Вы находитесь на странице: 1из 89

PENDAHULUAN

l.1 Batasan judul.

Galeri seni lukis kontemporer Yogyakarta.

Galeri : sanggar seni, musium seni, serambi, ruang pamer seni, gedung seni

(kesenian)1

Seni : segala yang berkaitandengan karya ciptayang dihasilkan oleh unsur rasa2

Lukis : (melukis) menggambar, mengukir3

Kontemporer: sewaktu, semasa, pada waktu atau pada waktu yang sama, dewasa ini,

sesuai dengan masanya, pada masa kini4.

Yogyakarta : tempat , wilayah atau kota di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Arti keseluruhan yaitu:

Sebuah tempat atau media untuk memamerkan dan mewadahi hasil karya seni lukis

kontemporer, yang didukung dengan pelayanan/kegiatan dalam bidang seni,

Arsitektur : merupakan perpaduan antara fungsi, estetika dan struktur.

Citra/visual : Gambaran atau rupa tentang suatu objek, kesan dan bayangan visual

yang ditimbulkan oleh suatu simbol, Visual berhubungan dengan sesuatu yang dapat

dilihat oleh indera penglihatan5.

Citra visual Arsitektur kontemporer adalah:

Image, kesan atau gambaran penghayatan yang dapat ditangkap oleh indera
penglihatan seseorang, dari sebuah bangunan Arsitektur yang sesuai dengan

perkembangannya.

l.2. Latar Belakang.

l.2.1. Pameran Sebagai Sarana Promosi.

Saat ini kepopuleran sebuah karya seni sudah sangat luas, semakin meningkatnya

antusias masyarakat terhadap karya seni, akan semakin meningkat pula diadakan

pameran, bursa, maupun lelang lukisan. Dan meningkatnya harga lukisan

menunjukkan adanya kecenderungan menjadikan lukisan sebagai komoditas

perdagangan yang menguntungkan sebagai penunjang berbagai kegiatan di segala

bidang, baik itu pendidikan, ekonomi, bisnis, informasi ataupun lainnya.

Sebelum suatu produk dagang dari hasil industri dipasarkan kepada masyarakat,

maka perlu adanya sebuah wadah yang mampu memberikan informasi menyeluruh

tentang barangbarang yang akan diinformasikan. Alat komunikasi yang dimaksud

adalah kegiatan pameran yang bertujuan sebagai sarana promosi. Pameran

merupakan suatu media yang cukup efektif dibandingkan dengan media promosi

lainnya, karena di dalam pameran memungkinkan para pengunjungnya untuk dapat

melihat, mendengarkan bahkan merasakan produk tersebut6.


Dilihat dari kondisi perkembangannya saat ini, pameran yang sering diadakan di

Yogyakarta hampir beraneka ragam, antara lain :

1. Pameran pendidikan, seperti pameran arsitektur. 2. Pameran

properti/perumahan. 3.Pameran elektronik. 4. Pameran furniture. 5. Pameran

perayaan sekaten. 6. Pameran buku. 7. Pameran komputer. 8. pameran karya seni

dan budaya, baik dua dimensi ataupun tiga dimensi.

Dari semua pameran yang ada saat ini, hampir sebagian besar menggunakan tempat

yang tidak tetap, dan masih kurang memperhatikan permasalahan-permasalahan

yang ada, seperti kurangnya: fasilitas pendukung, sirkulasi yang tidak nyaman,

pencahanyaan yang kurang, penghawaan yang kurang memadai dan image dari

bangunan itu sendri. Selain itu kegiatan pameran yang ada hanya memberikan

informasi saja, sedangkan pengunjung sangat ingin memperoleh pengalaman lebih

terhadap kegiatan pameran yang diadakan, oleh karena itu perlu adanya kegiatan

pameran yang dapat memberikan pengalaman baik pengetahuan dan hiburan.

Pendidikan dan rekreasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

suatu kegiatan pameran, karena dilakukan bukan hanya untuk hal memberikan

informasi saja tetapi juga untuk memperluas, memperkaya kemampuan seseorang

dalam memperoleh sesuatu yang baru, selain itu rekreasi juga dapat memberikan

pengetahuan dan pengalaman mental maupun fisik dalam waktu luang.


perkembangan seni, Yogyakarta merupakan salah satu pusat perkembangan seni

modern di Indonesia. Hal ini terbukti dengan perkembangan yang sangat

pesat dibidang kesenian modern, khususnya seni lukis. Karena perkembangan seni

lukis di Yogyakarta didukung oleh adanya lembaga pendidikan seperti FSRD-ISI

Yogyakarta (yang dulunya bernama ASRI). Selain melahirkan pelukis ternama di

Indonesia, lembaga pendidikan ini juga banyak melahirkan pelukis-pelukis baru

dengan bakat-bakat segar yang nantinya akan terus berkembang dalam memberikan

nuansa baru dalam dunia seni lukis.

Perkembangan para pelukis ini akan diikuti oleh banyaknya karya lukisan yang lahir

dari tangan-tangan mereka. Meningkatnya jumlah pelukis, sering diadakannya

pameran, bursa, maupun lelang lukisan, dan meningkatnya harga lukisan

menunjukkan adanya kecenderungan menjadikan lukisan sebagai komoditas

perdagangan yang menguntungkan sekaligus sebagai bentuk investasi7.

Berbagai keragaman budaya yang ada di Yogyakarta, dapat mendukung tumbuh

berkembangnya kebudayaan seni tersebut. Karena seni merupakan keahlian

membuat karya yang bermutu tinggi atau kesanggupan akal untuk menciptakan

sesuatu yang bernilai tinggi. Seniman, konsumen/penikmat seni serta pengamat

seni dan Galeri, merupakan komponen-komponen yang terlibat langsung dalam seni

Dalam tiap tahun penyelenggaraan kegiatan pameran seni rupa di Yogyakarta selalu

mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena masyarakat mempunyai


apresiasi yang tinggi terhadap seni dan budaya. Bila kita lihat dari banyaknya

kegiatan pameran seni lukis di Yogyakarta ( dapat dilihat pada lampiran 1, 2, 3 )

dimana kegiatan.

Dengan demikian, maka tidak ada salahnya bila diadakan sebuah galeri seni lukis

kontemporer sebagai pendukung dalam meningkatkan jumlah pemeran, bursa dan

lelang lukisan di Yogyakarta, serta sebagai wadah komonikasi masyarakat yang

berkaitan dengan kegiatan:

menyelenggarakan kegiatan seminar, diskusi dan menjembatani seniman dan

masyarakat

menyelenggarakan program pertukaran seniman, kegiatan pameran dan work

shop

mengadakan penelitian dan menyediakan buku-buku seni lukis kontemporer

Yang didukung oleh kegiatan seperti: menyediakan informasi dan melakukan

kegiatan dokumentasi seni lukis kontemporer, seperti dalam bentuk:

a) buku, artikel, majalah, katalok, brosur dan poster pameran.

b) foto, slide dan kaset vidio yang memuat karya seni lukis kontemporer.

c) data seniman dan karyanya, makalah, diskusi dan seminar.

Perbedaan prosentase jumlah pengunjung pada beberapa Museum/Galeri yang ada

di Yogyakarta, di pengaruhi oleh wadah yang merupakan pusat kegiatan seni yang

ada di Yogyakarta. Karena pada umumnya masih bersifat galeri pribadi yang
berbentuk dasar rumah tinggal. Sehingga banyak masyarakat yang kurang

mengetahui aktifitas yang terdapat didalam galeri tersebut.

Perbedaan Galeri umum dan Galeri pribadi yaitu:

1. Galeri umum

Karya seni yang di pamerkan terdiri dari berbagai peseni/kreator

Biasanya para peseni/kreator barasal dari berbagai macam aliran seni lukis

tertentu, yang memiliki kekhasan satu sama lain.

Sesama seniman atau penikmat seni dapat berinteraksi langsung, sehingga mereka

dapat berbagi ilmu dan pengetahuan yang memiliki kekhasan satu sama lain.

2. Galeri pribadi

Karya seni yang dipemerkan merupakan karya peseni itu sendiri.

Latar belakang peseni berasal dari salah satu aliran seni tertentu saja.

Hanya pada waktu-waktu tertentu saja, para peseni/seniman dan penikmat seni

dapat berinteraksi secara langsung.

Di Yogyakarta segala bentuk aktifitas seni rupa dapat tumbuh dan berkembang,

artinya segala macam karya seni diungkapkan dengan berbagai latar belakang

penciptaan. Hal tersebut sangat mendukung kuatnya atmosfer kesenian (seni rupa)

di kota ini. Penggunaan bermacam-macam cara penyampaian, dari media seni

hingga pemakaian bahan yang sering kali tak terduga sebagai presentasi gagasan

mereka.

Sebenarnya kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran


keberhasilan, namun hal tersebut sudah diporak-porandakan oleh gagasan

modernisme yang membuahkan berbagai seni alternatif, dengan munculnya seni

konsep (conceptual art): Installation Art, dan Performance Art, yang pernah

menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian

muncul berbagai alternatif semacam kolaborasi sebagai mode 1996/1997.

Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-

galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi

merupakan bisnis alternatif investasi8.

Secara keseluruhan dari data-data yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa

masyarakat Yogyakarta sangat membutuhkan suatu tempet dimana mereka bisa

mendapatkan atau menikmati karya-karya seni lukis. Selain itu, juga mereka butuh

tempat untuk berinteraksi antar sesama seniman ataupun penikmat seni dari

berbagai penjuru, untuk dapat berbagi ilmu dan pengetahuan mereka, yang

memiliki kekhasan satu sama lain.

Dengan demikian wadah ini akan menjadi pusat kegiatan seni lukis yang mampu

mengakomodasikan. sebagai pendukung pameran dalam segala kebutuhan

masyarakat baik berupa:

------------------------

8) www.Hexart World. 2007,

1. presentasi,
2. edukasi,

3. dokumentasi dan

4. sebagai forum komunikasi antara kreator dan apresiator seni lukis itu sendiri.

yang didukung oleh fasilitas-fasilitas seperti ruang pamer, work shop, ruang seminar

dan fungsi pendukung lainnya seperti:

pusat informasi, perpustakaan, edukasi (berupa kursus-kursus informal),

administrasi (pengelola Galeri), transaksi (pusat pelelangan), kajian seminar

(seminar, sarasehan dan diskusi)

Yang merupakan suatu wadah atau tempat yaitu Galeri seni lukis kontemporer yang

terpusat dan dapat menampung karya-karya seni lukis.

Fungsi Galeri seni lukis kontemporer merupakan tempat untuk memamerkan,

memelihera dan mengumpulkan hasil karya seni lukis agar dikenal oleh masyarakat.

Sebagai perumpamaan kegiatan seni, Galeri seni lukis dikembangkan sebagai

pelayanan publik dibidang seni. Adapun beberapa alasan dalam merencanakan

Galeri seni lukis kontemporer di kota Yogyakarta, seperti:

Sebagai wadah kegiatan promosi dan apresiasi masyarakat.

Sebagai wadah pendidikan non formal.

Mengumpulkan karya seni lukis dan memelihara koleksi karya seni agar tidak rusak.

Lebih memasyarakatkan seni lukis kontemporer bagi masyarakat yang masih belum

mengenal secara detail tentang apa itu seni lukis kontemporer?

Dengan adanya Galeri seni lukis kontemporer ini, diharapkan dapat menanamkan
dan menumbuhkan rasa ingin mencoba, yang nantinya dapat mengembangkan dan

menciptakan karya-karya seni lukis kontemporer didalam diri masyarakat.

Mewadahi transaksi jual beli karya seni untuk merangsang kelangsungan hidup

peseni.

Sebagai tempat berinteraksi antara sesama seniman dan penikmat seni itu sendiri,

sehingga mereka dapat berbagi ilmu dan pengetahuan yang memiliki kekhasan satu

sama lain.

I.2.3. Latar Belakang Permasalahan.

Jenis seni rupa yang akan diwadahi seperti seni lukis dapat direfleksikan pada

penampilan bangunan. Tujuannya jelas bahwa sebuah Galeri, bangunan harus dapat

menamai dirinya sendiri sebagai signifier/petanda tentang fungsi bangunan dan apa

yang diwadahinya. Yan nantinya akan menjadi landmark kota yang mencirikan

tempat bangunan ini barada sehingga memiliki sense of place yang kuat.

Bentuk sangat mempengaruhi penampilan bangunan, karena merupakan suatu

media atau alat komunikasi dalam menyampaikan arti yang dikandung atau dalam

menyampaikan pesan tertentu. Penampilan bangunan merupakan wujud bangunan

yang tampak langsung secara visual oleh manusia. Dengan alasan tersebut, maka

berbagai cara digunakan sebagai ekspresi keberadaan bangunannya, sehingga

penataan ruang-ruang bangunan (interior dan exterior) dan penataan pendukung

fisik suasana akan dapat mengungkapkan pesan dari ruang-ruang bangunan


tersebut.

Fungsi bangunan sebagai Galeri seni lukis kontemporer, harus dapat menampilkan

dirinya sebagai wujud yang menarik dan atraktif, perwujudan ini juga harus dapat

diartikan sesederhana mungkin, agar mudah dipahami oleh orang yang awam

sekalipun, dari pemahaman tersebut, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan:

Guna.

