Вы находитесь на странице: 1из 6

ARSITEKTUR INDONESIA

(Rumah Adat Istana Dalam Loka , Nusa Tenggara Barat)

Dosen

Prof. Dr. Ir. I Putu Rumawan Salain

Oleh

Ida Bagus Kajeng Mahasidhi

1519251041

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Amos Rapoport, Arsitektur adalah segala macam pembangunan yang secara
sengaja dilakukan untuk mengubah lingkungan fisik dan menyesuaikannya dengan skema-
skema tata cara tertentu lebih menekankan pada unsur sosial budaya.

Arsitektur tradisional tumbuh pada suatu masyarakat dan diwariskan secara turun-
menurun, namun hanya dimengerti ataupun di kuasai oleh sebagian orang. Arsitektur
tradisional memiliki persyaratan tertentu dan tidak berubah dari jaman ke jaman. (Dr. Ir.
Bambang Supriyadi,MSA)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Barat


merupakan arsitektur yang tumbuh pada suatu masyarakat daerah Nusa Tenggara Barat dan
diwariskan secara turun temurun.

Seiring berkembangnya jaman banyak faktor faktor yang mempengaruhi tatanan


bangunan tradisional Nusa Tenggara Barat seperti pertambahan dan perkembangan penghuni
dalam konteks kapasitas dan tata ruang, profesi penghuni, gaya hidup, kemajuan pengetahuan
dan teknologi. Sehingga perlu dilakukan perombakan tetapi tetap mengikuti tradisi dan
norma. Sebagai calon arsitek kita dituntut untuk mengikuti perkembangan jaman tetapi tetap
menjaga identitas agar arsitektur tradisional tidak hilang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arsitektur Nusa Tenggara Barat (Istana Dalam Loka)

Gambar 1.1 : Istana Dalam Loka


Sumber : adat-tradisional.blogspot.com

Dalam Loka sendiri berasal dari 2 kata dalam bahasa Sumbawa, yakni Dalam yang
berarti Istana dan Loka yang berarti Dunia. Penamaan tersebut sesuai dan fungsi rumah
adat ini yang memang digunakan untuk pusat pemerintahan dan kediaman raja-raja Sumbawa
pada masa silam.

Sesuai dengan fungsi tersebut, rumah adat NTB ini memiliki desain yang cukup besar.
Bangunan yang luasnya mencapai ini berdiri dengan ditopang oleh 99 tiang yang
melambangkan 99 sifat Alloh (asmaul husna) dalam ajaran Islam. Tiang-tiang penyangga
mampu menopang tegaknya rumah yang terbagi menjadi 2 ukuran sama besar (kembar) yang
bernama Bala Rea atau Graha Besar.
Dalam Graha Besar ini ada beberapa ruangan yang dipisahkan dinding penyekat sesuai
dengan fungsi dan namanya masing-masing, yaitu:

1. Lunyuk Agung terletak di bagian depan bangunan berfungsi sebagai tempat


musyawarah, resepsi, atau acara pertemuan adat dan keagamaan.
2. Lunyuk Mas terletak di sebelah Lunyuk Agung berfungsi sebagai ruangan khusus
permaisuri, istri-istri menteri, dan staf penting kerajaan saat dilangsungkan upacara
adat.
3. Ruang Dalam yang terletak di sebelah barat. Ada yang hanya disekat oleh kelambu
dan berfungsi sebagai tempat shalat, dan di sebelah utaranya merupakan kamar tidur
dayang-dayang dan permaisuri.
4. Ruang Dalam yang terletak di sebelah timur terdiri dari empat kamar. Kamar-kamar
ini diperuntukan bagi putra/putri raja yang sudah menikah.
5. Ruang sidang terletak di bagian belakang Bala Rea. Selain digunakan untuk
bersidang, pada malam hari ruangan ini juga dijadikan tempat tidur para dayang.
6. Kamar mandi terletak di luar ruangan induk yang memanjang dari kamar peraduan
raja hingga kamar permaisuri.
7. Bala Bulo terletak di samping Lunyuk Mas dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama
berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak raja yang masih kecil, dan lantai kedua
berfungsi sebagai tempat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana bagi permaisuri
dan istri para bangsawan. (Sumber : http://adat-tradisional.blogspot.com, Diakses : 27
September 2017, 11.04 WITA )

2.2 Perkiraan Rumah Adat NTB di Masa yang akan Datang

Pada masa yang akan datang, rumah adat NTB akan mengalami perubahan mengikuti
perkembangan jaman. Perubahan tersebut meliputi perubahan material pada banguna,
material kayu akan diganti dengan penggunaan material beton yang mudah didapat dan harga
terjangkau. filosofi 99 tiang kayu penopang rumah akan dilupakan, jumlah tiang penyangga
akan dikurangi sesuai kebutuhan untuk mengefisensikan biaya, selain itu teknologi material
yang sudah modern lebih menguntungkan dalam segi ekonomi. lantai yang semula
menggunakan material kayu akan diganti dengan keramik. luas bangunan rumah adat NTB
dimasa mendatang akan dikurangi karena kebutuhan ruang dan fungsi nya yang berubah,
banyak ruang yang sudah tidak diperlukan lagi, fungsi bangunan pun sudah bukan sebagai
istana kerajaan melainkan rumah tinggal bagi rakyat NTB.

Susunan ruang pada bangunan akan berubah dan terjadi alih fungsi ruang. Perubahan ruang
tersebut yaitu :

1. Lunyuk Agung, awalnya sebagai tempat musyawarah dan acara pertemuan adat akan
berganti sebagai ruang tamu dan ruang keluarga. fungsi ruang tidak terlalu jauh
berbeda, tetap digunakan untuk menerima tamu yang yang datang.
2. lunyuk mas, awalnya digunakan sebagai ruang khusus permaisuri dan istri istri
menteri akan dihilangkan karena fungsi bangunan sudah bukan sebagai istana
kerajaan melainkan untuk rakyat biasa.
3. Ruang Dalam yang terletak di barat, berfungsi sebagai tempat sholat, akan
dipertahankan fungsi dan keberadaannya.
4. Ruang Dalam yang terletak di timur terdiri dari 4 kamar yang awalnya digunakan
sebagai tempat tidur. ruang ini juga akan tetap dipertahanan fungsi dan keberadaannya
tetapi pengurangan jumlah ruang dan besaran ruang akan dilakukan sesuai kebutuhan.
5. Ruang sidang yang digunakan untuk bersidang akan dihilangkan karena dimasa
mendatang sudah tidak diperlukan lagi.
6. Kamar mandi yang awalnya berada terpisah akan digabung dan ada di setiap kamar
tidur.
7. Dapur akan ditambahkan kedalam bangunan karena merupakan sebuah kebutuhan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Arsitektur selalu mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan


perkembangan jaman begitu juga arsitektur tradisional pasti akan mengalami
perubahan seiring perkembangan jaman. Jika arsitektur tradisional tidak
mengikuti perkembangan jaman ditakutkan arsitektur tradisional perlahan mulai
ditinggalkan dan akan terlupakan, hilangnya arsitektur tradisional juga
merupakan hilangnya identitas dari wilayah tersebut. Perubahan mengikuti
perkembangan diperbolehkan asal tidak menghilangkan filosofi dan makna
yang ada pada arsitektur tradisional itu. Perkembangan pada arsitektur
tradisional Nusa Tenggara Barat diharapkan dapat membangkitkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya mempertahankan arsitektur tradisional agar
tidak menghilang.

Вам также может понравиться