Вы находитесь на странице: 1из 6

KULIT PETAI (Parkia speciosa) SEBAGAI PENJERNIH MINYAK

GORENG BEKAS

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Minyak goreng bekas (jelantah) adalah minyak goreng yang sudah dipakai
beberapa kali. Selain warnanya yang gelap kecoklatan dan berbau tengik, minyak
jelantah juga mempunyai potensi besar dalam membahayakan kesehatan tubuh.
Menurut Pakpaha, dkk. (2013:32), minyak jelantah mengandung radikal bebas
yang setiap saat siap untuk mengoksidasi organ tubuh secara perlahan. Minyak
jelantah kaya akan asam lemak bebas. Terlalu sering mengkonsumsi minyak
jelantah dapat meningkatkan potensi kanker di dalam tubuh. Reaksi degradasi ini
menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan
harus dibuang (Maskan, 2003). Produk reaksi degradasi yang terdapat dalam
minyak ini juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan
menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan (Lee, 2002).
Pemurnian minyak goreng bekas merupakan pemisahan produk reaksi
degradasi dari minyak. Beberapa cara dapat dilakukan untuk pemurnian minyak
goreng bekas, salah satunya adalah pemurnian dengan menggunakan adsorben.
Pemurnian minyak goreng bekas dengan adsorben merupakan proses yang
sederhana dan efisien (Maskan, 2003). Kulit petai (Parkia speciosa) sangat cocok
digunakan dalam penjernihan minyak jetantah ini. Penelitian membuktikan
bahwa petai (Parkia speciosa) mengandung antioksidan berupa polifenol dan
flavonoid yang bisa menangkal radikal bebas dan mampu mencegah bahkan
mengatasi beberapa macam penyakit serta dapat berfungsi sebagai
penangkap anion superoksida dan lipid superoksida radikal, serta
mengurangi aktivitas radikal bebas superoksida (Agnes,dkk,2016). Jadi
antioksidan pada petai tersebut bisa digunakan untuk menangkap radikal bebas
pada minyak jelantah.
Kulit petai sendiri saat ini juga masih jarang dimanfaatkan. Padahal kulit
petai memiliki bagian lebih banyak dari pada bijinya sehingga terkadang juga
menimbulkan limbah yang banyak dan dibuang sia-sia. Oleh karena itu
pemanfaatan kulit petai ini sangat membantu untuk mengurangi limbah kulit petai
yang berlebihan dan tidak digunakan.

Rumusan Masalah
1) Bagaimana tingkat keberhasilan penjernihan minyak jelantah dengan absorben
kulit petai (Parkia speciosa)?
2) Apakah komposisi minyak jelantah dapat kembali seperti semula setelah
dijernihkan dengan kulit petai (Parkia speciosa)?
Tujuan Penelitian
1) Memaparkan tingkat keberhasilan penjernihan minyak jelantah dengan
absorben kulit petai (Parkia speciosa)
2) Mengetahui komposisi minyak jelantah setelah dijernihkan dengan kulit petai
(Parkia speciosa)

Hipotesis
1) Absorben kulit petai dapat menjernihkan minyak jelantah.
2) Komposisi minyak jelantah dapat kembali seperti semula setelah dijernihkan
dengan kulit petai (Parkia speciosa).

Luaran Yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari PKM ini adalah minyak goreng yang jernih
dan komposisinya sama dengan minyak goreng baru.

Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari PKM ini sebagai berikut.
1) Dapat mengetahui khasiat kulit petai yang dapat menjernihkan minyak
jelantah
2) Dapat mengurangi limbah kulit petai dan limbah minyak jelantah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Struktur Anatomi dan Morfologi Parkia speciosa
Tanaman ini termasuk dalam genus Parkia dan spesies speciosa dengan family Fabaceae (termasuk
Leguminoseae da Mimosaceae). Robert Brown mendeskripsikan genus dari Parkia speciosa pada tahun 1826.
Orang skotlandia ini membuat 2 jurnal mengenai eksplorasi pada bagian dalam dari Afrika Barat pada tahun
1975, tahun 1797 dan tahun 1805. Nama latin Parkia speciosa, speciosa dalam bahasa latin artinya cantik.
(Kamisah Y, Dkk : 2013)
Pohon Parkia specios tingginya mencapai 15-40 m dan diameternya mencapai 50-100 m. Berakar
serabut. Daun pada tangkai panjangnya sekitar 2-6 m dengan 7-15 kelenjae di dasar batang. Leaves bipinnate
on 2-6 cm long stalks with gland 7-15 mm above stalk base. Terdapat 10-19 pasang daun, dengan panjang 5-9
cm dengan masing-masing dengan 31-38 pasang yang letaknya pada sumbu yang berlawanan, panjang 5-9 mm
dan lebar 2 mm dengan ujung bulat. Memiliki bunga yang kecil dan berwarna butih krem, ditemukan rapat
dengan ujung atas tanaman. Kulitnya sangat besar panjangnya dapat mencapai 35-55 cm dan lebarnya
mencapai 3-5 cm tersusun lurus dan umumnya tersusun spiral. Setiap kulit dapat berisi 10-18 biji Parkia
speciosa. Terdapat katub yang menggembung menyelubungi biji. Permukaannnya lembut. Penyerbukan Parkia
speciosa oleh kalelawar dan burung yang mengedarkannnya bibit. Periode perbungaan dan musim buah jatuh
pada bulan agustus-oktober. Kemungkinan berbunga dan berbuah akan lebih kecil jika diantara bulan Januari
dan maret. Pohon akan dalam kategori matang dan siap berbuah umumnya pada usia 7 tahun. (Hask, 2009)