Kata guna menunjuk pada keuntungan yang kita dapat darinya, guna dalam arti kata

aslinya tidak hanya berarti bermanfaat, untung materiil belaka namun lebih dari itu

punya daya yang menyebabkan kita bisa hidup dan nyaman didalamnya9.

Citra.

Citra sebetulnya hanya menunjuk suatu gambaran (image), suatu kesan

penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang10.

Citra tidak jauh dari Guna, tetapi lebih bertingkat spirituil. Citra menunjuk pada

tingkat kebudayaan, sedang guna lebih pada ketrampilan kemampuan. Citra adalah

jiwa yang mengerti keindahan, kewajaran dan keluwesan akan unsur-unsurnya, baik

dengan bahan material maupun dengan bentuk, serta komposisinya. Citra yang khas

memiliki

------------------------

9) Y.B. Mangunwijaya. 1992.

10) Ibid 9.
kekuatan terhadap persepsi maupun citra rasa psikologis orang yang

menghadapinya, bahwa citra arsitektur yang baik tidak harus mengikuti mode

mutakhir, gaya yang sedang laku, dan sebagainya. Namun semakin kita berkembang

dalam pembangunan semakin mendesak pula kita harus memperhatikan segi citra

itu sendiri.

I.3. Permasalahan. l.3.1. Permasalahan Umum

Bagaimana merancang suatu bangunan Galeri seni lukis kontemporer di Yogyakarta

yang berfungsi sebagai pusat pameran dan dapat mewadahi hasil karya lukis, yang

didukung oleh kegiatan dan pelayanan seni lukis kontemporer (edukasi, seminar).

l.3.2. Permasalahan Khusus

Bagaimana merancang bangunan dengan memunculkan citra Galeri seni lukis yang

berkonsep Arsitektur kontemporer, sehingga bangunan dapat mencirikan dirinya

sebagai bangunan kontemporer.

l.4. Tujuan dan Sasaran. I.4.1. Tujuan

Merancang bangunan Galeri seni lukis kontemporer sebagai wadah fisik dengan

segala kebutuhan dan aktifitas didalamnya. Serta merancang ruang Galeri seni lukis

kontemporer yang mampu mendukung terlaksanakannya seluruh proses kegiatan

didalamnya.

I.4.2. Sasaran.
Merancang Galeri dengan citra visual arsitektur kontemporer pada penampilan

bangunan, baik dengan bahan material maupun dengan bentuk, serta komposisinya

yang dapat mencirikan dirinya sebagai bangunan yang bersifat kontemporer.

I.5. Lingkup Pembahasan. l.5.1. Arsitektural.

Dengan memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhinya sebagai panduan

dalam memberikan arahan produk rencana pengelolaan ruang dan lahan, maka

perlu adanya lingkup pembahasan seperti:

Lingkup pembahasan arsitektural meliputi:

aspek-aspek pencitraan visual bangunan

membahas dan menganalisa aspek-aspek yang terkait dalam penataan ruang

Galeri seni lukis kontemporer.

pengaturan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna untuk

mengakomodasi aktifitas-aktifitas yang terkait dengan pameran lukisan.

I.6. Kerangka Proses Perancangan.

Tahapan yang dipakai untuk mencapai tujuan, dengan memberikan gambaran

berupa uraian berdasarkan pengumpulan data yang merupakan masukan utama.

Yang nantinya akan dianalisis berdasar landasan teoritis yang ada, sehingga dapat

dipakai sebagai pedoman perancangan. Meliputi:

Menetapkan tujuan dan sasaran perancangan.

merupakan tahap formulasi atau jabaran mengenai tujuan dan sasaran yang akan
dicapai dalam perancangan nantinya.

Tahap identifikasi permasalahan.

merupakan tahap pengumpulan dan pemilihan data yang diperlukan dan

permasalahannya, sebagai dasar pijakan analisis dan perumusan pembangunan

yang dilakukan melalui kegiatan survey lapangan.

Analisa.

Merupakan tahap dimana akan dilakukan analisis terhadap data permasalahan yang

telah teridentifikasi sebagai bahan penyusunan konsep dan arahan nantinya

Perumusan konsep dan arahan.

dimana akan dirumuskan arahan-arahan strategis perencanaan yang perlu dijadikan

bahan pijakan, serta membahas mengenai konsep dasar perencanaan dan

perancangan Galeri seni lukis kontemporer mengenai :

1)Penataan tata ruang, 2)pemilihan bentuk serta komposisinya 3)pengolahan site

Tahap pengembangan desain.

Tahap ini merupakan tahap terakhir, dimana dari konsep dasar atau gagasan-

gagasan yang dihasilkan dari tahap-tahap pembahasan diatas, lalu dikembangkan

menjadi sebuah rancangan Galeri seni lukis kontem

l.7. Keaslian penulisan.

1. Galeri seni lukis di Yogyakarta. Aris Budi Siswanto. TA UII (90340068)

landasan konsepsual perancangan

Permasalahan: Rumusan konsep perancangan Galeri yang bertujuan sebagai salah


satu fasilitas bagi publik untuk mendapatkan berbagai informasi serta untuk

mempersentasikan gagasannya kepada masyarakat luas.

2. Galeri seni lukis di Jogjakarta. Bayu Darmakusuma. TA.UII (99521166)

penampilan bangunan dan interior yang kontemporer

Permasalahan: merumuskan sebuah konsep perencanaan dan perancangan Galeri

dan dapat mempresentasikan ruang interior dengan memperhatikan aspek-aspek

yang mempengaruhinya.

4. Galeri Lukis dan Pasar Seni. Johan Arianto. TA UII. (99512173)

Penggabungan fungsi rekreasi dan komersil sebagai pendukung sektor wisata

Yogyakarta

Permasalahan: Merencanakan penampilan bangunan sebagai fasilitas pendukung

sektor pariwisata, yang dapat mewadahi kegiatan rekreasi dan komersil dan saling

mendukung, dengan mentranformasikan kegiatan kebentuk bangunan .

5. Pusat Kebudayaan Melayu di Pontianak.Umi Rahmaniy. TA (01512093)

Transformasi Arsitektur Melayu pada citra visual bangunan

Permasalahan: Bagaimana menerapkan konsep perencanaan dan perancangan

bangunan yang informatif dan edukatif, yang bisa mewadahi kegiatan pelestarian

seni dan budaya yang meliputi kegiatan pemberian informasi, pengkajian dan

penelitian, serta pagelaran seni dan budaya.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Untuk memperoleh konsep kontemporer dalam proses perancangan terhadap citra

bangunan. Maka diperlukan beberapa aspek pendekatan tentang citra Arsitektur

kontemporer itu sendiri, seperti:

ll.1. Seni Lukis.

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan

prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang

manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan

bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.

Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau

gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan

menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah

satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah

dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan

daun-daunan atau batu mineral berwarna.

Hasilnya adalah jiplakan tangan berwarna-warni di dinding-dinding gua yang masih


bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya

lukisan) untuk berkembang lebih cepat dari pada cabang seni rupa lain seperti seni

patung dan seni keramik.

Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan

peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan

memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal

agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini

terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini,

seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam

bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah

salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan

menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan

karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian

disederhanakan dan dibakukan.

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di

Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran

romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.

Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan

kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena

harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa. Namun seni lukis

Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa,
sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.

Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat

lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga

melahirkan abstraksi.

II.1.1. Aliran Seni Lukis.

1. Surrealisme

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering

ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara

keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk

menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti

bentuk aslinya.

2. Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam

bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh

terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.

3. Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan

dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di

setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar

belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan

ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman

kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.

Aliran lain:

Ekspresionisme , Impresionisme, Fauvisme, Neo-Impresionisme, Realisme,

Naturalisme, De Stijl.

4. Abstraksi

Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi berarti

tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu

memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk

yang dikurangi porsinya.

5. kontemporer

kontemporer biasanya dianggap sebagai fenomena yang menguat dengan berbagai

kecenderungan, representasi, pencarian berbagai bentuk dan gagasan estetika yang

kurang lebih dianggap baru. Sebagai gerakan seni kontemporisme telah mendapat

apresiasi publisitas yang luas, dan ini terutama sering dihubung-hubungkan dengan

apa yang disebut sebagai variable interaksi global dalam kontek perkembangan seni

di Dunia Internasional, terutama diwilayah Asia Pasifik.

Aliran seni kontemporer dapat dilihat sebagai bentuk kepedulian, pandangan

maupun cerminan para seniman terhadap isu yang berkembang dalam masyarakat

melalui pikiran intelektual. Para seniman bebas menggunakan bahan, media


maupun ide-ide fantasi karya seni yang akan diciptakan. Dengan demikian aliran

seni kontemporer dipilih karena aliran seni rupa ini sangat luas cakupannya dan

cenderung lebih bebas dalam menuangkan kreatifitas berseni.

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kontemporer merupakan

salah satu aliran yang mengekspresikan secara bebas dan luas yang diejawantahkan

melalui bahan dan media. Kebebasan ini berarti tidak terikat pada suatu aliran

tertentu dalam seni, ekspresi yang muncul adalah ekspresi yang bebas tanpa ikatan-

ikatan formal baik dari segi bahan, media dan pemaknaan dari seni itu sendiri.

Seni lukis kontemporer melahirkan persepsi bahwa proses berkarya bukan lagi

bagian yang harus disembunyikan, pencarian sebagai proses berkarya yang

sebelumnya bukan sesuatu yang penting ditampilkan (seperti halnya

desain/seketsa) kini menjadi bagian dari karya itu sendiri, bahkan dapat pula

berdiri sendiri.

II.2. Ada beberapa pendapat tentang seni lukis seperti:

a. menurut Ki Hadjar Dewantara

seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan

bersifat indah sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.

b. menurut Thomas Munro

seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis manusia

yang melihatnya, efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud

pengamatan, pengenalan dan imajinasi yang rasional maupun emosional.


c. menurut Akhdiat karta Mihardja

seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitet (kenyamanan)

dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai daya yang membangkitkan

pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerima.

Sedang pengertian seni lukis:

Menurut Herbert Read

Seni lukis adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam

bidang dua dimensional yang menggunakan garis dan warna. Seni lukis adalah

penggunaan warna tekstur, ruang dan bentuk pada suatu permukaan yang

bertujuan menciptakan image-image yang merupakan pengekspresian ide-ide,

emosi dan pengalaman yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mencapai

harmoni.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa:

Seni lukis adalah salah satu cabang dalam seni rupa yang menuangkan kreasinya

kedalam bentuk dua dimensional dengan berbagai jenis dan ukuran media.

ll.2. Galeri.

Galeri dapat diartikan sebagai tempat atau bangunan untuk memamerkan hasil

karya seni dan memberikan pelayanan dalam bidang seni, yang berupa kumpulan

ruang yang digunakan untuk aktifitas khusus dengan tujuan praktis. Karena Galeri

seni juga merupakan sebuah media sosialisasi antara seniman dan masyarakat

pecinta seni. yang dipergunakan sebagai wadah kegiatan kerja visualisasi dalam
mempresentasikan ungkapan karya ciptanya.

Pada awalnya fungsi Galeri seni merupakan tempat untuk memamerkan,

memelihera dan mengumpulkan hasil karya seni agar dikenal masyarakat. Sebagai

perumpamaan kegiatan seni, Galeri seni berkembang sebagai pelayanan publik

dibidang seni, fungsi baru tersebut :

a) tempat mengumpulkan dan memamerkan hasil karya seni. b)Sebagai tempat

untuk memelihara hasil karya seni. c)Tempat mengajak mendorong dan

meningkatkan apresiasi masyarakat. d)Sebagai tempat pendidikan para seniman

dan masyarakat . e)Sebagai tempat jual beli, untuk menjaga kelangsungan hidup

para seniman

ll.3.Pameran.Pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa untuk

dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas

II.3.1. Jenis-jenis Pameran.

Penjelasan jenis-jenis pameran (Galeri Nasional Indonesia sebagai acuan

pembahasan), Pameran yang diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia

umumnya menampilkan karya seni rupa modern dan kontemporer (lukisan, patung,

grafis, kriya, desain, photografi, arsitektur,dll) dari Indonesia dan

mancanegara.pelaksanaan pameran meliputi:

1. Pameran tetap
Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia secara

periodik yang ditata berdasarkan konsep kuratorial dan diselenggarakan oleh Galeri

Nasional Indonesia. Waktu penyelenggraan pameran tetap berlangsung minimal 1

kali dalam satu tahun.

2. Pameran Temporer

Pameran Temporer/pameran tidak tetap yang menyajikan karya-karya seni rupa

dalam jangka waktu tertentu yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia

atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Temporer

berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari.

3. Pameran Bersama

Materi yang dipamerkan pada pameran bersama merupakan karya-karya lebih dari

satu seniman. Biaya pameran ditanggung oleh seniman yang

bersangkutan.Peminjaman gedung dilakukan dengan cara mengajukan permohonan

disertai porposal kepada Galeri Nasional Indonesia, selanjutnya permohonan

tersebut akan dipertimbangkan oleh Tim Kurator. Fasilitas pokok yang disediakan

gedung pameran berupa panel, lampu, bantuan teknis tata pameran dan fasilitas

keamanan. Penyelenggaraan pameran dapat dilangsungkan antara 1 minggu sampai

3 minggu. Selama satu tahun pameran yang diselenggarakan di gedung ini dapat

mencapai 15 pameran.

