Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan Paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan penderitaan melalui identifikasi awal,
pengkajian secara menyeluruh dan pengobatan nyeri serta masalah fisik,
psikososial, dan spiritual (WHO, 2002). Perawatan palitif dilakukan oleh tim
multidisiplin yang melibatkan banyak tenaga kesehatan untuk tujuan yang sama
(Aitken,2009).

Menurut Kemenkes (2007) yang merupakan penyakit terminal adalah penyakit


kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,
stroke, parkinson, gagal jantung, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti
HIV/AIDS. Setiap tahunnya dilaporkan adanya peningkatan mengenai penyakit
tersebut yang diderita oleh usia dewasa dan anak-anak.

Menurut World Health Organization (WHO, 2007) bahwa penyakit yang


membutuhkan perawatan paliatif melalui studi Delphi pada orang dewasa adalah
Alzheimer, demensia, kanker, penyakit kardiovaskular, sirosis hati, penyakit paru
obstruktif kronik, diabetes, HIV/AIDS, gagal ginjal, multiple sclerosis, penyakit
parkinson, rheumatoid arthritis dan tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap obat.
Adapun jenis penyakit pada anak-anak adalah kanker, kardiovaskular, sirosis hati,
kelainan bawaan, kelainan darah dan kekebalan tubuh, HIV/AIDS, meningitis,
penyakit ginjal, gangguan saraf dan kondisi neonatal (WHO, 2014).

World Health Organization (2011), menyatakan bahwa pada tahun 2011, lebih
dari 29 juta orang (29.063.194) meninggal dunia akibat penyakit terminal.
Perkiraan jumlah orang yang membutuhkan perawatan paliatif sebesar 20.4 juta
orang. Proporsi terbesar 94% pada orang dewasa sedangkan 6% pada anak-anak.
Apabila dilihat dari penyebaran penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif
adalah penyakit jantung (38,5%) dan kanker (34%) kemudian diikuti oleh
gangguan pernapasan kronik (10,3%), HIV/AIDS (5,7%) dan diabetes (4,5%).

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Menurut WHO palliative care (perawatan paliatif) merupakan suatu cara pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan, melalui pencegahan dan
mengurangi penderitaan dengan identifikasi awal, penanganan yang benar, pengobatan rasa
sakit dan masalah yang lain, yaitu fisik, psikososial dan spiritual.

Perawatan paliatif :

Mengurangi rasa sakit dan gejala-gejala lain yang menyusahkan


Menggabungkan aspek psikososial dan spiritual dari perawatan pasien
Menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien hidup secara aktif sebisa
mungkin sampai meninggal
Menawarkan pendekatan sistem pendukung dengan suatu tim untuk memenuhi
keperluan pasien dan keluarganya temasuk konsling
Akan meningkatkan kualitas kehidupan, dapat secara positif mempengaruhi perjalanan
penyakit.
Dapat diterapkan dini pada perjalanan penyakit, berhubungan dengan terapi-terapi lain
yang bertujuan untuk memperpanjang kehidupan, seperti kemoterapi atau radiasi dan
termasuk pemeriksaan lain yang diperlukan untuk lebih memahami dan mengatur
komplikasi klinis yang lain tujuan akhir dari perawatan paliatif adalah mencapai kualitas
hidup yang terbaik untuk pasien dan keluarganya. Pada psien paliatif, prioritas pelayanan
kesehatan berubah dari pengobatan ke perawatan (from cure to care), dari intervensi ke
pencegahan dan rehabilitas
2.2. Pendekatan terhadap pasien

1. Mengidentifikasi dengan pasien penyakit terminal


Mengidentifikasi pasien menjelang ajal bukanlah suatu masalah ketika pasien tersebut
memiliki penyakit keganasan yang agresif dan gagal untuk disembuhkan dengan
perawatan yang ada. Namun akan menjadi suatu persoalan jika pasien lanjut usia
tersebut tidak di jumpai penyakiy gana yang mematikam, karena sulit untuk
memprediksi dengan tepat sisa waktu bagi pasien tersebut. Banyak pasien lanjut usia
yang terminal dapat dengan mudah dikatakan terminal begitu saja. Hanya sedikit dari
pasien tersebut yang diabawa ke program-program hospice, meskipun mereka
seharusnya menjalani perawatan Hospice type, diagnosis dan prognosis yang tepat
sangat dibutuhkan bagi pasien, sehingga identifikasi pasien terminal dapat tercapai.
Hal ini dibutuhkan kerja sama, perawatan, dan pengamatan yang cermat dari tim
medis.
Pada lanjut usia identikasi pasien terminal tidak boleh terlewatkan begitu saja hanya
dengan pertimbangan usia yang memang telah lanjut atau memang sudah mendekati
waktunya. Justru pelayanan yang terbaiklah yang layak diberikan bagi lanjut usia.
Walaupun demikian harus di ingat juga, bahwa lajut usia yang sudah sangat tua juga
dapat dianggap sebagai pasein terminal walaupun tidak menderita penyakit yang aktif
dan progresif, hanya saja pendekatannya berbeda.
2. Penilaian medis
Pengidentifikasian juga dapat dibantu lewat evaluasi medis. Pencatatan histors yang
mendalam, termasuk tinjauan catatan-catatan medis lampau. Hal yang penting adalah
pemahan penyakit yang diderita di masa lampau dan tindakan yang akan diambil di
masa mendatang. Pemeriksaan fisik adalah hal yang berguna jika dikerjakan dengan
baik dapat berguna untuk menghindari intervensi diagnostic yang tidak perlu dan
merepotkan. Mencatat tingkat ptogestivitas penyakit dapat membantu memilih
tindakan yang mempunyai efek-efek yang optimal.
3. Penilaian aspek-aspek psikososial
Kekuatan dan kelemahan dalam bidang-bidang social atau psikososial mungkin
merupakan penyebab kontribusi kritis bagi pasien. Klinisi perlu mengetahui keluarga
dan teman dekat serta berupaya komunikatif dengan mereka. Seringkali,
pertimbangan-pertimbangan financial terkait erat dengan perawatan-perawatan pasein
yang menjelang ajal. Seorang pasien dapat menolak perawatan yang memakan biaya
besar karena khawatir akan biaya yang terlampau besar atau dapat merasa tersinggung
dengan menolak untuk mengatakan informasi financial.
BAB 3

PENUTUP
Daftar Pustaka

Вам также может понравиться