratorium, IBS. Semua sampah yang
terdapat pada masing-masing ruangan tersebut, dimasukkan ke dalam satu
49

(1) kantong plastik besar yang berwarna khusus kuning untuk


membedakan dengan sampah non medis. Khusus untuk laboratorium
mikrobiologi, sampah sisa hasil pemeriksaan mikrobiologi dilakukan
proses mematikan kuman dengan otoklaf (yaitu untuk sampah yang
mengandung bakteri-bakteri berbahaya) untuk selanjutnya diolah ke dalam
incenerator bersama sampah medis yang berasal dari ruangan lain.
2. Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh RSUP Persahabatan rata-rata
sekitar 300 m3 per hari. Limbah cair tersebut berasal dari closet, floor
drain dan wastafel, dapur, laundry, kamar mayat, laboratorium radiologi
dan ruang operasi. Kapasitas pengolahan dibuat sesuai dengan limbah
yang dihasilkan dan peralatan pengolahan limbah cair tersebut pun
dirancang untuk berjalan selama 24 jam penuh.
Mekanisme kerja IPAL berjalan melalui sistem perpipaan dengan
suatu pompa hisap untuk menarik limbah cair dari seluruh ruangan masuk
ke dalam IPAL yang sebelumnya secara otomatis terjadi penyaringan kasar
dan halus sehingga yang nantinya masuk untuk diolah di IPAL semuanya
berwujud cair. Prinsip dasar pengelolaan limbah cair di IPAL RSUP
Persahabatan adalah sebagai berikut:

a. Pengolahan pendahuluan (Pre-treatment)


Air limbah dari dapur dan laundry (pencucian) diolah awal untuk
menghilangkan grease (lemak) dan busa dengan fasilitas pre-treatment
seperti penangkap lemak.
b. Fasilitas penyaring (Screen facility)
Dalam sistem ini dipasang penggaruk untuk menyisihkan padatan
tersuspensi secara otomatis di atas bak buffer. Setelah tertahan screen,
material padat kemudian dibakar dalam incenerator.
c. Sistem Fluidized Bed Bio-film Reactor (FBBR)
50

FBBR merupakan bagian utama dari sistem pengolahan limbah cair,


dimana sekitar 27% dari volume reaktor diiisi dengan media
mengapung (bio-green) dimana mikroba dibiakan.
d. Bak pengendap
Air dan lumpur dari FBBR mengalir ke bak pengendap dimana terjadi
proses pemisahan air dengan lumpur yang mengendap secara gravitasi.
Lumpur dikumpulkan oleh settling sludge scrapper untuk kemudian
dimasukkan ke dalam sludge hoper yang terdapat ditengah-tengah bak.
Selanjutnya air akan melalui pelimpah (weir) dan mengalir ke
pengolahan selanjutnya.
e. Bak air terolah (Treated Water Basin)
Bak ini berfungsi sebagai penyimpanan sementara. Dilapisi penutup
dan memiliki lubang inspeksi. Difusser agitator dan pompa transfer
dipasang didalamnya untuk proses selanjutnya.
f. Filter aliran ke atas (Up-Flow Filter)
Dalam filtrasi upflow, residu padatan tersuspensi harus bisa dihilangkan
dengan metode media absorpsi. Backwash (pencucian balik arah)
material yang terabsorpsi menggunakan air yang telah diolah.
g. Bak Desinfektasi
Fasilitas klorinasi digunakan untuk mensterilkan effluent sebelum
dilepaskan keluar badan air. Untuk keamanan, waktu retensi proses
sterilisasi paling tidak 15 menit. Di jalur akhir effluent ada flow meter
dengan fasilitas pembantu lainnya berupa tangki penampungan kimia,
termasuk pompa injeksi pengaduk kimia dan flow meter.
h. Bak penampungan lumpur
Lumpur akan ditampung sementara di bak penampungan sebelum
ditransfer ke sistem dewatering. Bak penampungan ini mampu
menampung lumpur (sludge) untuk volume 7 hari.
i. Sludge dewatering system
Sludge limbah memiliki kandungan air 99%. Setelah diflokulasikan
dengan FeCl3 dan setelah proses dewatering, kandungan airnya menjadi
51

75%. Akhirnya sludge yang telah didewatering dan sudah tercetak


sebagai sludge cake diangkut ke luar rumah sakit atau dibakar dalam
incenerator.
j. Air perkotaan (City Water Basin)
Air perkotaan disediakan untuk menyemprot air ke sistem FBBR,
pengenceran zat kimia dan pembersih belt pada sistem dewatering.
k. Effluent (keluaran)
Air limbah yang telah diolah akan memenuhi standar buangan air
limbah dan harus dibuang ke saluran kota.
Pengolahan Khusus untuk limbah cair berupa limbah radioaktif
yang berasal dari Laboratorium Radiologi, tidak dikelola oleh Instalasi
Sanitasi tetapi Instalasi Radiologi bekerjasama dengan Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN). Pengolahan limbah radioaktif tersebut sudah
termasuk dalam perjanjian pemeliharaan alat radioterapi yang ada di
laboratorium tersebut. Limbah tersebut diambil oleh petugas dari BATAN
untuk selanjutnya diproses.

Fasilitas pre-treatment

Dari dapur

Dari laundry

Dari bangsal,lab,ruang operasi


Pumping stasiun
Limbah padat RS

Lift stasiun
52

Screen Sistem
Incenerator

Bak Buffer

AIR SPRAY (Penyemprot)


FBBR
Pencucian SLUDGE RETURN
Backflow
Bak Pengendapan Penyimpan Sistem
Dewatering
Sludge

Bak Air Terolah

Upflow Filter

Bak Desinfektasi

Ke Saluran Kota atau Lainnya off-site


Effluent
treatment

Gambar 1. Diagram Blok Aliran Proses Pengolahan Limbah

Вам также может понравиться