Вы находитесь на странице: 1из 7

Nama: Sabrina Dwi Novembi

NIM. : 03031281520107
Kelas : A

Soal:
1. Diabad 20 terjadi perubahan yang tak memungkinkan kita bekerja sendiri-sendiri?
2. Kegagalan kehandalan suatu konstruksi dapat di sebabkan oleh apa?
3. Bahan masa kini khususnya logam semakin canggih dan rumit pembuatannya?
4. Yang dimaksud ketersediaan pada kriteria pemilihan bahan konstruksi kimia?
Jawaban:
1. Diabad 20 terjadi perubahan yang tak memungkinkan kita bekerja sendiri-sendiri?
Pada abad ke-20 terjadi perubahan diberbagai bidang yaitu perubahan seperti terjadinya
kemajuan IPTEK(Ilmu Pengetahuan dan Teknolohi) lalu terjadinya penekanan kelestarian
sumber daya alam, kemudian pada abad ke-20 juga terjadi desakan persaingan perdagangan
serta adanya pengaruh peningkatan penerapan peraturan dan juga rumitnya bahan-bahan
modern yang memungkinkan manusia bekerja sendiri-sendiri.
Perubahan Sosial Di Abad Ke 20.
Teori perubahan sosial pada abad 20 yang terkenal adalah
Teori Modernisasi
Teori Modernisasi menganggap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan
sama dengan negara industri maju di Barat sehingga kemudian akan menjadi negara
berkembang pula melalui proses modernisasi. Teori ini berpandangan bahwa masyarakat
yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga
dapat mencapai tahap tinggal landas ke arah perkembangan ekonomi. Menurut Etzioni-
Halevy dan Etzioni transisi dari keadaan tradisional ke modernitas melibatkan revolusi
demografi yang ditandai menurunnya angka kematian dan angka kelahiran; menurunnya
ukuran dan pengaruh keluarga; terbukanya sistim stratifikasi; peralihan dari stuktur feodal
atau kesukuan ke suatu birokrasi; menurunnya pengaruh agama; beralihnya fungsi
pendidikan dari keluarga dan komunikasi ke sistem pendidikan formal; munculnya
kebudayaan massa; dan munculnya perekonomian pasar dan industrialisasi.\
Teori Ketergantungan
Menurut teori ketergantungan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman negara
Amerika Latin bahwa perkembangan dunia tidak merata; negara-negara industri menduduki
posisi dominan sedangkan negara-negara Dunia Ketiga secara ekonomi tergantung padanya.
Perkembangan negara-negara industri dan keterbelakangan negara-negara Dunia Ketiga,
menurut teori ini, berjalan bersamaan: di kala negara-negara industri mengalami
perkembangan, maka negara-negara Dunia Ketiga yang mengalami kolonialisme, khususnya
di Amerika Lain, tidak mengalami tinggal landas tetapi justru menjadi semakin
terkebelakang.
Teori Sistem Dunia
Teori yang dirumuskan Immanuel Wallerstein mengatakan bahwa perekonomian
kapitalis dunia tersusun atas tiga jenjang: negara-negara inti, negara-negara semi-periferi,
dan negara-negara periferi. Negara-negara inti terdiri atas negara-negara Eropa Barat yang
sejak abad 16 mengawali proses industrialisasi dan berkembang pesat, sedangkan negara-
negara semi- periferi merupakan negara-negara di Eropa Selatan yang menjalin hubungan
dagang dengan negara-negara inti dan secara ekonomis tidak berkembang. Negara-negara
periferi merupakan kawasan Asia dan Afrika yang semula merupakan kawasan ekstern
karena berada di luar jaringan perdagangan negara-negara inti tetapi kemudian melalui
kolonisasi ditarik ke dalam sistem dunia. Kini negara-negara inti (yang kemudian mencakup
pula Amerika Serikat dan Jepang) mendominasi sistem dunia sehingga mampu
memanfaatkan sumberdaya negara lain untuk kepentingan mereka sendiri, sedangkan
kesenjangan yang berkembang antara negara-negara inti dengan negara-negara lain sudah
sedemikian lebarnya sehingga tidak mungkin tersusul lagi
.
2. Kegagalan kehandalan suatu konstruksi dapat di sebabkan oleh apa?
Berbagai penyebab dari kegagalan ini mencakup
1. engineering design yang buruk
2. konstruksi atau proses manufaktur yang salah
3. human error, perawatan yang jelek
4. pengujian dan inspeksi yang tidak mencukupi
5. penggunaan yang tidak tepat
6. kurangnya proteksi terhadap tekanan lingkungan yang berlebihan.
Faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi sangat beraneka ragam, baik yang berasal dari
luar (eksternal) maupun yang berasal dari dalam (internal)
1. Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan
Kesalahan dalam tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang cukup meluas ke
beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi non fisik juga. Dalam proses
pembuatan dan analisis studi kelayakan tentunya perlu memperhatikan aspek-aspek secara
