Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMULIHAN SISTEM
STOMATOGNATIK III
(ILMU BEDAH MULUT)
SEMESTER VII
TAHUN AKADEMIK 2014-2015
BLOK 4.7.13
NAMA KLP
NIM
BLOK 3.6.13
PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III
(ILMU BEDAH MULUT)
SEMESTER VII
TAHUN AKADEMIK 2014-2015
Penyusun :
Tim SL Blok 4.7.13
Editing :
Sekretariat Blok
2
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
Evaluasi.
Daftar Pustaka.
4
TATA TERTIB
5
FLAP DAN PENJAHITAN
Hampir semua jenis pembedahan di dunia kedokteran dimulai dgn
insisi, sedangkan flap di bidang kedokteran gigi sering dilakukan untuk
pencabutan gigi yg sulit, odontektomi, serta tindakan bedah yg melibatkan
jaringan keras (tulang) & membutuhkan perluasan medan operasi.
Selama melakukan insisi mata pisau harus dipertahankan tetap pada satu
garis & pada kedalaman tertentu, umumnya pisau harus tetap berkontak dgn
tulang. Hindari insisi melewati lokasi pembuluh darah & saraf. Insisi harus
direncanakan secara seksama sehingga diperoleh flap yg baik, medan operasi
yg lapang, suplay darah yg cukup untuk flap serta dukungan tulang yg cukup
saat flap ditutup.
Flap dibuat dgn cara memisahkan mukoperiosteum flap agar
terlepas dari permukaan tulang. Pemisahan dilakukan dgn elevator
mukoperiosteum atau raspatorium yg diletakkan langsung berkontak dgn
tulang melalui periosteum pada garis insisi. Jika periosteum melekat erat
dgn tulang atau jaringan patologis, maka perlu dibantu dgn disseksi tajam.
Alat dan bahan :
1. Scalpel
2. Scalpel blades
(#11,12,15)
3. Needle holder
4. Pinset chirrurgis
5. Gunting benang
Persiapan peralatan:
1. Blade dipasang pada scalpel menggunakan bantuan klem atau needle
holder sesuai cara pada gambar berikut.
6
2. Needle holder memegang
jarum dan benang pada 1/3
lengkung proksimal dari
panjang jarum seperti pada
gambar berikut.
7
B. INCISI ELIP
Biasanya digunakan pada saat hendak melakukan open biopsi
atau pengambilan tumor epitelial seperti fibroma, papiloma,
lipoma dsb
C. INCISI SIRKULER
Digunakan pada saat melakukan operasi marsupialisasi
mandibula
D. INCISI MARGINAL
Insisi flap paling sederhana yg sering digunakan dlm Ilmu
Bedah Mulut adalah Insisi Marginal.
Bentuknya berupa garis lurus yg ditarik pada sepanjang
gingival margin bagian bukal/labial atau lingual/palatal,
memotong serabut periodontal & papila interdental.
Syarat utama untuk jenis insisi marginal ini adalah gusi &
periodontal dalam keadaan sehat.
8
E. INCISI ANGULAR
Insisi angular atau sayatan bersudut adalah insisi marginal yg
dikombinasikan dgn insisi obliqie/sayatan miring.
Sayatan miring dpt dibuat di sisi mesial atau distal sesuai
keperluan, yg dimulai dari ujung insisi marginal menuju ke
arah forniks (muko-bukal/labial fold), membentuk sudut +
120 dgn insisi marginal.
Flap angular yang diperoleh dari insisi angular.
Flap jenis ini sering digunakan utk odontektomi gigi molar
bungsu rahang bawah.
Flap angular hanya dilakukan di bagian bukal ataun labial.
Kontra indikasi utk bagian lingual atau palatal, karena resiko
terpotongnya arteri, vena & saraf penting.
F. INCISI TRAPESOID
Insisi trapezoid atau sayatan trapesium adalah insisi
marginal yg dikombinasikan dgn 2 insisi oblique pada kedua
ujungnya.
Sering digunakan pada bagian anterior maksila & mandibula,
seperti pada ekstirpasi kista, apikoektomi, apeks reseksi,
odontektomi gigi premolar, kaninus, insisif & gigi
supernumerary.
9
G. INCISI U SHAPE
Insisi ini tidak melibatkan gingival margin sehingga tidak
mengganggu jaringan periodontal di sekitar margin gusi.
Insisi dilakukan berbentuk huruf U pada jarak yg cukup dari
gingival margin dgn maksud agar tidak merusak suplay
darah gingiva & membran periodontal.
Flap U juga hanya diindikasikan untuk bagian anterior
maksila & mandibula.
Sering digunakan untuk apikoektomi, apeks reseksi &
pengambilan ujung akar yg patah.
H. INCISI SEMILUNAR
Merupakan insisi berbentuk melengkung setengah lingkaran
atau sering disebut insisi semilunar atau semisirkuler.
Insisi semilunar dibuat untuk keperluan bedah yg
membutuhkan lapangan operasi tidak terlalu luas dan hanya
pada bagian bukal/labial, kadang dilakukan di bagian median
palatal.
Indikasi utk apikoektomi & apeksreseksi
10
MACAM-MACAM JAHITAN
1. Jahitan terputus
Teknik :
Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi
luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan
menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
11
4. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to
near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah
luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi
luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka
yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka
oleh jahitan ini.
