Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivitas atau alergi pada
kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings) dan kontak dengan serangga. Gigitan
hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs, dan kutu, yang dapat menimbulkan
reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik.
Faktor Risiko
1. Lingkungan tempat tinggal yang banyak serangga.
2. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
3. Riwayat alergi.
4. Riwayat alergi makanan.
Pada reaksi lokal yang parah dapat timbul eritema generalisata, urtikaria, atau edema pruritus,
sedangkan bila terdapat reaksi sistemik menyeluruh dapat diikuti dengan reaksi anafilaksis.
Diagnosis Banding
Prurigo
Komplikasi
1. Infeksi sekunder akibat garukan.
2. Bila disertai keluhan sistemik, dapat terjadi syok anafilaktik hingga kematian.
Penatalaksanaan (plan)
1. Prinsip penanganan kasus ini adalah dengan mengatasi respon peradangan baik yang
bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi peradangan lokal dapat dikurangi dengan
sesegera mungkin mencuci daerah gigitan dengan air dan sabun, serta kompres es.
2. Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi obstruksi saluran
napas. Penanganan pasien dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat. Bila disertai
obstruksi saluran napas diindikasikan pemberian epinefrin sub kutan. Dilanjutkan
dengan pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis
diturunkan 5-10 mg/hari.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Quo ad sanationam untuk reaksi tipe cepat dan reaksi tidak
biasa adalah dubia ad malam, sedangkan reaksi tipe lambat adalah bonam.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
kelima. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrews Diseases of the Skin:
Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik.
Jakarta.
(Creeping Eruption) Cutaneus Larva Migrans
Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan kelainan kulit berupa
peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, yang disebabkan
oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing. Penularan melalui
kontak langsung dengan larva. Prevalensi Cutaneus Larva Migran di Indonesia yang
dilaporkan oleh sebuah penelitian pada tahun 2012 di Kulon Progo adalah sekitar 15%.
Faktor Risiko
Orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau sering berkontak dengan tanah atau pasir.
Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital dan tangan.
Diagnosis Banding
- scabies
- insects bite
- dermatofitisis
Diagnosis
berdasarkan bentuk khas yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok
kelok, menimbul dan terdapat papul dan vesikel diatasnya
Penatalaksanaan (plan)
Non Medikamentosa
1. Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan sarung tangan pada saat
melakukan aktifitas yang berkontak dengan tanah, seperti berkebun dan lain-lain
2. Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan
diri.
Medikamentosa
1. Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x sehari, selama 2 hari;
atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari.
2. Untuk mengurangi gejala pada penderita dapat dilakukan penyemprotan Etil Klorida
pada lokasi lesi, namun hal ini tidak membunuh larva.
3. Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai dengan tatalaksana pioderma.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Penyakit ini bersifat self-limited, karena sebagian besar larva
mati dan lesi membaik dalam 2-8 minggu, jarang hingga 2 tahun.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
kelima. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrews Diseases of the Skin:
Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik.
Jakarta.
4. Heryantoro, L. Soeyoko, Ahmad R.A. 2012. Risk factors of hookworm related
cutaneous larva migrans and definitive host prevalence on a settlements area in kulon
progo district, Indonesia. Field Epidemiology Training. Yogyakarta. Universitas
Gadjah Mada.