4. Pameran Kerja Sama


Pola pameran ini dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara Galeri Nasional

Indonesia, dengan pihak lain. Pihak lain tersebut dapat merupakan

lembaga/organisasi kebudayaan/kesenian, museum, galeri, dan Pusat-Pusat

Kebudayaan negara sahabat. Biaya penyelenggaraan ditanggung bersama. Pameran

Kerja sama ini dapat dilaksanakan selama 10 kali dalam 1 tahun, tiap-tiap pameran

dapat dilaksanakan antara 2 minggu sampai 1 bulan.

5. Pameran Khusus

Pameran khusus adalah pameran yang biaya penyelenggaraannya sepenuhnya

ditanggung oleh Galeri Nasional Indonesia. Materi yang dipamerkan dapat

merupakan koleksi Galeri Nasional Indonesia atau milik seniman atau kolektor

lainnya. Penyelenggaraan pameran khusus mencapai 2 atau 3 kali dalam setahun.

6. Pameran Keliling

Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia maupun

karya di luar koleksi Galeri Nasional Indonesia ke berbagai daerah di Indonesia dan

atau di luar negeri yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia atau

kerjasamadengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Keliling minimal

berlangsung selama 10 hari.

III.4. Studi kebutuhan ruang pamer.

Pada analisa kebutuhan ruang pamer, luasan ruang yang diprediksikan akan

mewadahi lukisan (ruang pamer) sebagai ruang pamer utama. Selain itu juga ada
beberapa ruang penunjang yang dapat menunjang keberhasilan dari ruang utama.

Kapasitas atau besaran ruang pamer ditentukan dari kenyamanan pengunjung

untuk menikmati objek yang dipemerkan. Pola perletakan objek pamer, sirkulasi

serta kapasitas objek atau pengunjung sangat menentukan besarannya ruang pamer.

B. Jarak pandangan terhadap benda.

1.lukisan besar

jarak pengamat: (300/Tg 30= 259,9 atau 260

jarak lukisan : 260 x Tg 45 (300) = 110

2. lukisan medium 1

Jarak pengamat : (200) / Tg 30 = 173,6

Jarak lukisan : 173,6 x Tg 45 (200) =73

3. lukisan medium 2

Jarak pengamat : x (100) / Tg 30 = 90

Jarak lukisan : 90 x Tg 45 (100) = 110

4. lukisan kecil

Jarak pengamat : (50) / Tg 30 =45

Jarak lukisan : 45 x Tg 45 (50) = 20

Sumber: data arsitek (PANERO1979)


B. Sudut pandang pengamat terhadap benda.

Dalam kenyamanan pengamat dapat ditinjau dari sudut pandang pengamat pada

saat melihat objek dalam keadaan kepala statis atau frontal pada objek pengamat.

a. sudut pandang pengamat secara vertikaL.

Sudut pandang normal manusia terhadap objek

kebawah adalah 40, maksimal 70 dan keatas

adalah 30, maksimal adalah 50.

Sumber: Julius panero & Martin zelnik, 1979 (Human Dimension in Interior space)

b. sudut pandang mata pengamat secara horisontal.

Sudut pandang pengamat terhadap objek

kesamping kanan maupun kiri minimal 15

dan maksimal adalah 30.

Sumber: Julius panero & Martin zelnik, 1979 (Human Dimension in Interior space)

C. Kenyamanan gerak kepala pengamat.

Yaitu gerak dari kepala pengamat dalam melakukan kegiatan pengaatan terhadap

objek yang masih dalam batas kenyamanan. Gerakan kearah horisontal maupun

vertikal mempunyai sudut-sudut tertentu sebagai syarat yang asih dalam batas-
batas kenyamanan.

a. Gerakan kepala pengamat secara horisontal.

Kenyamanan gerak kepala pengamat

kesamping kiri dan kanan minimal 45

dan maksimal adalah 55.

Sumber: Julius panero & Martin zelnik, 1979 (Human Diension in Interior space)

b. gerakan kepala pengamat secara vertikal.

Kenyamanan gerak kepala secara

vertikal kebawah dan keatas adalah 30,

maksial kebawah adalah 40 dan keatas 50.

ll.5. Citra Bangunan

Citra merupakan suatu kesan penghayatan yang ditangkap seseorang dan memiliki

arti serta menunjkkan suatu tingkat budaya. Menurut YB Mangunwijaya, citra

sebetulnya hanya menunjukkan suatu gambaran (image) suatu kesan penghayatan

yang menangkap arti bagi seseorang. Citra tidak jauh dari guna yang menunjukkan

pada keuntungan pemanfaatan yang diperoleh dan lebih kearah kemampuan

/ketrampilan, tetapi citra lebih bertingkat spiritual menyangkut derajad dan

mertabat manusia yang menunjuk pada tingkat kebudayaan11.

ll.5.1. Ekspresi Objek.


merupakan komposisi dan karakter yang dipancarkan oleh suatu objek/bangunan.

Ekspresi dapat diketahui dengan melihatnya dan diharapkan dapat berkomunikasi

dengan melihatnya. Sehingga pada akhir manusia yang melihat objek tersebut

dapat mengetahui kesan yang merupakan wujud ekspresi tersebut.

Ekspresi tersebut dapat dicapai melalui:

a. Simbol-simbol (simbolisme).

Simbol merupakan suatu cara dalam mengartikan suatu objek, huruf merupakan

suatu simbol, kata juga merupakan simbol dari sebuah arti tetapi pada saat ini

bukan saja suatu jenis/cara untuk mengartikan suatu objek berupa kata-kata

melainkan juga sebagai suatu cara mengartikan bentuk-bentuk.

b. Kopi dan replika (memesis).

kopi merupakan suatu bentuk melalui peniruan dari hasil aslinya dan hasilnya

merupakan replika.

c. Perbandingan (metafora).

Mengetahui analogi yang memberikan kiasan pada objek sehingga dapat dimengerti

sebagai bentuk analogi dan aslinya. Proses mengartikan secara analogi bisa dilihat

pada karya LE- Corbusier, yaitu kopel RONCHAM, bangunaan ini memberikan

dugaan akan arti bentuk yang bermacam-macam apabila sipengamat mengelilingi

bangunan ini.

II.5.2. Deskripsi Penampilan Bangunan.


Persepsi manusia berdasarkan pada getaran panca indera dan cita rasa akibat

-------------------------

11) Y.B Mangunwijaya. 1992

dari situasi tertentu yang menyentuh perasaan dan menimbulkan reaksi sikap jiwa.

II.6. Performance Bangunan.

II.6.1. Massa

Massa merupakan integrasi tiga dimensi dari unsur dan program ruang yang

mengakomodasikan fungsi dan relasi ganda sebuah bangunan12. Proses

pembentukan massa dimulai dengan proses penyusunan dan pengorganisasian

fungsi-fungsi ruang yang ada di dalamnya. Di dalam penyusunan dan

pengorganisasian massa-massa bangunan, konsep gubahan massa tidak terlepas

dari konsep utama bangunan.

Pembentukan massa dalam perencanaan Galeri dengan mempertimbangkan:

1) massa-massa disini dimaksudkan sebagai masa bangunan yang mewadahi

kegiatan-kegiatan yang ada. 2) dimungkinkan ada beberapa masa ruang pameran

yang di gubah dalam bentuk dinamis. 3) dalam penyusunan masa, perlu

diperhatikan mengenai potensi site, terutama bentuk site dan bentuk konturnya.
Kesimpulan Massa terhadap Arsitektur kontemporer.

Dengan melihat pertimbangan diatas, maka dapat disusun suatu konsep dasar

gubahan masa berupa:

1. pengelompokan masa didasarkan atas karakter dan macam kegiatan yang

diwadahi oleh masing-masing masa.

2. dalam gubahannya masa-masa mencerminkan karakter gubahan yang dinamis,

intim, rekreatif,, informal, kreatif, ekspresif, simbolis sebagai pencerminan dari

karakter Galeri seni lukis kontemporer.

----------------------------

12) FRANCIS D.K.CHING. 2000

3. potensi site dapat menjadi unsur alami yang fungsional, sejauh tidak mengganggu

pola hubungan kegiatan yang tercermin dalam penzoningan.

Apa bila Proses pembentukan gubahan massa dimulai dengan proses penyusunan

dan pengorganisasian dalam penataan bentuknya, maka organisasi kelompok

memiliki dasar geometrik yang kuat dalam penataan bentuk berdasar fungsinya

seperti ukuran, wujud ataupun jarak.

Berdasarkan fleksibilitas organisasi kelompok dapat diorganisasi dengan berbagai

cara seperti:

a) dapat dikaitkan dengan anggota tambahan terhadap suatu bentuk atau ruang

induk yang lebih besar. b) Dapat dihubungkan dengan mendekatkan penegasan dan
pengekspresian volume sebagai suatu kesatuan individu. c) Dapat menghubungkan

volume-volumenya dan bergabung menjadi suatu bentuk tunggal yang memiliki

suatu variasi tampak.

II.6.2. Komposisi Massa.

Hubungan interaksi visual antar unsur-unsur dua dimensi antar massa dan ruang-

ruang. Dalam sebuah desain penataan ruang sangat berpengaruh dalam

menciptakan kenyamanan sirkulasi di dalam bangunan, sehingga alur gerak yang

menghubungkan serangkaian ruang interior dan eksterior dalam sebuah banguanan

dapat menetapkan arah terhadap tempat dan tujuan. Yang kemudian akan

membentuk suatu zoning/zona penataan ruang dan bangunan berdasar karakter

dan perilaku pengunjung.

Kesimpulan pola ruang Arsitektur kontemporer

Untuk fleksibilitas dalam memadukan macam-macam fungsi, ukuran dan orientasi

kedalam strukturnya, maka organisasi kelompok cukup baik sebagai pola dasarnya.

Ada ruang menerus (panjang) untuk ruang pamer dan ada ruang transisi atau

perantara (konektor).

Keseluruhan ruang dalam Galeri memiliki karakter dan ada saat klimak.

II. 6.3. Bentuk Massa.

Bentuk ruang merupakan bagian dari massa bangunan yang terdiri dari ruang dan

dibentuk oleh dinding, lantai, langit atau bidang atap dan kontuitasnya. Ruang dapat
diciptakan dengan13.

permainan peninggian dan penurunan lantai, serta bisa juga dengan penggunaan

bidang vertikal secara massif ataupun hanya sebagai pembatas (tidak massif) serta

penataan layout ruang yang bertujuan untuk mendapat sisi efektifitas dan efisiensi

ruang.

a. Organisasi Ruang

Pengorganisasian ruang didasarkan pada kegiatan dan tingkat kebutuhan antar

ruang kegiatan yang berlangsung pada bangunan tersebut dapat dengan efektif.

b. Hubungan Antar Ruang

Penggunaan dinding massif sebagai pembatas ruangan atau dengan pemisahan

antar ruang, hal tersebut karena dipengaruhi tingkat privasi dari ruang sehingga ada

pemisah antar ruang privasi dan ruang publik.

c Ruang

Bentukan sebuah ruang dipengaruhi formal atau tidak formal di ruang tersebut

bentukan geometris memberikan efisiensi pada sebuah ruang (kantor) sedang

bentuk tak beraturan memberikan kesan yang lebih dinamis dan tidak formal (area

komersil.

d. Pelingkup Ruang

Permainan tinggi rendah lantai dan plafon serta pemberian dinding yang tidak

massif (dinding batu bata penuh) memberikan kesan yang terbuka.


----------------------------

13) FRANCIS D.K.CHING. 2000

e. Dinding

Dinding tidak hanya terbentuk dari tumpukan batu bata massif saja tapi dengan

bentukan dan deretan garis vertikal (kolom) memiliki kemampuan untuk

menggambarkan sebuah dinding.

f. Pembatas Ruang

Bentukan bidang yang digunakan sebagai pembatas ruang dapat berupa bentukan

yang massif maupun tidak massif yang disesuaikan dengan fungsi kegiatan dan

tingkat privasi ruang.

Berdasarkan pengalaman dari beberapa studi kasus perencanaan, ruang pamer

merupakan salah satu faktor yang mendukung proses kegiatan pameran. Sebagian

besar terjadi interaksi antara pengunjung dan objek pamer, dengan demikian sangat

perlu untuk

pertimbangan peran ruangan sebagai wadah yang mampu untuk memberikan

kesempatan bagi objek pamer untuk menunjukkan nilai pentingnya.

Dalam proses analisa ruang pamer membutuhkan suatu pendekatan terhadap

kebutuhan dan besaran ruang yang dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan

luasan ruang kegiatan dari masing-masing ruang berdasarkan jumlah pemakai dan

kegiatan yang berlangsung dalam Galeri seni lukis kontemporer, sehingga dalam
menentukan besaran ruang memerlukan suatu pertimbangan terhadap beberapa

faktor diantaranya:

a) fungsi, bentuk, pola dan cara kegiatan. b) jumlah pelaku kegiatan. c) studi luasan

kegiatan dan standar-standar yang digunakan sebagai patokan desain. d) faktor-

faktor pengganti lain, seperti penampilan dan kenyamanan.

II.6.4. System Sirkulasi

Sistem sirkulasi pada ruang pamer merupakan bagian penting dalam mencapai

tingkat kenyamanan dalam menikmati objek karya seni. Dalam proses perencanaan

system sirkulasi yang akan diterapkan pada Galeri seni lukis kontemporer adalah:

Sirkulasi dalam arsitektur diterjemahkan sebagai tali pergerakan yang terlihat.

