Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga bisa menyebabkan
kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang
tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta
penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut
dapat pula menyebabkan gagal ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain.(Staessen, 2003) Faktor
pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak terkontrol (seperti keturunan, jenis
kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok,
serta konsumsi alkohol dan garam). Penderita hipertensi yang sangat heterogen membuktikan
bahwa penyakit ini bagaikan mosaik, diderita oleh orang banyak yang datang dari berbagai
subkelompok berisiko didalam masyarakat. Hal tersebut juga berarti bahwa hipertensi
dipengaruhi oleh faktor resiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter,
hormon dan genetik, maupun yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan stress.
(Sigarlaki, 1995) Kriteria diagnosis hipertensi menggunakan kriteria klasifikasi dari The
update WHO/ISH hypertension guideline, yang merupakan divisi dari National
Institute of Health di AS, secara berkala mengeluarkan laporan yang disebut Joint
National Committee on Prevention, Detectioan, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure memberikan resensi pembaharuan kepada WHO/ISH bulan Mei 2003
tentang kriteria hipertensi yang dibagi dalam tiga kategori yaitu hipertensi stage I dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik adalah 140-158 mmHg dan 90-99 mmHg, untuk
hipertensi stage II dengan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah 160-179 mmHg dan
100-109 mmHg, sedangkan untuk hipertensi stage III dengan tekanan darah sistolik dan
diastolik adalah 180 mmHg dan 110 mmHg(Sugiharto, 2006). Faktor-faktor yang terbukti
merupakan faktor risiko hipertensi adalah umur semakin tua, riwayat keluarga dengan
hipertensi, kebiasaan mengkonsumsi makanan asin, mengkonsumsi lemak jenuh,
megkonsumsi jelantah, tidak biasa olah raga, olahraga tidak ideal, obesitas (IMT > 25) dan
wanita yang menggunakan pil KB selama 12 tahun berturutturut. Faktor yang tidak terbukti
sebagai faktor risiko hipertensi adalah jenis kelamin perempuan, kebiasaan merokok,
kebiasaan minuman beralkohol dan stress kejiwaan (Sugiharto, 2006). Pada tahun 2010 data
jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi Jawa Timur terdapat
1
275.000 jiwa penderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terbanyak di Jawa Timur
terdapat di kota Pasuruan, sedangkan kota Kediri menduduki urutan keempat setelah kota
Pasuruan, Probolinggo dan Madiun dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 38.626
jiwa. Penilitian ini dilakukan di kota Kediri, sehubungan untuk turut mebantu mewujudkan
program peningkatan derajat kesehatan masyarakat kota Kediri yang diusung sebagai
program kerja 2009-2014. Bertitik tolak dari uraian diatas dan mengingat bahwa penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang pravalensinya cukup besar di kota Kediri akan dilakukan
penelitian mengenai analisis faktor risiko penderita hipertensi di kota Kediri yang kemudian
akan dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik ordinal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini
adalah.
1. Bagaimana karakteristik penderita penyakit hipertensi di kota Kediri?
2. Apa faktor risiko utama yang mempengaruhi penderita penyakit hipertensi ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memecahkan permasalahan yang
telah diidentifikasi sebelumnya, adapun tujuan penelitian ini adalah.
1. Mengetahui karakteristik penderita penyakit hipertensi.
2. Mengetahui faktor risiko utama yang mempengaruhi penderita penyakit hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini diantara lain adalah.
1. Menambah pengetahuan penerapan metode statistik dalam aplikasi di bidang kesehatan
khususnya metode regresi logistik ordinal.
2. Memberikan informasi kepada penderita hipertensi mengenai faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian hipertensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali

disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang

mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi

korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas

normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor

dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab

hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat

adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari

pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).

Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh

meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini

biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit

jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi

adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

2.2.Klasifikasi

Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)


3
WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG)

telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-

tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2008).

Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) 180 110
Hipertensi sistol terisolasi 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
(Sumber: Sani, 2008)

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik dan

hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah

jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan

sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi

(denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan

tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya

lebih besar.

Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil

menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah

yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik

berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi

diantara dua denyutan. Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U (2001) faktor

4
yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan

garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder

dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat

diketahui (Lanny Ssustrani, dkk, 2004).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi

Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang

tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up.

Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai

dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti

otak, jantung dan ginjal (Mahalul Azam,2005).

2.3.Patofisiologi

Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting

pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus

ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan

volume dan tekanan darah (Anggraini, 2008).