menyeluruh/komprehensif yang akan di proyeksikan ke depan baik pada tahap
pelaksanaan/konstruksi maupaun pasca konstruksi dimana berdampak langsung terhadap
daerah di sekitarnya baik dari segi pemanfaatan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan
peraturan yang berlaku. Jadi pada tahap ini jika tidak dilakukan dengan cermat khusunya
bagi proyek yang berskala besar maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam
tahapan ke depannya yang tentunya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kegagalan suatu konstruksi
2. Kesalahan Dalam Perencanaan dan Perancangan
Kesalahan perencanaan dan perancangan merupakan faktor yang sangat penting dan vital
dimana sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi yang akan dilaksanakan dilapangan,
jika dalam aspek perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan
atau menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan akan
sangat signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan
3 Kesalahan Dalam Pelaksanaan
Kesalahan pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari proses perencanaankontruksi,
dimana dalam tahap pelaksanaan juga memegang peranan penting terhadap kegagalan
kontruksi yang tentunya lebih berorientasi kepada pihak pelaksana proyek/kontraktor.
Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari segi metode
pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan
perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan
peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang buruk.
Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka tingkat risiko kegagalan
konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat direduksi.
4. Kesalahan Operasional
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada pihak pemilik proyek konstruksi dalam tahap
penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, dimana jika pihak pemilik
melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat berpotensi
menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang awalnya
diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi gudang atau menambah
jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu
lantai atau pembangunan gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama
sekali/ganggur, serta perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi
rencana awalnya juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat fisik
maupun nonfisik.
5. Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan kualitas
produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem manajemen perawatan
bangunan. Jika tingkat frekuensi perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka
dapat juga berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan.
6. Usia/Umur Bangunan
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap kegagalan konstruksi bangunan
dimana jika umur suatu produk bangunan melampaui dari umur yang direncanakan maka
dapat berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini diakibatkan karena tingkat
kekuatan bangunan mengalami penurunan selama umurnya serta kelelahan/fatique yang
terus-menerus selama umur bangunan tersebut.
7. Manfaat dan Dampak
Manfaat dalam hal ini lebih ke dampak terhadap produk konstruksi yang telah
dibuat/terealisasi dan dioperasikan. Kegagalan konstruksi juga bukan hanya masalah
kegagalan fisik semata melainkan dapat dilihat dari aspek manfaatnya setelah beroperasi.
Kadang banyak hasil produk konstruksi berupa bangunan yang setelah selesai dibuat sesuai
dengan sesifikasi perencanaan dan dioperasikan sesuai dengan fungsinya, tetapi dari aspek
manfaat justru memberikan dampak yang buruk terhadap masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.
8. Disaster/Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit untuk
diprediksi secara tepat (ActofGod), faktor bencana merupakan faktor yang sangat fatal
terhadap kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun
akibat faktor internal/kelalaian manusia. karena itu untuk mengurangi tingkat risiko akibat
faktor ini maka banyak pihak pemilik produk konstruksi mengalihkan risiko tersebut ke
pihak ke-3 seperti asuransi.
Kegagalan Konstruksi sebagai Kegagalan konstruksi yang harus diperhatikan adalah
kegiatan pada saat proses konstruksi berlangsung. Pembengkakkan biaya, keterlambatan
waktu dan tidak terpenuhinya mutu merupakan bagian dari kegagalan konstruksi. Hal-hal
tersebut pun dapat diukur dari ketiga faktor manajemen kualitas tadi.