Sistem sirkulasi perencanaan Galeri seni lukis kontemporer merupakan hubungan

antar ruang-ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam atau luar

secara bersamaan, sehingga dapat terlihat hubungan yang harmonis dan saling

mendukung antar ruang pamer satu dengan yang lainnya.

Jalur Sirkulasi: Alur gerak yang menghubungkan serangkaian ruang-ruang dalam

sebuah bangunan dimana kita dapat menetapkan arah terhadap tempat dan tujuan.

Hubungan Ruang: Hubungan antar ruang terbentuk dari pola hubungan antar

ruang dengan ruang lainya yang diorganisir menjadi pola-pola bentuk dari ruang

yang saling terkait dalam suatu bangunan dimana hubungan ruang tersebut

menuntut tingkat privasi jarak dan fungsi.


Type sirkulasi pada ruang pameran :

Sirkulasi pengunjung dari satu ruang ke ruang yang lain untuk menikmati benda-

benda yang dipamerkan. Hal yang mendasari pembentukan ruang-ruang sehingga

mampu memberikan Pusat Kebudayaan kenyamanan bagi pengunjung

menggunakan system yang umum digunakan, antara lain :

a. Nave to room, yaitu sirkulasi dari ruang

yang menjadi pusat ke ruang lain. Ruang

pusat merupakan suatu ruangan yang cukup

luas sebagai pusat orientasi dan pengikat

ruang-ruang lain di sekitarnya.

b. Room to room, yaitu sirkulasi dari ruang

ke ruang. Jenis sirkulasi ini berurutan dan

berkesinambungan dari satu ruang ke ruang

yang lain.

c. Coridor to room, yaitu sirkulasi dari koridor

menuju ke ruang pameran. Susunan ruang

seperti ini memungkinkan setiap ruang dapat

dicapai dengan mudah melalui koridor. Pola

sirkulasi lebih jelas sehingga mempermudah Gbr 13: CORRIDOR TO ROOM


pengunjung untuk mengidentifikasi ruang. Sumber : Arsitektur, Bentuk dan

Susunannya

Kesimpulan arsitektur kontemporer terhadap jalur sirkulasi dalam dan luar

1. Sirkulasi

Akses keluar masuk pada sebuah Galeri harus dibedakan, sebab untuk mendapatkan

pengalaman ruang yang berbeda-beda, sehingga perlu ada ciri khas dari masing-

masing ruang agar mudah terekam oleh ingatan.

2. sirkulasi luar

sirkulasi pedestrian dipisahkan dari sirkulasi kendaraan, baik dengan perbedaan

tinggi, barieer maupun pemisahan jalur sirkulasi.

sirkulasi dengan kepentingan masing-masing menuju tempat yang tersedia.

perletakan vegetasi dan elemen-elemen yang dapat mengurangi panas dari sinar

matahari yang juga berfungsi untuk mempertegas arah.

kenyamanan para pengunjung tercipta melalui penempatan komposisi antara

elemen buatan dengan unsur-unsur alam (pohon, air dsb).

II.6.5. Fasade.

Fasade adalah karakter utama yang dimiliki oleh sebuah bangunan, secara

pisikologis manusia, bentuk-bentuk sederhana akan memudahkan pemahaman,

karena sabjek utama dalam daerah pandangan manusia adalah dari bentuk-bentuk

yang paling sederhana dan teratur14. Semakin sederhana dan teraturnya suatu
bentuk maka semakin mudah untuk diterima dan dimengerti. Dalam hal ini, hal yang

paling penting adalah wujud dasar seperti: lingkaran, segitiga dan bujur sangkar.

Ciri-ciri pendukung lain yang dimiliki sebuah tampak adalah warna permukaanya,

pola dan tekstur dapat mempengaruhi bobot dan stabilitas secara visual.

kesimpulan

- keteraturan bentuk yang diperoleh dapat menciptakan suatu bentukan yang

fungsional yang dapat mewakili aktifitas serta menunjang citra bangunan seni

kontemporer yang ekspresif.

II.6.6. Tekstur dan Ornamen.

Tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan

kepermukaan oleh ukuran bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda, tekstur

juga

menentukan sampai dimana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap

cahaya datang.

Kesimpulan

- dekorasi dan ornamen yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan

perkembangan saat ini, yakni permainan garis dan bidang yang disusun secara acak

yang merupakan ekspresi dari pelukis yang idealis.

II.6.7. Irama.

Merupakan pola pengulangan suatu bentuk/komposisi yang memberikan kesan


visual pada bangunan.

----------------------------

14) FRANCIS D.K.CHING. 2000

Kesimpulan

- bentukan irama dapat di tampilkan pada bukaan ventilasi/jendela pada kulit

bangunan yang tersegmen, yang dirangcang bervariasi dalam ukuran dan

bentuknya. Selain itu, warna juga sangat cocok bila ditekankan sebagai irama pada

bangunan, karena unsur warna lebih mudah diekspresikan bila warna-warna

dipadukan dengan warna yang lebih kontras.

II.6.8. Pencahayaan.

Bentuk metode yang digunakan dalam pemanfaatan cahaya pada ruang pamer

berasal dari dua sumber, yaitu pencahayaan secara alami dan pencahayaan secara

buatan. Mengingat karakter karya seni yang sangat rentan terhadap radiasi sinar UV

pada matahari, maka pada umumnya ruang pamer menggunakan pencahayaan

secara buatan. Namun cahaya alami tetap digunakan didalam ruang pamer, tapi

hanya pada area yang tidak mengenai karya seni yang dipamerkan secara langsung.

Kalaupun ada sinar matahari yang mengenai objek pamer, maka sinar tersebut

hanya sinar pantul ataupun sinar matahari yang telah diabsorbsikan. Deangan

demikian radiasi UV yang mengenai objek pamer telah berkurang intensitasnya.

A. Cahaya Alami.
Objek karya seni, terutama seni lukis adalah salah satu seni yang memiliki

kerentanan terhadap radiasi sinar UV dari matahari. Sehingga pada pemanfaatan

pencahayaan alami, cahaya yang masuk pada ruang pamer diusahaka menggunakan

cahaya pantul digunakan dengan bahan material yang dapat memantulkan dan

menyaring radiasi sinar UV dari matahari.

Dengan demikian, maka penggunaan cahaya matahari dapat dimanfatakan pada

ruang Galeri dengan memanfaatkan sinar pantulnya saja, terutama cahaya yang

mengenai objek karya seni.

B. Cahaya Buatan.

Lampu sebagai sumber cahaya artifisial dapat diatur arah cahayanya dengan tata

letak tertentu. Inilah kelebihan lampu dibanding matahari, cahaya matahari tidak

bisa kita pindahkan atau diatur kekuatannya. Selain itu intensitas dan sudut cahaya

matahari selalu berubah-ubah.

a. tujuan pemanfaatan pencahayan buatan:

menampilkan detail objek, baik dari segi tekstur maupun warna, menampilkan

karakter objek seperti yang diharapkan, memberikan penekanan yang merata pada

objek pamer.

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam keputusan desain pencahayaan

buatan bagi Galeri seni lukis kentemporer adalah:

dampak aratur dan reflektor, ketidak seragaman penerangan karena sebaran yang
terlalu jauh sehingga perlu diperhatikan jarak minimal antar titik lampu dan

ketinggian titik lampu.

Dengan demikian dapat dihindari pengaruh negatif dari sistem pencahayaan secara

buatan, seperti:

timbulnya glare (silau), timbulnya bayangan, timbulnya pantulan yang

mengganggu.

b. Teknik pencahayaan buatan

Secara garis basar, penggunaan teknik pencahayan buatan dalam perencanaan

Galeri seni lukis kontemporer disesuaikan dengan berdasarkan objek pamer, dimana

bentuk objek yang dipamerkan merupakan objek 2 dimensi.

Bentuk pengaturan cahaya sesuai dengan karakter objek, yaitu:

lukisan dengan:

cat minyak (tingkat cahaya maksimum adalah 200 lux)

cat air dan tinta (tingkat cahaya maksimum adalah 50 lux)

Pencahayaan buatan memberikan pengaruh yang lebih pada perancangan ruang

display, terutama untuk menghasilkan efek dramatis dan penekanan pada objek-

objek tertentu didalam Galeri seni.

Ada empat macam pencahayaan buatan :

1. pencahayaan langsung, merupakan pencahayaan yang menciptakan bayangan dan

refleksi yang jelas. Cocok untuk objek pamer 2 dimensi yang membutuhkan

pemfokusan khusus dan cukup murah.


2. Pencahayaan langsung oleh beberapa titik lampu, sistem pencahayaan ini dapat

menimbulkan bayangan yang lembut. Kendala terletak pada biaya yang agak mahal.

3. Pencahayaan tidak langsung oleh lampu reflektor pada plafon untuk menciptakan

bayangan yang lemah. Cocok untuk sirkulasi pada ruangan. Biaya mahal

4. pencahayaan tidak langsung oleh titik lampu dengan menggunakan perantara

plafon yang berfungsi sebagi bahan pemfokus cahaya. Sistem ini hampir tidak

menghasilkan efek bayangan. Biaya pemasangan lebih mahal karena banyaknya

lampu yang dipasang.

Arah pencahayaan secara garis besar dapat dibagi menjadi 5 katagori yaitu:

downlight, uplight, sidelight, backlight, dan frontlight.

1. Pencahayaan kebawah (downlight).

Arah pencahayaan datang dari atas dan menyinari objek dibawahnya. Hampir setiap

ruang dirumah memerlukan pencahayaan downlight, yang berfungsi sebagai

pencahayaan secara merata. Cahaya berasal dari lampu yang ditanam pada langit-

langit dengan bangunan lampu yang menjorok keluar, masuk kedalam, menempel

pada tembok atau berupa lampu gantung.

Melalui pengaturan sudut jatuh cahaya, lampu dengan arah downlight dapat

menumbuhkan suasana yang berbeda apabila difungsikan sebagai pencahayaan

setempat dan dekoratif, salah satunya adalah mengarahkan cahaya kedinding

sehingga tekstur dan warna dinding muncul.

2. Pencahayaan keatas (Uplight).


Dimana posisi lampu dihadapkan keatas jenis pencahayaan lebih cenderung ke

pencahayaan dekoratif ,contoh umum adalah kolom rumah, kesan yang ditimbulkan

adalah kemegahan.

3. Pencahayaan dari belakang (backlight).

Backlight bararti cahayanya berasal dari belakang

objek hal ini dilakukan untuk memberikan

aksentuasi pada objek,misalnya untuk

memunculkan siluet. Pada objek tertentu,

pencahayaan backlight ini memberikan

cahaya pinggir yang mempesona membuat Gambar 19: (bcklight)

bentuk-bentuk objek lebih jelas terlihat. Sumber: internet

4. Pencahayaan samping (sidelight).

Sama halnya seperti pada pencahayaan

backligt, arah cahaya dari samping

(sidelight) dimaksud untuk memberikan

tekanan pada elemen-elemen Interior

tertentu yang menjadi aksen. Kebanyakan

arah cahaya ini dipakai artwok, atau Gambar 20: (sidelight)

benda-benda seni lainnya Sumber: Majalah (Serial Rumah)

5. Pencahayaan dari depan (Frontlight).


Untuk lukisan dan foto yang berwujud

dua dimensional, frontlight diaplikasikan.

Cahaya yang datangnya dari depan objek

ini sebaiknya rata, cahaya yang tersebar

rata membuat foto/lukisan tersebut

terlihat apa adanya. Kecuali bila kita Gambar 21: (Frontlight

Sumber: majalah (IDEA)

Bentuk-bentuk lampu yang dipakai dalam ruang pameran.

C. Kesimpulan Pencahayaan.

1. Khusus untuk ruang-ruang pamer:

menghindari cahaya matahari langsung, hal ini untuk menjaga keawetan dari

karya pemeran

banyak memasukkan cahaya pada jalur-jalur sirkulasi

untuk menghindari intensitas panas yang berlebihan dan termal load digunakan

vegetasi dan modul tata ruang luar sebagai penyaring sinar UV dan silau cahaya

matahari.

cahaya buatan dapat dimanfaatkan dimana dapat direkayasa untuk menghasilkan

permainan bayangan.

2. konsep pencahayaan dan element pembentuk ruang dalam.

kedalaman ruang disesuaikan dengan fungsi ruang dan kebutuhan ruang akan

cahaya. Jangkauan penyinaran dan proporsi antar bidang sangat menentukan efek
pantulan dan kuat cahaya.

permainan efek bayangan dari pantulan cahaya pada bidang berdasarkan

kelengkungan kecembungan serta pola hubungan antar pembentuk ruang.

pemilihan tekstur dan warna yang mampu menyerap sinar pada ruang-ruang

dalam (kenyamanan termal)

pemilihan feiling (bahan yang memantulkan cahaya)

Untuk efek pantul pada langit-langit yang tinggi yang terletak pada ruang pamer dan

hall.

dramatasi gelap terang ruang melalui rekayasa efek bayangan, serta penggunaan

cahaya buatan sebagai unsur pendukung.

II.6.9. Warna.

Psikologi warna dan penggunaannya15:

1. Warna merah

Melambangkan kegairahan, energi, kekuasaan, penderitaan, api, dan juga berati

darah, agresif, pemberontakan, warna merah baik untuk latihan phisik.