5
Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari


korteks adrenal
Urin sedikit pekat & osmolaritas
Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Mengentalkan
Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler ekstraseluler

Diencerkan dengan volume


Volume darah ekstraseluler

Tekanan darah
Volume darah

Tekanan darah

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.


(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi

dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari

arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah

ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi

sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai

6
dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat

dilihat pada bagan.

Gambar 3: Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah


(Sumber: Kaplan, 1998 dalam Sugiharto, 2007)

2.4.Pengobatan hipertensi
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :
1. Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.

Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan

dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah

pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi

perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler

dan volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.

7
a. Thiazide

Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi, golongan

lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita dengan fungsi

ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit,

thiazide merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan

tekanan darah. Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan

terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk mengatasi efek

dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini akan mempengaruhi

tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan tekanan darah dengan cara

memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam

penurunan resistensi vascular perifer.

b. Diuretik Hemat Kalium

Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan

tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan

diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat

mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik

lainnya.

c. Antagonis Aldosteron

Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih

berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6

minggu dengan spironolakton).

2. Beta Blocker

Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan

menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung

dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.

8
a. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada

dosis rendah dan mengikat baik reseptor 1 daripada reseptor 2. Hasilnya

agen tersebut kurang merangsang bronkhospasmus dan vasokontruksi serta

lebih aman dari non selektif bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi

pulmonari kronis (COPD), diabetes dan penyakit arterial perifer.

Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan dan efek akan

hilang jika dosis tinggi.

b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas intrinsik

simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor .

3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)

ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi

tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada

beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial.

Kemudian, tempat utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan

ginjal. Pada kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada

penderita dengan aktivitas renin plasma normal, bradikinin, dan produksi jaringan

ACE yang penting dalam hipertensi.

4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)

Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan

jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE

hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor

angiotensin tipe I, reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti

inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin.

5. Antagonis Kalsium

9
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat

saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya

kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan

vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal

kalsium dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua

golongan ini (kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negative.

Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV,

dan menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada

penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan

denyut jantung dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.

6. Alpha blocker

Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor 1 yang

menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan

efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor 2 sehingga

tidak menimbulkan efek takikardia.

7. VASO-dilator langsung

Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos

arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari

pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan

renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada

penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.

8. Inhibitor Simpatetik Postganglion

Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal

simpatetik postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap respon

10
stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan resistensi

vaskular perifer .

9. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral

10. VASO-dilator langsung

11
Pengobatan hipertensi masyarakat dengan menggunakan :
a. Bayam

Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya

melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan

darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari

homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah

menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat

menyebabkan serangan jantung dan stroke.

b. Biji bunga matahari.

Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari mengandung

pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh. Kolesterol

tinggi merupakan pemicu tekanan darah tinggi, karena dapat menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah. Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang

tidak diberi garam.

c. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung

magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan

tekanan darah tinggi.

d. Pisang

Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan

darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang

bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa

satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.

e. Kedelai

12
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan. Salah

satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi.

Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.

f. Kentang

Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat.

Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi

yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.

g. Cokelat pekat (dark chocolate)

Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu menurunkan

tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida

membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan

menyebabkan aliran darah meningkat.

h. Avokad

Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol. Selain itu,

kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk kesehatan jantung.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik


140mmHg dan tekanan darah diastoltik 90mmHg. Penyakit in adalah
penyakit yang berbahaya karena merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
stroke. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi
primer atau merupakan hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui
secara pasti. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyebab spesifik tertentu, misalnya penyakit ginjal, penyakit endokrin atau
karena penyakit koartasio aorta.

3.2. Saran

1. Selalu menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan anugrah yang tak ternilai


harganya. Karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
2. Selalu memperhatikan asupan makanan yang masuk dalam tubuh kita.
Makanlah makanan yang bergizi tinggi yang dapat memenuhi semua
kebutuhan tubuh kita
3. Rajin berolahraga

14
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2686/B29%20HIPERTENSI.docx?s

equence=1.

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7682.\

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf

15
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN.1

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian. 2

1.4 Manfaat Penelitian... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

2.1 Pengertian 3

2.2 Klasifikasi..........3

2.3 Patofisiologi. .5

2.4 Pengobatan Hipertensi7

BAB III PENUTUP 14

3.1 Kesimpulan.14

3.2 Saran.. 14

DAFTAR PUSTAKA. 15

16

Вам также может понравиться