3. Bahan masa kini khususnya logam semakin canggih dan rumit


pembuatannya?
Dari sejarah sejak pertama kali manusia mengenal logam sebagai pembuat alat-alat
yang diperlukan untuk menunjang kehidupannya, maka manusia kemudian berusaha untuk
mengembangkan cara pembuatan alat-alat tersebut. Pengecoran logam merupakan proses
pembuatan yang pertama kali dikenal manusia, yang kemudian disusul dengan proses-proses
pembuatan, pemotongan dan lain-lain proses yang hingga kini berkembang menjadi lebih
komplek dengan berbagai variasi.
Pada dasarnya, proses pembuatan benda kerja logam dapat dikelompokkan menjadi :
1. Proses pengecoran.
2. Proses pembentukan.
3. Proses pemotongan.
4. Proses penyambungan atau penyatuan.
5. Proses perlakuan phisis.
6. Proses penyelesaian atau pengerjaan akhir.
1. Proses Pengecoran.
Proses pengecoran adalah suatu proses pembuatan yang pada dasarnya
merubah bentuk logam dengan cara mencairkan logam, kemudian dimasukkan
kedalam suatu cetakan dengan dtuang atau ditekan. Di dalam cetakan ini logam cair
akan membeku dan menyusut.
Produk hasil pengecoran dapat langsung dipakai sebagai produk akhir, akan
tetapi kebanyakan masih memerlukan proses lanjut seperti proses pemotongan,
penyambungan, perlakuan phisis atau proses penyelesaian lainnya.
2. Proses Pembentukan
Proses pembentukan logam adalah suatu proses pembuatan yang pada dasarnya
dilakukan dengan memberikan gaya luar (menekan, memadatkanmenarik dsb.) hingga
berubah bentuk secara plastis. Bahan logam sebelumnya dapat dipanaskan terlebih
dahulu sampai mencapai batas tertentu atau logam tetap dingin dalam arti dibawahbatas
temperatur tertentu tsb. Kondisi pertama disebut proses pengerjaan panas (Hot Working
Process), sedang yang terakhir disebut proses pengerjaan dingin (Cold Working
Process).
Proses pembentukan ini memerlukan mesin-mesin dari jenis ringan sampai
berat, menghasilkan kekuatan tambahan, cocok untuk produksi banyak, tetapi ketelitian
bentuk serta ukuran sulit didapat kecuali dengan teknologi khusus. Dalam proses
pembentukan logam dikenal berbagai proses seperti :
1.Pengerolan (Rolling)
2.Tempa (Forging)
3.Proses tarik (Drawing)
4.Ekstrusi (Extrusion)
5.Proses putar tekan (Spinning)
6.Proses potong (Piercing) dan lain lain.

3. Proses Pemotongan.
Proses pemotongan logam adalah proses pembuatan yang menggunakan mesin-
mesin perkakas potong untuk mendapatkan bentuk yang digunakan dengan membuang
sebagian material, sedang perkakaspotongnya dibuat dari bahan yang lebih keras dari
pada logam yang dipotong.
Contoh mesin perkakas ini antara lain mesin bubut, mesin sekrap, mesin drill,
mesin freis dan lain-lain, sedang perkakas potongnya antara lain dari jenis HSS, karbida
dll.
Dalam proses pemotongan logam dikenal beberapa proses pemotongan seperti :
1. Proses Sekrap (Shaping, Planing)
2. Proses Bubut (Turning) .
3. Proses Gurdi (Drilling)
4. Proses Freis (Milling)
5. Proses Gerinda (Grinding), dll.
Disamping proses pemotongan diatas yang disebut sebagai proses pemotongan konvensionil,
dibawah ini merupakan proses pemotongan yang berbeda dengan proses-proses di atas yang
disebut sebagai proses pemotongan non konvensionil, antara lain:
1.Proses pemotongan abrasi (Ultra Sonic Machining)
2.Proses pemotongan secara reaksi kimia (Chemical Machining)
3.Proses pemotongan secara erosi kimia-elektris (Electro Chemical Machining)
4.Proses pewotongan secara erosi loncatan listrik (Electro Discharge Machining), dll.