2. Warna oranges

Melambangkan optimis, keluasan ,keyakinan, lebih mudah menyesuaikan diri

dibandingkan warna merah, baik untuk ruang sosial, ruang makan.

3. Warna kuning

Melambangkan keceriaan, gembira, hangat, mampu membangkitkan semangat,

menghadirkan akal, baik untuk konsentrasi, pikiran,


4. Warna hijau

Melambangkan ketenangan,bersantai, dan warna segar. Baik untuk relaksasi dan

area istirahat.

5. Warna Biru

Warna tenang, bersantai, damai.

6. Warna ungu

Menggambarkan penundukkan, memuji, tenang, dan meggembirakan sebagai

inspirasi.

7. Putih

Menggambarkan kemurnian, kebersihan, kesejukan.

8. Warna coklat

Warna yang penuh ketenangan banyak digunakan untuk lantai, dinding dan mebel.

9. Warna emas

Warna matahari, kaya, dan hangat. Suatu warna aksen yang menyenangkan.

----------------

15) Rui,Anita, 2000.

Penggunaan pencahayaan dapat merubah warna asli suatu objek pamer, warna pada

bangunan dapat digunakan untuk menambah ketertarikan, meningkatkan atau

mempengaruhi kedalaman psikologis dan mengalihkan komposisi dari bangunan


lain.

Dengan adanya permainan warna serta penataan ruang pamer, diharapkan para

pengunjung mampu merespon makna serta isi yang terkandung dalam kontemporer

suatu seni lukis, dalam perencanaan galeri seni lukis kontemporer.

- Pengolahan warna dalam fasad bangunan

mencerminkan kebebasan berekspresi si

perancang dalam memadukan warna- warna yang kontras dan cerah, sebagai wujud

bangunan yang kontemporer namun tetap memperhatikan segi fungsionalnya.

gambar 23: MUSAC - Contemporary Art Museum of Castilla y Leo n

sumber: internet

ll.7. Material Bangunan Kontemporer.

Keindahan sebuah gedung struktur bangunan yang tidak diselimuti sering dianggap

kasar dan belum selesai, dibandingkan dengan masa kini yang menilai keindahan

semakin lama makin lebih baru dibandingkan dengan sekedar logika system bentuk

struktur yang berhubungan dengan bentuk arsitektur16.

Bila dilihat dari prinsip utama arsitektur kontemporer yang tidak lepas dari bentuk

dan fungsi,struktur merupakan bagian penting sebuah bangunan kontemporer

dimana bentuk struktur yang ada cenderung sederhana, namun berdasarkan


perkembangannya struktur mulai berkembang pesat sesuai dengan adanya

teknologi hitech yang banyak. mulai digunakan sebagai suatu ungkapan bentukan

Arsitektur kontemporer sebagai suatu identitas baru.

Berdasarkan pernyataan di atas bentukan struktur yang dimaksud adalah bentukan

yang selalu mengikuti fungsi yang ada sesuai dengan prinsip form follows function.

-----------------------------------------------------------------

16) Heinz Frick & LMF.Purwanto Sistem Bentuk Struktur Bangunan.

Dengan adanya bentukan struktur

diharapkan dapat memberikan

kesan yang lebih baik sebagai

pendukung membentuk penampilan

penampilan bangunan kontemporer.

Selain struktur,kontruksi material juga memegang peranan penting dalam


penciptaan penampilan bangunan kontemporer. Bahan bahan material yang

dimaksud antara lain.

1) Material baja. 2) Material metal. 3) Kaca. 4) Material tidak tetap.

ll.7.1. Penampilan bangunan yang Sesuai dengan perkembangan jaman: Kaca.

Material kaca merupakan material utama yang menciptakan citra bangunan

kontemporer, salah satu penggunaan material kaca banyak terdapat pada fasad

bangunan, selain itu dapat berfungsi sebagai interaksi antara ruang dalam dan

ruang luar.

Isu-su pembangunan terkait lingkungan terakhir, semacam environment friendly

building atau environmental sustainability turut menggiringi keduanya sepaham

untuk dihadirkan berbentuk mirip. Hasil pengujian di laboratorium mengatakan

bentuk aerodinamik ini terbukti mampu mengalirkan udara luar secara baik, juga

diklaim mampu meminimalkan beban angin pada struktur dan kulit bangunan,

memungkinkan efisiensi struktur. Aliran arah belok angin pada bangunan bisa

dimanfaatkan untuk ventilasi alami dalam bangunan, sedang aliran angin di dasar

bangunan pun akan membantu lingkungan sekitar untuk tetap menerima

keuntungan dari berdirinya sebuah bangunan pencakar langit ini.

Beton.

beton sangat identik dengan material bangunan modern, yang mana banyak

digunakan pada kontruksi bangunan seperti:


1) atap, penggunaan atap datar memudahkan dalam perancangan dan pengerjaan.

2) kolom. 3) dinding. penggunaan plat beton yang memberikan kesan bidang. 4)

lantai penggunaan plat lantai dengan menggunakan permainan bentuk pola tinggi

rendah dan tekstur.

Metal.

material metal dapat memberikan keuntungan pada penggunan pada ruang yang

membutuhkan bentang lebar yang cukup luas, material banyak digunakan pada

penutup atap.

Kesimpulan Penggunaan Material.

Bentuk penampilan Galeri dibuat dengan kesan ekspresif. Hal ini dimaksudkan

bahwa keidealismean para pelukis, walaupun dalam apresiasi mereka sendiri dalam

berkarya. Penggunaan elemen transparan pada Galeri disesuaikan dengan aturan

bahwa lukisan yang merupakan objek pamer tidak diperbolehkan menerima cahaya

secara langsung.

Sesuai dengan inti permasalahan Galeri seni lukis kontemporer, maka dalam

pemilihan bahan digunakan bahan-bahan yang menimbulkan kesan kontemporer,

yaitu dengan pemakaian bahan material yang terdapat di lokasi tersebut (alami) dan

bahan yang sesuai perkembangan saat ini seperti baja dan glass block sehingga

bangunan terkesan tidak monoton yang dapat memberikan daya tarik bagi
pengunjung Galeri seni lukis kontemporer.

Bentuk variasi antara beton (masif), kaca (transparan) serta baja pada kulit

bangunan akan menghilangkan kesan monoton pada penampilan bangunan.

Pengolahan bentuk penampilan bangunan dibuat berbeda dengan lingkungan

sekitar, supaya bangunan akan menjadi point of interest bagi orang yang melihatnya,

sehingga dapat mengajak para pengunjung untuk datang dan menikmati apa yang

ada didalam galeri tersebut.

Sebelum menetapkan bahan bangunan tertentu, ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan antara lain: jenis pemakaian dari bahan yang dipilih untuk komponen

bangunan tertentu, persediaan bahan dilokasi (kemungkinan pengganti bahan-

bahan dengan bahan yang lain), cara pengerjaan pada waktu pelaksanaan.

Pemilihan pemakaian bahan-bahan utama yang dipakai berlandaskan pada

pertimbangan:

a) tidak mengganggu aksentuasi objek. b) tidak mengganggu kontak komunikasi

visual. c) kuat mendukung beban (ditinjau dari segi struktur). d) pemeliharaan

mudah. e) tahan terhadap pengaruh alam (panas, hujan serta kelembapan udara).

f)untuk bahan lantai harus bisa tahan terhadap gesekan.

untuk dinding yang tidak dimungkinkan keterbukaan terhadap alam dimana dindig

tersebut dipakai sebagai wadah untuk memajang objek pamer, dipakai bahan yang

tidak mengganggu nilai objek.


II.8. Studi Literatur.

Analisis yang dilakukan untuk memperoleh konsep kontemporer pada rancangan

penapilan dan Interior bangunan, digunakan pendekatan studi kasus bangunan

Galeri kontemporer karya-karya Arsitek orang lain.

II.8.1. Baltic Centre for Contemporary Art.

Pada Baltic Centre for Contemporary Art, pengungkapan kontemporer pada fasad

bangunan yang dapat diartikan sebagai simbol-simbol ekspresionisme fasad, yakni

bangunan yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Serta simbol

ekspresi pengakuan diri terhadap eksistensi tempat dimana bangunan tersebut

berada. Baltik Centre adalah lambang kebangkitan bagi kota tersebut. Bentuk dan

sosok yang menjulang tinggi, megah dan tetap menjaga skala dan ketinggianya.

sehingga tidak mendoinasi bentukan kota, yang merupakan tempat dimana

bangunan tersebut berdiri.

Contemporary Art

Sumber: internet

Keteraturan bentuk yang diperoleh dapat menciptakan suatu bentukan yang

ekspresif dan fungsional. Yang dapat mewakili aktifitas serta menunjang citra

bangunan seni kontemporer. Bentuk-bentuk yang kompetitif dapat menyajikan

ungkapan simbolis yang kuat, tanpa harus bersaing dengan koleksi yang diwadahi

dan bisa tampil dengan ungkapan yang lebih kongkret.

Kesimpulan:
- Simbolis-ekspresif fasad yang menjulang tinggi.

- Dinamis,(mengambil bentuk-bentuk dasar yang dibiarkan berekspresi tanpa

adanya penekanan pada salah satu stylnya).

- ketegasan bentuk yang kotak-kotak merupakan sifat yang fungsional

II.8.2. Denver Art Museum.

- Dari segi penampilan, bersifat ekspresif tidak kaku,

mengungkapkan pesan pikiran khusus maupun

filosofi-filosofi yang disampaikan perancang.

- Bersifat simbolis-ekspresionisme fasad,

artinya ekspresi dari pengakuan terhadap

eksistensi tempat dimana bangunan itu barada

serta dapat diterima dari masa ke masa.

- Bentuk permukaan bangunan yang di balut keping- keping sirap titanium yang

mampu mencetak bayang-bayang, mewujudkan kehidupan kota dalam sosok

museum yang menyimbulkan kebangkitan lewat aliran kontemporer. Dimana

penggunaan bahan material disesuaikan dengan perkembangan pada waktu itu.

Bentukan yang konvensional dengan menyajikan keteraturan geometris bentukan-

bentukan kota.

Bangunan yang inspiratif akan memberikan kesan yang mendalam bagi para
pengunjungn atau bagi orang yang mengamati dari luar saja. Dengan demikian

bangunan bukan saja bergantung pada koleksi dan aktivitasnya namun dapat

berpartisipasi dalam upaya belajar dengan membentuk pemahaman tertentu.

Denver Art Museum, menghadirkan sosok yang bersifat energik, sang perancang

mengeksplorasi bentuk penampilan bangunan yang bebas dengan berbagai bentuk

tampilan yang ekstrim dalam tiap sudutnya.

Kesimpulan :

- ekspresif.

- simbolis.

- bersifat pluralisme dan fungsional (style dan penggunaan material).

II.8.3. City of Art and Sciences.

Bangunan yang inspiratif akan memberikan kesan

Yang lebih mendalam pada pengunjung, atau

bahkan bagi orang yang mengamati dari luar saja.

Dengan demikian bangunan bukan hanya bergantung

pada koleksi dan aktifitasnya saja, namun dapat

berpartisipasi dalam membentuk pemahaman tertentu.

Dari penampilan bangunan yang dihadirkan, terdapat penggunaan bahan baja dan

beton dalam kombinasinya, permainan struktur yang tegas namun tidak kaku
ataupun monoton. Memberikan simbol kebebasan dalam menuangkan ide (sekala

ruang) akan memperkuat aliran kontemporer pada citra bangunan.

Kesimpulan:

- eksploratif struktur

- ekspresif

- fleksible terhadap bentuk dan pemakaian bahan

- dinamis, berubah-ubah dan fungsional.

II.8.4. Museum Affandi.

Ada beberapa Museum dan Galeri seni lukis di Jogjakarta, namun sebagai acuan

untuk merancang galeri seni lukis yang lebih baik, maka kita ambil salah satunya

saja, sebagai acuan analisa. seperti Museum Affandi yang berada ditepi Jalan utama

yang menghubungkan kota Jogja dan Solo di Jalan Laksda Adisucipto.

Museum Affandi adalah seluruh bagian dari kehidupan Affandi sebagai maestro seni

lukis. Di wilayah tepi sungai Gajah Wong itu, Affandi hidup, berkarya,

mentransformasikan ilmunya dan bersemayam di rumah abadinya.

1. Gubahan massa.

Massa 1, 2 dan 4 merupakan massa galeri. Massa 3 merupakan tempat tinggal

Affandi. Sedang massa 5 yang diperuntukan sebagai tempat peristirahatan Affandi

beserta keluarga dan juga sebagai ruang studio, guest house dll.

Penataan massa bangunan ini sesuai dengan keinginan Affandi sendiri yang ingin
beristirahat (semasa hidup dan akhir hayatnya) yang dikelilingi oleh karya-karyanya

yang terdiri dari 3 buah galeri, alam (taman dan sungaiGajah wong), serta

masyarakat kalangan bawah dispanjang aliran sungai Gajah Wong yang kini telah

berubah pemukiman kaum urban.

2. Sistem struktur.

Bentuk dan rancangan galeri ingin ditampilkan secara Alamidan sewajarnya dengan

menampilkan kejujuran struktur, dinding terbuat dari bata yang diplester semen

bertekstur kasar. Atap yang berbentuk pelapah daun pisang dengan struktur baja

yang dilapisi asbes solid dan transparan serta finising dengan penutup atap sirap

dibagian atasnya.