Jahitan kontinu
Sering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan., jadi hanya
ada dua simpul. Bial salah satu terbuak maka jahitan ini akan terbuak
seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit. Secar kosmetik
bekas luka jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu dapat
dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.
12
8. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture,
Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang
pada jahitan sebelumnya, biasa sering
dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan
variasi jahitan jelujur biasa.
13
Fiksasi dan ligasi gigi
Pengantar :
Trauma dapat menyebabkan gigi-gigi berubah posisi, goyang dan bahkan
lepas dari socketnya. Hal ini sering terjadi pada gigi-gigi anterior, baik rahang
atas maupun rahang bawah. Sebagai tindakan penanggulangan untuk
keadaan ini dapat dilakukan fiksasi-imobilisasi gigi, dengan cara paling
sederhana adalah mengikatnya (ligasi ) dengan kawat dan diperkuat dengan
pemasangan archbarr. Mula-mula setelah persiapan operasi dilalui, gigi
dikembalikan ke posisi semula (reposisi) kemudian dilakukan pengikatan
(ligasi) dengan kawat dengan berbagai teknik pengikatan. Teknik ligasi yang
umum dilakukan adalah ligasi interdental teknik Simple Essig wiring untuk
indikasi fraktur alveolar. Untuk memperoleh fiksasi yang kokoh dapat
dilakukan ligasi dengan bantuan pemasangan a rchbarr. Hasil optimal diperoleh
dengan menggabungkan kedua teknik ini, yakni dilakukan Essig wiring
dikombinasikan dengan pemasangan archbarr. Setelah dua hingga tiga bulan
alat ini dilepas dan pada saat itu gigi telah kokoh tertanam di dalam tulang
alveolar. Pada gigi yang mengalami fraktur akarnya merupakan kontra
indikasi untuk perawatan ini, demikian pula untuk gigi-gigi desidui pada masa
periode geligi campuran.
Sasaran pembelajaran :
- Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dan menentukan indikasi
fiksasi interdental dan pemasangan archbarr.
- Mahasiswa mampu membaca anatomi dan posisi fraktur yang akan
dilakukan fiksasi pada illuminator foto rontgent guna menentukan
anatomi dan posisi-lokasi gigi yang mengalami fraktur alveolar.
14
- Mahasiswa mampu memilih jenis alat, bahan dan teknik fiksasi sesuai
kebutuhan.
- Mahasiswa mampu melakukan dengan benar dan berurut tindakan
fiksasi interdental sederhana.
Metode:
Pengarahan, audio-visual, demonstrasi , self-practice.
Fasilitas:
- Phantom & Maneqeen (manekin).
- Illuminator foto rontgent
- Set alat dasar pemeriksaan gigi
- Set alat fiksasi dan ligasi : klem kawat, klem ligasi, lunacheck, gunting
kawat dan tang pemotong archbarr .
- Bahan fiksasi dan ligasi : archbarr, kawat diameter 3.0 dan 4.0
- Bahan operasi : kapas dan has.
Prosedur teknis :
Pengarahan, audiovisual dan demonstrasi.
Mahasiswa memilih alat dan bahan untuk tindakan fiksasi
interdental sesuai kebutuhan dibawah pengawasan instruktur.
Mahasiswa melakukan tindakan fiksasi-imobilisasi tahap demi
tahap pada Phantom & Maneqeen (manekin) dengan benar
tahap demi tahap dibawah pengawasan instruktur.
15
Tahapan
FIKSASI INTERDENTAL
1. Essig Wiring
Lilitkan kawat panjang mengelilingi gigi-gigi, melalui;
misalnya : 13 s/d 23.
Tahapan
16
bagian distal, lingual dan menembus interdental
bagian mesial gigi 46 hingga bertemu dengan ujung
kawat di bagian bukal.
Tahapan
17
Tahapan
Tahapan
18
Tahapan
Tahapan
Tahapan
TRAKSI INTERMAKSILAR
Pasien dengan kehilangan oklusi sentrik akibat fraktur
simphisis mandibula.
19
lama s/d 1 hari.
Tahapan
FIKSASI INTERMAKSILAR
Fiksasi IntermaksilarEyelet methode wiring atau Ivy Loop
20
Puntiran masing-masing interdental rahang atas dgn
rahang bawah disatukan & dieratkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Ogden G.R. 2001: Removal of Unerupted Teeth in PedlerJ, Frame J.W. Oral
and Maxillofacial Surgery An objective based textbook. Edinburg.Churchill
Livingstone
Olaf E, Langland, Roher, P Langlais. John W. Preece. Principles of Dental
Imaging. 2nd ed. Lippicont Williams & Willkins, 2002.
Peterson L.J. 1998. Principle of Management of Impacted Teeth in Petersen
L.J. Ellis. E. Hupp J.R. Tucker M.R. Contemporary Oral and Maxillofacial
Surgery. 3nd ed. St Louis. Mosby.
Regezi and Sciubba, 1999, Oral Pathology, Clinical Pathologic Correlations, 3rd
ed., W. B. Saunders Co., Philadelphia.
Shafer, J.H. and Dixon,1984, A Textbook of Oral Pathology, 4thed., W.B.
Saunders Co., Philadelphia (629-633).
Whaites E. Essential of Dental Radiolography and Radiology. Churchill
Livingstone, London 2002
Zederfelt B.H. & Hunt, T.K. 1990, Wound Closure; materials and Techniques.
New Jersey, Davis & Greck Medical Device Division American Cyanamid Co.
23