4. Proses Penyambungan
Proses ini sering diartikan pengelasan, tetapi sebenarnya pengelasan tersebut
merupakan bagian dari proses penyambungan. Pada dasarnya proses ini dapat dilakukan
tanpa atau dengan mencairkan logam yang disambung, dengan atau tanpa logam pengisi,
dengan atau tanpa tekanan dan dengan perekat atau adhesive.
Contoh proses ini antara lain : pengelasan, solder, pengelingan dan lain-lain.
Proses penyambungan ini dapat dilakukan apabila komponen yang akan
disambung sudah melalui tahapan-tahapan proses yang disyaratkan, misalnya :
pembersihan, persiapan pada ujung yang akan disambung ataupun proses pengerjaan
mesin lainnya.
5. Proses perlakuan phisis
Proses perlakuan phisis adalah proses pengerjaan dengan jalan merubah sifat-
sifat phisis dari logam tanpa adanya perubahan bentuk fisik, seperti : proses perlakuan
panas (Heat Treatment), benturan peluru (Shot Peening) dan lain-lain.
6. Proses penyelesaian.
Proses ini digunakan untuk memberikan kondisi permukaan tertentu dari benda
jadi (produk), sehingga terjadi perubahan dimensi yang sangat kecil. Secara keseluruhan,
bentuk dan ukuran boleh dikata tidak mengalami perubahan yang berarti. Kondisi
permukaan tertentu yang dimaksud adalah antara lain bewarna mengkilat, pemeliharaan-
pencegahan dari perubahan unsur serta bentuk permukaan, melalui proses pengecatan,
proses anoda, pelaplsan permukaan dengan unsur tertentu dan lain-lain.
4. Yang dimaksud ketersediaan pada kriteria pemilihan bahan
konstruksi kimia?
Adapun yang dimaksud ketersediaan bahan disini adalah
tersedianya peralatan untuk pabrikasi, dan tersedianya bahan baku di lingkungan sekitar
yang cukup dekat, sehingga tidak perlu mendatangkan bahan.

Persediaan Bahan Baku


Dalam proses industri konstruksi membutuhkan banyak persediaan bahan
baku/material yang akan digunakan dalam sebuah proyek konstruksi, dengan tersedianya
bahan baku maka diharapkan proses konstruksi sesuai dengan kebutuhan. Selain itu
dengan adanya persediaan bahan baku yang tersedia diharapkan dapat memperlancar
kegiatan/proses proyek konstruksi dan dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan
baku serta keterlambatan jadwal pengiriman persediaan bahan baku yang dapat
merugikan perusahaan dalam hal ini image yang kurang baik. Agar lebih mengerti
maksud dari persediaan, maka penulis akan mengemukakan beberapa pendapat
mengenai pengertian dari persediaan.
Persediaan peralatan
Dalam proses industri konstruksi membutuhkan banyak persediaan peralatan
yang digunakan dalam sebuah proyek konstruksi, jika tidak ada peralatan yang memadai
maka tidak akan berjalannya suatu proses konstruksi. Jadi peralatan itu adalah salah satu
faktor penunjang yang penting dalam proses konstruksi. Pemilihan peralatan disesuaikan
dengan bahan baku dan kuantitas dari bahan tersebut.
Fungsi Persediaan
Fungsi utama persediaan adalah menjamin kelancaran mekanisme
pemenuhan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga
sistem yang dikelola dapat mencapai kinerja (performance) yang optimal
(Nasution & Prasetyawan, 2008).
Fungsi lain persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses
produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi

Вам также может понравиться