Sedangkan pada rumah, panggunaan seluruh struktur utama berasal dari kayu ,

mulai dari lantai, dinding, kolom, balok, dengan penutup atap dari sirap.

3. Sistem bangunan.

a. Pencahayaan.

Pencahayaan alami dimasukkan dari beberapa sisi dari atap fiber yang ditutup tirai

bambu bagian dalam (galeri 1), jendela tanpa daun jendela, bukaan fentilasi dan

pintu masuk yang terbuat dari teralis. Pencahayaan alami ini ternyata masih kurang

memadai sehingga masih membutuhkan pencahayan buatan meskipun pada siang

hari. Pencahayaan buatan dengan lampu spotligh dengan sistem down ligh

(digantungkan diatas dan disorotkan kebawah langsung pada objek)

b) penghawaan
Penghawaan alami disirkulasikan melalui jendela dan bukaan ventilasi di sekeliling

Galeri 3, dan disalah satu sisi pada galeri 1 dan 2. Selain itu, juga diambil dari pintu

yang selalu terbuka karena terbuat dari teralis, dan penghawaan buatan berupa

exhaust fan berada pada galeri 2.

4. Sistem sirkulasi.

Pola sirkulasi luar ruangan menghubungkan antar massa, dan tiap galeri hanya

dapat dicapai dari luar oleh pengunjung . Dengan pola memusat dimana rumah

panggung sebagai pusatnya, sedang Galeri serta fasilitas pendukung lain

mengelilinginya.

Sirkulasi dalam ruang Galeri dengan pola culdesak dimana hanya terdapat 1 akses

untuk keluar masuk pengunjung. Dan 1 penghubung berupa tangga yang

menghubungkan antar ruang secara vertikal. Yang terdapat pada galeri 1 dan 2,

sedang pada galeri 3 terdapat dua tangga yang menghubungkan antar ruang galeri

secara vertikal, yaitu didalam dan diluar Galeri, yang sekalian menghubungkan

Galeri 3 dengan menara pandang berupa jembatan baja.

5. Sistem pameran.

Karya lukisan dipasang menempel dinding disepanjang ruangan dan dibagi menjadi

dua bagian. Bagian atas dinding untuk karyakarya masterpiece, dan dibagian

bawah sejajar dengan pengunjung untuk karya lukis lainya. Dibagian tengah galeri

untuk karya seni patung dan benda memorabilia Affandi, jarak antar koleksi lukisan

sekitar 40cm.
6. Fleksibilitas ruang.

Ruang dalam Galeri 1 dan 3 merupakan fungsi utaman sebagai Galeri seni lukis , seni

patung dan benda-benda memorabilia Affandi. Ruang Galeri 2, selain sebagai Galeri

juga sebagai sanggar seni sungai Gajah Wong, akan tetapi tidak menutup

kemungkinan dapat juga digunakan sebagai ruang pamer bagi seniman lain, namun

tetap berupa karya seni lukis dan patung.

Rumah panggung terbagi menjadi 2 lantai , lantai atas awalnya sebagai tempat

tinggal Affandi kini digunakan sebagai cafe loteng lantai bawah dulunya sebagai

ruang duduk dan garasi, kini difungsikan sebagai fasilitas pendukung musium

berupa perpustakaan, kantor, soufenir, ruang tamu utama, informasi, serta ruang

pamer dan sarasehan yang bersifat sementara.

Kesimpulan Bentuk Penampilan Bangunan.

Arsitektur kontemporer, merupakan citra yang akan ditampilkan oleh bangunan.

Berdasarkan analisis studi kasus yang ada, bentuk ciri-ciri Arsitektur kontemporer

dapat disimpulkan sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam merencanakan bentuk

penampilan bangunan, ciri-ciri Arsitektur kontemporer tersebut antara lain:

a. bersifat pluralisme dan fungsional(dinamis, dan kreatif).

b. ekspresif (bentuk, struktur dan material).

c. geometris.

d. simbolis.
e. kontekstual terhadap kondisi lingkungan dan fleksibel terhadap perkembangan

yang ada (wujud, tampak dan penggunaan meterial) dan lebih fungsional dengan

berbagai macam bentuk massa atau komposisinya.

BAB III

SPESIFIKASI PROYEK

III.1. Site.

Persyaratan dalam pemilihan lokasi yang berpotensi untuk perencanaan Galeri seni

lukis kontemporer yaitu:

Mempunyai akses yang mudah dalam pencapaian/Lokasi merupakan jalur lalu

lintas kota.

Adanya fasilitas sarana penunjang (listrik, PDAM, telephon).

Kedekatan dengan komunitas seni (namun ditujukan kepada seluruh penikmat

seni.)

lll.2. Alternatif Lokasi.

Dalam melakukan pemilihan site, diambil dua (2) alternatif pilihan untuk dianalisis

yang nantinya akan dikembangkan sebagai acuan dalam rencana pembangunan dan

pengembangan, sehingga dari situ kita bisa mengambil salah satu site yang

setrategis sebagai Galeri seni kontemporer Yogyakarta. yaitu alternatif pertama (1)

adalah kota D.I Yogyakarta, tepatnya berada di Jalan Jendral Sudirman, sedang
alternatif kedua (2) adalah kabupatan Bantul yang berada di Jalan Parangtritis.

Setelah melihat dari kedua alternatif pemilihan site tersebut, maka akan didapat

suatu tabel yang menjelaskan dari masing-masing site dengan poin-poin positif dan

negatifnya dengan tujuan agar dapat diketahui site mana yang paling baik untuk

dijadikan suatu sarana dan prasarana kota, dalam hal ini sebagai Galeri seni lukis

kontemporer Yogyakarta dalam menentukan pemilihan site:

A. Alternatif 1: Jln Jendral Sudirman.

Dengan keberadaan site di Jalan utama, atau bisa dikatakan sebagai pintu utama

penghubung antar kota-kota di sekitar wilayah Yogyakarta, baik dari dalam ataupun

dari luar kota merupakan akses yang mudah. Selain itu site juga masih diwilayah

pusat kota Daerah istimewa Yogyakarta, dimana pusat kota merupakan tempat

keluar masuknya barang dan manusia dari berbagai kota di sekitarnya wilayah

Yogyakarta, yang merupakan magnet dalam pergerakan pertumbuhan ekonomi yang

strategis.

Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi site adalah sebagai berikut:

berada pada jalan utama antar kota (mudah dijaungkau dari arah mana saja)

Dimana jalan tersebut merupakan jalan penghubung kota Yogyakarta dan sekitarnya

atau sebagai jalan masuk dari kota lain ke kota Yogyakarta.

dekat dengan infrastruktur kota.

mampu menarik pengunjung dari dalam dan luar kota, karena letak yang strategis
(ditujukan kepada semua penikmat seni).

Alasan lain yang menguatkan dalam pemilihan site di Jalan Jendral Sudirman adalah,

di Yogyakarta banyak terdapat Galeri dan Museum terkenal, namun bila kita lihat

Galeri-Galeri tersebut masih dalam satu alur atau akses. Sehingga mudah dalam

pencapaiannya. Misal saja di Jalan Solo/Adi Sucipto sampai Jalan Jendral Sudirman

banyak terdapat Galeri seni lukis, baik Galeri pribadi maupun umum.

B. Alternatif 2: Jln Parang Tritis.

Kondisi sararana dan prasarana di Jalan Paris sebenarnya tidak jauh berbeda

dengan kondisi di Jln Jendral Sudirman seperti:

Kondisi transportasi.

Salah satu indikator kemajuan suatu daerah adalah tersedianya sarana transportasi

yang memadai, masalah lalulintas dan angkutan menjadi penting perannya seiring

dengan kemajuan ekonomi dan mobilitas masyarakat.

Karena transportasi berhubungan langsung dengan kebutuhan warga dan

pengunjung dari dalam atau luar daerah, secara umum kondisi pada site dapat

dijelaskan seperti:

tersedianya lahan yang cukup pada Jalan saat kendaraan berpapasan, karena

lokasi site yang berada pada Jalan utama.

fasilitas angkutan umum yang setiap saat ada, sehingga mempermudah

pengunjung dari dalam daerah maupun dari luar daerah.


Akses jalan yang bukan merupakan jalur penghubung antar kota dari luar daerah

kota Yogyakarta, jadi kemudahan pencapaian kelokasi sedikit terlambat dalam

aksesibilitas dan mobilitas masyarakat di suatu daerah atau pengunjung dari luar

daerah. Karena dari arah Selatan sudah tertutup oleh laut Selatan.

2. Listrik.

Listrik disekitar site tidak ada masalah, begitu pula lampu penerangan disepanjang

jalan ini sudah tersedia. Sehingga tidak membahayakan bagi kendaraan dimalam

hari.

3. Sarana air bersih.

Site ini juga memiliki kandungan air tanah yang cukup baik dan menguntungkan

karena dinilai memungkinkan bila dibangun proses konstruksi bangunan pada area

site ini. Untuk penggunaan kebutuhan air pada bangunan sebagai sarana utilitas dan

sanitasi biasa menggunakan air tanah/sumur selain juga menggunakan alternative

jaringan PDAM.

4.Telekomunikasi.

Jaringan telekounikasi yang ada dan yang berkambang adalah baik sistem telepon

seluler (ponsel) maupun telepon (kabel) dari PT Telkom.hal ini dimaksud untuk

menjawab dan memenuhi kebutuhan komunikasi di Galeri seni lukis itu sendiri

dengan tepat lain atau daerah lain.

5. komunitas Seni.

Merupakan pusat kebubudayaan masyarakat. Dan pusat pendidikan seni Yogyakarta


(ISI).

Tujuan dalam perencanaan Galeri seni lukis kontemporer adalah kesejahteraan

terutama bagi peseni/kreator untuk mempromosikan hasil kreasinya kepada

masyarakat luas atau sebagai forum komunikasi antara kreator dan apresiator seni

lukis itu sendiri.

6. sarana penunjang.

Jauh dari pusat kota Yogyakarta, yang merupakan pusat keramaian masyarakat

dalam bersosialisasi dan pusat perputaran perekonomian masyarakat.

Dasar pertimbangan lain:

- Bila dilihat dari nilai pada tabel diatas, maka alternatif 1 merupakan site terpilih

sebagai Galeri seni lukis kontemporer, yang dapat mengakomodasikan kegiatan

pameran, Dan didukung oleh kebutuhan masyarakat. Seperti: edukasi dan seminar,

karena pada alternatif 2 sudah terdapat ISI, yang merupakan lembaga pendidikan

seni, sehingga kurang efektif bila dibuat suatu pembelajaran praktis/latihan melukis

didaerah itu lagi, karena orang lebih tertarik ke ISI sebagai lembaga pendidikan yang

formal.

lll.2.1. Lokasi Terpilih.

Lokasi perencanaan terpilih berada di kodya Yogyakarta, yaitu di Jalan Jendral

Sudirman. Tepatnya di kelurahan Kota Baru yang menjadi pusat kegiatan komersil,

seni dan budaya kota Yogyakarta, dekat dengan fasilitas-fasilitas kota seperti sarana
Olah raga (Kridosono), Stasiun kereta Api (stasiun tugu) dengan pertimbangan

Galeri seni lukis didukung oleh kegiatan seni budaya dan komersial di daerah

sekitar. Berada di jalur galeri seni yang ada di Yogyakarta yang ada saat ini,

diharapkan bangunan Galeri seni lukis kontemporer yang akan direncanakan pada

bangunan tersebut dapat menjadi suatu node baru yang cukup menonjol.

Sesuai dengan rencana pemerintah kota madya tingkat II Yogyakarta (RUTRK

Yogyakarta Thn 1990-2010), dalam perencanaan pemanfaatan lahan sebagai daerah

komersil dan rekreasi adalah Jalan Jendral Sudirman, tepatnya dikelurahan Kota

Baru yang merupakan salah satu daerah yang direncanakan menjadi area

perdagangan (jasa) dan Olah Raga/ rekreasi. Kelurahan Kota Baru yang dekat

dengan fasilitas-fasilitas kota seperti sarana olah raga (Kridosono), Stasiun kereta

api (stasiun tugu) dengan didukung oleh kegiatan seni budaya dan komersial di

daerah sekitar.

III.3. Fungsi Bangunan.

Secara keseluruhan berdasarkan fungsi kegiatan yang dijalankan didalamnya maka

fungsi dari Galeri seni lukis modern Yogyakarta adalah:

Fungsi utama.

Yaitu sebagai bangunan kegiatan pameran.

Fungsi pendukung.

Untuk mensosialisasikan seni lukis kontemporer kepada masyarakat umum, tidak


hanya dicapai melalui kegiatan pameran saja, namun juga perlu adanya kegiatan-

kegiatan pendukung. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa seminar, sarasehan,

ataupun pemutaran film sehingga Galeri menjadi tempat informasi seni lukis.

Diharapkan melalui fasilitas-fasilitas tersebut, masyarakat lebih tergerak untuk

belajar memahami, menghayati, serta memberikan suatu penilaian terhadap bentuk

seni lukis yang dipamerkan. Fasilitas pendukung secara garis besar

dikatagorisasikan kedalam dua fungsi, yaitu fungsi informasi dan dokumentasi serta

fungsi kajian seni lukis kontemporer.