II. 2 Distribusi Parkia speciosa


Orang Filiphina menyebutnya (upang), orang Indonesia menyebutnya (pete,petai papan,peuteuy), orang Jawa
(petaigede,pete,segobang,petai pare), orang Malaysia (chou dou,petai,petah,patai,patag,nyiring,cong dou), dan
orang Thailand menyebutnya (sator,sataw,sator dan,sator kow,to dan,to khao). Tanaman ini tumbuh di daerah
dengan iklim tropis seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filiphina.

Gambar II. 2 : distribusi habitat Parkia speciosa

II. 3 Ekstraksi Parkia speciosa


II. 3. 1 Proses Ekstraksi Parkia speciosa

Ekstraksi komponen bioaktif kulit petai dilakukan dengan cara Serbuk simplisia kulit
petai diekstraksi dengan ultrasonikasi (Velickonic et al. 2007 dengan modifikasi) secara
bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Dari ekstrasi tersebut di
temukan hasil Hasil pengukuran kadar air dari simplisia kulit petai dan nilai rendemen
ekstrak dengan metode maserasi dan ultrasonikasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Hasil perhitungan kadar air dan rendemen metode maserasi dan ultrasonikasi dapat dilihat
pada Lampiran 2 dan 4. Nilai kadar air yang diperoleh adalah sebesar 6.36%. Hal ini
menunjukkan bahwa simplisia kulit petai dapat disimpan dalam waktu yang lama. Kadar air
yang melebihi 10% dalam suatu bahan dapat menyebabkan mudahnya bahan ditumbuhi
mikroba (Harjadi 1993). Nilai rendemen ekstrak untuk maserasi adalah 0,33% untuk n-
heksana, 0,32% untuk etil asetat, dan 12,13% untuk etanol 70%. Nilai rendemen ekstrak
untuk ultrasonikasi adalah 0,35% untuk n-heksana, 0,38% untuk etil asetat, dan 11,62%
untuk etanol 70%. (Andayani 2008)

Uji Komponen Fitokimia


Hasil uji fitokimia ekstrak kulit petai hasil ultrasonikasi dapat dilihat pada
Tabel 3. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kulit petai mengandung
komponen-komponen yang berpotensi sebagai antibakteri.

Uji kualitatif fitokimia bertujuan mengetahui kandungan senyawa


metabolit sekunder pada kulit petai hasil ultrasonikasi.Hasil uji fitokimia yang
dilakukan pada pelarut yang berbeda akan menunjukkan hasil yang berbeda dalam
kekuatan sinyal yang diidentifikasi, yaitu tingkat kepekatan yang berbeda pada
setiap pelarut (Egwaikhide & Gimba, 2007).
Hasil uji fitokimia pada ekstrak kulit petai dapat dilihat pada tabel 3. Hal ini
memaparkan bahwa kulit petai mengandung senyawa fenolik, yaitu flavonoid, saponin dan
tanin yang berpotensi sebagai antibakteri. Ekstrak etanol memiliki kandungan alkaloid,
saponin, dan tanin yang lebih banyak dibanding dengan kedua ekstrak lainnya namun tidak
memiliki kandungan flavonoid sama sekali. Ekstrak etil asetat memiliki kandungan saponin
lebih banyak dibanding dengan ekstrak nheksana. Komposisi dari senyawa-senyawa fenolik
inilah yang memengaruhi kemampuan masing-masing ekstrak untuk menghambat aktivitas
bakteri.
Senyawa fenolik pada kulit petai dapat membantu menghilangkan radikal bebas yang
berbahaya untuk kesehatan senyawa fenolik ini juga dapat menyingkirkan bau tengik pada
minyak goreng sisa.
Sumber : (Kamisah Y, Dkk : 2013)

Sumber : (Kamisah Y, Dkk : 2013)

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
NO. JENIS PENGELUARAN BIAYA
1.
2.
3.
4.2 Jadwal Kegiatan

DAFTAR PUSTAKA
Andayani. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolat Total dan
Likopen pada Buah Tomat Solanum lycopersicum L). Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi.13:1.
Egwaikhide PA, Gimba CE. 2007. Analysis of the Phytochemical Content and
Anti-microbial Activity of Plectranthus glandulosisWhole Plant. J Middle-
East of Scientific Research. 2(3-4):135-138.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia.
Hassk. 2009. Parkia speciosa. Fabaceae Mimosoideae (page 1-2).
Kamisah Y, Othman F, Saad MQ, Jaarin K. 2013. Parkia speciosa Hassk.: A Potential
Phytomedicine. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine (hal. 1)

Вам также может понравиться