Fungsi kajian seni lukis kontemporer adalah sebagai wadah komunikasi seniman

dan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan:

menyelenggarakan kegiatan seminar, diskusi dan menjembatani seniman dan

masyarakat.

menyelenggarakan program pertukaran seniman kegiatan pameran dan work

shop.

Fungsi informasi dan dokumentasi akan berkaitan dengan kegiatan seperti:

menyediakan informasi dan melakukan kegiatan dokumentasi seni lukis

kontemporer, seperti dalam bentuk:

buku, artikel, majalah, katalok, brosur dan poster pameran

foto, slide dan kaset vidio yang memuat karya seni lukis kontemporer

data seniman dan karyanya, makalah, diskusi dan seminar

Fungsi pelengkap.
Seperti: Kafe, Mushola, Toilet/kamar mandi.

III.3.1. Konfigurasi kegiatan dalam Galeri.

Bentuk kegiatan dalam Galeri seni dapat digolongkan menjadi 3 kegiatan:

1. kegiatan non pameran

Merupakan jenis kegiatan pendukung berupa informasi, yang terdiri atas:

a) pusat informasi, b) perpustakaan, c) edukasi (berupa kursus - kursus informal) d)

administrasi (pengelola Galeri), e) transaksi (pusat pelelangan) kajian seminar

(seminar, sarasehan dan diskusi), dan sarana-sarana pendukung lainya.

2. kegiatan pameran

Merupakan kegiatan utama pada Galeri seni berupa aktivitas apresiasi seni secara

visual antara objek yang di pamerkan dan subjek yang menikmati karya seni.

3. kegiatan sebelum dan sesudah pameran

Mencakup kegiatan diluar kegiatan pameran, seperti:

Mengumpulkan karya seni, Mempersiapkan pameran, Mengembalikan karya seni

sesudah pameran.

III.3.2. Pengguna Bangunan.

Ada beberapa pengguna bangunan yang yang terkait dengan kegiatan-kegiatan seni

dalam lingkup kegiatan seni lukis kontemporer Yogyakarta seperti:

kreator: seorang seniman yang menghasilkan karya seni, baik seniman yang
bertaraf internasional, nasional maupun pemula.

konsumen atau peminat seni (publik): pengunjung yang menikmati hasil karya

seni seniman.

Pengunjung bangunan dapat dibedakan menjadi beberapa kriteria seperti:

1. pengunjung berdasar jumlah 3. Pengunjung berdasar skala pembelian.

- individu (1 orang) - pembeli unit/tunggal.

- kelompok (2 orang atau lebih) - pembelimulti unit.

2. pengunjung berdasar kelompok 4. Pengunjung berdasar tujuan kegiatan.

- anak - ingin membeli.

- remaja - sekedar refresing atau jalan-jalan.

- dewasa

pengamat seni: suatu instansi dari pemerintah atau suatu lembaga yang

memberikan suatu penilaian terhadap karya seni dari seorang seniman.

Tabel 7. Skema karakter dan perilaku pengguna Galeri seni lukis

pelaku Karakter pelaku ruang

1seniman

- Sebagai pembicara pada acara sarasehan atau seniman

- Menciptakan karya seni

- Memberikan penjelasan pada pameran

Rg. Auditorium
Rg. Studio

Rg. pameran

2 pengunjung

- Menikmati dan memahami karya seni

- Mendengarkan sarasehan

- Membaca buku tentang seni lukis

- Mengikuti kursus

- Latihan melukis

Rg. Pameran

Rg. Auditorium

Rg. Perpustakaan

Rg. Edukasi.

Rg. Workshop

3 pengelola

- memberikan informasi kepada pengunjung

- mengawasi perpustakaan

- mengatur kegiatan pameran

- mengamati pengunjung

Rg. Informasi

Rg perpustakaan

Rg. Pameran
Rg. pameran

Kepemilikan Galeri seni lukis kontemporer ini adalah pihak pemerintah Daerah,

atau dengan kata lain Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Namun supaya pemanfaatan dan pengelolaannya bisa optimal pihak

swasta bisa dilibatkan, tetapi dalam bagian-bagian tertentu saja. Karena pihak

swasta memiliki kemampuan untuk membangun fasilitas yang di butuhkan dalam

sektor pariwisata.

III.4. Kebutuhan Ruang. III.4.1.

Konsep Ruang.

Pengguna pada ruang Galeri seni lukis adalah para pecinta karya seni pada

umumnya, dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. Provil pengguna Galeri seni

lukis dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: pengunjung, pengelola dan seniman.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pengguna Galeri seni lukis akan

membutuhkan kebutuhan ruang sesuai dengan kegiatan didalamnya, baik kegiatan

pameran itu sendiri yang merupakan kegiatan utama maupun kegiatan pendukung

yang menyertainya, serta teknis penyelenggaraan, pengelola dan berbagai kegiatan

yang menunjang kegiatan-kegiatan tersebut.


Dengan berlatar belakang seni kontemporer, maka system tata display koleksi pada

ruang galeri seni lukis kontemporer memiliki suatu bentuk penataan yang mampu

menunjukkan makna serta arti tersendiri terhadap gaya kontemporer, baik itu dari

segi penggunaan bahan atau media.

Dalam penataan benda koleksi dalam ruang pamer, di harapkan:

a) menumbuhkan rasa ingin tahu pengunjung, b) mampu meberikan pengalaman

ruang sehingga dapat mempengaruhi imajinasi dan apresiasi pengunjung, c) dapat

membentuk alur sirkulasi yang jelas dan bersifat komunikatif, d) membentuk tema

tertentu melalui pemisahan kelompok objek pamer berdasarkan jenis dan

ukurannya.

Kelompok kegiatan

Pelaku kegiatan

Kebutuhan ruang

pengunjung

pengelola

seniman

1.kegiatan umum

Parkir kendaraan
Memarkirkan kendaraan

Memarkirkan kendaraan

Tempat parker

Mencari informasi

Memberi informasi paeran

Ruang informasi

Menunggu, duduk-duduk

Menunggu, duduk-duduk

Lobby

Melihat presentasi karya

presentasi karya

Ruang audio visual

Sarasehan dan diskusi

Sarasehan dan diskusi

Sarasehan dan diskusi

Indoor teatre

Membeli souvenir

Membeli souvenir
Membeli souvenir

Retail

Makan siang dan minum

Makan siang dan minum

Makan siang dan minum

kafe

2.kegiatan pameran

Menyaksikan pameran

Memantau paeran

Memperlihatkan hasil karya

Ruang pamer

Membeli karya

Menjual atau melelang karya

Menjual karya

Ruang transaksi

Menyaksikan peragaan

Memantau peragaan

Peragaan penciptaan

Ruang workshop

3. kegiatan adinistrasi
Menangani kegiatan pameran

Ruang menejer

Menjadi tamu khusus

Menerima tamu

Menjadi peserta pameran

Ruang tamu

Rapat pengelola

Ruang rapat

Menyiapkan arsip dan melakukan kegiatan publikas

Ruang dokumentasi dan publikasi

Membayar karya yang dibeli

Menerima pembayaran

Menerima hasil penjualan karya

Ruang tata usaha

4.kegiatan edukasi

Mengelola bagian edukasi


Ruang pengela

Kepala edukasi

Membaca, meminjam dan mencari referensi buku

Ruang educator

Membaca meminjam dan mencari referensi buku

Memberi pinjaman buku serta menyediakan referensi (khusus seni lukis)

Perpustakaan

Menyimpan buku dan lain-lain

gudang

5. kegiatan preparasi restorasi

Mempersiapkan pameran

Ruang persiapan

Mengelola kegiatan preparasi

Ruang pengelola
Mempersiapkan peragaan

Persiapan peragaan

Ruang ganti

Menyimpan peralatan serta memperbaiki tampilan karya

Memperbaiki tampilan karya

Gudang

6.kegiatan servis

Memperbaiki kerusakan ME

Ruang ME/Enjinering

Menyimpan peralatan ME

Gudang ME

Meletakkan mesin-mesin ME

Ruang ME
Memasak

Dapur

Menyiapkan minuman tamu

Pantry

Mendatangkan bahan makanan

Loading dock

Menyimpan bahan makanan

Food storage

Mendatangkan barang pamer

Loading dock

Membersihkan ruangan

Cleaning servis

Sholat

Sholat

sholat

Mushola

Ganti pakaian

Rg. Ganti pegawai

Menjaga karya pameran


Ruang jaga

Istirahat/kamar kecil

Istirahat/kamarkecil

Lavatory

III.5. Organisasi Ruang. III.5.1. Organisasi Ruang Horisontal.

Gambar 42: organisasi ruang horisontal

III.5.2. Organisasi Ruang Vertikal.

lll.6. Kebutuhan dan Dimensi Ruang.

Untuk membentuk suasana yang nyaman bagi pengguna, maka diperlukan suatu

landasan standar luasan ruang pada masing-masing fungsi bangunan. seperti tabel

dibawah ini:

lll.7. Pendekatan Perencanaan.

Analisis yang dilakukan untuk memperoleh konsep kontemporer pada rancangan

citra visul bangunan adalah diambil dari arti kontemporer dan kegiatan pada galleri
tersebut. Kontemporer sangat berkaitan dengan hal-hal yang bersifat baru atau

sesuai dengan perkembangan pada saat ini, sedang kegiatan dalam Galleri adalah

kegiatan yang bersifat tidak monoton atau kaku namun bebas dan ekspresif, dalam

hal ini berkaitan dengan kebebasan para pelukis dalam mengekspresikan karya dan

kehidupan dunia seni yang akan di transformasikan kedalam bentuk bangunan.

Bila dilihat perkembangan bangunan saat ini adalah merupakan bangunan yang

modern dimana bentuknya sangat menekankan pada sifat yang lebih fungsional,

sedang pada Galleri yang lebih bersifat bebas akan memberikan bentuk yang lebih

variatif sebagai simbol keidealisme desain, dengan demikian desain Galleri

kontemporer dirancang seekspresif mungkin agar orang akan interes terhadap

bangunan,dimana desain yang agak berbeda dengan lingkungan sekitar karena

fungsi.

lll.7.1. Analisa Bentuk.

A. Prinsip Perancangan dan Perencanaan.

1.Bentuk

Bentuk yang fungsional dan ekspresif dapat dicapai dengan transforasi bentuk-

bentuk dasar geometris yang teratur dan ekspresif, karena bentuk yang demikian

memiliki karakter yang fungsional. Keteraturan dapat menimbulkan perasaan

tenang, ini disebabkan keteraturan dapat memberikan pikiran menjadi fokus.

Dasar pertimbangan :
Kelancaran dan kemudahan sirkulasi, Efesiensi dalam penggunaan lahan, Bentuk

dengan satu masa, Kemudahan dan kestabilan kontruksi, Kemudahan penerapan

pengorganisasian dan penyusunan dalam bangunan.

2. Variasi

pencapaian ini dapat dicapai dengan cara mengkombinasikan penggabungan dan

memecahkan bentuk dasar dengan tehknik dan bentuk-bentuk lainya , variasi

(dinamis) dapat menghindari perasaan bosan.

3. Skala dan proporsi.

Skala dan proporsi dapat dicapai dengan mengolah luasan bukaan ataupun proporsi

luasan ruang pada bangunan, skala proporsi dapat menimbulkan efek-efek tertentu

bila dijadikan sebuah simbol.

B. Gubahan Massa.

Gubahan masa yang ada mengambil bentuk geometris persegi serta lingkaran yang

lebih fungsional kemudian dikembangkan menjadi sebuah gubahan masa. dimana

kolomkolomnya mengikuti pola grid, sehingga memudahkan dalam perencanaan

dan perancangan. Selain penggunaan bentuk geometris, konsep gubahan masa

dibagi ke dalam beberapa area yaitu :

1. Area Publik terdiri dari :

Fasilitas ruang pamer yang terdiri atas : Ruang informasi, ruang pamer, ruang

praktek/ ruang workshop, ruang edukasi, ruang perpustakaan dll

2. Area Pengelola.
Area privat yang terdiri atas ruang kantor dan ruang karyawan,Area semi publik

yang terdiri atas ruang rapat dan ruang tamu

3. Area penunjang berupa fasilitas kafetaria.

4. Area servis berupa ruang lavatory dan ruang MEE.

Pembentukan konsep gubahan massa.

1.Pengorganisasian massa

Pengelompokan massa bangunan berdasarkan zoning, fungsi serta aktifitas yang

diwadahi.

- Organisasi kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan antar ruang.

2. Orientasi massa

Konsep orientasi massa bangunan diorientasikan sekitar 15 20 dari arah Barat

Timor agar efek cahaya dapat maksimal.

3. Bentuk massa

- Bentuk bebas dan ekspresif merupakan transformasi dari karakter peseni dengan

memadukan arti dari kontemporer itu sendiri yang lebih fungsional.

- Bentuk bebas dan ekspresif dapat memberikan kesan dinamis dan dapat

menghilangkan kesan monoton pada massa bangunan.

4. Ruang

Untuk publik area pembentuk ruang tidak hanya dibatasi oleh dinding masif saja,
tetapi permainan barier dipergunakan sebagai pembatas area ruang serta

permainan ketinggian pada lantai dapat menjadi pertimbangan untuk pembentuk

ruang. Kusus ruang pamer:

Partially Enclosed: Ruang pamer dengan setting lay out yaitu sebagian partisi dan

sebagian terbuka bebas. Ruang pameran ini akan memberikan kejutan dibagian

belakang sekat ruang dan menciptakan pola sirkulasi yang bebas17.

Display Sequence: Ruang pamer yang dikususkan untuk pamer dua dimensi dimana

setting ruang tanpa dibatasi sekat-sekat. Sirkulasi yang terciptapun lebih bebas bagi

pengunjung untuk memilih objek yang akan dinikmati18.

3. Komposisi ruang.

Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang, ruang-ruang ini dapat

berhubungan secara langsung dengan yang lainnya atau dihubungkan melalui ruang

linier yang berbeda dan terpisah.

-----------------------------

17)James Gadner, 1978,

18) ibid 18
Denah dan Penataan Ruang.

Pada denah dan penataan ruang menggunakan pola grid, selain itu untuk

mengakomodasi fungsi utama sebagai tempat pamer, kontruksi yang digunakan

menerapakan sistem struktur bentang yang besar untuk membuat para pengunjung

memiliki keleluasaan untuk mendayagunakan ruangan secara optimal.

Pendekatan penyusunan tata ruang dalam berpatokan pada prinsip prinsip dan

organisasi ruang yang diuraikan olek D.K Ching (Bentuk Ruang Dan Susunannya)

hubungan di dalam ruang atau antar ruang merupakan integral/keterkaitan dari

hubungan antar kegiatan di ruang tersebut.Tingkat hubungan ruang dapat dlihat

berdasarkan pada kegiatan dan pelaku.selain pendekataan di atas prinsip yang

diambil dalam menata ruang menggunakan 4 prinsip yaitu :

1. Ruang dalam ruang. 2. Ruang yang saling berkaitan. 3. Ruang yang saling

bersebelahan. 4. Ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama.

C. Tata Ruang Dalam.

1. Bentuk

2. Pembatas

4. Skala dan pencahayaan

- Penggunaan cahaya alami pada siang hari dapat lebih optimal dengan penggunaan
bukaan yang bersekala besar.

- Penerangan langsung tidak langsung (langsung 70% dan tidak langsung 30%)

dapat memberikan kenyamanan visual .

- Bukaan dengan luasan yang besar dapat meberikan kesan penyatu antar ruang

dalam dan ruang luar.

- Bukaan dapat dijadikan bingkai view baik dari dalam maupun dari luar banguna

3. Warna

- Pemberian warna yang kontras pada bingkai jendela/pintu memberikan kesan

yang menarik sebagai bingkai kegiatan yang sedang berlangsung didalam bangunan.

- Elemen dengan warna terang dilatar belakangi gelap kelihatan lebih ringan.

- Pewarna elemen khusus dengan warna yang gelap didepan dinding yang warna

terang kelihatan lebih kokoh.

-pengunaan warna yang kontras sebagai wujud penekanan penonjolan pada

ruangan.

5. Pelingkup ruang

6. Sirkulasi

Konsep dasar penataan ruang berdasarkan pada sirkulasi ruang

mempunyai dasar pertimbagan sebagai berikut :


a. Pola sirkulasi

Adanya kejelasan antar kelompok kegiatan dengan penekanan pada

kemudahan pencapaian.

Memudahkan pengamatan secara langsung atau khusus.

b. Konsep sirkulasi

Linear, agar pengunjung dapat menikmati semua karya yang ditampilkan.

Sirkulasi yang nyaman bagi pengunjung sehingga dapat menikmati objek

tanpa harus terganggu.

Konsep sirkulasi ruang pameran :

Pola linear dan pola grid, bertujuan agar memudahkan pengunjung melihat

lebih fokus terhadap benda pameran.

7. Hubungan antar ruang

Hubungan antar ruang ditentukan berdasarkan tingkat privasi dari masing-

masing ruang seperti: ruang publik ( ruang makan/kafe), ruang prifat

(audiovisual) membutuhkan pemisah ruang yang memiliki tingkat privasi

tinggi.

- Hubungan ruang yang menuntut privasi tinggi.

- Hubungan ruang yang menuntut tingkat privasi tidak tinggi

Kesimpulan :
1. Sesuai dengan fungsi yakni sebagai tempat pamer, maka faktor efektifitas dan

fleksibilitas peruangan yang ada merupakan pertimbangan yang paling utama, dan

hal itu akan mempengaruhi dalam pemilihan sistem struktur dan bahan bangunan.

2. Pemilihan sistem sirkulasi baik pengunjung dan pengelola dtentukan oleh faktor

kenyamanan, kemudahan dan pengamatan.

3. Pemilihan sistem elemenelemen pembentuk ruang pamer yang memperhatikan

kemudahan, ketahanan maupun estetika tata peragaan pameran yang menyangkut :

Sistem peraga, Metode penyajian, Bentuk penyajian, Materi pamer, Teknik peraga.

4. Pemilihan bentuk persegi sebagai bentuk gubahan masa mempermudah adanya

alur sirkulasi dan mempermudah penyusunan dari segi perletakan benda benda

pamer.

III.7.2. Analisis Struktur dan Utilitas.

A. Sistem struktur.

Pemilihan system struktur pada bangunan berdasarkan pertimbangan :

1. Potensi (daya tarik) yang diekspose sebagai ungkapan seni dan budaya yang

merupakan perpaduan antara tradisional dan kontemporer, 2. Kondisi site

(kemungkinan pelaksanaan di lapangan), 3. Keanekaragaman fleksibilitas fungsi

ruang, 4. Keamanan dan kenyamanan pengguna.

Arahan struktur bangunan.

Sistem Struktur
Sistem struktur dapat mendukung stabilitas, fungsi dan citra bangunan. Citra yang

ditampilkan pada Galeri seni lukis kontemporer adalah merupakan transformasi

dari konsep rumah tradisional Jogjakarta yang merupakan rumah Joglo/Pendopo

dengan tiang-tiang sebagai penopang bangunan. Oleh karena itu, sistem struktur

yang dipilih adalah sistem struktur rangka yang tentu saja akan mendukung

stabilitas dan fungsi bangunan.

. Material Struktur

Dasar pertimbangan :

1. kuat menahan beban dan tahan lama

2. ketersediaan di lokasi

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka material yang digunakan pada struktur

rangka adalah beton bertulang, bukan kayu seperti pada bangunan tradisional. Hal

ini disebabkan karena pada saat ini, ukuran kayu yang tersedia di pasaran tidak

terlalu panjang (panjang terbatas). Untuk menunjukkan ketradisionalan, kolom

beton bertulang tersebut akan diekspos namun pada ruang-ruang tertentu saja.

B. Analisis Sistem Utilitas.

Potensi (daya tarik) sistem utilitas yang diekspose sebagai ungkapan seni dan

kontemporer, sebagai wujud ekspresi perancang , namun hanya pada ruang-ruang

tertentu yang tidak menuntut formal tidaknya ruangan tersebut.

1. Sistem Distribusi Air.


Sistem distribusi air pada Galeri seni lukis menggunakan sistem down feed. Sistem

ini dipilih karena dalam aplikasinya, sistem ini mampu menyediakan kebutuhan air

pada saat keadaan darurat sebesar 20% dari total volume water tank dan dalam

pengoperasiannya tetap dapat berfungsi dengan baik dengan bantuan gaya gravitasi,

sehingga bila pada suatu saat terjadi masalah dengan kelistrikan saat terjadi

kebakaran maka sistem ini tetap dapat bekerja dengan baik. Air yang digunakan bisa

dari sumber PDAM dan penggunaan sumur, dengan maksud bila pada waktu

tertentu air yang berasal dari PDAM mengalai gangguan akan sumber air sumur

dapat enggantikannya.

2. Sistem Sanitasi dan Drainase.

Untuk mendukung sitem sanitasi dan drainase terhadap bangunan maka, diperlukan

sebuah wadah yang mana nantinya digunakan sebagai tempat untuk perletakan

fasilitas pendukung, sehingga di perlukan kebutuhan ruang seperti: ruang

penampung air, ruang pemipaan, bak kontrol, sumur resapan serta pembuangan air

limbah (septick tenk).

3. Sistem Power Sapply.

Pada sistem power supply menggunakan sumber utama dari PLN dan untuk

cadangan tenaga, di sediakan dua buah genzet, penggunaan dua genzet ini dimaksud

karena persyaratan ruang kusus terutama dalam asalah pencahayaan dan

penghawaan yang harus dipenuhi.


Genzet hanya bekerja secara otomatis pada saat aliran listrik mengalai gangguan,

sebagai pelengkap maka dibutuhkan sebuah ruang Genzet dan ruang panel

distribusi yang difungsikan sebagai pengontrol penggunaan tenaga listrik.

4. Sistem Proteksi Kebakaran.

Sistem proteksi kebakaran pada Galeri dapat ditangani dengan beberapa macam

antara lain:

a. Pengamanan aktif.

- Sprinkler, memadamkan api dengan menyemprotkan air secara otomatis pada

ruang yang terbakar dengan radius 25 m2/unit.

- Hydrant luar, memadamkan api secara manual dengan selang dari luar bangunan.

- Chemical portable, alat pemadam kebakaran berisi cairan kimia dengan jarak

setiap 25m pada area seluas 200m.

b. Pengamanan Pasif.

Dilakukan dengan menyediakan sirkulasi untuk evakuasi kebakaran, yaitu dengan

tangga darurat yang tersedia dalam bangunan setiap jarak 30 m dengan lebar

bordes minimum 1,2 m.

5. Penghawaan Buatan.

Digunakan pada ruangan yang membutuhkan treatment udara khusus seperti

perpustakaan, ruang peragaan, ruang pameran, ruang diskusi, ruang audio visual,

ruang pameran tetap dan ruang kepala pengelola. System yang digunakan adalah

system direct cooling (AC split). Sistem penghawaan buatan digunakan semaksimal
mungkin dengan bukaan bukaan pada ruang yang tidak menuntut kestabilan udara

tertentu dalam ruang seperti ruang servis, gudang alat, kafetaria.

BAB IV PENGEMBANGAN KONSEP

IV.1. Parameter perancangan untuk mencapai citra visual Arsitektur Kontemporer.

IV.1.1. Konsep desain

Konsep pada bagunan ini lebih difokuskan pada ekspresi, bentuk (massa, komposisi

massa, bentuk massa, sirkulasi, fasade, tekstur dan ornamen, irama warna, cahaya)

dan material. karena aspek inilah yang sangat menentukan keberhasilan suatu

rancangan Galeri seni lukis kontemporer. Dengan desain penampilan bangunan yang

baik yang mempu menimbulkan image yang kuat dan dapat menarik minat para

pengunjung yang datang. Pembahasan pada sub bab berikut ini merupakan

sejumlah deretan general konseptual yang diterapkan pada desain Galleri yang

fungsional dan ekspresif.

BAB V PENGEMBANGAN DISAIN


Sebagai tahap awal perancangan dimulai dengan perancangan denah sesuai dengan

kebutuhan ruang Galleri seni lukis kontemporer secara keseluruhan kedalam

bentukan denah yang sudah mengalami proses penemuan bentuk terlebih dahulu,

dengan berdasarkan dari karakter kegiatan pada masing-masing fungsi ruang

bangunan.

Tahap selanjutnya memasukkan rancangan denah kedalam site, dan mengalami

perubahan bentuk pada denah, karena menyesuaikan bentuk site, organisasi ruang,

besaran ruang dan konsep bentuk bangunan Galleri seni lukis kontemporer.

Tahap selanjutnya terfokus pada pengolahan site, yang melaporkan bagaimana

sirkulasi pencapaian kedalam site, peletakan zona publik, semi publik dan prifat

terhadap site, serta penataan lanscape (vegetasi) dalam site.

Kemudian melaporkan tentang gambar detail-detail bagian dari bangunan yang

dapat menerangkan penyelesaian permasalahan untuk mencapai sebuah bangunan

Galleri seni lukis kontemporer yang bebas ekspresif namun tetap fungsional. Dan

sebagai tahap akhir laporan , melaporkan tentang struktur, aksessibilitas, dan

sanitasi apa dan bagaimana yang akan dipakai dalam bangunan Galleri tersebut.

BAB VI KESIMPULAN

Suatu rancangan bangunan Galleri seni lukis kontemporer harus mampu mewadahi

ataupun melayani seluruh kegiatan didalamnya yaitu dengan menyediakan ruang-


ruang yang dapat melayani setiap proses kegiatan pameran yang ada dalam

bangunan Galleri seni lukis mulai dari karya datang sampai pada tata display

pameran seni lukis kontemporer.

Rancangan suatu bangunan Galleri seni lukis disamping dapat melayani seluruh

proses didalamnya dan harus mampu menunjukkan sebuah Galleri yang bebas

ekspresif serta dapat membentuk suatu bangunan yang lebih fungsional seperti

pada perkembang saat ini sehingga dapat memunculkan dirinya sebagai citra

bangunan arsitektur yang kontemporer.

Untuk mencapai bangunan seni lukis kontemporer yang dapat mencirikan dirinya

sebagai bangunan yang bebas eksspresif dan fungsional maka harus diperhatikan

pada desain ruang, tata ruang, bentuk (tampak, komposisi , gubahan massa, warna,

cahaya, tekstur dan ornamen dan material), baik dalam skala mikro maupun makro.

Ada beberapa parameter untuk mencapai bangunan Galleri seni lukis kontemporer

sebagai citra visual arsitektur kontemporer yang bebas ekspresif dan fungsional

adalah sebagai berikut:

Вам также может понравиться